Você está na página 1de 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat
ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang paling sering terserang tumor
ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. (Price, 1962:1213)
Menurut badan kesehatan dunia ( World Health Oganization ) setiap tahun jumlah penderita
kanker 6.25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker diantara
100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa terdapat sekitar 11.000
anak yang menderita kanker per tahun. Di Jakarta dan sekitarnya dengan jumlah penduduk 12
juta jiwa, diperkirakan terdapat 650 anak yang menderita kanker per tahun. (www.mailarchive.com)
Menurut Errol untung hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah Orthopedy
Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor tulang
yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang jinak (28%).
Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering didapati yakni
22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas. Dari jumlah
seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut. (www.kompas.com)
Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi
penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah
penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang dalam keadaan sudah
lanjut sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Jika tidak segera ditangani maka tumor dapat
menyebar ke organ lain, sementara penyembuhannya sangat menyakitkan karena terkadang
memerlukan pembedahan radikal diikuti kemotherapy.
Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 15 25 tahun
( pada usia pertumbuhan ). ( Smeltzer. 2001: 2347 ). Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada
umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Tetapi pada

akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak di temukan pada anak laki-laki. Sampai sekarang
penyebab pasti belum diketahui. (www.medicastore.com)
Melihat jumlah kejadian diatas serta kondisi penyakit yang memerlukan pendeteksian dan
penanganan sejak dini, penulis tertarik untuk menulis tentang Osteosarkoma.

1.2

TUJUAN

1.2.1 Tujuan Umum :


Untuk mengetahui bagaimana konsep anak yang menderita Osteosarkoma dan bagaimana
menyusun Asuhan Keperawatan yang baik dan benar pada anak dengan Osteosarkoma.
1.2.2 Tujuan Khusus :
1.

Menjelaskan pengertian dan klasifikasi Osteosarkoma

2.

Menjelaskan penyebab Osteosarkoma

3.

Menjelaskan Patofisiologi dan Manifestasi klinis Osteosarkoma

4.

Menjelaskan Cara Diagnostik dan Penanganan medic Osteosarkoma

5.

Menjelaskan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Osteosarkoma

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFENISI
Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung (Danielle. 1999: 244).
Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang menginvasi jaringan dan
cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam tubuh.( Wong. 2003: 595).
Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat
ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering terserang tumor ini
adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price. 1998: 1213)
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) merupakan tulang primer maligna yang paling
sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Tumor ini
menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien
pertama kali berobat.( Smeltzer. 2001: 2347)
Tempat-tempat yang paling sering terkena adalah femur distal, tibia proksimal dan
humerus proksimal. Tempat yang paling jarang adalah pelvis, kolumna, vertebra, mandibula,
klavikula, skapula, atau tulang-tulang pada tangan dan kaki. Lebih dari 50% kasus terjadi pada
daerah lutut. ( Otto.2003 : 72 )
2.2 KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut kemampuan infiltrasinya Osteosarkoma dapat diklasifikasikan sebagi berikut
1. Local osteosarcoma
Kanker sel belum tersebar di luar tulang atau dekat jaringan di mana kanker berasal.g
2. Metastatic osteosarcoma
Kanker sel telah menyebar dari tulang yang kanker berasal, ke bagian tubuh yang lain.
Kanker yang paling sering menyebar ke paru-paru. Mungkin juga menyebar ke tulang lain.
Tentang satu dari lima pasien dengan osteosarkoma dengan kanker yang telah metastasized

pada saat itu dapat terdiagnosa. Dalam multifocal osteosarkoma, tumor muncul dalam 2 atau
lebih tulang, tetapi belum menyebar ke paru-paru.

3. Berulang
Penyakit berulang berarti kanker telah datang kembali (recurred) setelah itu telah dirawat.
Hal itu dapat datang kembali dalam jaringan dimana pertama kali atau mungkin datang
kembali di bagian lain dari tubuh. Osteosarkoma paling sering terjadi dalam paru-paru. Ketika
osteosarkoma ditemukan, biasanya dalam waktu 2 sampai 3 tahun setelah perawatan selesai.
Nanti kambuh lagi adalah mungkin terjadi, tetapi langka.
Sedangkan klasifikasi menurut sifatnya Osteosarkoma dapat diklasifikasikan sebagi berikut :
1.

Osteokondroma
Osteokondroma (eksostosis Osteokartilagionous) merupakan tumor tulang jinak
yang paling sering ditemukan. Biasanya menyerang usia 10 20 tahun. Tumor ini tumbuh
pada permukaan tulang sebgai benjolan yang keras. Penderita dapat memiliki satu atau
beberapa benjolan. 10% dari penderita yang memiliki beberapa osteokondroma, tetapi
penderita yang hanya memiliki satu osteokondroma, tidak akan menderita kondrosarkoma.

2.

Kondroma Jinak
Kondroma jinak biasanya terjadi pada usia 10 30 tahun, timbul di bagian tengah
tulang. Beberapa jenis kondroma menyebabkan nyeri. Jika tdak menimbulkan nyeri, tidak
perlu diangkat atau diobati. Untuk memantau perkembangannya, dilakukan foto rontgen.
Jika tumor tidak dapat di diagnosis melalui foto rontren atau jika menyebabkan nyeri,
mungkin perlu dilakukan biopsy untuk menentukan apakah tumor tersebut bias
berkembang menjadi kanker atau tidak.

