Você está na página 1de 13

DEFINISI KESULITAN KEUANGAN PERUSAHAAN

(Brigham dan Daves, 2003). Ada beberapa definisi kesulitan keuangan, sesuai tipenya, yaitu
economic failure, business failure, technical insolvency, insolvency in bankruptcy, dan legal
bankruptcy (Brigham dan Gapenski, 1997). Berikut ini adalah penjelasannya:
1. Economic failure
Economic failure atau kegagalan ekonomi adalah keadaan dimana pendapatan
perusahaan tidak dapat menutupi total biaya, termasuk cost of capitalnya. Bisnis ini dapat
melanjutkan operasinya sepanjang kreditur mau menyediakan modal dan pemiliknya
mau menerima tingkat pengembalian (rate of return) di bawah pasar. Meskipun tidak ada
suntikan modal baru saat aset tua sudah harus diganti, perusahaan dapat juga menjadi
sehat secara ekonomi.
2. Business failure
Kegagalan bisnis didefinisikan sebagai bisnis yang menghentikan operasi dengan akibat
kerugian kepada kreditur.
3. Technical insolvency
Sebuah perusahaan dikatakan dalam keadaan technical insolvency jika tidak dapat
memenuhi kewajiban lancar ketika jatuh tempo. Ketidakmampuan membayar hutang
secara teknis menunjukkan kekurangan likuiditas yang sifatnya sementara, yang jika
diberi waktu, perusahaan mungkin dapat membayar hutangnya dan survive. Di sisi lain,
jika technical insolvency adalah gejala awal kegagalan ekonomi, ini mungkin menjadi
perhentian pertama menuju bencana keuangan (financial disaster).
4. Insolvency in bankruptcy
Sebuah perusahaan dikatakan dalam keadaan Insolvent in bankruptcy jika nilai buku
hutang melebihi nilai pasar aset. Kondisi ini lebih serius daripada technical insolvency
karena, umumnya, ini adalah tanda economic failure, dan bahkan mengarah kepada
likuidasi bisnis. Perusahaan yang dalam keadaan insolvent in bankruptcy tidak perlu
terlibat dalam tuntutan kebangkrutan secara hukum.
5. Legal bankruptcy
Perusahaan dikatakan bangkrut secara hukum jika telah diajukan tuntutan secara resmi
dengan undang-undang. Ketidakmampuan perusahaan yang mengalami technical
insolvency disebabkan masalah arus kas secara temporer. Biasanya masalah ini
diselesaikan dengan restrukturisasi hutang oleh para kreditur. Sedangkan pada insolvency
in bankruptcy, masalahnya bersifat permanen dan dapat mengarah pada likuidasi bisnis.
Brigham dan Gapenski memasukkan legal bankruptcy sebagai salah satu tipe kesulitan
keuangan.
PENYEBAB KESULITAN KEUANGAN PERUSAHAAN
Lizal (2002) ada tiga alasan yang mungkin mengapa perusahaan menjadi bangkrut, yaitu:
1. Neoclassical model
Pada kasus ini kebangkrutan terjadi jika alokasi sumber daya tidak tepat. Kasus
restrukturisasi ini terjadi ketika kebangkrutan mempunyai campuran aset yang salah.
Mengestimasi kesulitan dilakukan dengan data neraca dan laporan laba rugi. Misalnya
profit/assets (untuk mengukur profitabilitas), dan liabilities/assets.

