Você está na página 1de 10

Acrylic berasal dari bahasa latin yaitu acrolain yang berarti bau yang tajam.

Bahan ini berasal dari Asam Acrolain atau gliserin aldehida. Secara
kimia dinamakan polymetil metakrilat yang terbuat dari minyak bumi, gas bumi atau arang batu. Bahan ini disediakan untuk kedokteran gigi berupa
cairan (monomer) monometil metakrilat dan dalam bentuk bubuk (polimer) polimetil metakrilat.
Penggunaan resin akrilik ini biasa dipakai sebagai bahan denture base, landasan pesawat orthodontik (orthodontik base), basis gigi tiruan,
pembuatan anasir gigi tiruan (artificial teeth) dan sebagai bahan restorasi untuk mengganti gigi yang rusak.
Resin acrylic adalah resin termoplastis, merupakan persenyawaan kompon non metalik yang dibuat secara sintetis dari bahan-bahan organic. Resin
ini dapat dibentuk selama masih dalam keadaan plastis dan mengeras apabila dipanaskan karena tejadi reaksi polymerisasi adisi antara polymer dan
monomer. Berdasarkan polimerisasinya, resin acrylic dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Heat Cured Acrylic (membutuhkan pemasakan pada pengolahannya untuk membantu proses polimerisasinya).
2. Self Cured Acrylic (dapat berpolymerisasi sendiri pada temperatur ruang).
3. Light Cured Acrylic Resin.
HEAT CURED ACRYLIC
Heat cured acrylic resin, komposisinya terdiri dari dua kemasan yaitu:
1. Polymer (Bubuk):
i. Polymer; poly (methyl methacrylate).
Polimer, polimethyl metacrylate, baik serbuk yang diperoleh dari polimerisasi methyl metacrylate dalam air maupun pertikel yang tidak teratur
bentuknya yang diperolah dengan cara menggerinda batangan polimer.
ii. Initiator Peroxide; berupa 0,2-0,5% benzoil peroxide.
iii. Pigmen; sekitar 1% tercampur dalam partikel polymer.
2. Cairan (Monomer):
i. Monomer: methyl methacrylate.
ii. Stabilizer; sekitar 0,006% hydroquinone untuk menccegah polymerisasi selama penyimpanan.
iii. Terkadang terdapat bahan untuk memacu cross-link; seperti ethylene glycol dimethacrylate.
(E. combe 1992: 270)
Manipulasi Heat Cured Acrylic
Perbandingan monomer dan polymer akan menentukan sturktur resin. Perbandingan monomer dan polymer, biasanya 3 sampai 3,5/1 satuan volume
atau 2,5/1 satuan berat. Bila ratio terlalu tinggi, tidak semua polymer sanggup dibasahi oleh monomer akibatnya acrylic yang digodok akan
bergranula. Selain itu juga tidak boleh terlalu rendah karena sewaktu polmerisasi monomer murni terjadi pngerutan sekitar 21% satuan volume. Pada
adonan acrylic yang berasal dari perbandingan monomer dan polymer yang benar, kontraksi sekitar 7%. Bila terlalu banyak monomer, maka
kontraksi yang terjadi akan lebih besar.
Pencampuran polymer dan monomer harus dilakukan dalam tempat yang terbuat dari keramik atau gelas yang tidak tembus cahaya (mixing jar). Hal
ini dimaksudkan supaya tidak terjadi polymerisasi awal. Bila polymer dan monomer dicampuur, akan terjadi reaksi dengan tahap-tahap sebagai

