Você está na página 1de 11

ANALGESIK - ANTIPIRETIK

PENDAHULUAN
Beberapa senyawa yang dikelompokkan sebagai analgesik antipiretik
kadang-kadang menghadirkan masalah yang sulit bagi para ahli kimia analisis.
Masalah yang sering ditemui yang terkait dengan analisis kandungan bahan aktif obat
adalah adanya bahan-bahan tambahan dalam sediaan farmasi. Terlebih lagi dalam
satu sediaan obat biasanya terdapat lebih dari satu bahan aktif obat.
Analgesik-antipiretik dapat dikelompokkan sebagai turunan-turunan struktur:
asam salisilat, anilin, p-aminofenol, kuinolin, dan pirazolon. Beberapa analgesik
yang umum beserta struktur kimia dan sifat-sifatnya dikelompokkan dalam Tabel
berikut.
Beberapa senyawa yang umum digunakan sebagai analgesik
Senyawa
induk
Asam
salisilat

Rumus
empiris
C9H8O4

Berat
molekul
180,15

Asetanilid

Anilin

C8H9NO

135,16

Parasetamol

paminofenol

C8H9NO2

151,2

Sinkofen

Kuinolin

C16H11NO2

179,21

Senyawa
Asam
asetilsalisilat
(Asetosal)

Struktur

Senyawa
induk
Kuinolin

Rumus
empiris
C19H17NO2

Berat
molekul
291,33

Antipirin

Pirazolon

C11H12N2O

188,22

Aminopirin

Pirazolon

C13H17N2O

231,29

Senyawa

Struktur

Neosinkofen

Antipirin dan aminopirin saat ini sudah tidak beredar di pasaran, meskipun
demikian

keduanya

sering

digunakan

sebagai

model

untuk

penelitian

farmakokinetika.
A. Turunan Anilin dan P-Aminofenol
Asetanilid (antifebrin, N-fenilasetamid) merupakan turunan aniline yang
umum digunakan sebagai antipiretik. Sementara itu turunan p-aminofenol yang
digunakan sebagai analgesik adalah parasetamol.
Asetanilid
1. Metode Gravimetri
Asetanilid dapat diekstraksi dan sediaan lalu ditimbang. Sampel
serbuk diekstraksi dengan petroleum benzen untuk menghilangkan lubrikan
tablet. Ekstrak ini (yang tidak mengandung bahan aktif obat) dibuang.
Asetanilid selanjutnya diekstraksi dengan kloroform dan ekstrak kloroform

yang diperoleh diuapkan sampai kering. Residu dikeringkan pada suhu 80C
selama 2 jam, didinginkan, dan ditimbang sampai berat konstan.

2. Metode Bromometri
Garam anilin yang dihasilkan dari hidrolisis asetanilid dengan asam
(H2SO4 atau HCl) dapat dititrasi secara kuantitatif dengan menggunakan
larutan baku bromat-bromida menghasilkan tribromoanilin. Adanya bromin
dengan sendirinya dapat bertindak sebagai indikator. Titraksi ini dapat
dilakukan meskipun ada kafein karena kafein hanya bias bereaksi jika ada
bromin yang berlebih.
Metode alternatif lain juga tersedia, yakni setelah dilakukan hidrolisis
dengan asam sulfat, larutan air-asam diekstraksi dengan kloroform untuk
menghilangkan kafein. Anilin sulfat selanjutnya ditambah dengan larutan
baku bromat-bromida berlebih. Setelah selesai reaksi, kalium iodida (KI)
ditambahkan dan larutan selanjutnya dititrasi kembali dengan larutan baku
natnum tiosulfat. Reaksi yang terjadi pada penetapan kadar asetanilid dengan
cara bromometri dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar Reaksi yang terjadi pada penetapan kadar asetanilid dengan cara
bromometri.
3. Metode Kolorimetri
Hidroksilamin akan bereaksi dengan amida memberikan asam
hidroksamat yang sesuai dengan reaksi berikut:
RCONX2 + NH2OH RCONHOH + NHX2
X dapat berupa atom hidrogen (H) atau suatu alkil (R). Reaksi ini akan diikuti
pembentukan wama dengan ion feri yang merupakan dasar metode analisis
amida.
Reagen yang dibutuhkan: hidroksilamin sulfat 2 N; natrium
hidroksida 3,5 N; reagen hidroksilamin yang disiapkan dengan mencampur
volume sama banyak hidroksilamin sulfat 2 N dan natrium hidroksida 3,5 N;
asam klorida 3,5 N; dan besi(III) klorida 0,74 N dalam HCl 0,1 N.
Cara analisis asetanilid dengan metode kolorimetri: larutan asetanilid
dalam air dengan konsentrasi 0,005 sampai 0,01 M disiapkan. Sebanyak 2 mL

