Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
EPIDEMIOLOGI
Emboli air ketuban adalah salah satu kondisi paling katastropik yang dapat terjadi dalam
kehamilan.
Kondisi ini amat jarang 1 : 8000 - 1 : 30.000 dan sampai saat ini mortalitas maternal dalam
waktu 30 menit mencapai angka 85%. Meskipun telah diadakan perbaikan sarana ICU dan
pemahaman mengenai hal hal yang dapat menurunkan mortalitas, kejadian ini masih tetap
merupakan penyebab kematian ke III di Negara Berkembang
ETIOLOGI
Patofisiologi belum jelas diketahui secara pasti. Diduga bahwa terjadi kerusakan penghalang
fisiologi antara ibu dan janin sehingga bolus cairan amnion memasuki sirkulasi maternal yang
selanjutnya masuk kedalam sirkulasi paru dan menyebabkan :
Bronchospasme
Renjatan
Akhir akhir ini diduga bahwa terjadi suatu peristiwa syok anafilaktik akibat adanya antigen
janin yang masuk kedalam sirkulasi ibu dan menyebabkan timbulnya berbagai manifestasi
klinik.
FAKTOR RESIKO
Emboli air ketuban dapat terjadi setiap saat dalam kehamilan namun sebagian besar terjadi
pada saat inparu (70%) , pasca persalinan (11%) dan setelah Sectio Caesar (19%)
Faktor resiko :
1.
Multipara
2.
Solusio plasenta
3.
IUFD
4.
Partus presipitatus
5.
Suction curettahge
6.
Terminasi kehamilan
7.
Trauma abdomen
8.
Versi luar
9.
Amniosentesis
GAMBARAN KLINIK
Gambaran klinik umumnya terjadi secara mendadak dan diagnosa emboli air ketuban harus
pertama kali dipikirkan pada pasien hamil yang tiba tiba mengalami kolaps.
Pasien dapat memperlihatkan beberapa gejala dan tanda yang bervariasi, namun umumnya
gejala dan tanda yang terlihat adalah segera setelah persalinan berakhir atau menjelang akhir
persalinan, pasien batuk batuk, sesak , terengah engah dan kadang cardiac arrest
DIAGNOSIS
Diagnosa pasti dibuat postmortem dan dijumpai adanya epitel skaumosa janin dalam
vaskularisasi paru.
Konfirmasi pada pasien yang berhasil selamat adalah dengan adanya epitel skuamosa dalam
bronchus atau sampel darah yang berasal dari ventrikel kanan
Pada situasi akut tidak ada temuan klinis atau laboratoris untuk menegakkan atau
menyingkirkan diagnosa emboli air ketuban, diagnosa adalah secara klinis dan per
eksklusionum.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan primer bersifat suportif dan diberikan secara agresif.
Terapi awal adalah memperbaiki cardiac output dan mengatasi DIC
Bila anak belum lahir, lakukan Sectio Caesar dengan catatan dilakukan setelah keadaan
umum ibu stabil
X ray torak memperlihatkan adanya edema paru dan bertambahnya ukuran atrium kanan dan
ventrikel kanan.
Laboratorium : asidosis metabolik ( penurunan PaO2 dan PaCO2)
Terapi tambahan :
1.
Resusitasi cairan
2.
3.
4.
5.
6.
PROGNOSIS
Mortalitas perinatal kira kira 65% dan sebagian besar yang selamat baik ibu maupun anak
akan mengalami skualae neurologi yang parah.
Bila bagian terendah janin masih belum masuk pintu atas panggul maka kemungkinan
Peristiwa KPD yang terjadi pada primigravida hamil aterm dengan bagian terendah
yang masih belum masuk pintu atas panggul seringkali merupakan tanda adanya gangguan
keseimbangan feto pelvik..
3.
KPD seringkali diikuti dengan adanya tanda-tanda persalinan sehingga dapat memicu
Peristiwa KPD yang berlangsung lebih dari 24 jam ( prolonged rupture of membrane)
kejadian ini akan dapat menyebabkan hilangnya fungsi amnion bagi pertumbuhan dan
perkembangan janin.
