Você está na página 1de 21

CV.

ALYMAR LESTARI KONSULTAN


Perencanaan Teknis Pemb. Jembatan Mamuju

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Dalam upaya tersedianya prasarana bangunan pelengkap khususnya bangunan

pelintas, maka diperlukan peningkatan kualitas bangunan pelengkap khususnya bangunan


pelintas agar genangan air dapat berkurang dan arah aliran air buangan ketika banjir, dapat
tersalurkan dengan baik melalui saluran pembuang. Berdasarkan hal tersebut maka
Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat Bidang Cipta Karya memprogramkan Perencanaan Teknis Pebangunan Jembatan.
Agar diperoleh hasil yang optimal maka sebelum dilaksanakan pekerjaan fisik, terlebih
dahulu dilakukan pekerjaan perencanaan teknis terhadap prasarana bangunan pelengkap
tersebut.
Sehubungan dengan itu CV. Alymar Lestari Konsultan yang dipercayakan untuk
menangani perencanaan teknis pembangunan Jembatan Mamuju yang membutuhkan
bangunan pelengkap tersebut diatas guna mempersiapkan laporan perencanaan teknis
sebagai bagian dari laporan akhir sesuai dengan kerangka acuan kerja.
1.2

Ruang Lingkup
Dalam laporan perencanaan ini, dikemukakan hal-hal sebagai berikut:

1. Uraian singkat mengenai dasar-dasar dan kriteria yang digunakan dalam perencanaan
teknis ini.
2. Perhitungan kebutuhan struktur bangunan

Laporan Akhir

CV. ALYMAR LESTARI KONSULTAN


Perencanaan Teknis Pemb. Jembatan Mamuju

BAB II
ANALISIS DATA HIDROLOGI
2.1.

Analisis Data hidrologi / drainase.


Untuk perhitungan curah hujan harian rencana digunakan metode statistik dalam

periode ulang tahun tertentu.


Ada beberapa metode statistik yang dapat dipakai untuk memperkirakan curah
hujan maksimum rencana. Metode yang akan digunakan adalah metode gumbel (n data
lebih dari 10) dan metode Hasperz (n data kurang dari 10).
1. Metode Gumbel
Metode gumbel menggunakan teori harga ekstrim untuk menunjukan bahwa
dalam deret harga-harga ekstrim X1, X2, X3 dst, dimana sampel-sampelnya sama
besarnya, dan X merupakan variabel distribusi exponensial, maka probabilitas
komulatifnya P dalam nama sembarang harga diantara n buah harga Xn akan lebih kecil
dari harga X tertentu.
Rumus-rumus regresi gumbel dapat ditulis :
X
Dimana :

= X + sK

X = harga rata-rata sampel


S = pengumpulan baku sampel

Faktor frekwensi K untuk harga-harga ekstrim gumbel ditulis :


K

Dimana :

Yt Yn
Sn

Yt = reduced vaiate
Yn = reduced mean yang tergantung dari besarnya sampel
Sn = reduced standard deviasi

Laporan Akhir

CV. ALYMAR LESTARI KONSULTAN


Perencanaan Teknis Pemb. Jembatan Mamuju

Persamaan tersebut diatas dapat ditulis kembali :


Xt x

Jika

Y y Yn
Sn

Yn
sn
1
S b maka X t b Yt
a dan X
Sn
a
S

Dimana :

X = Curah hujan harian dengan periode ulang Tr

2. Metode Hasperz
Perhitungan dengan metode hasperz dapat dilakukan dengan persamaan berikut
ini :
o

Hitung curah hujan harian pertama

= R1 = M1

Hitung curah hujan harian kedua

Jumlah pengamatan atau data

Curah hujan maksimum rata-rata

Hitung

S = [{(R1 R)/U} + {(R2 R)/u}]

Hitung

Rt= R + (SxU)

Dimana

R = Curah hujan, U = Standar variabel (tabel)

= R2 = M2
=n
R

Hasil perhitungan curah hujan harian maksimum untuk beberapa stasiun hujan
yang akan digunakan dalam perencanaan, dapat dilihat pada lampiran-1.

