Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam upaya tersedianya prasarana bangunan pelengkap khususnya bangunan
Ruang Lingkup
Dalam laporan perencanaan ini, dikemukakan hal-hal sebagai berikut:
1. Uraian singkat mengenai dasar-dasar dan kriteria yang digunakan dalam perencanaan
teknis ini.
2. Perhitungan kebutuhan struktur bangunan
Laporan Akhir
BAB II
ANALISIS DATA HIDROLOGI
2.1.
= X + sK
Dimana :
Yt Yn
Sn
Yt = reduced vaiate
Yn = reduced mean yang tergantung dari besarnya sampel
Sn = reduced standard deviasi
Laporan Akhir
Jika
Y y Yn
Sn
Yn
sn
1
S b maka X t b Yt
a dan X
Sn
a
S
Dimana :
2. Metode Hasperz
Perhitungan dengan metode hasperz dapat dilakukan dengan persamaan berikut
ini :
o
= R1 = M1
Hitung
Hitung
Rt= R + (SxU)
Dimana
= R2 = M2
=n
R
Hasil perhitungan curah hujan harian maksimum untuk beberapa stasiun hujan
yang akan digunakan dalam perencanaan, dapat dilihat pada lampiran-1.
Periode ulang banjir rencana yang digunakan untuk perencanaan alur sungai
jembatan adalah 50 tahun atau kemungkinan terjadi dalam 1 tahun adalah 0,02 kali.
Perkiraan banjir rencana dapat didasarkan pada rekaman aliran sungai atau curah
hujan. Penggunaan teknik curah hujan adalah kedua terbaik terhadap analisa langsung dari
data aliran sungai. Dengan memperhatikan lebih banyak sungai sungai di Indonesia
dimana data curah hujan lebih mudah diperoleh dibandingkan data aliran sungai.
Dengan mengabaikan bentuk fisik dari daerah aliran, debit akan bervariasi dengan
curah hujan, tumbuh tumbuhan, jenis tanah dsb. Dengan demikian perlu bahwa cara
perkiraan debit diperiksa atau diuji untuk memperbaiki hasil tersebut. Cara yang digunakan
untuk perkiraan aliran banjir rencana dapat dibagi dalam dua kelompok sebagai berikut :
2.2.
cukup panjang (umumnya paling sedikit 10 tahun), data dapat dianalisa secara statistik dan
dibuat perkiraan aliran rencana dengan periode ulang tertentu. Analisa frekwensi riwayat
banjir adalah cara paling dipercaya untuk perkiraan besaran dan frekwensi banjir yang
akan datang.
Bila terdapat sejumlah daerah aliran dalam daerah dengan pencatatan cukup
panjang, data dapat dianalisa dan aliran rencana dihubungkan dengan karakteristik daerah
aliran (sebagai contoh luas, panjang sungai dsb). Hubungan tersebut kemudian dapat
digunakan untuk perkiraan aliran rencana dalam daerah aliran tidak terukur; pendekatan
tersebut dikenal sebagai acra frekwensi banjir regional.
2.3.
melakukan analisa frekwensi banjir, data aliran tersedia dan data pluviogrf dapat digunakan
untuk memperoleh parameter dari daerah aliran (yaitu unit hidrograf atau model aliran air).
Hujan lebat rencana kemudian dapat digunakan pada model yang dihasilkan untuk
memberikan banjir rencana yang diperlukan. Bila terdapat daerah aliran dalam daerah
dengan cukup data untuk memperoleh parameter model, data data tersebut dapat
Laporan Akhir
dihubungkan dengan karakteristik daerah aliran untuk memberikan unit hidrograf atau
prosedur larian air untuk dearah tersebut. Hubungan tersebut dapat digunakan untuk
memperoleh model dari daerah aliran yang tidak diukur dimana curah hujan rencana dapat
digunakan untuk memperoleh aliran rencana.
Dalam daerah dimana aliran sungai dan data curah hujan yang berhubungan adalah
sangat terbatas, hubungan antara parameter model dan karakteristik daerah aliran yang
diperoleh diluar daerah yang ditinjau dapat diuji dengan data yang tersedia dan yang paling
dekat menjadi model daerah aliran yang digunakan.
Perhitungan debit rencana dapat diperoleh dari hasil-hasil perhitungan curah hujan
dengan memasukan beberapa faktor kondisi daerah pengaliran, yaitu jangka waktu sejak
terkumpulnya air hujan tersebut sampai pada saat terjadinya debit besar pada tempat
kedudukan rencana jembatan. Besarnya jangka waktu tersebut tergantung dari kondisi
geologi dan topografi daerah pengaliran.
