Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
NIM
: F1C014076
REVIEW CHAPTER 8
Constructivism
Konstruktivisme
Pengantar
Teori constructivism ini dikemukakan oleh Jesse Delia. Jesse Delia adalah seorang
mantan kepala Department Of Speech Communication at the University of Illinois, now dean
of Liberal Arts and Science there. Konstruktivis menggambarkan kita sebagai seorang
pengrajin kayu yang mencoba membangun atau mengubah relasional dunia tempat kita
tinggal. Menggunakan imajinasi, kita mungkin akan berpikir tentang bermacam-macam teori
kita yang dapat digunakan sebagai alat untuk menyelaraskan budaya, pengetahuan, dan
komunikasi.
Teori konstruktivisme adalah teori komunikasi yang berusaha untuk menjelaskan
pebedaan individu dalam kemampuannya untuk berkomunikasi yang terampil dalam situasi
sosial. Inti dari teori konstruktivisme adalah bahwa seseorang akan menggambarkan dunia
melalui sistem dari gagasan mereka sendiri. Gagasan-gagasan ini berupa komponenkomponen kognitif yang dilengkapi atas realita-realita yang ada dan terjadi di dunia tempat
kita tinggal. Teori ini dapat membantu dalam menjelaskan bahwa seseorang yang memilki
persepsi kognitif yang rumit terhadap orang lain, akan memiliki kemampuan berkomunikasi
yang terampil dengan hasil yang positif.
Teori
Teori
konstruktivisme
dikemukakan
oleh
Jesse
Delia
pada
tahun
1982
hanya dengan melihat kepribadian, kebiasaan, keyakinan, dan cara mereka memperlakukan
orang lain baik itu buruk maupun tidak. Delia menyatakan bahwa kompleksitas kognitif
berkembang dengan usia kronologis anak tercermin dalam nilai yang lebih tinggi ketika anak
kecil tumbuh besar. Ia juga percaya bahwa perbedaan individu antara orang dewasa
seharusnya relatif stabil dari waktu ke waktu.
Person-Centered Message
Pesan yang terpusat kepada seseorang adalah pesan yang dibuat untuk menyesuaikan
dengan
situasi
tertentu,
hal
ini
mencerminkan
kemampuan
komunikator
dalam
mengantisipasi respons dan menyesuaikan diri. Delia mengungkapkan bahwa PersonCentered Messages dibuat secara reflek untuk beradaptasi pada subyek, afeksi dan aspek
hubungan dalam situasi komunikasi atau memprediksi bagaimana orang-orang akan
merespons suatu pesan.
Produksi Pesan: Menyusun rencana untuk tindakan berbasis tujuan
Produksi pesan adalah sebuah proses tiga tahap yang terdiri atas penilaian sasaran,
pemilihan rencana, dan pemberlakuan taktik (tindakan).
1. Sasaran
Sasaran disebut dasar (primer) karena mereka lah yang menggerakan sekumpulan
proses kognitif yang lebih rendah yang terjadi secara paralel dan sejajar dengan seluruh
tujuan yang dinyatakan oleh tujuan primer.
2. Rencana
Dengan menggunakan rencana, kita dapat mengetahui apa yang ingin dicapai agar
dapat tercapai oleh kita, dengan catatan prosedural yang membantu kita dalam membuat
rencana. Catatan prosedural adalah pengumpul kembali sebuah situasi tertentu yang
dipasangkan dengan konsekuensinya.
3. Tindakan
Pesan yang telah didapat akan dikembangkan kembali oleh seseorang yang memiliki
persepsi yang kompleks, dengan melakukan taktik.
Desain Pesan Logis
1.
2.
Catatan Kritis
Menurut para ahli metode atau cara yang digunakan oleh Jesse Delia dalam
percobaannya
tentang
perbedaan
kemampuan
kognitif
seseorang
dianggap
tidak
menggunakan standar yang jelas. Karena di dalam percobaannya, metode RCQ (Role
Category Questionare) hanya menggunakan gagasan-gagasan atau tanggapan yang bebas,
tidak ditentukan suatu halnya dalam mendefinisikan orang lain yang ditelitinya atau yang
ingin didefinisikan. Para ahli percaya bahwa membuat tanggapan yang bebas akan memaksa
peneliti menjadi teoritis yang ketat.