2. Financial model
Campuran aset benar tapi struktur keuangan salah dengan liquidity constraints
(batasan likuiditas). Hal ini berarti bahwa walaupun perusahaan dapat bertahan hidup
dalam jangka panjang tapi ia harus bangkrut juga dalam jangka pendek. Hubungan
dengan pasar modal yang tidak sempurna dan struktur modal yang inherited menjadi
pemicu utama kasus ini. Tidak dapat secara terang ditentukan apakah dalam kasus ini
kebangkrutan baik atau buruk untuk direstrukturisasi. Model ini mengestimasi
kesulitan dengan indikator keuangan atau indikator kinerja seperti turnover/total
assets, revenues/turnover, ROA, ROE, profit margin, stock turnover, receivables
turnover, cash flow/ total equity, debt ratio, cash flow/(liabilities-reserves), current
ratio, acid test, current liquidity, short term assets/daily operating expenses, gearing
ratio, turnover per employee, coverage of fixed assets, working capital, total equity
per share, EPS ratio, dan sebagainya.
3. Corporate governance model
Disini, kebangkrutan mempunyai campuran aset dan struktur keuangan yang benar
tapi dikelola dengan buruk. Ketidakefisienan ini mendorong perusahaan menjadi out
of the market sebagai konsekuensi dari masalah dalam tata kelola perusahaan yang tak
terpecahkan.
Aziz dan Dar (2006) menjelaskan beberapa tipe penyebab kebangkrutan yang disajikan
berikut ini:
Model
Ciri Utama
Salah satu cara mengidentifikasi kesulitan keuangan adalah dengan
Balance sheet
menguji perubahan struktur neraca, dengan argumen bahwa
decomposition
perusahaan mencoba menjaga ekuilibrium struktur keuangannya.
measures
Jika laporan keuangan mencerminkan perubahan signifikan dalam
(BSDM)/teori entropy
komposisi aset dan kewajiban dalam neracanya maka kemungkinan
(lihat Theil, 1969;
besar ia tidak mampu menjaga ekuilibriumnya. Jika perubahanLev,
perubahan ini tidak dikontrol pada masa depannya, perusahaan ini
1973; Booth, 1983)
akan mengalami kesulitan keuangan.
Diasumsikan jumlah kas awal, dalam beberapa periode tertentu, ada
Gamblers ruin theory
peluang net positive bahwa arus kas perusahaan akan terus menerus
(lihat Scott, 1981;
negatif pada periode periode berjalan, pada akhirnya mengarah pada
Morris, 1998)
kebangkrutan
Cash/management
Ketidakseimbangan antara arus kas masuk dan keluar akan berarti
Theory (lihat Aziz et
kegagalan fungsi manajemen kas perusahaan, keberterusan akan hal
al, 1998; Laitinen and ini mungkin menyebabkan kesulitan keuangan perusahaan, karena
Laitinen, 1998).
itu, bangkrut.
Resiko kredit adalah resiko dimana peminjam/counterparty akan
Credit resiko theories
gagal, karena beberapa alasan.

Storey (1994) dalam Dylan (1996) menyampaikan pula faktor-faktor yang mempengaruhi
kegagalan, yaitu:
1. Umur perusahaan; semakin lama perusahaan berdiri, semakin kecil kemungkinan
gagal
2. Ukuran perusahaan; semakin besar perusahaan, semakin kecil kemungkinan gagal
3. Pertumbuhan; perusahaan yang tumbuh lebih mungkin survive
4. Kondisi ekonomi makro; tingkat kegagalan meningkat selama resesi
5. Sektor; tingkat kegagalan tinggi pada beberapa sektor industri
6. Manusia; ada bukti-bukti bahwa tingkat kegagalan berbanding terbalik terhadap
tingkat pendidikan, umur dan pengalaman terdahulu pemilik manajer
7. Tipe perusahaan; terdapat sedikit kegagalan dalam usaha waralaba
8. Lokasi; tingkat kegagalan agak rendah di daerah pedesaan.
Akibat Kesulitan Keuangan Perusahaan
Resiko biaya kesulitan keuangan mempunyai dampak negatif terhadap nilai
perusahaan yang mengoffset nilai pembebasan pajak (tax relief) atas peningkatan level
hutang.
Jika pun manajer perusahaan menghindarkan likuidasi ketika kesulitan, hubungannya
dengan supplier, pelanggan, pekerja, dan kreditor menjadi rusak parah.
Suplier penyedia barang dan jasa secara kredit mungkin lebih berhati-hati, atau
bahkan menghentikan pasokan sama sekali, jika mereka yakin tidak ada kesempatan
peningkatan perusahaan dalam beberapa bulan.
Pelanggan mungkin mengembangkan hubungan dengan suplier mereka, dan
merencanakan sendiri produksi mereka dengan andaian ada keberlanjutan dari
hubungan tersebut. Adanya keraguan tentang longevity perusahaan tidak menjamin
kontrak yang baik. Pelanggan umumnya menginginkan jaminan bahwa perusahaan
cukup stabil untuk menepati janji.
KEBANGKRUTAN
Pengertian kebangkrutan
Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami ketidakcukupan dana untuk
menjalankan usahanya. Menurut Undang-Undang Kepailitan No. 4 tahun 1998, yaitu :
Debitur atau kreditur yang memiliki dua atau lebih kreditur tidak membayar sedikitnya
suatu utang yang telah jatuh tempo dan dapat dinyatakan pailit dengan keputusan
pengadilan yang berwenang, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permintaan
seorang kreditur.
Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh tanda-tanda awal kebangkrutan.
Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan semakin baik bagi manajemen karena manajemen
bisa melakukan perbaikan, kreditur dan pemegang saham bisa melakukan persiapan untuk
mengatasi berbagai kemungkinan yang buruk. Salah satu sumber indikator memprediksi
kebangkrutan adalah analisis aliran kas untuk saat ini atau untuk masa yang akan datang dan
analisis strategi perusahaan.