3. Periode Ulang Banjir Rencana (Tr).


Periode ulang banjir adalah interval waktu rata-rata pada mana kejadian banjir
akan sama atau terlampaui. Kebalikan periode ulang adalah kemungkinan terlampauinya
banjir dalam tiap tahun, yaitu periode ulang banjir 100 tahun adalah banjir yang akan
terjadi sekali dalam 100 tahun dan akan mempunyai kemungkinan sebesar 0,01 kali.
Pilihan periode ulang yang digunakan dalam memilih banjir rencana adalah
umumnya berdasarkan pengkajian biaya-keuntungan, dengan mempertimbangkan tingkat
pelayanan lalulintas yang diperlukan dan kerusakan yang dapat disebabkan oleh banjir
rencana yang dilampaui, yaitu biaya keterlambatan lalulintas dan biaya perbaikan
kerusakan akibat banjir diimbangi terhadap biaya pengadaan standar yang lebih tinggi.
Laporan Akhir

CV. ALYMAR LESTARI KONSULTAN


Perencanaan Teknis Pemb. Jembatan Mamuju

Periode ulang banjir rencana yang digunakan untuk perencanaan alur sungai
jembatan adalah 50 tahun atau kemungkinan terjadi dalam 1 tahun adalah 0,02 kali.
Perkiraan banjir rencana dapat didasarkan pada rekaman aliran sungai atau curah
hujan. Penggunaan teknik curah hujan adalah kedua terbaik terhadap analisa langsung dari
data aliran sungai. Dengan memperhatikan lebih banyak sungai sungai di Indonesia
dimana data curah hujan lebih mudah diperoleh dibandingkan data aliran sungai.
Dengan mengabaikan bentuk fisik dari daerah aliran, debit akan bervariasi dengan
curah hujan, tumbuh tumbuhan, jenis tanah dsb. Dengan demikian perlu bahwa cara
perkiraan debit diperiksa atau diuji untuk memperbaiki hasil tersebut. Cara yang digunakan
untuk perkiraan aliran banjir rencana dapat dibagi dalam dua kelompok sebagai berikut :

2.2.

Cara Berdasarkan Aliran Sungai


Untuk daerah aliran sungai yang terukur dengan pencatatan jangka waktu yang

cukup panjang (umumnya paling sedikit 10 tahun), data dapat dianalisa secara statistik dan
dibuat perkiraan aliran rencana dengan periode ulang tertentu. Analisa frekwensi riwayat
banjir adalah cara paling dipercaya untuk perkiraan besaran dan frekwensi banjir yang
akan datang.
Bila terdapat sejumlah daerah aliran dalam daerah dengan pencatatan cukup
panjang, data dapat dianalisa dan aliran rencana dihubungkan dengan karakteristik daerah
aliran (sebagai contoh luas, panjang sungai dsb). Hubungan tersebut kemudian dapat
digunakan untuk perkiraan aliran rencana dalam daerah aliran tidak terukur; pendekatan
tersebut dikenal sebagai acra frekwensi banjir regional.
2.3.

Cara Berdasarkan Curah Hujan


Untuk daerah aliran terukur yang mempunyai pencatatan kurang panjang untuk

melakukan analisa frekwensi banjir, data aliran tersedia dan data pluviogrf dapat digunakan
untuk memperoleh parameter dari daerah aliran (yaitu unit hidrograf atau model aliran air).
Hujan lebat rencana kemudian dapat digunakan pada model yang dihasilkan untuk
memberikan banjir rencana yang diperlukan. Bila terdapat daerah aliran dalam daerah
dengan cukup data untuk memperoleh parameter model, data data tersebut dapat
Laporan Akhir

CV. ALYMAR LESTARI KONSULTAN


Perencanaan Teknis Pemb. Jembatan Mamuju

dihubungkan dengan karakteristik daerah aliran untuk memberikan unit hidrograf atau
prosedur larian air untuk dearah tersebut. Hubungan tersebut dapat digunakan untuk
memperoleh model dari daerah aliran yang tidak diukur dimana curah hujan rencana dapat
digunakan untuk memperoleh aliran rencana.
Dalam daerah dimana aliran sungai dan data curah hujan yang berhubungan adalah
sangat terbatas, hubungan antara parameter model dan karakteristik daerah aliran yang
diperoleh diluar daerah yang ditinjau dapat diuji dengan data yang tersedia dan yang paling
dekat menjadi model daerah aliran yang digunakan.
Perhitungan debit rencana dapat diperoleh dari hasil-hasil perhitungan curah hujan
dengan memasukan beberapa faktor kondisi daerah pengaliran, yaitu jangka waktu sejak
terkumpulnya air hujan tersebut sampai pada saat terjadinya debit besar pada tempat
kedudukan rencana jembatan. Besarnya jangka waktu tersebut tergantung dari kondisi
geologi dan topografi daerah pengaliran.
Ada beberapa metode perhitungan debit banjir, salah satu metode yang umum
digunakan adalah metode Rasional seperti dijelaskan dibawah ini :
= (f x r x A)/ 3,60
Q = Dedebit banjir rencana (m3/dt)
A = Luas daerah pengaliran (km2)
L