Penerapan
Teori yang dikemukakan oleh Jesse Delia tentang konstruktivisme dapat berguna
dalam kehidupan sehari-hari dalam menginterpretasikan suatu hal. Ketika saat sedang
berbicara atau berdiskusi dengan orang lain, tanpa sadar kita telah menggunakan teori
konstruktivisme dari Jesse Delia. Dari mulai menyusun pemikiran-pemikiran tentang sesuatu
yang sedang dibicarakan dan mengkaitkannya dengan situasi yang sedang terjadi pada saat
itu, sehingga membentuk suatu persepsi. Dengan melakukan kegiatan tersebut secara terusmenerus kemampuan komunikasi verbal seseorang akan terus meningkat.
Contoh Kasus
Teori konstruktivisme ini tanpa disadari telah kita lakukan dalam kegiatan sehari-hari.
Salah satunya adalah ketika kita sedang melakukan sebuah penelitian terhadap suatu benda.
Kita tentunya memiliki banyak pertanyaan-pertanyaan tentang benda yang diteliti. Maka
dengan melakukan observasi kita dapat menjawab semua pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Dalam observasi tersebut tentunya dikaitkan pula dengan realita pada bendanya, melakukan
diskusi dengan orang lain yang berkerjasama dengan kita. Dengan melakukan diskusi, kita
dapat meningkatkan persepsi-persepsi yang didapatkan dari hasil observasi sendiri dengan
bertukar pikiran dengan yang lainnya, dan menghasilkan hipotesis, pernyataan yang tepat dari
hasil observasi tersebut. Dari kegiatan tersebut anpa disadari kemampuan komunikasi kita
telah meningkat.
REVIEW CHAPTER 30
Anxiety/Uncertainty Management Theory
Teori Pengelolaan Kecemasan/Ketidakpastian
Pengantar
Teori
pengelolaan
kecemasan/ketidakpastian
ini
dikemukakan
oleh
Willian
memiliki
beberapa
konsep-konsep
dasar
teori
pengelolaan
Peningkatan situasi informal ketika kita berkomunikasi dengan orang asing akan
menghasilkan penurunan kecemasan kita dan peningkatan kepercayaan diri kita dalam
-
Catatan Kritis
William Gudykunst dalam teorinya mengembangkan teori uncertainty reduction dari
Berger yang hanya menampikan 7 aksioma menjadi 47 aksioma yang dapat dikembangkan
lagi. Para ahli melihat bahwa hal ini cukup sulit dalam menggabungkan semuanya dalam
hubungan anxiety, uncertainty, mindfulness, effective communication. Pada aksioma 47,
disebutkan bahwa peningkatan kemampuan kita dalam mengontrol kecemasan mengenai
berinteraksi dengan orang asing dan peningkatan pada prediksi yang akurat serta penjelasan
mengenai perilakunya, akan menghasilkan peningkatan pada keefektifan komunikasi kita.
Dalam hal tersebut Gudykunst lalu menambahkan bagaimana cara
keefektifan
sebuah kelompok dalam SMA A kita membutuhkan waktu untuk melakukan hal tersebut.
Kita memerlukan waktu untuk dapat beradaptasi dan mengenal satu sama lain, hingga
kemampuan kita dalam memprediksi perilaku atau sikap seseorang di SMA A dapat
meningkat dan tingkat kecemasan dapat menurun ketika berinteraksi.
REVIEW CHAPTER 31
Face-Negotiation Theory
Teori Negosiasi Muka
Pengantar
Teori Negosiasi Wajah (Face-Negotiation Theory) dikembangkan oleh Stella TingToomey pada tahun 1988. Stella Ting-Toomey lahir di Hongkong tahun 1952. Dia adalah
seorang profesor komunikasi antarpersonal dari Universitas Negeri California, Fullerton.
Teori ini memberikan sebuah dasar untuk memperkirakan bagaimana manusia akan
menyelesaikan konflik yang muncul dalam sebuah kebudayaan yang berbeda. Wajah atau
rupa mengacu pada penggambaran diri seseorang di hadapan orang lain. Hal ini melibatkan
rasa hormat, kehormatan, status, koneksi, kesetiaan dan nilai-nilai lain yang serupa. Dengan
kata lain wajah merupakan gambaran yang anda inginkan atau jati diri orang lain yang
berasal dari anda dalam sebuah situasi sosial. Hal ini dilakukan untuk membangun dan
melindungi wajah diri sendiri.
Teori
Ting-Toomey berasumsi bahwa setiap orang dalam setiap budaya sebenarnya selalu
menegosiasikan wajah. Wajah adalah istilah kiasan untuk public self-image, yaitu bagaimana
kita ingin diperlakukan oleh orang lain. Sedangkan facework berhubungan dengan pesanpesan verbal dan nonverbal spesifik yang membantu memelihara dan memulihkan face loss
(kehilangan muka), dan untuk menegakkan dan serta menghormati face gain. Facework
dibagi menjadi budaya individualistik dan kolektivistik yang terdapat perbedaan yang luas
diantaranya.