3.

Kondroblastoma
Kondroblastoma merupakan tumor yang jarang terjadi, yang tumbuh pada ujung
tulang.biasanya timbul pada usia 10 -20 tahun. Tumor ini dapat menimbulkan nyeri, yang

merupakan petunjuk adanya penyakit ini. Pengobatan terdiri dari pengangkatan melalui
pembedahan ; kadang setelah dilakukan pembedahan, tumor bisa tumbuh kembali.
4.

Fibroma Kondromiksoid
Fibroma kondromiksoid merupakan tumor yang sangat jarang, yang terjadi pada
usia kurang dari 30 tahun. Nyeri merupakan gejala yang biasa dikeluhkan. Tumor ini akan
memberikan gambaran yang khas pada foto rontgen. Pengobatannya adalah pengangkatan
melalui pembedahan.

5.

Osteoid Osteoma
Osteoid Osteoma adalah tumor yang sangat kecil, yang biasanya tumbuh di lengan
atau tungkai, tetapi dapat terjadi pada semua tulang. Biasanya akan menimbulkan nyeri
yang memburuk pada malam hari dan berkurang dengan pemberian aspirin dosis rendah.
Kadang otot disekitar tumor akan mengecil ( atrofi) dan keadaan ini akan membaik setelah
tumor diangkat. Scaning tulang menggunakan pelacak radioaktif bias membantu
menentukan lokasi yang tepatdari tumor tersebut. Kadang-kadang tumor sulit ditentukan
lokasinya dan perlu dilakukan pemeriksaan tambahan seperti CT-scan dan foto rontgen
dengan tehnik yang khusus. Pengangkatan tumor melalui pembedahan merupakan satusatunya cara untuk mengurangi nyeri secara permanen. Bila penderita enggan menjalani
pembedahan, untuk mengurangi nyri bias diberikan aspirin.

6.

Tumor sel raksasa


Tumor sel raksasa biasanya terjadi pada usia 20 dan 30 tahun. Tumor ini umumnya
tumbuh di ujung tulang dan dapat meluas ke jaringan disekitarnya. Biasanya menimbulkan
nyeri. Pengobatan tergantung dari ukuran tumor. Tumor dapat diangkat melalui
pembedahan dan lubang yang terbentuk bisa diisi dengan cangkokan tulang atau semen
tulang buatan agar struktur tulang tetap terjaga. Pada tumor yang sangat luas kadang perlu
dilakukan pengangkatan satu segmentulang yang terkena. Sekitar 10% tumor akan muncul
kembali setelah pembedahan. Walaupun jarang, tumor ini biasa tumbuh menjadi kanker.

2.3 ETIOLOGI
Penyebab tumor ini hampir semua keganasan yang lain, masih merupakan teka-teki yang
belum terpecahkan. Radiasi dan virus onkogenik, yang telah terlihat dalam terjadinya keganasan
yang lain, telah dianggap sebagai agen penyebab.
Beberapa faktor etiologik telah diindentifikasi pada osteosarkoma orang dewasa yang lebih
jarang terjadi, tetapi hanya sedikit kasus saja. Osteosarkoma epidemik dilaporkan pada pelukis
lempeng jam radium disebabkan oleh penumpukan radioaktif didalam tulang, Thorotrast-dulu
menggunakan bahan kontras radiografik yang mengandung radioaktif thorium dioxide erat
hubungannya dengan timbulnya osteosarkoma seperti pada neoplasma hati.
Selain itu, juga terdapat faktor kecenderungan genetik. Osteosarkoma pada masa kanakkanak mungkin sekali memiliki dasar genetik, meskipun tak seorangpun pernah menemukannya.
Mungkin kelainan genetik pada kromosom 13 dapat menyebabkan osteosarkoma pada kelompok
pasien

ini.

Terjadi

dysplasia

tulang,

termasuk

penyakit

Paget,

dysplasia

fibrosa,

enchondromatosis, dan turun temurun beberapa exostoses dan retinoblastoma (kuman-garis


bentuk) adalah faktor risiko. Kombinasi konstitusional mutasi genetik dari RB (germline
retinoblastoma) dan terapi radiasi dikaitkan dengan risiko tinggi terutama pengembangan
osteosarkoma, Li-Fraumeni Sindrom (mutasi germline), dan Rothmund-Thomson Sindrom
(autosomal yang terdesak asosiasi dari bawaan cacat tulang , dysplasia rambut dan kulit,
hypogonadism, dan katarak).
2.4 PATOFISIOLOGI
Adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan respons osteolitik
(destruksi tulang) atau respons osteoblastik (pembentukan tulang). Beberapa tumor tulang sering
terjadi dan lainnya jarang terjadi, bebrapa tidak menimbulkan masalah, sementara lainnya ada
yang sangat berbahaya dan mengancam jiwa.
Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan pada ujung
bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia. Secara histolgik, tumor terdiri dari massa
sel-sel kumparan atau bulat yang berdifferensiasi jelek dan sring dengan elemen jaringan lunak
seperti jaringan fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling dengan

ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui dinding periosteum dan
menyebar ke jaringanlunak sekitarnya;garis epifisis membentuk terhadap gambarannya di dalam
tulang.