ANGKA KEJADIAN
KPD merupakan komplikasi kehamilan pada 10% kehamilan aterm dan 4% kehamilan
preterm.
KPD PRETERM menyebabkan terjadinya 1/3 persalinan preterm dan merupakan penyebab
utama morbiditas dan mortalitas perinatal.
Faktor resiko :
Kehamilan remaja
Merokok
Vaginosis bakterial
Perdarahan antenatal
Kantung amnion merupakan tempat yang baik bagi gerakan dan perkembangan
muskulo-skeletal janin.
Gerakan pernafasan yang disertai aliran cairan amnion kedalam saluran pernafasan
janin penting bagi perkembangan saccus alveolaris paru.
KPD yang terjadi saat kehamilan aterm maupun preterm dapat merugikan outcome perinatal
oleh karena adanya pengaruh mikrobiologis dan mekanis yang merugikan bagi pertumbhan
dan perkembangan produk konsepsi akibat hilang atau berkurangnya cairan amnion dan
selaput korioamniotik.
Komplikasi
KPD preterm seringkali menyebabkan terjadinya:
Persalinan preterm
Chorioamnionitis
Endometritis
Gawat janin atau asfiksia intrauterin merupakan akibat dari kompresi talipusat yang
berkepanjangan dan berulang akibat berkurangnya cairan amnion atau prolapsus talipusat
KPD pada kehamilan yang sangat muda dan disertai dengan oligohidramnion yang
berkepanjangan menyebabkan terjadinya deformasi janin antara lain :
Hipoplasia pulmonal
Potter s fascia
Deformitas ekstrimitas
Pada pasien hamil yang datang dengan keluhan keluar cairan harus dipikirkan
diagnosa KPD
Konfirmasi diagnosa
2.
3.
4.
Oleh karena infeksi intra amniotik subklinis juga sering terjadi dan keadaan ini adalah
merupakan penyebab utama dari morbiditas ibu dan anak, maka evaluasi gejala dan tanda
infeksi pada pasien harus dilakukan secara teliti
Tanda infeksi yang jelas terdapat pada infeksi lanjut antara lain : demam, takikardi,
uterus tegang, getah vagina berbau dan purulen
2. Protein C-reactive
Tirah baring
2.
3.
4.
Bila selama 12 jam tak ada tanda-tanda inpartu dan keadaan umum ibu dan anak baik
1.
2.
6.
Penatalaksanaan aktif :
Kehamilan segera diakhiri dengan cara yang sesuai dengan indikasi dan kontraindikasi yang
ada.
Baik pada penatalaksanaan aktif atau ekspektatif, harus diberikan antibiotika spektrum luas
untuk mencegah terjadinya amnionitis.
C. Kehamilan preterm tanpa amnionitis
Prinsip penatalaksanaan tidak berbeda dengan penatalaksanaan pada kehamilan aterm tanpa
amnionitis. Perbedaan terutama pada antisipasi terhadap resiko chorioamnionitis yang lebih
tinggi.
Pada kehamilan > 34 minggu, penatalaksanaan sama dengan penatalaksanaan pada kehamilan
aterm tanpa amnionitis.
Pada kehamilan kurang dari 24 minggu, resiko pecahnya ketuban dini terhadap ibu sangat
tinggi. Pada usia kehamilan ini, pemberian steroid, tokolitik dan antibiotika tidak memberi
manfaat bagi janin. Penatalaksanaan kasus seperti ini dapat secara aktif atau ekspektatif
(poliklinis) dengan pengawasan dan informasi pada pasien yang baik dan sepenuhnya
tergantung dari kehendak pasien dengan memperhitungkan segala resiko terhadap ibu dan
anak.