R = intensitaas curah hujan rata-rata dalam


jangka waktu T, sejak permulaan
jatuhnya hujan sampai dengan waktu
mulai timbulnya banjir (flood arrival
tima)(mm/jam)

Lokasi Jembatan

F = Koefisien pengaliran
T = interval kedatangan banjir.

Untuk mendapat harga debit (Q), maka terlebih dahulu supaya didapatkan hargaharga komponen yang terdapat dalam persamaan tersebut, yaitu
Laporan Akhir

CV. ALYMAR LESTARI KONSULTAN


Perencanaan Teknis Pemb. Jembatan Mamuju

2.4.

Koefisien pengaliran
Koefisien pengaliran (f) adalah suatu variabel yang didasarkan pada kondisi daerah

aliran sungai dan karakteristik hujan yang jatuh didaerah tersebut. Beberapa petunjuk
untuk mendapatkan angka tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.2.1
Daerah pegunungan berlereng terjal

0,75 0,90

Daerah perbukitan

0,70 0,80

Daerah bergelombang dan semak-semak

0,50 0,75

Daerah datar yang digarap

0,45 0,60

Daerah persawahan irigasi

0,70 0,80

Sungai didaerah pegunungan

0,75 0,85

Sungai kecil didaerah daratan

0,45 0,75

Sungai yang besar dengan daerah pengaliran


Yang lebih dari seperduanya terdiri dari daratan
2.5.

0,50 0,75

Interval Kedatangan Banjir


Harga interval kedatangan banjir (T) dapat dihitung dari persamaan berikut ini :
T

= L/W

= panjang bagian sungai dari sumber air sampai kedudukan rencana


jembatan(Km)

= kecepatan perambatan banjir (m/det), (km/jam)

= 20 x(H/L)0,60 (m/det)
= 72 x (H/L)0,60 (km/jam)

= perbedaan elevasi.

Guna meyakinkan ketelitian harga T dengan hasil perhitungan yang mendekat


keadaan yang sesungguhnya, maka dilakukan pengujian pengujian yang antara lain
dengan membandingkan hasil-hasil dari perhitungan dengan rumus-rumus lainnya.
Komponen T merupakan komponen yang paling penting dalam perhitungan dan ketelitian
hasilnya akan sangat menentukan ketelitian hasil Q. andaikata jangka waktu yang
diperlukan sejak hujan turun diatas permukaan tanah sampai terkumpulnya air kedalam
alur sungai dinyatakan dengan a, kecepatan perambatan baanjir setelah terkumpulnya air
dalam alur sungai dinyatakan dengan W dan panjang sungai dinyatakan dengan L, maka
Laporan Akhir

CV. ALYMAR LESTARI KONSULTAN


Perencanaan Teknis Pemb. Jembatan Mamuju

interval kedatangan banjir (T) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : T = a +
(L/W); akan tetapi oleh karena harga a biasanya sangat kecil, maka komponen a tersebut
biasanya diabaikan dengan harga T dihitung dengan persamaan diatas. Untuk memudahkan
perhitungan, maka biasanya dibuatkan diagram perhitungan seperti pada gambar berikut
yang didasarkan pada persamaan diatas.

Perhitungan debit (Q) dengan rumus diatas dapat dilakukan dengan urutan sebagai
berikut :

Dari peta topografi dasar (biasanya dengan skala 1 : 25.000) dapat dihitung panjang
sungai (L) yang diinginkan; supaya diperhatikan bahwa sebagai titik permulaan
pengukuran untuk harga (L), dimulai dari tempat keluarnya mata air sungai dan bukan
tempat tertinggi pada daerah pengaliran sungai tersebut.

Untuk mendapatkan harga W, disamping dengan rumus-rumus empiris, sebaiknya


dilakukan pula pengukuran-pengukuran setempat, karena harga W hanya tergantung
pada kemiringan sungai, tetapi masih dipengaruhi oleh banyak faktor lainnya (seperti :
lebar sungai, kedalaman sungai, konfigurasi sungai, vegetasi yang terdapat dalam
sungai, jenis sedimen yang bergerak diddasar sungai maupun yang melayang dalam
aliran sungai, dan sebagainya).