2.5 MANIFESTASI KLINIS


Adapun gejala atau tanda yang ditimbulkan yang paling umum gejala osteosarkoma
adalah rasa sakit dan bengkak di kaki atau lengan. Hal ini paling sering terjadi di lagi tulang dari
tubuh - seperti di atas atau di bawah lutut atau di lengan atas dekat bahu. Sakit mungkin buruk
selama bergerak atau di malam hari, dan benjol atau bengkak dapat mengembangkan di kawasan
hingga beberapa minggu setelah mulai sakit.
Sakit yang berlebihan dapat membangunkan di malam hari atau sakit saat istirahat
menjadi perhatian khusus. Dalam beberapa kasus, pertama tanda penyakit itu yang rusak lengan
atau kaki, karena kanker telah melemahkan tulang untuk membuatnya rentan untuk istirahat.
Pada kasus ini, resiko osteosarkoma paling sering dilihat pada remaja anak laki-laki, dan buktibukti menunjukkan bahwa remaja yang tinggi daripada rata-rata memiliki risiko tambahan untuk
mengembangkan penyakit.
Anak-anak yang telah mewarisi salah satu langka sindrom kanker juga berada di risiko
tinggi untuk osteosarkoma. Sindrom ini termasuk retinoblastoma (tumor jahat yang yang
berkembang di retina, biasanya pada anak-anak berusia di bawah umur 2 tahun) dan Li-Fraumeni
Sindrom (jenis mewarisi mutasi genetik). Karena terhubungan ke radiasi lain, dapat memicu
DNA mutasi, anak-anak yang telah menerima perawatan radiasi untuk episode sebelum kanker
juga meningkat di risiko untuk osteosarkoma.
Gejala biasanya telah ada selama beberapa minggu atau bulan sebelum pasien didiagnosa.
Gejala yang paling sering terdapat adalah nyeri, terutama nyeri pada saat aktifitas adan massa
atau pembengkakan. Tidak jarang terdapat riwayat trauma, meskipun peran trauma pada
osteosarkoma tidaklah jelas. Fraktur patologis sangat jarang terjadi, terkecuali pada
osteosarkoma telangiectatic yang lebih sering terjadi fraktur patologis. Nyeri pada ekstrimitas
dapat menyebabkan kekakuan. Riwayat pembengkakan dapat ada atau tidak, tergantung dari
lokasi dan besar dari lesi. Gejala sistemik, seperti demam atau keringat malam sangat jarang.
Penyebaran tumor pada paru-paru sangat jarang menyebabkan gejala respiratorik dan biasanya
menandakan keterlibatan paru yang luas.

Penemuan pada pemeriksaan fisik biasanya terbatas pada tempat utama tumor :
1. Massa : massa yang dapat dipalpasi dapat ada atau tidak, dapat nyeri tekan dan hangat pada
palpasi, meskipun gejala ini sukar dibedakan dengan osteomielitis. Pada inspeksi dapat
terlihat peningkatan vaskularitas pada kulit.
2. Penurunan range of motion : keterlibatan sendi dapat diperhatikan pada pemeriksaan fisik.
3. Lymphadenopathy : keterlibatan kelenjar limfa merupakan hal yang sangat jarang terjadi.
2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK & PENATALAKSANAAN
2.6.1 Laboratorium
Kebanyakan pemeriksaan laboratorium yang digunakan berhubungan dengan penggunaan
kemoterapi. Sangat penting untuk mengetahui fungsi organ sebelum pemberian kemoterapi dan
untuk memonitor fungsi organ setelah kemoterapi. Pemeriksaan darah untuk kepentingan
prognosa adalah lactic dehydrogenase (LDH) dan alkaline phosphatase (ALP). Pasien dengan
peningkatan nilai ALP pada saat diagnosis mempunyai kemungkinan lebih besar untuk
mempunyai metastase pada paru.
Pada pasien tanpa metastase, yang mempunyai peningkatan nilai LDH kurang dapat
menyembuh bila dibandingkan dengan pasien yang mempunyai nilai LDH normal.
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang penting termasuk :
a) ALP (kepentingan prognostik)
b) Hitung darah lengkap
c) Hitung trombosit
d) Tes fungsi hati: Aspartate aminotransferase (AST), alanine aminotransferase (ALT),
bilirubin, dan albumin.
e) Elektrolit : Sodium, potassium, chloride, bicarbonate, calcium, magnesium, phosphorus.
f) Tes fungsi ginjal: blood urea nitrogen (BUN), creatinine.
g) Urinalisis