Pada kehamilan antara 24 32 minggu, sejumlah intervensi klinik sepertinya dapat
memperpanjang masa kehamilan dan memperbaiki out come.
dalam
penurunan
angka
kejadian RDS-respiratory
distress
Di rumah, pasien diminta untuk istirahat total, tidak bersetubuh dan mencatat suhu rektal
setiap 6 jam dan datang ke RS bila terdapat tanda-tanda amnionitis
Setiap minggu pasien datang untuk perawatan antenatal dan dilakukan pemeriksaan suhu
tubuh, non stress test setelah kehamialn 28 minggu, penilaian ultrasonografi untuk melihat
pertumbuhan janin dan AFI- amniotic fluid index
Permasalahan : apakah jenis penatalaksanaan pasien seperti diatas tidak memberikan resiko
yang sangat tinggi terhadap ibu dan anak, mengingat bahwa pengamatan poliklinis tidak
mudah untuk dilaksanakan oleh pasien khususnya untuk golongan sosial ekonomi rendah.
Penanganan Umum
Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam proses persalinan
yang dapat berlanjut menjadi penyulit / komplikasi dalam masa nifas
Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami infeksi nifas
Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi yang dikenali
pada saat kehamilan dan persalinan
Jangan pulangkan penderita pada masa kritis belum terlampaui
Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri dirumah dan gejala gejala
yang harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan dengan segera
Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari ibu yang
mengalami infeksi pada saat persalinan
Berikan hidrasi oral / IV secukupnya
a. Beri infus heparin
b. Obati dengan antibiotika dan berikan terapi suportif dan observasi
c. Berikan terapi suportif (hepatoprotektor) dan observasi
METRITIS
Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab
terbesar kematian ibu. Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi abses
pelvik, peritonitis, syok septik, thrombosis vena yang dalam, emboli pulmonal, infeksi pelvik
yang menahun, dispareunia, penyumbatan tuba dan infertilitas.
Berikan transfusi bila dibutuhkan. Berikan Packed Red Cell
Berikan antibiotika broadspektrum dalam dosis yang tinggi
Sangga payudara
Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi pembengkaan dan rasa sakit
Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara
INFEKSI PAYUDARA
Infeksi payudara sesudah persalinan
Mastitis
Payudara tegang / indurasi dan kemerahan
Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selam 10 hari. Bila diberikan sebelum
terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang
Sangga payudara
Kompres dingin
Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada pus
Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
Abses Payudara
Terdapat masa padat, mengeras di bawah kulit
yang kemerahan
Diperlukan anestesi umum (kelamin)
Insisi radial dari tengah dekat ponggir areola, ke pinggir supaya tidak memotong
saluran ASI
Pecahkan kantung pus dengan tissue forceps atau jari tangan
Pasang tampon dan drain
Wound abcess, wound seroma dan wound hematoma suatu pengerasan yang
tidak biasa dengan mengeluarkan cairan serous atau kemerahan dan tidak ada /
sedikit erithema sekitar luka insisi
Wound cellulitis didapatkan eritema dan edema meluas mulai dari tempat
insisi dan melebar
Bila didapat pus dan cairan pada luka, buka dan lakukan pengeluaran
Daerah jahitan yang terinfeksi dihilangkan dan lakukan debridemen
Bila infeksi sedikit tidak perlu antibiotika
Bila infeksi relatif superfisial, berikan ampisilin 500 mg per oral setiap 6 jam dan
metronidazol 500 mg per oral 3 kali/hari selama 5 hari
Bila infeksi dalam dan melibatkan otot dan menyebabkan nekrosis, beri penisilin G 2
juta U IV setiap 4 jam (atau ampisilin inj 1 g 4x/hari) ditambah dengan gentamisin 5
mg/kg berat badan perhari IV sekali ditambah dengan metronidazol 500 mg IV setiap
8 jam, sampai bebas panas selama 24 jam. Bila ada jaringan nekrotik harus dibuang.
Lakukan jahitan sekunder 2 4 minggu setelah infeksi membaik
Berikan nasehat pembersihan dan pemakaian pembalut yang bersih dan sering diganti
TROMBOFLEBITIS
Perluasan infeksi nifas yang paling sering ialah perluasan atau invasi mikroorganisme
patogen yang mengikuti aliran darah di sepanjang vena dan cabang cabangnya sehingga
terjadi tromflebitis.