larutan hidroksilamin dimasukkan dalam labu tertutup, lalu sebanyak 1,0 mL


larutan sampel ditambahkan ke dalamnya. Campuran selanjutnya dibiarkan
selama 3 jam pada suhu 60C lalu dengan segera didinginkan pada suhu
ruangan. Sebanyak 1,0 ML asam klorida 3,5 N dan 1,0 mL feri klorida 0,74 N
dalam HC1 0,1 N segera ditambahkan ke dalam larutan lalu dibaca
absorbansinya pada panjang gelombang 515 nm. Suatu larutan baku
disiapkan dengan menggunakan larutan asetanilid pada konsentrasi tertentu
yang sudah diketahui dan kondisinya diperlakukan sama sebagaimana pada
analisis sampel di atas.
Kadar asetanilid =

|sampel|
|baku| x Cbaku x faktor pengenceran

Meskipun adanya ester akan menganggu dalam analisis ini, akan


tetapi adanya asam tidak menganggu. Salah satu keuntungan metode ini
adalah kemampuan metode ini untuk mendeteksi adanya degradasi
(kerusakan) pada cincin amida.
B. TURUNAN KUINOLIN
Hanya ada 2 turunan kuinolin yang digunakan sebagai antipiretika yakni
sinkofen dan neo-sinkofen. Sinkofen adalah asam 2-fenil kinkoninat, sementara
itu neo-sinkofen adalah etil 6-meti-2-fenil kinkoninat.
Sinkofen
Sinkofen dapat dianalisis dengan metode gravimetri, titrimetri dan
spektrofotometri.
1. Metode Gravimetri
a. Ekstraksi

Sinkofen dapat diekstraksi dari sediaan tabletnya dan ditimbang


secara langsung. Dietil eter anhidrat dipilih oleh Warren sebagai pelarut
pilihan pada analisis secara gravimetri ini, sementara itu Paikin,
menggunakan campuran eter dan kloroform dengan perbandingan yang
sama.
b. Bromometri
Jika sinkofen direaksikan dengan larutan bromida-bromat maka
akan dihasilkan produk reaksi yang terbrominasi yang dapat terekstraksi
ke dalam eter. Kelebihan bromin dihilangkan dengan pemanasan, lalu
larutan diuapkan, dan reside ditimbang sebagai sinkofen, hidrobromida.
Jika diinginkan, garam sinkofen ini diubah menjadi basa bebasnya dengan
alkali dan ditimbang sebagai sinkofen.
c. Iodometri
Metode lain yang diusulkan untuk analisis sinkofen adalah
berdasarkan pada konversi sinkofen menjadi sinkofen yang mengandung
iodium (C16H11NO2)2HI.I2. Reaksi terjadi pada larutan air-asam. Senyawa
yang terendapkan diekstraksi ke dalam eter atau ke dalam campuran
kloroform-eter. Larutan eter dihilangkan warnanya dengan natrium
tiosulfat atau dengan asam sulfat dan sinkofen yang dibebaskan
dipindahkan dan ditimbang.
Teknik ini dapat digunakan untuk menganalisis sinkofen dengan
adanya kafein dan turunan salisilat.
2. Metode Titrimetri
a. Alkalimetri