2.6.

Intensitas Curah Hujan Rata-rata Dalam Interval Waktu (T)

Laporan Akhir

CV. ALYMAR LESTARI KONSULTAN


Perencanaan Teknis Pemb. Jembatan Mamuju

Untuk memperoleh harga intensitaas curah hujan rata-rata dalam waktu T (R), baik
yang dinyatakan dalam curah hujan harian, jam-jaman, dan lain-lain dapat digunakan
rumus- rumus berikut :

Apabila perhitungan dilakukan berdasarkan curah hujan harian, maka rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut :
r
Dengan :

= {(R4/24) x (24/T)}n
= intensitas curah hujan rata-rata dalam interval

waktu T

(mm/jam). \
R4 = curah hujan harian (mm)

= intensitas kedatangan banjir

= biasanya diambil 2/3 sampai .

Apabila perhitungan dilakukan berdasarkan data-data curah hujan maksimum


dalam interval waktu tertentu (T jam), maka rumus yang digunakan adalah :

Dengan :

2.7.

= {(R4/24) x (24/T)}n

= intensitas curah hujan maksimum (mm/jam).

Rt

= intensitas curah hujan rata-rata dalam interval waktu T (mm/jam)

Pengaruh arus balik (Back Water)

Pengaruh arus balik dapat dikarenakan oleh adanya hambatan pada aliran, seperti
adanya pilar pada bangunan jembatan. Tinggi pengaruh arus balik dapat dihitung dengan
rumus Ghantey seperti berikut ini :
Z = (V2/2g)x{(Aa/Ca)-1}
Dengan :
Laporan Akhir

Z = Tinggi air balik (m)


8

CV. ALYMAR LESTARI KONSULTAN


Perencanaan Teknis Pemb. Jembatan Mamuju

Va = kecepatan aliran
A = Luas pengaruh hidrolik pada pilar
C = koefisien
C = 0,78 + (0,021 x S0,05)
S = lebar efektif penampang sungai
2.8.

Perhitungan Gerusan (Scouring)


Perhitungan gerusan atau scouring adalah penting dalam menentukan kedalam pilar

dan abutmen jembatan. Gerusan dapat terjadi pada dasar dan tebing sungai pada daerah
sekitaar pilar dan abutmen jembatan. Gerusan dapat terjadi bilamana :

Kecepatan aliran sungai lebih besar dari kecepatan ijin material dasar/tebing
sungai,

Akibat terbelahnya aliran disekitar pilar jembatan.


Untuk memperkirakan besarnya scouring, ada beberapa metode yang umum

digunakan, diantaranya :

Metode I
Metode I menggunakan persamaan dasar sebagai berikut :
General scour, yaitu gerusan yang terjadi akibaat tergerusnya material dasar sungai :
Ds1 = (Yr x Vo x K) / (A/W)1/2

(m)

Local scour, yaitu gerusan yang terjadi disekitar pilar/abutmen akibat terjadinya
pusaran aliran (turbulensi).

Total scour

Ds2 = (0,80 x (Vo x b)1/2

(m)

Dst = Ds1 + Ds2

(m)

Dengan :
Vo

Laporan Akhir

(Q/A)x{Yo/()}2/3 x C

CV. ALYMAR LESTARI KONSULTAN


Perencanaan Teknis Pemb. Jembatan Mamuju

{(W/4,83) x Q1/2}1/2

Yr

Kenaikan tinggi muka

Yr

Kenaikan tinggi muka air dari keadaan normal sampai keadaan banjir
dibagian upstream jembatan.

Vo

Kecepatan rata-rata aliran upstream daerah gerusan (m/det.)

Faktor perbandingan lebar opening terhadap lacey regime,

Luas opening yang ditempati, diukur normal terhadap aliran dengan


asumsi bahwa profil tidak tergerus (m2)

Lebar Opening awal

Lebar efektif proyeksi pilar jembatan

Yo =

Kedalaman air banjir maksimum segaris dengan bagian upstream dari


daerah pengerusan (m)

Debit banjir rencana

Konstanta aliran (aliran umum C = 1, dan aliran memusat C=2),

Metode Lacey Regime


Perhitungan gerusan/scouring dengan metode Lacey regime terbagi atau 2 bagian
yaitu :
Aluvial stream (lebar regime < lebar jembatan), dimana kedalam gerusan normal
dapat diprediksi dengan persamaan :
Q

1/ 3

Ds 0,472x

Ds = Kedalaman normal scouring dibawah muka air banjir


Q
Laporan Akhir

= Debit rencana (m3/det)


10

CV. ALYMAR LESTARI KONSULTAN


Perencanaan Teknis Pemb. Jembatan Mamuju

Faktor lacey regime (f = m)

M = Diameter rata-rata material sungai.