Ada beberapa metode perhitungan debit banjir, salah satu metode yang umum
digunakan adalah metode Rasional seperti dijelaskan dibawah ini :
= (f x r x A)/ 3,60
Q = Dedebit banjir rencana (m3/dt)
A = Luas daerah pengaliran (km2)
L
Lokasi Jembatan
F = Koefisien pengaliran
T = interval kedatangan banjir.
Untuk mendapat harga debit (Q), maka terlebih dahulu supaya didapatkan hargaharga komponen yang terdapat dalam persamaan tersebut, yaitu
Laporan Akhir
2.4.
Koefisien pengaliran
Koefisien pengaliran (f) adalah suatu variabel yang didasarkan pada kondisi daerah
aliran sungai dan karakteristik hujan yang jatuh didaerah tersebut. Beberapa petunjuk
untuk mendapatkan angka tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.2.1
Daerah pegunungan berlereng terjal
0,75 0,90
Daerah perbukitan
0,70 0,80
0,50 0,75
0,45 0,60
0,70 0,80
0,75 0,85
0,45 0,75
0,50 0,75
= L/W
= 20 x(H/L)0,60 (m/det)
= 72 x (H/L)0,60 (km/jam)
= perbedaan elevasi.
interval kedatangan banjir (T) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : T = a +
(L/W); akan tetapi oleh karena harga a biasanya sangat kecil, maka komponen a tersebut
biasanya diabaikan dengan harga T dihitung dengan persamaan diatas. Untuk memudahkan
perhitungan, maka biasanya dibuatkan diagram perhitungan seperti pada gambar berikut
yang didasarkan pada persamaan diatas.
Perhitungan debit (Q) dengan rumus diatas dapat dilakukan dengan urutan sebagai
berikut :
Dari peta topografi dasar (biasanya dengan skala 1 : 25.000) dapat dihitung panjang
sungai (L) yang diinginkan; supaya diperhatikan bahwa sebagai titik permulaan
pengukuran untuk harga (L), dimulai dari tempat keluarnya mata air sungai dan bukan
tempat tertinggi pada daerah pengaliran sungai tersebut.
2.6.
Laporan Akhir
Untuk memperoleh harga intensitaas curah hujan rata-rata dalam waktu T (R), baik
yang dinyatakan dalam curah hujan harian, jam-jaman, dan lain-lain dapat digunakan
rumus- rumus berikut :
Apabila perhitungan dilakukan berdasarkan curah hujan harian, maka rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut :
r
Dengan :
= {(R4/24) x (24/T)}n
= intensitas curah hujan rata-rata dalam interval
waktu T
(mm/jam). \
R4 = curah hujan harian (mm)
Dengan :
2.7.
= {(R4/24) x (24/T)}n
Rt
Pengaruh arus balik dapat dikarenakan oleh adanya hambatan pada aliran, seperti
adanya pilar pada bangunan jembatan. Tinggi pengaruh arus balik dapat dihitung dengan
rumus Ghantey seperti berikut ini :
Z = (V2/2g)x{(Aa/Ca)-1}
Dengan :
Laporan Akhir
Va = kecepatan aliran
A = Luas pengaruh hidrolik pada pilar
C = koefisien
C = 0,78 + (0,021 x S0,05)
S = lebar efektif penampang sungai
2.8.
dan abutmen jembatan. Gerusan dapat terjadi pada dasar dan tebing sungai pada daerah
sekitaar pilar dan abutmen jembatan. Gerusan dapat terjadi bilamana :
Kecepatan aliran sungai lebih besar dari kecepatan ijin material dasar/tebing
sungai,
digunakan, diantaranya :
Metode I
Metode I menggunakan persamaan dasar sebagai berikut :
General scour, yaitu gerusan yang terjadi akibaat tergerusnya material dasar sungai :
Ds1 = (Yr x Vo x K) / (A/W)1/2
(m)
Local scour, yaitu gerusan yang terjadi disekitar pilar/abutmen akibat terjadinya
pusaran aliran (turbulensi).
Total scour
(m)
(m)
Dengan :
Vo
Laporan Akhir
(Q/A)x{Yo/()}2/3 x C
{(W/4,83) x Q1/2}1/2
Yr
Yr
Kenaikan tinggi muka air dari keadaan normal sampai keadaan banjir
dibagian upstream jembatan.
Vo
Yo =
1/ 3
Ds 0,472x
0 , 61
d1 d x
Dengan :
Laporan Akhir
= Lebar regime
d1
11
BAB III
KONSEP PERENCANAAN
3.1.Standar Perencanaan
Dalam Perencanaan Teknis Pembangunan Jembatan Mamuju Kami menggunakan
beberapa standar yang sesuai dengan kebutuhan perencanaan antara lain :
SK SNI 02-2453-2002, tentang tata cara perencanaan teknis sumur resapan air hujan
untuk lahan pekarangan.