2.6.2 Radiografi
Pemeriksaan X-ray merupakan modalitas utama yang digunakan untuk investigasi. Ketika
dicurigai adanya osteosarkoma, MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang
dan penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya. CT kurang sensitf bila dibandingkan dengan
MRI untuk evaluasi lokal dari tumor namun dapat digunakan untuk menentukan metastase pada
paru-paru. Isotopic bone scanning secara umum digunakan untuk mendeteksi metastase pada
tulang atau tumor synchronous, tetapi MRI seluruh tubuh dapat menggantikan bone scan.
1. X-ray
Foto polos merupakan hal yang esensial dalam evaluasi pertama dari lesi tulang karena
hasilnya dapat memprediksi diagnosis dan penentuan pemeriksaan lebih jauh yang tepat.
Gambaran foto polos dapat bervariasi, tetapi kebanyakan menunjukkan campuran antara area
litik dan sklerotik. Sangat jarang hanya berupa lesi litik atau sklerotik. Lesi terlihat agresif, dapat
berupa moth eaten dengan tepi tidak jelas atau kadangkala terdapat lubang kortikal multipel yang
kecil. Setelah kemoterapi, tulang disekelilingnya dapat membentuk tepi dengan batas jelas
disekitar tumor.
Penyebaran pada jaringan lunak sering terlihat sebagai massa jaringan lunak. Dekat dengan
persendian, penyebaran ini biasanya sulit dibedakan dengan efusi. Area seperti awan karena
sclerosis dikarenakan produksi osteoid yang maligna dan kalsifikasi dapat terlihat pada massa.
Reaksi periosteal seringkali terdapat ketika tumor telah menembus kortek. Berbagai spektrum
perubahan dapat muncul, termasuk Codman triangles dan multilaminated,spiculated, dan
reaksi sunburst,

yang

semuanya

mengindikasikan

proses

yang

agresif. Osteosarkoma

telangiectatic secara umum menunjukkan gambaran litik, dengan reaksi periosteal dan massa
jaringan lunak. Ketika batas tumor berbatas tegas, dapat menyerupai gambaran aneurysmal bone
cyst.
Osteosarkoma Small-cell terlihat sama dengan gambaran osteosarkoma konvensional, yang
mempunyai gambaran campuran antara litik dan sklerotik. Osteosarkoma intraosseous low-

grade dapat berupa litik, sklerotik atau campuran; seringkali mempunyai gambaran jinak dengan
batas tegas dan tidak adanya perubahan periosteal dan massa jaringan lunak. Gnathic tumor
dapat berupa litik, sklerotik atau campuran dan sering terjadi destruksi tulang, reaksi periosteal
dan ekstensi pada jaringan lunak. osteosarkoma intracortical dideskripsikan sebagai gambaran
radiolusen dangeographic, dan mengandung mineralisasi internal dalam jumlah yang kecil.
Osteosarkoma derajat tinggi mempunyai gambaran massa jaringan lunak yang luas dengan
berbagai derajat mineralisasi yang muncul dari permukaan tulang. Osteosarkoma parosteal
secara tipikal merupakan tumor berdensitas tinggi yang muncul dari area tulang yang luas. Tidak
seperti osteochondroma, osteosarkoma parosteal tidak melibatkan kavitas medulla tulang.
2.

CT Scan
CT dapat berguna secara lokal ketika gambaran foto polos membingungkan, terutama pada

area dengan anatomi yang kompleks (contohnya pada perubahan di mandibula dan maksila pada
osteosarkoma gnathic dan pada pelvis yang berhubungan dengan osteosarkoma sekunder).
Gambaran cross-sectional memberikan gambaran yang lebih jelas dari destruksi tulang dan
penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya daripada foto polos. CT dapat memperlihatkan
matriks mineralisasi dalam jumlah kecil yang tidak terlihat pada gambaran foto polos.
3. MRI
MRI merupakan modalitas untuk mengevaluasi penyebaran lokal dari tumor karena
kemampuan yang baik dalam interpretasi sumsum tulang dan jaringan lunak. MRI merupakan
tehnik pencitraan yang paling akurat untuk menentuan stadium dari osteosarkoma dan membantu
dalam menentukan manajemen pembedahan yang tepat. Untuk tujuan stadium dari tumor,
penilaian hubungan antara tumor dan kompartemen pada tempat asalnya merupakan hal yang
penting. Tulang, sendi dan jaringan lunak yang tertutupi fascia merupakan bagian dari
kompartemen. Penyebaran tumor intraoseus dan ekstraoseus harus dinilai.
4. Ultrasound
Ultrasonography tidak secara rutin digunakan untuk menentukan stadium dari lesi.
Ultrasonography berguna sebagai panduan dalam melakukan percutaneous biopsi. Pada pasien
dengan implant prostetik, Ultrasonography mungkin merupakan modalitas pencitraan satu