Alluvialstream (lebar regime < lebarjembatan), dimana kedalaman gerusan normal
dapat diprediksi dengan persamaan :
W

0 , 61

d1 d x

Dengan :

Laporan Akhir

= Lebar regime

= Lebar aliran dibawah jembatan

= normal scour, untuk L = W

d1

= normal scour yang terjadi

11

CV. ALYMAR LESTARI KONSULTAN


Perencanaan Teknis Pemb. Jembatan Mamuju

BAB III
KONSEP PERENCANAAN
3.1.Standar Perencanaan
Dalam Perencanaan Teknis Pembangunan Jembatan Mamuju Kami menggunakan
beberapa standar yang sesuai dengan kebutuhan perencanaan antara lain :

SK SNI 02-2453-2002, tentang tata cara perencanaan teknis sumur resapan air hujan
untuk lahan pekarangan.

SK SNI 06-2459-2002, tentang spesifikasi sumur resapan air hujan untuk lahan
pekarangan.

SK SNI 02-2406-1991, tentang cara perencanaan umum drainase perkotaan.


Material Untuk lapisan lapisan perkerasan bila ada akan diupayakan menggunakan
material yang tersedia/ada di quarry sekitar lokasi proyek.

Perencanaan bangunan bawah dihitung berdasarkan buku Pedoman Perencanaan


Pembebanan Jembatan Jalan Raya SNI No. 1725-1989-F dan type bangunan atas
yang digunakan. Pemilihan jenis konstruksi bangunan atas maupun bangunan bawah
yang paling sesuai akan diusulkan terlebih dahulu oleh konsultan kepada
Koordinator Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.

3.2.Konsep Detail Perencanaan (Draft Design)


Setelah selesai proses pengumpulan data lapangan (Survai lapangan) Konsultan
akan membuat kesimpulan hasil survai lapangan, yang akan dituangkan dalam konsep
Detail Perencanaan.
Isi konsep detail Perencanaan menyangkut :
Penetapan lokasi bangunan baru berdasarkan peta tofografi dan evaluasi hasil
survai pendahuluan pada bangunan yang akan direlokasikan (bila ada) dengan
memperhatikan standar perencanaan yang telah ditentukan.
Rencana bangunan bangunan drainase akan ditetapkan konsultan berdasarkan
pertimbangan yang sesuai dengan keadaan setempat.

Laporan Akhir

12

CV. ALYMAR LESTARI KONSULTAN


Perencanaan Teknis Pemb. Jembatan Mamuju

Untuk perhitungan konstruksi pondasi serta bangunan bawah akan didasarkan pada
hasil hasil penyelidikan tanah dan keadaan setempat. Dalam menentukan jumlah
serta panjang bentang, akan disesuaikan dengan keadaan topografi setempat dengan
memperhatikan macam bangunan atas yang telah disetujui oleh Koordinator
Pengawas.
Hasil kesimpulan diatas, konsultan akan membuat dan menyampaikan kepada
Koordinator Pengawas Laporan Konsep Detail Perencanaan yang berisi kesimpulan dan
saran atas semua bagian perencanaan. Gambar untuk setiap bangunan dibuat diatas kertas
milimeter atau langsung diatas kertas kalkir standar.
Laporan konsep detail perencanaan dan gambar tersebut terutama yang menyangkut
hal hal sebagai berikut :
1.

Plan digambar diatas peta situasi dengan skala 1 : 1000 yang berisi antara lain :
Letak rencana bangunan baru
Lokasi dan nomor titik kontrol horizontal dan vertikal
Lokasi dan nomor potongan melintang
Elemen elemen lengkung horizontal
Batas daerah penguasaan (ROW) dan penggunaannya
Semua data data topografi yang penting (rumah, jalan lama, jenis jenis
tanaman utama dan lain lain)
Patok patok pengukuran

2.