Laporan keuangan bisa dipakai untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan


menggunakan rasio keuangan.
PEMECAHAN SECARA FORMAL
Masalah kebangkrutan dapat dilakukan secara formal, hal ini sama seperti yang diungkapkan
Pawestri (2003) dilakukan apabila masalah sudah parah, maka kreditur ingin mempunyai
jaringan keamanan dengan cara :
1. Apabila nilai perusahaan diteruskan > nilai perusahaan di likuidasi
Reorganisasi : dengan merubah struktur modal yang layak.
2. Apabila nilai perusahaan diteruskan < nilai perusahaan dilikuidasi
Likuidasi : dengan menjual asset-asset perusahaan.
Dalam praktek dan juga dalam penelitian empiris, kesulitan keuangan sulit untuk
didefinisikan. Kesulitan semacam itu bisa berarti mlai dari kesulitan likuidasi (jangka
pendek), yang merupakan kesulitan yang paling berat. Dengan demikian kesulitan keuangan
bisa dilihat sebagai rancangan yang panjang, penelitian empiris biasanya menggunakan
pernyataan kebangkrutan sebagai definisi kebangkrutan.
PEMECAHAN SECARA INFORMAL
Masalah kebangkrutan dapat dilakukan secara informal, hal ini sama seperti yang
diungkapkan Pawestri (2003) apa bila masalah kebangkrutan sudah parah, terdapat dua cara
pemecahan secara informal :
1. Dilakukan bila masalah belum begitu parah
2. Masalah perusahaan hanya bersifat sementara, prospek masa depan masih bagus
dengan cara :
a. Perpanjangan (ekstention) : dilakukan dengan memperpanjang jatuh tempo
hutang-hutang.
b. Komposisi (composition) : dilakukan dengan mengurang besarnya tagihan misal
kliam hutang diturunkan menjadi 70%. Kalau hutang besarnya 1000 maka nilai
hutang baru adalah 0,7 x 1000 = 700
INDIKATOR KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN
Ada beberapa penelitian yang dilakukan untuk mencari indikator yang tepat untuk
menentukan kesulitan keuangan tersebut. Penelitian tersebut dilakukan dengan
membandingkan beberapa ratio ratio keuangan antara perusahaan sehat dengan perusahaan
yang dinilai mengalami kesulitan keuangan. Hasil penelitian tersebut diharapakan dapat
menjadi acuan bagi management atau pihak pihak yang berkepentingan terhadap
kelangsungan perusahaan, sehingga mereka dapat menyadari kondisi sebenarnya perusahaan.
Rasio pertama yang digunakan sebagai indikator adalah rasio likuiditas. Rasio ini digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka
pendek yang harus segera dipenuhi. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangan
tepat pada waktunya menandakan bahwa perusahaan tersebut dalam keadaan likuid.
Rasio yang kedua adalah rasio aktivitas. Rasio ini mengukur efektifitas perusahaan dalam
penggunaan sumber daya yang dimilikinya. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan dari