berikut:
Tahap 1 : Adonan seperti pasir basah (sandy stage).
Tahap 2 : Adonan seperti Lumpur basah (mushy stage).
Tahap 3 : Adonan apabila disentuh dengan jari atau alat bersifat lekat, apabila ditarik akan membentuk serat (stringy stage). Butir-butir polimer mulai
larut, monomer bebas meresap ke dalam polimer.
Tahap 4 : Adonan bersifat plastis (dough stage). Pada tahap ini sifat lekat hilang dan adonan mudah dibentuk sesuai dengan yang kita inginkan.
Tahap 5 : Kenyal seperti karet (rubbery stage). Pada tahap ini lebih banyak monomer yang menguap, terutama pada permukaannya sehingga terjadi
permukaan yang kasar.
Tahap 6 : Kaku dan keras (rigid stage). Pada tahap ini adonan telah menjadi keras dan getas pada permukaannya, sedang keadaan bagian dalam
adukan masih kenyal.
Waktu dough (waktu sampai tercapainya konsistensi liat) tergantung pada:
1. Ukuran partikel polymer; partikel yang lebih kecil akan lebih cepat dan lebih cepat mencapai dough.
2. Berat molekul polymer; lebih kecil berat molekul lebih cepat terbentuk konsistensi liat.
3. Adanya Plasticizer yang bisa mempercepat terjadinya dough.
4. Suhu; pembentukan dough dapat diperlambat dengan menyimpan adonan dalam tempat yang dingin.
5. Perbandingan monomer dan polymer; bila ratio tinggi maka waktu dough lebih singkat.
Pengisian Ruang Cetak (Mould Space) dengan Acrylic
Ruang cetak adalah rongga/ruangan yang telah disiapkan untuk diisi dengan acrylic. Ruang tersebut dibatasi oleh gips yang tertanam dalam kuvet
(pelat logam yang biasanya terbuat dari logam). Sebelum rongga tersebut diisi dengan acrylic, lebih dulu diulasi dengan bahan separator/pemisah,
yang umumnya menggunakan could mould seal (CMS). Ruang cetak diisi dengan akrilik pada waktu adonan mencapai tahap plastis (dough stage).
Pemberian separator tersebut dimaksudkan untuk:
a. Mencegah merembesnya monomer ke bahan cetakan (gips) dan ber-polimerisasi di dalam gips sehingga menghasilkan permukaan yang kasar dan
merekat dengan bahan cetakan/gips.
b. Mencegah air dari bahan cetakan masuk ke dalam resin acrylic.
Sewaktu melakukan pengisian ke dalam cetakan pelu diperhatikan :
- Cetakan terisi penuh.
- Sewaktu dipress terdapat tekanan yang cukup pada cetakan, ini dapat dicapai dengan cara mengisikan dough sedikit lebih banyak ke dalam cetakan.
Selama polimerisasi terjadi kontraksi yang mengakibatkan berkurangnya tekanan di dalam cetakan. Pengisian yang kurang dapat menyebabkan
terjadi shrinkage porosity.
Ruang cetak diisi dengan acrylic pada tahap adonan mencapai tahap plastis (dough). Agar merat dan padat, maka dipelukan pengepresan dengan
menggunakan alat hydraulic bench press. Sebaiknya pengepresan dilakukan dilakukan berulang-ulang agar rongga cetak terisi penuh dan padat. Cara

pengepresan yang benar adalah:


1. Adonan yang telah mencapai tahap dough dimasukkkan ke dalam rongga cetak, kemudian kedua bagian kuvet ditutup dan diselipi kertas selofan.
Pengepresan awal dilakkukan sebesar 900psi, kelebihan acrylic dipotong dengan pisau model. Kedua bagian kuvet dikembalikan, diselipi kertas
selofan.
2. Pengepresan dilakukan lagi seperti di atas, tetapi tekanan ditingkatkan menjadi 1200 psi. Kelebihan acrylic dipotong dengan pisau model. Kedua
bagian kuvet dikembalikan tanpa diselipi kertas selofan.
3. Pengepresan terakhir dilakukan dengan tekanan 1500 psi, kemudian kuvet diambil dan dipindahkan pada begel.
Pemasakan (Curing)
Untuk menyempurnakan dan mempercepat polimerisasi, maka setelah pengisian (packing) dan pengepresan perlu dilakukan pemasakan (curing) di
dalam oven atau boiling water (air panas). Di dalam pemasakan harus diperhati-kan, lamanya dan kecepatan peningkatan suhu/temperature. Metode
pemasakan dapat dilakukan dengan cara cepat atau lambat. Ada tiga metode pemasakan resin acrylic, yaitu:
1. Kuvet dan Begel dimasukkan ke dalam waterbath, kemudian diisi air setinggi 5 cm diatas permukaan kuvet. Selanjutnya dimasak diatas nyala api
hingga mencapai temperature 700C (dipertahankan selama 10 menit). Kemudian temperaturnya ditingkatkan hingga 1000C (dipertahankan selama 20
menit). Selanjutnya api dimatikan dan dibiarkan mendingin sampai temperature ruang.
2. Memasak air sesuai kebutuhan hingga mendidih (1000C), kemudian kuvet dan beugel dimasukkan dan ditunggu hingga mendidih kembali
(dipertahankan selama 20 menit), api dimatikan dan dibiarkan mendingin sampai temperature ruang.
3. Memasak air sesuai kebutuhan hingga mendidih (1000C), kemudian kuvet dean beugel dimasukkan dan ditunggu hingga mendidih kembali.
Setelah mendidih api segera dimatikan dan dibiarkan selama 45 menit.
Kuvet dan begel yang terletak dalam water bath harus dibiarkan dingin secara perlahan-lahan. Selama pendinginan terdapat perbedaan kontraksi
antara gips dan acrylic yang menyebabkan timbulnya stress di dalam polimer. Pendinginan secara perlahan-lahan akan akan memberi kesempatan
terlepasnya stress oleh karena perubahan plastis.
Selama pengisian mould space, pengepresan dan pemasakan perlu dikontrol perbandingan antara monomer dan polimer. Karena monomer mudah
menguap, maka berkurangnya jumlah monomer dapat menyebabkan kurang sempurnanya polimerisasi dan terjadi porositas pada permukaan acrylic.
Hal-hal yang menyebabkan berkurangnya jumlah monomer adalah:
Perbandingan monomer dan polimer yang tidak tepat.
Penguapan monomer selama proses pengisisan rongga cetak.
Pemasakan yang terlalu panas, melebihi titik mdidih monomer (100,30C).
Secara normal setelah pemasakan terdapat sisa monomer 0,2-0,5%. Pemasakan pada temperature yang terlalu rendah dan dalam waktu singkat akan
menghasilkan sisa monomer yang lebih besar. Ini harus dicegah, karena:
a. Monomer bebas dapat lepas dari gigi tiruan dan mengiritasi jaringan mulut.
b. Sisa monomer akan bertindak sebagai plasticizer dan membuat resin menjadi lunak dan lebih flexible.
Porositas dapat memberi pengaruh yang tidak menguntungkan pada kekuatan dan sifat-sfat optic acrylic. Porositas yang terjadi dapat berupa