Potongan/penampang memanjang
Potongan memanjang akan digambar pada bagian bawah plan tersebut pada butir 1
diatas, dengan skala horizontal 1 : 1000 dan Vertikal 1 : 100 yang berisi hal hal
sebagai berikut :
Tinggi muka air tanah asli, muka air banjir
Lokasi dan nomor titik kontrol horizontal dan vertikal
Lokasi dan nomor potongan melintang
Elemen elemen lengkung horizontal
Batas daerah penguasaan (ROW) dan penggunaannya
Semua data data topografi yang penting (rumah, jalan lama, Jenis jenis
tanaman utama dan lain lain)

Laporan Akhir

13

CV. ALYMAR LESTARI KONSULTAN


Perencanaan Teknis Pemb. Jembatan Mamuju

3.

Potongan/penampang melintang (Cross Section)


Gambar potongan melintang akan dibuat menurut peta topografi sesuai keadaan lokasi
yang ditentukan dan digambar diatas kertas dengan skala Horisontal 1 : 100 dan
Vertikal 1 : 100

4.

Gambar Bangunan Rencana


Untuk tiap jembatan selain gambar gambar tersebut pada butir 1,2, dan 3 diatas juga
dibuat gambar gambar antara lain :
Denah, potongan memanjang dan melintang jembatan (pada potongan
memanjang akan digambarkan grafik SPT, Grafik Sondir, bor loging untuk
pondasi yang diselidiki struktur tanahnya.
Detail detail bangunan bawah dan bangunan atas.
Keterangan keterangan mengenai kelas pembebanan, mutu bahan harus
dicantumkan pada setiap gambar jembatan (bagian gambar).

5.

Standar standar dari bagnunan pengaman lainnya (bangunan penahan erosi,


bangunan pengarah aliran dan lain lain)

6.

Angka angka dan huruf huruf yang menunjukan ukuran dan catatan/keterangan
pada gambar, Ukurannya dibuat sedemikian rupa sehinga dapat dibaca dengan
mudah/jelas walaupun ukuran gambar diperkecil menjadi A3.

7.

Spesifikasi teknik.

8.

Setelah hasil konsep detail perencanaan selesai, konsultan akan mengadakan diskusi
dan pembahasan dengan pemberi tugas mengenai hal hal tersebut diatas.

3.3.Perencanaan Akhir (Final Design)


Setelah diadakan diskusi dan pembahasan mengenai Konsep Detail Perencanaan,
maka setiap koreksi dan komentar yang akan diberikan oleh Pemberi Tugas akan
diperbaiki baik yang menyangkut perhitungan/analisa perencanaan maupun gambar
gambar rencana. Hasil perbaikan tersebut akan dilaporkan kembali kepada Koordinator
Pengawasan dan akan diproses lebih lanjut apabila telah dinyatakan bahwa konsep
perencanaan akhir sudah memenuhi syarat.
Seluruh hasil perencanaan akhir akan diserahkan konsultan kepada Pemberi Tugas
sesuai waktu tang telah disepakati.

Laporan Akhir

14

CV. ALYMAR LESTARI KONSULTAN


Perencanaan Teknis Pemb. Jembatan Mamuju

Hasil perencanaan akhir akan terdiri dari :


1. Gambar perencanaan akhir untuk masing masing jembatan yang terdiri dari :
Sampul Luar (cover)
Lembar Judul yang memuat peta lokasi lengkap dengan nama jembatannya.
Lembar simbol dan singkatan
Lembar daftar volume pekerjaan
Lembar daftar Pembesian
Plan dan profil (skala horisontal 1 : 1000, Skala vertikal 1 : 100 dan dilengkapi
dengan detail situasi yang ada, letak dan tanda patok kayu dan beton dan
sebagainya.
Potongan melintang (cross section) jalan pendekat dan sungai (skala horisontal 1
: 100 dan vertikal 1 : 100)
Denah, potongan memanjang dan melintang jembatan.
Detail detail bangunan bawah dan bangunan atas beserta pembesiannya
Lembar gambar bangunan pelengkap lainnya.
2. Perhitungan volume pekerjaan fisik
Perhitunga volume pekerjaan fisik disajikan dalam bentuk :
Daftar volume pekerjaan disusun menurut item/mata pembayaran didalam
dokumen kontrak dan dibuat untuksetiap jembatan.
Apabila dalam satu paket terdapat lebih dari 1 (satu) jembatan, maka volume
pekerjaan tersebut dibuatkan jumlahnya kecuali untuk itam mobilisasi.
3. Perhitugnan Biaya Pekerjaan
Perhitungan perkiraan biaya pelaksanaan fisik, meliputi antara lain :
Perhitugnan analisa harga satuan untuk setiap mata pembayaran utama.
Perkiraan biaya untuk setiap paket pekerjaan
Daftar harga satuan bahan dan upah
4. Pengadaan Dokumen Lelang
Penyajian dokumen lelang, berpedoman pada Surat Keputusan Menteri PU No.
38/KPTS/1998 tanggal 26 Februari 1998 tentang Standar Dokumen Lelang Pengadaan
Barang dan Jasa dilingkungan Departemen Pekerjaan Umum/Permukiman dan
Pengembangan Prasarana Wilayah.
Sesuai pedoman tersebut, maka Dokumen Lelang yang diperlukan untuk setiap paket
pekerjaan terdiri dari :
Laporan Akhir