perusahaan dalam mempertahankan operasional perusahaan yang umumnya ditunjukkan


dengan kemampuan melakukan usaha secara stabil. Dan juga mampu untuk membayar
deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis
keuangan.
Rasio yang ketiga adalah rasio leverage atau solvabilitas. Rasio ini mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang
mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua utang hutangnya
sebagai pertanda bahwa perusahaan tersebut mempunyai solvabilitas yang baik.
Rasio yang keempat adalah rasio rentabilitas atau profitabilitas. Rasio ini menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu, yang diukur
dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah
aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. Pada umumnya rentabilitas sering digunakan
untuk mengukur effisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan dengan
memperbandingkan antara laba dengan modal yang digunakan dalam operasi, oleh karena itu
keuntungan yang besar tidak menjamin atau bukan merupakan ukuran bahwa perusahaan
tersebut rendabel. Oleh karena itu bagi manajemen atau pihak-pihak lain, rentabilitas yang
tinggi jauh lebih penting daripada keuntungan yang besar.
Rasio keuangan sebagaimana disebutkan di atas dapat diketahui dengan cara melakukan
analisis atas laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Dari laporan keuangan
tersebut akan dapat diperoleh jawaban yang berhubungan dengan masalah posisi keuangan
dan hasil-hasil yang dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian, dalam
financial audit, auditor harus mampu memberi keyakinan bahwa financial statement yang
disajikan secara keseluruhan telah sesuai dengan kriteria yakni standar akuntansi yang
berlaku di Indonesia. Untuk itulah, auditor diharapkan mampu mengumpulkan bukti-bukti,
menganalisis, dan menginterpretasikan semua data yang dikumpulkan untuk memperoleh
keyakinan mengenai laporan keuangan entitas.
PERUSAHAAN DALAM KESULITAN KEUANGAN
Perusahaan dapat mengalami kesulitan keuangan karena berbagai sebab. Sebuah
perusahaan dapat mengalami kerugian operasi terus-menerus, kredit pelanggan yang
mengalami kemunduran pembayaran, pengelolaan modal kerja yang buruk, dan sejumlah
alasan lain yang mengakibatkan posisi ekonomi yang baik tidak dapat dipertahankan.
Sebuah perusahaan dapat mengajukan petisi kepada pengadilan untuk menyatakan
diri pailit karena berbagai alasan, seperti untuk melindungi diri dari serangkaian tuntutan
hukum. Beberapa perusahaan juga berupaya untuk membatalkan kontrak pekerja dengan
mengajukan diri pailit. Pihak pengadilan saat ini masih berusaha untuk mendefinisikan
batasan kepailitan yang tepat dan masing-masing kasus harus diselesaikan secara terpisah.
Insolvabilitas (insolvency) diartikan sebagai suatu kondisi dimana sebuah perusahaan
tidak mampu memenuhi pembayaran utangnya pada saat utang tersebut jatuh tempo.

Perusahaan yang tidak sanggup membayar (insolvent company) berarti tidak mampu
memenuhi kewajibannya.
Sebuah perusahaan yang berada dalam kesulitan keuangan memiliki sejumlah besar
alternatif, dimana kepailitan merupakan tindakan yang terahir. Bab ini menyajikan
serangkaian tindakan utama yang umumnya digunakan oleh perusahaan yang mengalami
permasalahan keuangan.
RANGKAIAN TINDAKAN
TINDAKAN NONYUDISIAL
Perjanjian formal antara perusahaan dan kreditur merupakan tindakan yang mengikat secara
hukum, tetapi tidak berada dibawah pengadilan. Tindakan nonyudisial yang utama adalah
rekontrukturisasi utang.
1. Perjanjian rekontrukturisasi utang
Perjanjian antara perusahaan debitur dengan satu atau lebih kreditur merupakan hal
yang umum bagi perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan untuk sementara
waktu. Pihak debitur dapat mengajukan perpanjangan waktu jatuh tempo utang,
meminta penurunan suku bunga utang, atau meminta modifikasi persyaratan dalam
kontrak utang. Pihak kreditur umunya bersedia untuk memberikan konsesi kepada
debitur daripada menghadapi risiko beban legal dan kerugian legal yang timbul dari
tindakan hukum terhadap debitur yang sebelumnya sangat berharga. Akuntansi
debitur untuk restrukturisasi utang bermasalah ini diatur dalam PSAK 54 tentang
Akuntansi untuk Utang Bermasalah.
2. Manajemen Komite Kreditur
Melalui manajemen komite kreditur (creditors committee management), kreditur
menyetujui untuk membantu pihak debitur dalam mengelola pembayaran yang paling
efisien terhadap klaim kreditur. Kebanyakan komite kreditur memberikan nasihat dan
pedoman kepada pihak kreditur karena pihak kreditur tidak ingin menanggung
tambahan kewajiban dan masalah operasi aktual pihak debitur. Pembentukan komite
kreditur merupakan tindakan nonyudisial yang umumnya diawali dengan rencana
penyelesaian (plant of statement) yang diajukan oleh pihak debitur. Rencana
penyelesain ini merupakan dokumen lengkap yang berisi skedul pembayaran yang
menyebutkan utang khusus dan prakiraan pembayaran. Pihak kreditur kemudian
bekerja sama dengan debitur untuk melaksnakan rencana tersebut.
3. Pengalihan Aset
Beberapa debitur dalam kesuitan keuangan dapat mengalikan aset, seperti piutang
atau instrumen keuangan lainnya, dalam upaya untuk memperoleh uanga tunai.