satunya yang dapat menemukan rekurensi dini secara lokal, karena penggunaan CT atau MRI
dapat menimbulkan artefak pada bahan metal. Meskipun ultrasonography dapat memperlihatkan
penyebaran tumor pada jaringan lunak, tetapi tidak bisa digunnakan untuk mengevaluasi
komponen intermedula dari lesi.
5. Nuclear Medicine
Osteosarcoma secara umum menunjukkan peningkatan ambilan dari radioisotop pada bone
scan yang menggunakan technetium-99m methylene diphosphonate (MDP). Bone scan sangat
berguna untuk mengeksklusikan penyakit multifokal. skip lesion dan metastase paru-paru dapat
juga dideteksi, namun skip lesion paling konsisten jika menggunakan MRI. Karena
osteosarkoma menunjukkan peningkatan ambilan dari radioisotop maka bone scan bersifat
sensitif namun tidak spesifik.
2.6.3 PENATALAKSANAAN
Preoperatif kemoterapi diikuti dengan pembedahan limb-sparing (dapat dilakukan pada
80% pasien) dan diikuti dengan postoperatif kemoterapi merupakan standar manajemen.
Osteosarkoma merupakan tumor yang radioresisten, sehingga radioterapi tidak mempunyai
peranan dalam manajemen rutin.
Medikamentosa
Sebelum penggunaan kemoterapi (dimulai tahun 1970), osteosarkoma ditangani secara
primer hanya dengan pembedahan (biasanya amputasi). Meskipun dapat mengontrol tumor
secara lokal dengan baik, lebih dari 80% pasien menderita rekurensi tumor yang biasanya berada
pada paru-paru. Tingginya tingkat rekurensi mengindikasikan bahwa pada saat diagnosis pasien
mempunyai mikrometastase. Oleh karena hal tersebut maka penggunaan adjuvant kemoterapi
sangat penting pada penanganan pasien dengan osteosarkoma. Pada penelitian terlihat bahwa
adjuvant kemoterapi efektif dalam mencegah rekurensi pada pasien dengan tumor primer lokal
yang dapat direseksi. Penggunaan neoadjuvant kemoterapi terlihat tidak hanya mempermudah
pengangkatan tumor karena ukuran tumor telah mengecil, namun juga dapat memberikan
parameter faktor prognosa. Obat yang efektif adalah doxorubicin, ifosfamide, cisplatin, dan

methotrexate dosis tinggi dengan leucovorin. Terapi kemoterapi tetap dilanjutkan satu tahun
setelah dilakukan pembedahan tumor.
Pembedahan
Tujuan utama dari reseksi adalah keselamatan pasien. Reseksi harus sampai batas bebas
tumor. Semua pasien dengan osteosarkoma harus menjalani pembedahan jika memungkinkan
reseksi dari tumor prmer. Tipe dari pembedahan yang diperlukan tergantung dari beberapa faktor
yang harus dievaluasi dari pasien secara individual. Batas radikal, didefinisikan sebagai
pengangkatan seluruh kompartemen yang terlibat (tulang, sendi, otot) biasanya tidak diperlukan.
Hasil dari kombinasi kemoterapi dengan reseksi terlihat lebih baik jika dibandingkan dengan
amputasi radikal tanpa terapi adjuvant, dengan tingkat 5-year survival ratessebesar 50-70% dan
sebesar 20% pada penanganan dengan hanya radikal amputasi.
Fraktur patologis, dengan kontaminasi semua kompartemen dapat mengeksklusikan
penggunaan terapi pembedahan limb salvage, namun jika dapat dilakukan pembedahan dengan
reseksi batas bebas tumor maka pembedahan limb salvage dapat dilakukan. Pada beberapa
keadaan amputasi mungkin merupakan pilihan terapi, namun lebih dari 80% pasien dengan
osteosarkoma pada eksrimitas dapat ditangani dengan pembedahan limb salvage dan tidak
membutuhkan amputasi. Jika memungkinkan, maka dapat dilakukan rekonstruksi limb-salvage
yang harus dipilih berdasarkan konsiderasi individual, sebagai berikut :
a) Autologous bone graft: hal ini dapat dengan atau tanpa vaskularisasi. Penolakan tidak
muncul pada tipe graft ini dan tingkat infeksi rendah. Pada pasien yang mempunyai lempeng
pertumbuhan yang imatur mempunyai pilihan yang terbatas untuk fiksasi tulang yang stabil
(osteosynthesis).
b) Allograft: penyembuhan graft dan infeksi dapat menjadi permasalahan, terutama selama
kemoterapi. Dapat pula muncul penolakan graft.
c) Prosthesis: rekonstruksi sendi dengan menggunakan prostesis dapat soliter atau expandable,
namun hal ini membutuhkan biaya yang besar. Durabilitas merupakan permasalahan
tersendiri pada pemasangan implant untuk pasien remaja.
d) Rotationplasty: tehnik ini biasanya sesuai untuk pasien dengan tumor yang berada pada
distal femur dan proximal tibia, terutama bila ukuran tumor yang besar sehingga alternatif
pembedahan hanya amputasi.