Sinkofen merupakan asam karboksilat karenanya dapat dititrasi


dengan larutan baku alkali. Metode berikut adalah sesuai untuk analisis
tablet sinkofen.
Cara analisis sinkofen: sejumlah tertentu serbuk tablet yang setara
dengan 0,5 gram sinkofen diekstraksi dengan 10 mL karbon triklorida
dingin. Campuran selanjutnya disaring dan filtratnya dibuang. Residu
dilarutkan dalam 10 mL alkohol yang telah dinetralkan dan campuran
dipanaskan pada suhu kurang lebih 70C untuk melarutkan sinkofen.
Larutan disaring dan penyaring dicuci beberapa kali dengan alkohol
hangat yang telah dinetralkan. Hasil cucian dan filtrat dikumpulkan,
didinginkan, lalu dititrasi dengan larutan natrium hidroksida 0,1 N
menggunakan indikator fenolftalein.
b. Iodometri
Prosedur ini merupakan variasi metode gravimetri-Iodometri.
Senyawa yang ditambah iodo diendapkan dalam larutan air-asam dengan
kelebihan larutan baku iodium. Presipitat disaring dan alikuot filtrat
dititrasi kembali dengan larutan baku natrium tiosulfat. Salisilat-sallisilat
tidak menganggu penetapan kadar ini.
Reagen yang dibutuhkan: larutan natrium karbonat disiapkan
dengan melarutkan 12,5 gram natrium karbonat monohidrat dalam air
secukupnya hingga 100 mL; larutan baku iodium 0,1 N; larutan baku
natrium tiosulfat 0,02 N; dan indikator amilum.
Prosedur analisis sinkofen dengan Iodometri: jika sampel padat,

sejumlah sinkofen yang setara dengan 0,15 g sinkofen ditimbang secara


seksama dalam Beker 50 mL lalu diperlakukan dengan menambahkannya
5, 3, dan 3 mL larutan natrium karbonat dan disaring melalui penyaring
kecil ke dalam beker 50 mL yang lain. Beker pertama dan Beker
penyaring dicuci dengan beberapa air dan hasil cuciannya dikumpulkan
pada Beker kedua. Larutan diuapkan hingga kering pada penangas air.
Residu yang masih panas dilarutkan dalam 5 mL asam asetat glasial dan
larutan dipindahkan ke dalam labu takar 100 (asam asetat yang digunakan
untuk memindahkan tidak lebih dari 10 mL). Larutan dipanaskan pada
suhu 90C di atas penangas air. Sebanyak 25,0 mL larutan iodium
ditambahkan dengan penggojogan, lalu labu ditutup. Setelah larutan
dingin, larutan diencerkan sampai batas volume dengan air dan dibiarkan
selama 30 menit dengan sesekali digojog. Larutan cepat disaring dengan
penyaring. Sebanyak 15 - 20 filtrat pertama dibuang. Sebanyak 50,0 mL
alikuot filtrat dititrasi segera dengan larutan baku natrium tiosulfat
menggunakan indikator amilum yang ditambahkan ketika larutan menjadi
kuning muda (hampir mendekati titik akhir titrasi).
3. Metode Kolorimetri
Metode ini merupakan metode tidak langsung yang mendasarkan pada
pengendapan sinkofen dalam larutan asam dengan asam silikotungstat
berlebihan. Kelebihan asam silikotungstat selanjutnya direaksikan dengan
titanium triklorida untuk memberikan warna yang intensitasnya merupakan
ukuran asam silikotungstat yang tidak bereaksi. Warna ini tidak stabil

karenanya harus cepat. Sistem ini mengikuti hukum Lambert-Beer. Kesalahan


yang dilaporkan kurang lebih 3%. Adanya asetosal dan asam salisilat tidak
menganggu penetapan kadar ini.

DAFTAR PUSTAKA
Sudjadi , Abdul . 2008 . Analisis Kuantitatif Obat ; GADJAH MADA
UNIVERSITY PRESS.

Kata Pengantar
Alhamdulillah, segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan YME
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah
mengenaiobat Analgesik-Antipiretik ini dengan lancar. Penulisan ini bertujuan
untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen matakuliah Anfar II
serta agar menambah ilmu pengetahuan tentang obat Analgesik-Antipiretik. Makalah
ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang saya peroleh dari buku
panduan. Saya harap makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Memang
makalah ini masih jauh dari sempurna, maka saya mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................


BAB I: PENDAHULUAN................................................................................
BAB II: ANALGESIK ANTIPIRETIK ...........................................................
1. TURUNAN ANILIN DAN p-AMINOFENOL...................................
A. Asetanilid..................................................................................
1. Metode gravimetri...............................................................
2. Metode bromometri.............................................................
3. Metode kolometri ...............................................................
2. TURUNAN KUINOLON ................................................................
A. Sinkofen...................................................................................
1. Metode gravimetri ..............................................................
a. Ekstraksi ......................................................................
b. Bromometri ..................................................................
c. Iodometri ........................................................................
2. Metode Titrimetri .................................................................
a. Alkalimetri ......................................................................
b. Iodometri ........................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................

Você também pode gostar