Klasifikasi
Pelviotromboflebitis
Pelviotromboflebitis mengenai vena vena dinding uterus dan ligamentum latum,
yaitu vena ovarika, vena uterina dan vena hipogastrik. Vena yang paling sering terkena ialah
vena ovarika ekstra karena infeksi pada tempat implantasi plasenta terletak di bagian atas
uterus : proses biasanya unilateral. Perluasan infeksi dari vena ovarika sinistra ialah ke vena
renalis, sedang perluasan infeksi dari vena ovarika dekstra iala ke vena kava inferior.
Peritoneum, yang menutupi vena ovarika dekstra, mengalami inflamasi dan akan
menyebabkan perial pingo ooforitis dan periapenditis. Perluasan infeksi dari vena uterina
ialah ke vena iliaka komunis.
Tromboflebitis femoralis
tromboflebitis femoralis mengenai vena vena pada tungkai, misalnya vena
femoralis, vena poplitea dan vena safena.
PELVIOTROMBOLITIS
Nyeri yang terdapat di perut bagian bawah dan atau perut bagian samping, timbul
pada hari ke 2 3 masa nifas dengan atau tanpa panas
Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut :
Menggigit berulang kali. Menggigit inisial terjadi sangat berat (30 - 40 menit)
dengan interval hanya beberapa jamdan kadang kadang 3 hari. Pada waktu
menggigit penderita hampir tidak panas
Suhu badan naik turun secara tajam (36C menjadi 40C), yang diikuti dengan
penurunan suhu dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti pada endometritis)
Penyakit dapat berlangsung selama1 3 bulan
Cenderung berbentuk pus, yang menjalar kemana mana, terutama ke paru paru
Gambaran darah :
Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyerbar ke sirkulasi,
dapat segera terjadi leukopenia)
Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum
dimulainya menggigit. Meskipun bakteri ditemukan di dalam darah selam
menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat karena bakteri anaerob.
Pada periksa darah hampir tidak diketemukan apa apa karena yang paling banyak
terkena ialah vena ovarika, yang sukar dicapai pada pemeriksaan dalam
KOMPLIKASI
Komplikasi pada paru paru : infark, abses, pneumonia
Komplikasi pada ginjal sinistra, nyeri mendadak, yang diikuti dengan proteinuria dan
hematuria
Komplikasi pada persendian, mata dan jaringan subkutan
PENANGANAN
Rawat Inap
Penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakitnya dan mencegah terjadinya
emboli pulmonum.
Terapi Medik
Pemberian antibiotika (lihat antibiotika kombinasidan alternatif, seperti yang
tercantum dalam penatalaksanaan korioamnionitis) heparin jika terdapat tanda tanda atau
dugaan adanya emboli pulmonum.
Terapi Operatif
Pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika emboli septik terus berlangsung
sampai mencapai paru paru sedan dilakukan, meskipun dilakukan heparinisasi.
TROMBOFLEBITIS
FEMORALIS
Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih
panas dibanding dengan kaki lainnya
Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada
paha bagian atas
Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha
Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang,
putih, nyeri dan dingin dan pulsasi menurun
Edema kadang kadang terjadi sebelum atau setelah nyeri dan pada umumnya
terdapat pada paha bagian atas, tetapi lebih sering dimulai dari jari jari kaki dan
pergelangan kaki, kemudian meluas dari bawah ke atas
Nyeri pada betis, yang dapat terjadi spontan atau dengan menjinjit betis atau dengan
meregangkan tendo akhiles (tanda Homan)
PENANGANAN
Perawatan
Kaki ditinggikan untuk mengurangi edema, lakukan kompresi pada kaki. Setelah
mobilisasi kaki hendaknya tetap dibalut elstik atau memakai kaos kaki panjang yang elastik
selama mungkin.
Mengingat kondisi ibu yang sangat jelek, sebaiknya jangan menyusui
Terapi medik : pemberian antibiotika dan analgetika
MALPRESENTASI JANIN
PRESENTASI SUNGSANG
PENDAHULUAN
Presentasi sungsang terjadi bila panggul atau ekstrimitas bawah janin berada di pintu atas
panggul.