shrinkage porosity (tampak geleembung yang tidak beraturan pada permukaan acrylic) dan gaseous porosity (berupa gelembung uniform, kecil, halus
dan biasanya terjadi pada bagian acrylic yang tebal dan jauh dari sumber panas).
Permasalahan yang sering timbul pada acrylic yang telah mengeras adalah terjadinya crazing (retak) pada permukaannya. Hal ini disebabkan adanya
tensile stress ysng menyebabkan terpisahnya moleku-molekul primer. Retak juga dapat terjadi oleh karena pengaruh monomer yang berkontak pada
permukaan resin acrylic, terutama pada proses reparasi. Keretakan seperti ini dapat terjadi oleh karena :
1. Stress mekanis oleh karena berulang-ulang dilakukan pengerigan dan pembasahan denture yang menyebabkan kontraksi dan ekspansi secara
berganti-ganti. Dengan menggunakan bahan pengganti tin-foil untuk lapisan cetakan maka air dapat masuk ke dalam acrylic sewaktu pemasakan;
selanjutnya apabila air ini hilang dari acrylic maka dapat menyebabkan keretakan.
2. Stress yang timbul karena adanya perbedaan koefisien ekspansi termis antara denture porselen atau bahan lain seperti klamer dengan landasan
denture acrylic;retak-retak dapat terjadi di sekeliling bahan tersebut.
3. Kerja bahan pelarut; missal pada denture yang sedang direparasi, sejumlah monomer berkontak dengan resin dan dapat menyebabkan keretakan.
Denture dapat mengalami fraktur atau patah karena:
1. Impact; missal jatuh pada permukaan yang keras.
2. Fatigue; karena denture mengalami bending secara berulang-ulang selama pemakaian.
( E. Combe 1992:270-275)
SELF CURED ACRYLIC
Komposisi serupa dengan bahan heat cured acrylic, kecuali bahwa cairannya mengandung bahan activator seperti dimethyl-p-toluidine. Perbandingan
bahan akrilik heat cured dengan bahan akrilik self cured sebagai berikut :
a. Berbeda dalam metode aktivasinya.
b. Komposisinya sama tapi pada bahan self cured cairannya mengandung bahan activator seperti dimethyl paratoluidin.
c. Porositas bahan self cured lebih daripada bahan heat cured, meskipun tidak mudah dilihat pada resin yang diberi pigmen. Hal ini disebabkan oleh
karena terlarutnya udara dalam monomer yang tidak larut dalam polimer pada suhu kamar.
d. Secara umum bahan self cured mempunyai berat molekul yang lebih rendah dan mengandung lebih banyak sisa monomer, yaitu sekitar 2-5%.
e. Bahan self cured tidak sekuat heat cured; transverse strength bahan ini kira-kira 80% dari bahan heat cured. Ini mungkin berkaitan dengan berat
molekulnya yang lebih rendah.
f. Mengenai sifat-sifat rheologinya; bahan heat cured lebih baik dari self cured karena bahan self cured menunjukkan distorsi yang lebih besar dalam
pemakaian. Pada pengukuran creep bahan poly (polymethyl methacrylate), polimer heat cured mempunyai deformasi awal yang lebih kecil, juga
lebih sedikit creep, dan lebih cepat kembali dibandingkan dengan bahan self cured.
g. Stabilitas warna bahan self cured jelek, bila dipakai activator amina tertier dapat terjadi penguningan setelah beberapa lama.
(E. Combe 1992:277)