SK SNI 06-2459-2002, tentang spesifikasi sumur resapan air hujan untuk lahan
pekarangan.
Laporan Akhir
12
Untuk perhitungan konstruksi pondasi serta bangunan bawah akan didasarkan pada
hasil hasil penyelidikan tanah dan keadaan setempat. Dalam menentukan jumlah
serta panjang bentang, akan disesuaikan dengan keadaan topografi setempat dengan
memperhatikan macam bangunan atas yang telah disetujui oleh Koordinator
Pengawas.
Hasil kesimpulan diatas, konsultan akan membuat dan menyampaikan kepada
Koordinator Pengawas Laporan Konsep Detail Perencanaan yang berisi kesimpulan dan
saran atas semua bagian perencanaan. Gambar untuk setiap bangunan dibuat diatas kertas
milimeter atau langsung diatas kertas kalkir standar.
Laporan konsep detail perencanaan dan gambar tersebut terutama yang menyangkut
hal hal sebagai berikut :
1.
Plan digambar diatas peta situasi dengan skala 1 : 1000 yang berisi antara lain :
Letak rencana bangunan baru
Lokasi dan nomor titik kontrol horizontal dan vertikal
Lokasi dan nomor potongan melintang
Elemen elemen lengkung horizontal
Batas daerah penguasaan (ROW) dan penggunaannya
Semua data data topografi yang penting (rumah, jalan lama, jenis jenis
tanaman utama dan lain lain)
Patok patok pengukuran
2.
Potongan/penampang memanjang
Potongan memanjang akan digambar pada bagian bawah plan tersebut pada butir 1
diatas, dengan skala horizontal 1 : 1000 dan Vertikal 1 : 100 yang berisi hal hal
sebagai berikut :
Tinggi muka air tanah asli, muka air banjir
Lokasi dan nomor titik kontrol horizontal dan vertikal
Lokasi dan nomor potongan melintang
Elemen elemen lengkung horizontal
Batas daerah penguasaan (ROW) dan penggunaannya
Semua data data topografi yang penting (rumah, jalan lama, Jenis jenis
tanaman utama dan lain lain)
Laporan Akhir
13
3.
4.
5.
6.
Angka angka dan huruf huruf yang menunjukan ukuran dan catatan/keterangan
pada gambar, Ukurannya dibuat sedemikian rupa sehinga dapat dibaca dengan
mudah/jelas walaupun ukuran gambar diperkecil menjadi A3.
7.
Spesifikasi teknik.
8.
Setelah hasil konsep detail perencanaan selesai, konsultan akan mengadakan diskusi
dan pembahasan dengan pemberi tugas mengenai hal hal tersebut diatas.
Laporan Akhir
14
15
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Spesifikasi
Bab 6
Daftar Kuantitas
Bab 7
Gambar gambar
Bab 8
= Beban Mati
Laporan Akhir
Ta
Ah
SR
= Gaya Rem
Gg
Tu
= Gaya angkat
= Gaya sentrifugal
16
Ahg
= Beban Angin
Gp
= Gaya Gempa
Beban Mati (M) adalah jumlah berat total bangunan atas jembatan.
= 0.15 X M
= 0.05 X (D +P)
Gaya Gesek
= 2 X Kh X M
Laporan Akhir
17
Beban hidup yaitu beban kendaraan, baik beban jalur dan garis dan beban hidup
pada trotoar.
Beban mati yaitu berat lantai, girder, trotoar dan sandaran.
Beban angin
Gaya rem
Gaya gempa
Gaya susut dan rangkat
b.
Laporan Akhir
18
Dengan :
Qult
= Kohesi Tanah
Nc,Nq,N
Df
= Kedalaman Pondasi
= Lebar Pondasi
Dimana faktor faktor daya dukung Nc, Nq dan N dapat diambil dari grafik berikut
ini :
Laporan Akhir
19
BAB IV
PENUTUP
Dari hasil perencanaan diperoleh hasil desain yang diterapkan sesuai dengan
gambar rencana dengan karakteristik sebagai berikut :
Pembangunan Jembatan Gantung Kayu Dsn Sikka Desa Landi Kanusuang Kec. Mapili
Luas dimensi jembatan yang dipilih dengan ukuran Panjang Jembatan 28 m dan lebar 2
m, dengan menggunakan bahan besi tulangan dan kabel sebagai alat penggantung serta
bahan balok dan Plat Lantai Kombinasi Kayu.
Laporan Akhir
20
Luas dimensi jembatan yang dipilih dengan ukuran Panjang Jembatan 28 m dan lebar 2
m, dengan menggunakan bahan besi tulangan dan kabel sebagai alat penggantung serta
bahan balok dan Plat Lantai Kombinasi Kayu.
Laporan Akhir
21