Angka
kejadian
Terdapat
Frank
Breech :
3
jenis
Sendi
presentasi
lutut
ekstensi
4%
sungsang
dan
sendi
paha
fleksi
Complete Breech : [bokong murni-bokong sempurna] sendi lutut dan sendi paha dalam
keadaan
fleksi
sehingga
pada
VT
teraba
bokong
&
kaki
Incomplete Breech : [bokong tak sempurna] letak satu atau kedua kaki dibawah bokong
[presentasi
kaki
atau
footling
breech]
Presentasi sungsang pada kehamilan tunggal dengan berat badan < 2500 gram:
Posisi janin pada presentasi sungsang ditentukan dengan menggunakan sacrum sebagai
denominator [fetal
point
of
reference
to
the
maternal
pelvis]
Station janin pada presentasi sungsang adalah ketinggian sacrum terhadap spina ischiadica.
ETIOLOGI
1.
Kehamilan prematur
2.
Hidramnion , Oligohidramnion
3.
4.
Tumor panggul
5.
Plasentasi abnormal
6.
Grandemultipara
7.
Panggul sempit
8.
Hidrosepalus, anensepalus
9.
Kehamilan kembar
DIAGNOSIS
1.
2.
3.
X-ray : Dapat membedakan dengan presentasi kepala dan pemeriksaan ini penting
untuk menentukan jenis presentasi sungsang dan jumlah kehamilan serta adanya kelainan
kongenital lain
4.
dapat menentukan :
1.
Presentasi janin
2.
Ukuran
3.
Jumlah kehamilan
4.
Lokasi plasenta
5.
6.
Pemeriksaan radiologi yang menunjukkan adanya presentasi sungsang dengan jenis Frank
Breech
PENATALAKSANAAN
A. Penatalaksanaan antepartum
Setelah konfirmasi presentasi sungsang, dilakukan pengamatan terhadap kemungkinan
terjadinya versi spontan.
Pada keadaan dimana presentasi sungsang menetap sampai kehamilan 36 minggu, lakukan
versi luar bila tak ada kontra indikasi.
Kapasitas panggul harus ditentukan dengan cermat, perlu diingat bahwa kesulitan persalinan
sungsang pervaginam masih dapat terjadi meskipun kapasitas panggul memadai.
Tabel
Sistem
skoring
untuk
menentukan
keberhasilan
versi
luar
Pada score < 2 , keberhasilan 0% dan pada score > 9 keberhasilan mencapai 100%.
Manfaat klinis dari skoring ini diragukan oleh karena adanya overlaping scoring dalam
menentukan keberhasilan VL.
B. Penatalaksanaan intrapartum
1.
Pemeriksaan
Pasien harus dirawat di RS bila terdapat tanda persalinan atau terjadi ketuban
pecah ( dikhawatirkan terjadi prolapsus talipusat)
Lakukan anamnesa dan pemeriksaan untuk menentukan keadaan ibu dan anak.
2.
3.
Oksitosin drip
C. Persalinan
Penentuan cara persalinan adalah sangat individual, kriteria pada tabel berikut dibawah ini
dapat digunakan untuk menentukan cara persalinan
Tabel : Kriteria pemilihan jenis persalinan sungsang
Metode lain untuk menentukan cara persalinan adalah dengan menggunakan Zahtuni
Andros Breech Scoring seperti terlihat pada tabel dibawah ini :
Skoring Zatuchni-Andros Breech
Persalinan sungsang pervaginam dengan prognosis baik bila Zatuchni Andros skoring antara
0 4.
Persalinan sungsang perabdominal dengan SC saat ini lebih sering dilakukan.
Data terbaru menunjukkan bahwa cara persalinan pada presentasi sungsang tidak
mempengaruhi morbiditas jangka panjang pada janin.
Resiko umum SC terhadap ibu (perdarahan, anestesi dan infeksi) dan resiko janin pada
persalinan sungsang pervaginam(asfiksia dan trauma) harus merupakan pertimbangan kuat
dalam pengambilan keputusan mengenai cara persalinan yang dipilih.
Ahli obstetri yang memilih persalinan dengan SC umumnya dengan alasan :
1.
pervaginam.