Menurut Triandis, orang yang kolektivis mendefinisikan dirinya sebagai anggota dari
kelompok-kelompok tertentu. Orang-orang kolektivis menganggap keunikan individual tidak
lebih penting daripada group-based information. Sedangkan orang yang individualis akan
mendefinisikan dirinya sebagai seseorang yang independen dari segala kelompok afiliasi.
Selain itu, orang yang individualistis tertarik mengenal seseorang karena keunikannya dan
kepribadiannya. Berikut adalah interpretasi facework yang digunakan oleh seseorang
individualistik dan kolektivitas :
-
sendiri.
Face-giving adalah perhatian untuk orang lain yang merupakan strategi facework
untuk mempertahankan atau mendukung kebutuhan seseorang untuk menjadi bagian
dari kelompok. Ini merupakan karakteristik yang digunakan masyarakat kolektivis.
REVIEW CHAPTER 32
Speech Codes Theory
Teori Kode Berbicara
Pengantar
Speech Codes Theory atau teori kode berbicara ini dikemukakan oleh Gerry Philipsen
pada tahun 1960. Awalnya nama teori ini bukanlah Speech Codes Theory, melainkan The
Ethnography of Communication. Karena banyak masyarakat yang menganggap teori tersebut
bukan hanya sekedar metode saja. Gerry Philipsen adalah seorang pengajar speech
communication di Universitas California, Santa Barbara, dan informan buadaya ketika dia
pergi ke Universitas Washington.
Teori kode berbicara ini menjelaskan tentang perbedaan kebudayaan memiliki kode
berbicara yang berbeda pula dalam lingkungan sosial masyarakat. Teori ini dapat membantu
kita untuk mengerti berbagai cara dalam menghadapi kode berbicara dari budaya yang
berbeda. Sehingga dapat meningkatkan kesepahaman dan mengurangi konflik antarbudaya
yang dapat terjadi ketika sedang berinteraksi atau berkomunikasi.
Teori
Pada awalnya, teori ini dinamakan etnografi komunikasi dan diubah olehnya menjadi
teori kode berbicara. Dia memutuskan untuk mengubahnya karena ia mengakui bahwa
banyak orang tidak bisa melewati gagasan Etnografi hanya sebagai metode penelitian. Ia
dianggap seorang naturalis yang menonton, mendengarkan dan mencatat perilaku
komunikatif dalam pengaturan alam budaya. Tujuan akhir Philipsen adalah untuk
mengembangkan teori yang akan menangkap atau menjelaskan hubungan antara komunikasi
dan budaya. Teori kode berbicara memiliki dua tujuan. Pertama adalah untuk menyaring
sebagian dari apa yang mungkin dipelajari dari sebagian besar penelitian lapangan pada
budaya berbicara yang khas. Yang kedua adalah untuk memberikan fokus dalam penelitian
lebih lanjut dan diskusi.
Teori yang dipublikaskan Gerry Philipsen ini berusaha menjawab tentang keberadaan
speech code dalam suatu budaya, bagaimana substansi dan kekuatannya dalam sebuah
budaya. Philipsen menguraikan secara singkat inti teori kode berbicara ke dalam lima bentuk
proposisi, yaitu:
a. Dimanapun ada sebuah budaya, disitu diketemukan speech code yang khas.
b. Sebuah speech code mencakup sosiologi, psikologi, dan retorikal budaya.
- Sosiologi
Philipsen menulis bahwa suatu kode berbicara menyediakan suatu sistem
jawaban tentang hubungan antara pribadi dan orang lain, yang dapat dilihat
atau dicari dan sumber daya simbolis apa yang dapat dengan efektif dalam
-
secara alami.
Retorikal
Philipsen menggunakan istilah retorik dalam pengertian penemuan kebenaran
Inisiasi
Seorang teman menyatakan suatu kebutuhan untuk membahas suatu masalah
DAFTAR PUSTAKA
-
Griffin ,EM .2003. A First Look At Communication Theory. 5th ed. New York: Mc
Graw Hill.
https://mungkinkomunikasi.wordpress.com/2011/01/11/konstruktivisme-jesse-delia/
edukasi.kompasiana.com/2013/10/27/gagalnya-rekayasa-untuk-pks-teori-
2015)
http://en.wikipedia.org/wiki/Speech_code_theory (Diakses pada tanggal 8 April 2015)