Selama reseksi tumor, pembuluh darah diperbaiki dengan cara end-to-end anastomosis untuk
mempertahankan patensi dari pembuluh darah. Kemudian bagian distal dari kaki dirotasi 180
dan disatukan dengan bagian proksimal dari reseksi. Rotasi ini dapat membuat sendi ankle
menjadi sendi knee yang fungsional.
Sebelum keputusan diambil lebih baik untuk keluarga dan pasien melihat video dari pasien yang
telah menjalani prosedur tersebut.
e). Resection of pulmonary nodules: nodul metastase pada paru-paru dapat disembuhkan secara
total dengan reseksi pembedahan. Reseksi lobar ataupneumonectomy biasanya diperlukan
untuk mendapatkan batas bebas tumor. Prosedur ini dilakukan pada saat yang sama dengan
pembedahan tumor primer. Meskipun nodul yang bilateral dapat direseksi melalui median
sternotomy, namun lapangan pembedahan lebih baik jika menggunakanlateral thoracotomy.
Oleh karena itu direkomendasikan untuk melakukanbilateral thoracotomies untuk metastase
yang bilateral (masing-masing dilakukan terpisah selama beberapa minggu).
Penanganan jangka panjang
a) Rawat inap
Siklus kemoterapi: hal ini secara umum memerlukan pasien untuk masuk rumah sakit
untuk administrasi dan monitoring. Obat aktif termasuk methotrexate, cisplatin,
doxorubicin, and ifosfamide. Pasien yang ditangani dengan agen alkylating dosis
tinggi mempunyai resiko tinggi untuk myelodysplasia dan leukemia. Oleh karena itu
hitung darah harus selalu dilakukan secara periodik.
Demam dan neutropenia: diperlukan pemberian antibiotic intravena.
Kontrol lokal: penanganan di rumah sakit diperlukan untuk kontrol lokal dari tumor
(pembedahan), biasanya sekitar 10 minggu. Reseksi dari metastase juga dilakukan
pada saat ini.
b) Rawat jalan
1) Hitung jenis darah: pengukuran terhadap hitung jenis darah dilakukan dua kali seminggu
terhadap granulocyte colony-stimulating factor (G-CSF) pasien, pengukuran G-CSF dapat
dihentikan ketika hitung neutrophil mencapai nilai 1000 atau 5000/L.

2) Kimia darah: sangat penting untuk mengukur kimia darah dan fungsi hati pada pasien
dengan nutrisi parenteral dengan riwayat toksisitas (terutama jika penggunaan antibiotik
yang nephrotoxic atau hepatotoxic dilanjutkan.
3) Monitoring rekurensi: monitoring harus tetap dilanjutkan terhadap lab darah dan radiografi,
dengan frekuensi yang menurun seiring waktu. Secara umum kunjungan dilakukan setiap 3
bulan selama tahun pertama, kemudian 6 bulan pada tahun kedua dan seterusnya. Follow-up
jangka panjang : ketika pasien sudah tidak mendapat terapi selama lebih dari 5 tahun, maka
pasien dipertimbangkan sebagai survivors jangka panjang. Individu ini harus berkunjung
untuk monitoring dengan pemeriksaan yang sesuai dengan terapi dan efek samping yang ada
termasuk evaluasi hormonal, psychosocial, kardiologi, dan neurologis.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN OSTEOSARCOMA
Dalam pemberian asuhan keperawatan meliputi : Pengkajian, Penetuan Diagnosa, Intervensi,
Implementasi dan Evaluasi.
1. Pengkajian
a. Anamnesa
Dapatkan riwayat kesehatan, proses penyakit, bagaimana keluarga dan pasien mengatasi
masalahnya dan bagaimana pasien mengatasi nyeri yang dideritanya. Berikan perhatian khusus
pada keluhan misalnya : keletihan, nyeri pada ekstremitas, berkeringat pada malam hari, kurang
nafsu makan, sakit kepala, dan malaise.
b. Pemeriksaan fisik
Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena
1. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas
2. Nyeri tekan / nyeri lokal pada sisi yang sakit
(a) Mungkin hebat atau dangkal
(b) Sering hilang dengan posisi flexi
(c) Berjalan pincang, keterbatasan dalam melakukan aktifitas, tidak mampu menahan objek
berat
3. Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda inflamasi, nodus limfe regional
c. Pemeriksaan Diagnostik
Radiografi
Adalah penggunaan sinar pengionan (sinar X, sinar gama) untuk membentuk bayangan
benda yang dikaji pada film.

Tomografi
Adalah sebuah metode penggambaran medis menggunakan tomografi di mana
pemrosesan geometri digunakan untuk menghasilkan sebuah gambar tiga dimensi bagian
dalam sebuah objek dari satu seri besar gambar sinar-X dua dimensi diambil dalam satu
putaran axis
Pemindaian tulang.
Radioisotop, atau biopsi tulang bedah.
Tomografi paru.
Aspirasi sumsum tulang (sarkoma ewing).

2. Diagnosis Keperawatan (Arif Muttaqin 2013 )


1) Nyeri yang berhubungan dengan ekspansi tumor yang cepat dan kompresi saraf perifer,
kerusakan neuromuskuloskeletal.
2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan rentang gerak, kelemahan otot,,
nyeri pada gerakan akibat ekspansi tumor akibat ekspansi tumor yang cepat dan penekanan
ke jaringan sekitarnya, penurunan kemampuan pergerakan dan mobilisasi, kelemahan fisik,
atrofi otot dan ketidaktahuan cara mobilisasi yang adekuat.
3) Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak tahuan, persepsi tentang
proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat.
4) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan
dengan kanker.
5) Gangguan harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran.
6) Berduka berhubungan dengan kemungkinan kehilangan alat gerak.