2.
Banyak pasangan yang mempunyai pandangan anak sedikit dan membutuhkan anak
30 40% trial of labor pada persalinan sungsang berakhir dengan persalinan SC.
4.
2.
3.
Persalinan pervaginam
Dokter yang akan menolong persalinan sungsang pervaginam perlu menguasai maneuver
dalam persalinan sungsang pervaginam dan hendaknya didampingi oleh 4 orang asisten : (1)
ahli obstetri yang berpengalaman (2) ahli anak yang mampu memberikan pertolongan
resusitasi pada anak dan(3) anaesthesiolog yang dibutuhkan untuk memberikan kenyamanan
pada ibu bersalin (4)paramedis yang memahami proses dan penatalaksanaan persalinan
sungsang per vaginam.
PERSALINAN PERVAGINAM
Mekanisme persalinan sungsang pervaginam berlangsung melaluiseven cardinal
movement yang terjadi pada masing-masing tahapan persalinan sungsang pervaginam:
1.
Persalinan Bokong
2.
Persalinan Bahu
3.
Persalinan Kepala
Persalinan sungsang pervaginam secara spontan (sungsang Bracht) dapat dibagi menjadi 3
tahap :
1.
Disebut fase lambat oleh karena pada fase ini umumnya tidak terdapat hal-hal
yang membahayakan jalannya persalinan.
2.
Disebut fase cepat oleh karena dalam waktu < 8 menit ( 1 2 kali kontraksi
uterus ) fase ini harus sudah berakhir.
Pada fase ini, talipusat berada diantara kepala janin dengan PAP sehingga
dapat menyebabkan terjadinya asfiksia janin.
3.
Pertolongan pada tahap persalinan ini tidak boleh tergesa-gesa oleh karena
persalinan kepala yang terlalu cepat pada presentasi sungsang dapat menyebabkan
terjadinya dekompresi mendadak pada kepala janin yang menyebabkan perdarahan
intrakranial.
TAHAPAN
PERSALINAN
SUNGSANG
PER
VAGINAM:
Pada saat dilatasi servik lengkap. bokong mengalami desensus lebih lanjut
kedalam panggul
Pada saat bokong mencapai dasar panggul, saluran jalan lahir menyebabkan bokong
mengalami PPD sehingga bitrochanterica berada pada antero-posterior PBP
Terjadi laterofleksi tubuh janin dan bahu berputar sehingga akan melewati PAP.
Pada saat ini, penolong persalinan mengenakan perlengkapan persalinan dan siap
untuk melakukan pertolongan persalinan .
Bokong sudah lahir dan bahu saat ini masuk pada tranversa PAP.
Bahu anak melewati saluran jalan lahir dan mengalami PPD sehingga bisachromial menempati diameter anteroposterior PBP.
Kepala janin sekarang memasuki (engagemen) PAP dengan sutura sagitalis berada
pada tranversalis PAP.
Bahu depan lahir dari belakang Simfisis Pubis melalui gerakan laterofleksi.
Gambar
1.
Anak dibiarkan tergantung beberapa saat didepan vulva. Dilakukan tekanan pada
daerah suprasimfisis untuk menambah fleksi kepala (bukan mendorong fundus uteri). Bila
tengkuk anak sudah terlihat, penolong persalinan memegang kaki anak dan melakukan
gerakan melingkar keatas.
2.
Manuver ini menggunakan referensi tepi bawah sacrum, menarik kepala anak
kebawah dan memutar melalui PBP sehingga dagu, hidung dan dahi nampak dan lahir
didepan vulva.
PROGNOSIS
Dibandingkan persalinan pervaginam pada presentasi belakang kepala, morbiditas dan
mortalitas ibu dan atau anak pada persalinan sungsang pervaginam lebih besar.
Morbiditas maternal : lebih tingginya frekuensi persalinan operatif pada presentasi
sungsang termasuk sectio caesar menyebabkan peningkatan morbiditas ibu antara lain :
1.
Morbiditas infeksi.
2.
Ruptura uteri.
3.
Laserasi servik.
4.
5.