Polimerisasi
Polimerisasi adalah proses penggabungan satu molekul (monomer) menjadi molekul yang berantai panjang (polimer). Polimerisasi dapat terjadi
karena panas, cahaya, oksigen, dan zat kimia. Resin acrylic dapat berolimerisasi oleh karena panas atau cahaya.
Polimerisasi merupakan proses yang lama dan sesungguhnya tidak pernah selesai. Polimerisasi pada suhu tinggi menghasilkan berat jenis yang lebih
rendah daripada bahan yang dihasilkan polimerisasi pada suhu rendah. Ada dua tipe polimerisasi, yaitu polimerisasi adisi dan polimerisasi
kondensasi.
Bila molekul sejenis bergabung menjadi ikatan yang lebih panjang, maka disebut polimrisasi adisi. Tipe ini banyak dipakai pada kedokteran gigi,
missal: resin acrylic. Bila molekul yang berlainan bergabung dan membentuk molekul ketiga yang sama sekali berbeda pada keadaan awal, disebut
polimerisasi kondensasi.
Polimerisasi sempurna terjadi dalam empat tahap:
Tahap pembentukan molekul monomer aktif oleh initiator benzoil peroxide yang dibantu dengan activator (zat kimia, sinar ultraviolet,atau
pemanasan).a. Initiation
Tahap terbentukknya rantai polimer.b. Propagation
Tahap pembentukan polimer dimana reaksinya terhenti, yang ditandai dengan pertukaran sebuah atom hydrogen dari satu rantai yang terbentuk pada
rantai lain.c. Termination
Proses dimana pertumbuhan rantai menjadi aktif kembali untuk pertumbuhan selanjutnya.d. Chain Transfer
LIGHT CURED ACRYLIC RESIN
Reaksi polimerisasi free radikal addition dapat dilakukan dengan menggunakan sinar tampak (visible light). Dengan cara ini terjadinya polimerisasi
tidak mengalami hambatan, terutama oleh karena adanya oksigen pada bagian permukaan akrilik. Alat yang digunakan adalah curing unit,
didalamnya terdapat empat buah lampu halogen yang dapat menghasilakan panjang gelombang 400-500 nm.
Syarat-syarat yang dibutuhkan resin acrylic :
a. Tidak toxis dan tidak mengiritasi.
b. Tidak terpengaruh cairan rongga mulut.
c. Mempunyai modulus elastisitas tinggi sehingga cukup kaku pada bagian yang tipis.
d. Mempunyai proporsional limits yang tinggi, sehingga jika terkena stress tidaak mudah mengalami perubahan bentuk yang permanent.
e. Mempunyai kekuatan impact tinggi sehingga tidak mudah patah atau pecah jika terbentur atau jatuh.
f. Mempunyai fatigue strength tinggi sehinnga acrylic dapat dipakai sebagai bahan restorai yang cukup lama.
g. Keras dan memiliki daya tahan yang baik terhadap abrasi.
h. Estetis cukup baik, hendaknya transparan atau translusen dan mudah dipigmen. Warna yang diperoleh hendaknya tidak luntur.
i. Radio-opacity, memungkinkan bahan dapat dideteksi dengann sinar x jika tertelan.

j. Mudah direparasi jika patah.


k. Mempunyai densitas rendah untuk memudahkan retensinya di dalam mulut.
l. Mudah dibersihkan.
Sifat-sifat fisik resin acrylic antara lain:
a. Hardness sebesar 16-22 KHN yang artinya acrylic mudah terkikis dan tergores.
b. Thermal conductivity resin acrylic rendah dibandingkan logam. Penghantaran panasnya sebesar 5,7x10-4/detik/cm/0C/cm2
c. Acrylic mengalami pengerutan waktu polimerisasi dan pendinginan. Penerutannya liniernya sebesar 0,47-0,56%.
d. Acrylic tidak larut dalam pelarut asam, basa lemah, dan pelarut organic, tetapi larut dalam keton dan ester.
e. Adhesi acrylic terhadap logam rendah sehingga perlu suatu ikatan mekanis seperti undercut atau permukaan yang kasar.
f. Acrylic menyerap air sebesar 0,45 mg/cm2 yang bias menyebabkan ekspansi linier.
g. Sifat estetika cukup baik karena dapat diberi warna sesuai kebutuhan.
h. Acrylic tidak mempunyai warna serta bau serta tidak menimbulkan gejala alergi sehingga jaringan mulut dapat menerima dengan baik.
i. Acrylic mempunyai sifat cold flow, yaitu apabila acrylic mendapat beban atau tekanan terus menerus dan kemudian ditiadakan, maka akan berubah
bentuk secara permanen.
j. Retak (crazing), dapat timbul retak retak di permukaan akrilik. Hal ini bisa disebabkan tensile stress yang menyebabkan terpisahnya molekul
molekul polimer.
(E Combe 1992: 276)