15

CV. ALYMAR LESTARI KONSULTAN


Perencanaan Teknis Pemb. Jembatan Mamuju

Bab 1

Instruksi Umum Kepada Peserta Lelang

Bab 2

Bentuk Penawaran dan Informasi Kualifikasi

Bab 3

Syarat syarat Kontrak

Bab 4

Data data Kontrak

Bab 5

Spesifikasi

Bab 6

Daftar Kuantitas

Bab 7

Gambar gambar

Bab 8

Contoh bentuk Jaminan

3.4.Konsep Perhitungan Perencanaan


3.4.1. Perhitungan Bangunan Atas
a. Jenis Bangunan atas
Pemilihan type konstruksi bangunan atas akan menggunakan pelat beton bertulang.
b.

Pembebanan Bangunan Atas


Pembebanan bangunan atas akan disesuaikan dengan Peraturan Pembebanan Jembatan
jalan Raya (BM 100) yang meliputi : Beban Primer dan beban Sekunder. Untuk
mendapat keadaan dimana kombinasi gaya gaya tersebut akan menimbulkan
pengaruh yang sangat kritis, maka sesuai dengan peraturan yang berlaku perlu ditinjau
untuk kombinasi sebagai berikut :
Kombinasi I : M + (H + K) + Ta + Tu
Kombinasi II : M + Ta + Ah + Gg + A + SR + T + S
Kombinasi III : (Komb. I) + R + Gg + A + SR + T + S
Kombinasi IV : M + Gh + Tag + Ahg + Gg + Tu
Dengan :

= Beban Mati

H + K = Beban Hidup + Kejut

Laporan Akhir

Ta

= Gaya tekanan Tanah

Ah

= Gaya Akibat aliran dan hanyutan

SR

= Gaya akibat susut dan rangka

= Gaya akibat Perubahan suhu

= Gaya Rem

Gg

= Gaya gesek pada tumpuan bergerak

Tu

= Gaya angkat

= Gaya sentrifugal
16

CV. ALYMAR LESTARI KONSULTAN


Perencanaan Teknis Pemb. Jembatan Mamuju

Ahg

= Gaya akibat aliran dan hanyutan pada saat gempa

= Beban Angin

Gp

= Gaya Gempa

Beban yang bekerja pada bangunan atas pelat :


Beban vertikal yang terdiri dari :

Beban Mati (M) adalah jumlah berat total bangunan atas jembatan.

Beban Hidup (D)+(P)


Beban Jalur (D)
q' = (q-1.1/60 X (L-30))/2.75
Q = 0.5{(q X 5.5)X100% + (q X 1.5) X 50 % } X L
Beban Garis (P)
p = p/2.75
P = {(p X 5.5) X 100 % + (p X 1.5 ) X 50 %}

Beban Horisontal terdiri dari :

Gaya Gesek (Gg)

= 0.15 X M

Gaya Rem (Rm)

= 0.05 X (D +P)

Gaya Gempa (Gh) = Kh X M

Gaya Gesek

= 2 X Kh X M

3.4.2. Perhitungan Bangunan Bawah


Pemilihan type bangunan bawah sangat tergantung dari keadaan tanah setempat,
type bangunan bawah baik abutmen maupun pilar dapat berbentuk dinding penahan atau
Pilecap.
Perhitungan bangunan bawah dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.

Reaksi Bangunan Atas


Reaksi bangunan atas merupakan beban vertikal dan horizontal yang bekerja pada
perletakan abutmen dan pilar
Beban bangunan atas terdiri dari :

Laporan Akhir

17

CV. ALYMAR LESTARI KONSULTAN


Perencanaan Teknis Pemb. Jembatan Mamuju

Beban hidup yaitu beban kendaraan, baik beban jalur dan garis dan beban hidup
pada trotoar.
Beban mati yaitu berat lantai, girder, trotoar dan sandaran.
Beban angin
Gaya rem
Gaya gempa
Gaya susut dan rangkat
b.