Atonia uteri akibat penggunaan analgesi sehingga terjadi perdarahan pasca persalinan.
Morbiditas dan mortalitas perinatal : lebih tinggi dibandingkan pada presentasi belakang
kepala
(vertex).
Trauma persalinan :
1.
2.
3.
Paralisa tangan akibat cedera pada pleksus brachialis saat melahirkan bahu.
Persalinan preterm.
2.
Asfiksia intrapartum ( janin sudah berusaha bernafas saat kepala masih berada dalam
jalan lahir oleh karena sebagian besar tubuh janin sudah berada diluar jalan lahir sehingga
menimbulkan refleks bernafas pada janin)
3.
Kelainan kongenital.
LETAK LINTANG
Suatu penyulit kehamilan berupa kelainan letak janin dimana sumbu panjang janin tegak
lurus
dengan
sumbu
panjang
tubuh
ibu.
Kadang-kadang sudut yang ada tidak tegak lurus sehingga terjadi letak oblique yang sering
bersifat sementara oleh karena akan berubah menjadi presentasi kepala atau presentasi
bokong (unstable
lie)
Pada letak lintang, bahu biasanya berada diatas PAP dengan bokong dan kepala berada pada
fossa
iliaca
Deskripsi letak lintang : akromial kiri atau kanan dan dorso-anterior atau dorso-posterior
Angka
kejadian
300
persalinan
tunggal
(0.3%)
DIAGNOSIS
Diagnosa biasanya mudah dan kadang-kadang hanya melalui inspeksi dimana abdomen
terlihat
melebar
dengan
fundus
uteri
sedikit
diatas
umbilikus.
Tidak ada kutub janin yang teraba dibagian fundus dan kepala teraba di fossa iliaca.
Pada
dorso-posterior,
teraba
bagian
kecil
pada
palpasi
dinding
abdomen.
Permeriksaan VT pada persalinan dini dapat meraba tulang rusuk, bila pembukaan servik
sudah
Arah
bertambah
penutupan
maka
aksila
dapat
menunjukkan
teraba
arah
skapula
bahu
dan
dan
lokasi
klavikula.
kepala.
Pada persalinan lanjut, bahu terperangkap dalam jalan lahir dan seringkali disertai prolapsus
lengan dan keadaan ini disebut letak lintang kasep - neglected transverse lie.
ETIOLOGI
1.
2.
Janin Preterm
3.
Plasenta previa
4.
5.
Hidramnion
6.
Panggul sempit
Wanita yang sudah mengalami persalinan > 4 kali dengan bayi aterm memiliki kemungkinan
mengalami
kehamilan
dengan
presentasi
lintang
10
kali
lipat
nulipara.
bagian
terendah
janin
sehinga
terjadi
letak
lintang.
PERSALINAN
Persalinan spontan pervaginam pada janin aterm normal dengan presentasi lintang tidak
mungkin
berlangsung.
Setelah selaput ketuban pecah, lengan janin memasuki panggul dan menyebabkan prolapsus
lengan.
Kontraksi uterus selanjutnya akan menyebabkan bahu masuk kedalam SBR dan
menyebabkan
regangan
SBR
berlebihan
uterus(neglected
yang
dapat
berakhir
dengan
transverse
ruptura
lie)
Keterangan gambar diatas : Letak lintang kasep (neglected transverse lie) . Terdapat
lingkaran muskular (pathological retraction ring-Bandl ) diatas SBR yang sudah sangat
menipis. Tekanan His disebarkan secara sentripetal pada dan diatas lingkaran retraksi
patologis sehingga regangan terus bertambah dan menyebabkan robekan pada SBR.
Bila janin kecil (kurang dari 800 gram) dan panggul cukup luas, persalinan pervaginam dapat
berlangsung bila his yang cukup kuat untuk melipat tubuh janin agar melewati PAP dan
persalinan
berlangsung
dengan
mekanisme conduplicatio
corporae.
PENATALAKSANAAN
Presentasi lintang pada awal persalinan adalah indikasi untuk
melakukan
SC.
presentasi
lintang
tanpa
disertai
komplikasi
lain.