2.1 Basis Gigitiruan


gigitiruan adalah bagian dari suatu gigitiruan yang bersandar pada jaringan pendukung dan tempat anasir gigitiruan dilekatkan. Basis gigitiruan
digunakan untuk membentuk bagian dari gigitiruan baik yang terbuat dari logam maupun bahan resin, bersandar diatas tulang yang ditutupi dengan
jaringan lunak dan merupakan tempat anasir gigitiruan dilekatkan. Daya tahan dan sifat-sifat dari suatu basis gigitiruan sangat dipengaruhi oleh
bahan basis gigitiruan tersebut. Berbagai bahan telah digunakan untuk membuat gigitiruan, namun belum ada bahan yang dapat memenuhi semua
persyaratan basis gigitiruan.
Persyaratan bahan basis gigitiruan yang ideal untuk pembuatan basis gigitiruan adalah:11,25
1. Tidak toksis dan tidak mengiritasi
2. Tidak terpengaruh oleh cairan mulut: tidak larut dan tidak mengabsorbsi
3. Mempunyai sifat-sifat yang memadai, antara lain: a. Modulus elastisitas tinggi b. Proportional limit tinggi: tidak mudah mengalami perubahan
secara permanen jika menerima tekanan c. Kekuatan transversal tinggi d. Kekuatan impak tinggi: basis gigitiruan tidak mudah pecah apabila terjatuh
e. Kekuatan fatique tinggi f. Abration resistance dan kekerasan yang baik g. Konduktivitas termal yang baik h. Density rendah: untuk membantu
retensi gigitiruan pada rahang atas
4. Estetis dan stabilitas warna cukup baik
5. Hal-hal lain yang menjadi pertimbangan antara lain: a. Radiopak b. Mudah dimanipulasi dan direparasi c. Tidak mengalami perubahan dimensi d.
Mudah dibersihkan Sampai saat ini belum ada satu pun bahan basis gigitiruan yang memenuhi semua persyaratan diatas.
Pada tahun 1937, resin akrilik (polimetil metakrilat) telah diperkenalkan dan dengan cepat menggantikan bahan sebelumnya (vulkanit, nitroselulosa,
fenol formaldehid dan porselen). Bahan basis gigitiruan resin akrilik memiliki sifat yang menguntungkan yaitu estetik, warna dan tekstur mirip
dengan gingiva sehingga estetik di dalam mulut baik, daya serap air relatif rendah dan perubahan dimensi kecil.
Bahan basis gigitiruan resin akrilik dibagi atas tiga macam yaitu:
1. Resin akrilik polimerisasi panas (heat cured acrylic resin) adalah resin akrilik yang menggunakan proses pemanasan untuk polimerisasi.
2. Resin akrilik swapolimerisasi (self cured acrylic resin) adalah resin akrilik yang menggunakan akselerator kimia untuk polimerisasi yaitu dimetilpara-toluidin (CH3C6H4N(CH3))2. Bila dibandingkan dengan heat cured acrylic resin bahan ini memiliki stabilitas warna yang kurang.
3. Resin akrilik polimerisasi sinar (light cured resin) adalah resin akrilik yang menggunakan sinar tampak untuk polimerisasi. Penyinaran dilakukan
selama 5 menit dengan gelombang cahaya sebesar 400-500 nm sehingga memerlukan unit kuring khusus dengan menggunakan empat buah lampu
halogen tungtens/ultraviolet.