TINDAKAN YUDISIAL

Kepailitan atau kebangkrutan merupakan tindakan yudisial yang dilakukan oleh pengadilan
niaga dan hakim pengadilan niaga dengan menggunakan pedoman dalam Undang-undang
kepailitan No.37/2004. UU kepailitan ini menyediakan kerangka yang diperlukan untuk
pengajuan kepailitan. UU kepailitan memberikan dua alternatif utama berdasarkan
perlindungan pengadilan niaga. Dua alternatif ini sering kali dikenal penundaan pembayaran
(suspension of payment), di mana pihak debitur memperoleh perlindungan yudisial selana
periode rehabilitasi, yaitu waktu yang digunakan untuk menghapuskan operasi yang tidak
menguntungkan, memperoleh kredit baru, mengembangkan struktur perusahaan yang baru
dengan operasi yang berkesinambungan dan melakukan perjanjian dengan pihak kreditur.
Alternatif kedua adalah pernyataan kebagkrutan dan likuidasi. Pernyataan ini seringkali
dilakukan oleh seorang trustee yang ditunjuk oleh pengadilan. Aset debitur dijual dan
kewajibannya dilunasi bersamaan dengan likuidasi perusahaan. Perbedaan utama antara
reorganisasi dan likuidasi adalah bahwa setelah reorganisasi debitur tetap melanjutkan
usahanya, sedangkan untuk likuidasi usaha tersebut dihentikan.

Illustrasi Reorganisasi

Neraca PT induk pada tanggal 31 Desember 20x6 dalam figur 17-1. Pada tanggal 2 januari
20x7, manajemen PT induk mengajukan petisi pada pengadilan niaga dalam rangka
penundaan pebayaran untuk memperoleh penangguhan pembayaran utang dan waktu untuk
merehabilitasi perusahaan serta mengembalikannya pada operasi yang menguntungkan.
PT INDUK
NERACA
31 Desember 20x6
Aset
Kas
Rp 2.000.000
Efek yang dapat dipasarkan
Rp. 8.000.000
Piutang usaha
Rp. 20.000.000
Dikurangi : penyisihan piutang tak tertagih
(2.000.000)
18.000.000
Persediaan
45.000.000
Aset dibayar di muka
1.000.000
Jumlah aset lancar
Rp. 74.000.000
Aset Tetap
Akumulasi
Biaya belum
Biaya
penyusutan
disusutkan
Tanah
Rp. 10.000.000 Rp.
-0- Rp. 10.000.000
Bangunan
75.000.000
20.000.000
55.000.000
Peralatan
40.000.000
4.000.000
36. 000.000
Total
Rp. 125.000.000 Rp (24.000.000) Rp. 101.000.000 Rp. 101.000.000
Total Aset
Rp. 175.000.000
Kewajiban
Utang usaha
Wesel Bayar :
Dijaminkan
sebagian
Tidak
dijaminkan,
bunga 10%
Akrual bunga
upah yang masih
harus dibayar
Jumlah
kewajiban
lancar
Utang hipotek
Total kewajiban
Ekuitas pemegang saham
Saham istimewa
Saham biasa
Saldo laba (defiisit)
Total ekuitas pemegang saham
Total kewajiban dan ekuitas
pemegang saham

Rp. 26.000.000
Rp. 10.000.000
Rp. 80.000.000

Rp. 90.000.000
Rp.