4. Evaluasi
1) Pasien mampu mengontrol nyeri
Melakukan teknik manajemen nyeri,
Patuh dalam pemakaian obat yang diresepkan.
Tidak mengalami nyeri atau mengalami pengurangan nyeri saat istirahat, selama
menjalankan aktifitas hidup sehari-hari
2) Memperlihatkan pola penyelesaian masalah yang efektif.
Mengemukakan perasaanya dengan kata-kata
Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
Keluarga mampu membuat keputusan tentang pengobatan pasien
3) Masukan nutrisi yang adekuat
Mengalami peningkatan berat badan
Menghabiskan makanan satu porsi setiap makan
Tidak ada tanda tanda kekurangan nutrisi
4) Memperlihatkan konsep diri yang positif
Memperlihatkan kepercayaan diri pada kemampuan yang dimiliki pasien
5) Memperlihatkan penerimaan perubahan citra diri.
6) Klien dan keluarga siap untuk menghadapi kemungkinan amputasi.

BAB IV
PEMBAHASAN
STUDY CASE
Seorang anak laki-laki 15 tahun mengalami nyeri hebat akibat tumor pada tibia dekat lutut.
Biopsy terdapat tumor raksasa yang ganas pada lesi dan dia mengalami massa pembengkakan
mengakibatkan nyeri semakin membesar dan kaki mengecil.
Hasil pemeriksaan Radiologi
Didapatkan pengerasan dan terdapat massa pada daerah tibia lateral dibawah sendi daerah
tibia dengan metastase ke daerah tulang. Setelah dilakukan insisi tampak tanpa adanya tandatanda infeksi tetapi areanya tidak bisa disentuh.
Pemeriksaan laboratorium : (-) Tidak adanya hasil laboratorium
Diagnosis : osteosarcoma
Pilihan pengobatan : berdasarkan dugaan diagnosis, dilakukannya kuretase pada lesi tersebut

...

Pemberian Asuhan keperawatan dari kasus diatas antara lain sebagai berikut (Arif muttaqin,
2013)
1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama : Pasien mengatakan sangat nyeri dibagian lutut
Riwayat penyakit saat ini : Pasien mengalami massa pembengkakan mengakibatkan
nyeri dan kaki mengecil. Hasil Biopsy terdapat tumor raksasa yang ganas pada lesi.
Hasil radiologi terjadinya pergeseran pada pragmen tulang dan terjadi pertumbuhan
massa pada daerah tibia lateral dibawah sendi dengan beberapa metastase atau
menyebar ke daerah tulang. Setelah dilakukan insisi tampak tanpa adanya timbul tandatanda infeksi tetapi areanya tidak bisa disentuh.
Riwayat penyakit terdahulu :
Riwayat kesehatan keluarga : Pasien pernah mengalami trauma pada tulang kaki

Riwayat terpapar karsinogenik (-)

2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi : Terlihat adanya nyeri ( Kesakitan, pembesaran jaringan, dan tanda peradangan.
Adanya nyeri menunjukkan tanda ekspansi tumor yang cepat dan penekanan ke jaringan
sekitarnya, perdarahan atau degenerasi. Adanya pembesaran / benjolan pada bagian tibia
didekat lutut, adanya lesi pada bagian pembengkakan atau benjolan.
Palpasi : Palpasi hangat pada pusat lesi secara local, keluhan nyeri, dan penurunan fungsi
pergerakan paha baik bagian distal maupun proksimal. Menilai sejauh mana kerusakan pada
integritas kulit ynag terlihat. Untuk menetapkan rencana asuhan perawatan luka. Untuk
memperbaiki pertumbuhan kulit dan menghindari kondisi psikologis pasien yang menahan
perubahan bau yang keluar dari lesi kulit tersebut. Merasakan nyeri pada saat ditekan.

Sistem respiratori : Normal 110/80 mmHg(-)


Sistem cardiovaskuler : HR 80x/m (-)

Sistem pencernaan : Mual, muntah dan anoreksia


Sistem persyarafan : Sebagian syarafnya terutama persyarafan tibia dekat lutut mengalami ada
gangguan pergeseran pada fragmen tulang sehingga timbul nyeri.
Sistem penglihatan : Normal
Sistem pendengaran : Normal
Sistem perkemihan : Normal
Sistem musculoskeletal : Klien mengalami gangguan pergerakan karena kelemahan otot yang
diakibatkan pembesaran masssa otot.
Sistem integumen : Adanya perubahan warna
kerusakaninetgritas kulit karena dilakukannya insisi.
Sistem reproduksi : Normal

kulit

yang

kebiru-biruan

dan

3. Pemeriksaan diagnostic
Radiologi
Hasil radiologi terjadinya pergeseran pada pragmen tulang dan terjadi pertumbuhan massa
pada daerah tibia lateral dibawah sendi dengan beberapa metastase atau menyebar ke daerah
tulang.
4. Penatalaksanaan Medis
Pembedahan : Tujuan utama dari reseksi adalah keselamatan pasien. Reseksi harus sampai
batas bebas tumor. Semua pasien dengan osteosarkoma harus menjalani pembedahan jika
memungkinkan reseksi dari tumor prmer. Tipe dari pembedahan yang diperlukan tergantung
dari beberapa faktor yang harus dievaluasi dari pasien secara individual. Batas radikal,
didefinisikan sebagai pengangkatan seluruh kompartemen yang terlibat (tulang, sendi, otot)
biasanya tidak diperlukan. Hasil dari kombinasi kemoterapi dengan reseksi terlihat lebih
baik jika dibandingkan dengan amputasi radikal tanpa terapi adjuvant, dengan tingkat 5-year
survival ratessebesar 50-70% dan sebesar 20% pada penanganan dengan hanya radikal
amputasi.