Resin akrilik polimerisasi panas merupakan bahan basis gigitiruan polimer yang paling banyak digunakan saat ini.4,7 Resin akrilik polimerisasi
panas adalah salah satu bahan basis gigitiruan resin akrilik yang proses polimerisasinya dengan pengaplikasian panas. Energi termal yang diperlukan
untuk polimerisasi bahan tersebut dengan menggunakan pemanasan air di dalam waterbath dan dapat juga menggunakan pemanasan oven gelombang
mikro.
Komposisi Resin akrilik polimerisasi panas tersedia dalam bentuk bubuk dan cairan. Unsur-unsur yang terkandung dalam resin akrilik polimerisasi
panas antara lain:
a. Bubuk Polimer : butiran atau granul polimetil metakrilat Inisiator : benzoyl peroxide Pigmen/pewarna : garam cadmium atau besi, atau pigmen
organik
b. Cairan Monomer : metil metakrilat Cross-linking agent : ethyleneglycol dimethylacrylate Inhibitor : hydroquinone
2.2.2 Manipulasi Pencampuran
bubuk dan cairan dengan perbandingan volume 3 : 1 atau perbandingan berat 2 : 1. Bubuk dan cairan dengan perbandingan yang benar dicampur di
dalam tempat yang tertutup lalu dibiarkan hingga mencapai dough stage. Pada saat pencampuran ada empat stages yang terjadi yaitu:4, 11
1. Sandy stage adalah terbentuknya campuran yang menyerupai pasir basah.
2. Sticky stage adalah saat bahan akan merekat ketika bubuk mulai larut dalam cairan dan berserat ketika ditarik.
3. Dough stage adalah stage dengan konsistensi adonan mudah diangkat dan tidak merekat lagi, serta merupakan waktu yang tepat memasukkan
adonan ke dalam mould dan kebanyakan dicapai dalam waktu 10 menit.
4. Rubber hard adalah berwujud seperti karet dan tidak dapat dibentuk lagi dengan kompresi konvensional.
Setelah adonan resin akrilik mencapai dough stage, adonan diisikan dalam mould gips. Setelah pengisian adonan dilakukan tekanan pres pertama
sebesar 1000 psi untuk mencapai mould terisi dengan padat dan kelebihan resin dibuang kemudian dilakukan tekanan pres terakhir mencapai 2200
psi lalu kuvet dikunci. Selanjutnya kuvet dibiarkan pada temperatur kamar kemudian kuvet dipanaskan pada suhu 70C selama 90 menit dan
dilanjutkan dengan suhu 100C selama 30 menit sesuai rekomendasi Japan Industrial Standard (JIS).
Keuntungan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah sebagai berikut:
1. Harga relatif murah 2. Proses pembuatan mudah 3. Tidak larut dalam cairan mulut 4. Estetik sangat baik 5. Warna stabil 6. Mudah direparasi 7.
Mudah dipoles
Kerugian bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah sebagai berikut:

1. Kekuatan terhadap benturan rendah 2. Kekuatan fleksural rendah 3. Tidak tahan abrasi 4. Konduktivitas termal rendah 5. Monomer bebas dapat
menimbulkan reaksi sensitif
Sifat-sifat mekanis adalah respons yang terukur, baik elastis maupun plastis, dari bahan bila terkena gaya atau distribusi tekanan. Sifat mekanis bahan
basis gigitiruan terdiri atas: a. Retak: pada permukaan resin akrilik dapat terjadi retak karena adanya tekanan tarik yang menyebabkan terpisahnya
molekul-molekul polimer. b. Fraktur: gigitiruan dapat mengalami fraktur yang disebabkan karena benturan (impact) misalnya terjatuh pada
permukaan yang kasar, fatique yang terjadi karena gigitiruan mengalami pembengkokan yang berulang-ulang selama pemakaian dan tekanan pada
basis gigitiruan selama proses pengunyahan (transversal/fleksural).
Resin akrilik dibedakan atas tiga jenis yaitu resin akrilik polimerisasi panas, polimerisasi sinar dan swapolimerisasi.
Resin akrilik polimerisasi panas adalah resin yang memerlukan energi panas untuk polimerisasi bahan-bahan tersebut dengan menggunakan
perendaman air di dalam waterbath dan jenis resin akrilik panas lain menggunakan proses polimerisasi dengan oven gelombang mikro.
Resin akrilik polimerisasi sinar adalah resin akrilik yang diaktifkan dengan sinar yang terlihat oleh mata.
Resin akrilik swapolimerisasi adalah adalah resin akrilik yang menggunakan energi gelombang mikro dan panas untuk melakukan proses
polimerisasi basis gigi tiruan.
Proses polimerisasi dapat dicapai dengan menggunakan panas dan tekanan. Secara ringkas reaksinya seperti berikut : Bubuk (polimer) + Cairan
(monomer) + Panas (eksternal) Polimer + Panas (reaksi).
Manipulasi Resin akrilik polimerisasi panas umumnya diproses dalam sebuah kuvet dengan menggunakan teknik compression-moulding.
Perbandingan polimer dan monomer biasanya 3:1 berdasarkan volumenya atau 2:1 berdasarkan berat.
Sifat-sifat fisik basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas :
1. Pengerutan Kepadatan massa bahan akan berubah dari 0,94 menjadi 1,19g/cm3 ketika monomer metilmetakrilat terpolimerisasi untuk membentuk
poli(metilmetakrilat). Perubahan menghasilkan pengerutan volumetrik sebesar 21%. Akibatnya, pengerutan volumetrik yang ditunjukkan oleh massa
terpolimerisasi sekitar 6-7% sesuai dengan nilai yang diamati dalam penelitian laboratorium dan klinis.
2. Perubahan Dimensi Pemroresan akrilik yang baik akan menghasilkan stabilitas dimensi yang baik. Teknik injection moulding menunjukkan
stabilitas dimensi yang baik dibandingkan dengan teknik compression moulding. Garfunkel dan Anderson dkk (1988) menyatakan bahwa dari hasil
penelitian menunjukkan perubahan dimensi pada injection moulding lebih rendah dibandingkan dengan compression moulding13
3. Konduktivitas Termal Konduktivitas termal adalah pengukuran termofisika mengenai seberapa baik panas dihantarkan melalui suatu bahan. Basis
resin memiliki konduktivitas termal yang rendah yaitu 0,0006 (C/cm).2

4. Solubilitas Meskipun basis gigitiruan resin larut dalam berbagai pelarut, basis resin umumnya tidak larut dalam cairan yang terdapat dalam rongga
mulut.1
5. Penyerapan Air Bahan resin akrilik mempunyai sifat yaitu menyerap air secara perlahan-lahan dalam jangka waktu tertentu.8 Resin akrilik
menyerap air relatif sedikit ketika ditempatkan pada lingkungan basah. Namun, air yang terserap ini menimbulkan efek yang nyata pada sifat
mekanik, fisik dan dimensi polimer. Nilai penyerapan air sebesar 0,69 mg/cm2 . Umumnya mekanisme penyerapan air yang terjadi adalah difusi.
Difusi adalah berpindahnya suatu substansi melalui rongga yang menyebabkan ekspansi pada resin atau melalui substansi yang dapat mempengaruhi
kekuatan rantai polimer. Umumnya, basis gigi tiruan memerlukan periode 17 hari untuk menjadi jenuh dengan air. Dari hasil klinikal menunjukkan
bahwa penyerapan air yang berlebihan dapat menyebabkan diskolorisasi.1
6. Porositas Porositas cenderung terjadi pada bagian basis gigi tiruan yang lebih tebal. Porositas disebabkan oleh penguapan monomer yang tidak
bereaksi dan berat molekul primer yang rendah, disertai temperatur resin mencapai atau melebihi titik didih bahan tersebut. Timbulnya porositas
dapat diminimalkan dengan adonan resin akrilik yang homogen, perbandingan polimer dan monomer yang tepat, proses pengadukan yang terkontrol
dengan baik serta waktu pengisian bahan ke mould yang tepat.1,4
7. Stabilitas Warna Resin akrilik polimerisasi panas menunjukkan stabilitas warna yang baik. Yulin Lai dkk (2003) mempelajari stabilitas warna dan
ketahanan terhadap stain dari nilon, silikon serta dua jenis resin akrilik dan menemukan bahwa resin akrilik menunjukkan nilai diskolorisasi yang
paling rendah setelah direndam dalam larutan kopi.13

Você também pode gostar