3.000.000

Rp. 14.000.000
Rp. 133.000.000
Rp. 50.000.000
Rp. 183.000.000
Rp

40.000.000
10.000.000
(58.000.000)
(8.000.000)
Rp. 175.000.000

Pada tanggal 2 januari 20x8, pengadilan niaga menyetujui rencana reorganisasi :


PT INDUK
(Berada di bawah penguasaan debitur)
Neraca
31 Desember 20x7
Aset
Kas
Piutang pengembalian pajak penghasilan
Efek yang dapat dipasarkan
Piutang usaha
Dikurangi : penyisihan piutang tak tertagih
Persediaan
Jumlah aset lancar
Aset tetap
Dikurangi : akumulasi penyusutan
Total aset
Kewajiban
Kewajiban yang tak dikompromikan :
Kewajiban lancar
Pinjaman jangka pendek
Utang usaha
Kewajiban tidak lancar
Utang hipotek, dijamin penuh
Total kewajiban yang tidak dikompromikan
Kewajiban yang dikompromikan :
Utang usaha
Wesel bayar, sebagian dijaminkan
Wesel bayar, tidak dijamin
Akrual bunga
Upah yang masih harus dibayar
Total kewajiban yang dikompromikan
Total kewajiban
Ekuitas pemegang saham
Saham istimewa
Saham biasa (nilai nominal Rp.1000)
Saldo laba
Total ekuitas pemegang saham
Total kewajiban dan ekuitas pemegang saham

Rp. 40.000.000
12.000.000
8.000.000
Rp.

6.000.000
(1.000.000)

Rp. 104.000.000
(26.000.000)

5.000.000
37.000.000
Rp. 102.000.000
78.000.000
Rp. 180.000.000

Rp. 15.000.000
10.000.000
48.000.000
73.000.000
Rp. 26.000.000
10.000.000
80.000.000
3.000.000
14.000.000
133.000.000
Rp. 206.000.000
Rp. 40.000.000
10.000.000
(76.000.000)
(26.000.000)
Rp. 180.000.000

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEBANGKRUTAN


Darsono dan Ashari (2005), menyatakan secara garis besar penyebab kebangkrutan bisa
dibagi menjadi dua :
1. Faktor-faktor internal yang dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan yaitu:
Manajemen yang tidak efisien
Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugian terus menerus yang pada
akhirnya menyebabkan perusahaan tidak dapat membayarkewajibannya.
Ketidakefisienan ini diakibatkan oleh pemborosan dalam biaya, kurangnya
keterampilan dan keahlian manajemen.
Ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah piutang-hutang yang
dimiliki
Hutang yang terlalu besar akan mengakibatkan biaya bunga yang besar sehingga
memperkecil laba bahkan bisa menyebabkan kerugian. Piutang yang terlalu besar juga
akan merugikan karena aktiva yang menganggur terlalu banyak sehingga tidak
menghasilkan pendapatan.
Moral hazard oleh manajemen
Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan bisa mengakibatkan
kebangkrutan. Kecurangan ini akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan yang
pada akhirnya membangkrutkan perusahaan. Kecurangan dapat berupa manajemen
yang korup atau memberikan informasi yang salah pada pemegang saham atau
investor.
2. Faktor-faktor eksternal yang bisa mengakibatkan kebangkrutan adalah sebagai berikut:
Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh perusahaan yang
mengakibatkan pelanggan lari atau berpindah sehingga terjadi penurunan dalam
pendapatan.
Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan bahan
baku yang digunakan untuk produksi.
Faktor debitor juga harus diantisipasi untuk menjaga agar debitor tidak melakukan
kecurangan. Terlalu banyak piutang yang diberikan kepada debitor dengan jangka
waktu pengembalian yang lama akan mengakibatkan banyak aktiva menganggur yang
tidak memberikan penghasilan sehingga mengakibatkan kerugian yang besar bagi
perusahaan.
Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan agar selalu memperbaiki
diri sehingga bisa bersaing dengan perusahaan lain dalam memenuhi kebutuhan
pelanggan. Semakin ketatnya persaingan menuntut perusahaan agar selalu
memperbaiki produk yang dihasilkan, memberikan nilai tambah yang lebih baik lagi
kepada pelanggan.
Kondisi perekonomian secara global juga harus selalu diantisipasi oleh perusahaan.
Kasus perkembangan pesat ekonomi Cina yang mengakibatkan tersedotnya kebutuhan
bahan baku ke Cina dan kemampuan Cina memproduksi barang dengan harga yang
murah adalah contoh kasus perekonomian global yang harus diantisipasi oleh
perusahaan.