5. Diagnosa
1.

Nyeri yang berhubungan dengan ekspansi tumor yang cepat dan kompresi saraf perifer,
kerusakan neuromuskuloskeletal.

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan rentang gerak, kelemahan


otot,, nyeri pada gerakan akibat ekspansi tumor akibat ekspansi tumor yang cepat dan
penekanan ke jaringan sekitarnya, penurunan kemampuan pergerakan dan mobilisasi,
kelemahan fisik, atrofi otot dan ketidaktahuan cara mobilisasi yang adekuat.
3. Gangguan harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran

6. Intervensi
1. Dx : Nyeri yang berhubungan dengan ekspansi tumor yang cepat dan kompresi saraf
perifer, kerusakan neuromuskuloskeletal.
Tujuan: Klien mengalami pengurangan nyeri

K. H :
Mengikuti aturan farmakologi yang ditentukan
Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan sesuai
indikasi situasi individu.
Itervensi : Kaji status nyeri (lokasi, frekuensi, durasi, dan intensitas nyeri)
Berikan lingkungan yang nyaman, dan aktivitas hiburan (misalnya : musik, televisi)
Ajarkan teknik manajemen nyeri seperti teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan
bimbingan imajinasi.
Kolaborasi : Berikan analgesik sesuai kebutuhan untuk nyeri.

2. Dx : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan rentang gerak, kelemahan


otot,, nyeri pada gerakan akibat ekspansi tumor akibat ekspansi tumor yang cepat dan
penekanan ke jaringan sekitarnya, penurunan kemampuan pergerakan dan mobilisasi,
kelemahan fisik, atrofi otot dan ketidaktahuan cara mobilisasi yang adekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah hambatan
mobillitas fisik teratasi seluruhnya.
Kriteria Hasil :
Pasien menyatakan pemahaman situasi individual, program pengobatan, dan
tindakan keamanan.
Pasien tampak ikut serta dalam program latihan / menunjukan keinginan
berpartisipasi dalam aktivitas.
Pasien menunjukan teknik / perilaku yang memampukan tindakan beraktivitas.
Pasien tampak mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai tingkat optimal.
Intervensi :

Kaji tingkat immobilisasi yang disebabkan oleh edema dan persepsi pasien tentang
immobilisasi tersebut.
Dorong partisipasi dalam aktivitas rekreasi (menonton TV, membaca koran dll ).
Anjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada yang cedera maupun

yang tidak.
Bantu pasien dalam perawatan diri.
Berikan diet TKTP, vitamin, dan mineral.
Kolaborasi dengan bagian fisioterapi.

3. Dx : Gangguan harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran
Tujuan : Mengungkapan perubahan pemahaman dalam gaya hidup tentang tubuh,
perasaan tidak berdaya, putus asa dan tidak mampu.
KH :
Mulai mengembangkan mekanisme koping untuk menghadapi masalah secara efektif.
Intervensi :
Diskusikan dengan orang terdekat pengaruh diagnosis dan pengobatan terhadap
kehidupan pribadi pasien dan keluarga.
Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan tentang efek kanker atau
pengobatan
Pertahankan kontak mata selama interaksi dengan pasien dan keluarga dan bicara
dengan menyentuh pasien.
Lakukan pendekatan langsung dengan klien
kurangnya alternatif pengobatan
Ajarkan penggunaan alat bantu seperti kursi roda atau kruk sesegera mungkin sesuai
dengan kemampuan pasien dan motivasi pasien.
BAB V
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Osteosarkoma (Sarkoma osteogenik) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat
ganas. Tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang,
terutama lutut (femur distal, tibia proksimal dan humerus proksimal). Penyebab pasti terjadinya
tumor tulang tidak diketahui, namun ada beberapa factor yang dicurigai, diantaranya: radiasi
sinar radio aktif dosis tinggi, keturunan, beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti
penyakit paget (akibat pajanan radiasi).
Tanda dan gejala yang dapat ditemui pada pasien dengan osteosarkoma adalah nyeri atau
pembengkakan ekstremitas yang terkena, pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian
serta pergerakan yang terbatas, nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun, malaise.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah: CT-scan, mielogram, asteriografi, MRI, biopsi, dan
pemeriksaan biokimia darah dan urine. Penatalaksanaan pada pasien ini tergantung pada tipe dan
fase dari tumor tersebut saat didiagnosis.
3.2 SARAN
Dengan dibuatnya makalah Asuhan Keperawatan Osteosarkoma ini, diharapkan nantinya
akan memberikan manfaat bagi para pembaca terutama pemahaman yang berhubungan dengan
bagaimana melakukan sebuah proses asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami kanker
tulang.
Namun penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu saran maupun kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan
penulisan makalah ini, dengan demikian penulisan makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis atau
pihak lain yang membutuhkannya

DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2014 . Buku saku gangguan musculoskeletal.Jakarta : EGC
Jurnal : Siki Kawiyana, Osteosarkoma diagnosis dan penangananya ( Pdf Osteosarkoma )

Você também pode gostar