Mutu Bahan Bangunan Bawah


Mutu bahan dan biaya yang digunakan terdiri dari :
Mutu beton lantai rangka K 250
Mutu baja tulangan polos U24, Ulir U32
Pasangan Batu dengan Berat Jenis (BJ) 2200 kg/m3

3.4.3. Perhitungan Pondasi


Pemilihan jenis dan kedalaman pondasi sangat tergantung pada keadaan lapisan
tanah dan besarnya scouring/gerusan yang terjadi. Pemilihan jenis pondasi dapat berupa
pondasi langsung, pondasi sumuran, dan pondasi tiang. Dasar perhitungan ketiga jenis
pondasi tersebut diatas dapat diuraikan sebaagi berikut :
Pondasi langsung (dangkal)
Kapasitas dukung pondasi langsung (dangkal) dapat diuraikan sebagai berikut:

Untuk pondasi bulat


Qult = 1,2 C. Nc + .Df.Nq + 0,6 .R.N

Laporan Akhir

18

CV. ALYMAR LESTARI KONSULTAN


Perencanaan Teknis Pemb. Jembatan Mamuju

Untuk pondasi Persegi


Qult = 1,2 C. Nc + .Df.Nq + 0,4 .B.N

Dengan :

Qult

= Kapasitas Dukung Ultimate

= Kohesi Tanah

Nc,Nq,N

= faktor daya dukung terzaghi

= Berat Jenis Tanah

Df

= Kedalaman Pondasi

= Lebar Pondasi

= Jari jari pondasi bulat

Dimana faktor faktor daya dukung Nc, Nq dan N dapat diambil dari grafik berikut
ini :

Laporan Akhir

19

CV. ALYMAR LESTARI KONSULTAN


Perencanaan Teknis Pemb. Jembatan Mamuju

BAB IV
PENUTUP
Dari hasil perencanaan diperoleh hasil desain yang diterapkan sesuai dengan
gambar rencana dengan karakteristik sebagai berikut :

Pembangunan Jembatan Kayu Dusun Arassi, Desa Kalonding


Luas dimensi jembatan yang dipilih dengan ukuran Panjang Jembatan 5 m dan lebar
3.5 m, dengan menggunakan balok dan Plat Lantai Kombinasi Kayu.

Pembangunan Jembatan Salumoni Desa Leling Utara


Luas dimensi jembatan yang dipilih dengan ukuran Panjang Jembatan 12 m dan lebar
3.5 m, dengan menggunakan balok dan Plat Lantai Kombinasi Kayu.

Pembangunan / Rehabilitasi Jembatan Penyebrangan Lingkungan Kasiwa Tengah RT


III kel. Binanga Kec. Mamuju
Luas dimensi jembatan yang dipilih dengan ukuran Panjang Jembatan 5 m dan lebar
3.5 m, dengan menggunakan plat beton tebal 15 cm.

Rehabilitasi Jembatan Gantung Desa Siraun


Luas dimensi jembatan yang dipilih dengan ukuran Panjang Jembatan 28 m dan lebar 2
m, dengan menggunakan bahan besi tulangan dan kabel sebagai alat penggantung serta
bahan balok dan Plat Lantai Kombinasi Kayu.

Pembangunan Jembatan Gantung Kayu Dsn Sikka Desa Landi Kanusuang Kec. Mapili
Luas dimensi jembatan yang dipilih dengan ukuran Panjang Jembatan 28 m dan lebar 2
m, dengan menggunakan bahan besi tulangan dan kabel sebagai alat penggantung serta
bahan balok dan Plat Lantai Kombinasi Kayu.

Pembangunan Jembatan Gantung Dusun Nusantara Desa Toabo Kec. Papalang

Laporan Akhir

20

CV. ALYMAR LESTARI KONSULTAN


Perencanaan Teknis Pemb. Jembatan Mamuju

Luas dimensi jembatan yang dipilih dengan ukuran Panjang Jembatan 28 m dan lebar 2
m, dengan menggunakan bahan besi tulangan dan kabel sebagai alat penggantung serta
bahan balok dan Plat Lantai Kombinasi Kayu.

Laporan Akhir

21

Você também pode gostar