LATIHAN
L17-9* LAPORAN REALISASI DAN LIKUIDASI (dalam ribuan)
PT PATI
LAPORAN REALISASI DAN LIKUIDASI
ASSET
Asset Hendak Direalisasi
Asset Direalisasi
Piutang Usaha Lama (Neto)
Efek yang dapat dipasarkan
Persediaan Lama
Asset yang terdepresiasi (neto)

38,000
12,000
60,000
96,000

Asset yang diperoleh


Piutang baru

Beban tambahan
Beban Trustee
Kewajiban yang Dilikuidasi
Hutang jangka pendek lama
Kewajiban yang tidak
dilikuidasi
Hutang jangka pendek lama

Piutang Usaha Lama


Piutang Usaha Baru
Efek yang dapat dipasarkan
Penjualan Persediaan

21,000
47,000
10,500
75,000

Asset yang tidak diperoleh


75,000

Piutang usaha lama (neto)


Piutang usaha baru (neto)
Asset yang terdepresiasi (neto)

POS-POS TAMBAHAN
Kredit tambahan
4,300
Laba rugi
KEWAJIBAN
Kewajiban yang Hendak
Dilikuidasi
22,000
Hutang lancar lama
Kewajiban yang terjadi
26,000
333,30
0

17,000
28,000
80,000

6,800

48,000

333,300

S17-11 KEBANGKRUTAN DAN LIKUIDASI, STATEMENT OF AFFAIRS


A) STATEMENT OF AFFAIRS (dalam ribuan)
PT MEREK
STATEMENT OF AFFAIRS
31 JULI 20X1
ASSET

Estimasi
Nilai
Kini

Nilai
Buku

(1)
50,000

80,000
162,000

Asset yang dijaminkan pada Kreditur


yang dijamin penuh
Piutang usaha (neto)
Dikurang : 12% tingkat bunga
dengan akrual bunga
Tanah
Peralatan dan Bangunan (neto)
Dikurang : hutang hipotek dengan
akrual bunga atas hipotek

(2)
30,000

79,000
(3)
5,000
55,000
81,000
7,000
250,000
72,000

Asset yang dijaminkan pada kreditur


yang dijamin sebagian:
Efek yang dapat dipasarkan
Dikurang : 10% tingkat bunga
dengan akrual bunga
Persediaan
Dikurangi : hutang usaha
Asset Bebas :
Kas
Piutang usaha (neto)
Persediaan
Asuransi dibayar dimuka
Bangunan dan Peralatan (neto)
Waralaba
Estimasi jumlah yang tersedia
Dikurangi : kreditur dengan prioritas
Estimasi jumlah neto yang tersedia
untuk kreditur yang tidak dijamin
Estimasi kekurangan bagi kreditur
yang tidak dijamin

50,000
(44,000)
110,000
150,000
260,000
(234,600)

Estimasi
Jumlah
yang
Tersedia
untuk
Klaim yang
Tidak
Dijamin

6,000
30,000
(12,000)
25,400

22,000
(29,400)

(8,000)

75,000
(105,000)

(4,000)

5,000
55,000
76,000
1,500
190,000
30,000

5,000
55,000
76,000
1,500
190,000
30,000
388,900
(45,000)
343,900

(5,000)
(5,500)
(60,000)
(42,000)

82,500

871,000

(106,500)
Total hutang tidak dijamin

EKUITAS
Nilai Buku

Estimasi
Keuntungan
atau
Kerugian
dari Realisasi

426,400

Estimasi

jumlah yang
tidak dijamin
(1)
44,000
234,600

Kreditur yang dijamin penuh :


12% tingkat bunga dengan akrual bunga
Hutang dengan akrual bunga atas
hipotek

44,000
234,600
278,600

(2)
29,400
105,000
(3)
0
20,000
12,000
(4)
160,000
212,000
17,000
(5)
240,000
(203,000)
871,000

Kredit yang dijamin sebagian :


10% tingkat bunga dengan akrual bunga
Dikurangi : efek yang dapat dipasarkan

29,400
(22,000)

7,400

Hutang usaha
Dikurangi : persediaan

105,000
(75,000)

30,000

Kreditur dengan prioritas :


Estimasi beban likuidasi
Hutang gaji
Hutang pajak
Kreditur yang tidak dijamin :
Hutang usaha
Hutang wesel
Bunga akrual

13,000
20,000
12,000
45,000
160,000
212,000
17,000

Ekuitas pemegang saham :


Saham biasa
Saldo laba (defisit)
426,400

B) Estimasi persentase penyelesaian untuk kreditur tidak dijamin


Rp 343,900,000
Rp 426,400,000

= 80.65%

Você também pode gostar