Você está na página 1de 23

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama pasien

: Ny. T. P

Umur

: 44 tahun

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Alamat

: Bedono, Jawa Tengah

Agama

: Kristen

Tanggal masuk

: 13 Februari 2015 pukul 12.45 WIB

Tanggal keluar

: 20 Februari 2015 pukul 09.30 WIB

I. ANAMNESA
Keluhan utama

: - Keluar darah merah segar tiba-tiba tanpa disertai nyeri sejak jam
10.00 pagi dari liang vagina sebelum masuk ke Rumah Sakit.

Keluhan tambahan : - Kenceng kenceng tiap jam sejak kemarin malam sebelum
masuk Rumah Sakit.
- Ingin sterilisasi.
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
Pasien G6P5A0 hamil 35 minggu datang ke rumah sakit karena keluar darah merah segar
dari liang vagina sejak jam 10.00 pagi. Perdarahan tiba-tiba, tidak diketahui sebabnya dan
tanpa disertai adanya rasa nyeri. Pasien mengeluh kenceng kenceng tiap jam sejak
kemarin malam sebelum masuk rumah sakit.
Kurang lebih 8 bulan yang lalu pasien mengeluh terlambat datang bulan, perutnya terasa
kencang disertai mual muntah, payudaranya terasa kencang dan membesar. Lama
kelamaan perut pasien membesar dan dinyatakan hamil oleh bidan.

Riwayat BAK : Lancar, warna kuning jernih, tidak nyeri, lebih sering setelah hamil
Riwayat BAB : Lancar (1 x / hari), konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan,
tidak ada darah, tidak ada lendir, tidak nyeri bila BAB
Riwayat Penyakit Dahulu

Darah tinggi disangkal

Kencing manis disangkal


Penyakit jantung disangkal
Asma bronkiale disangkal
TBC disangkal
Penyakit ginjal disangkal
Alergi obat disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada

Riwayat Haid

Haid pertama umur 14 tahun, siklus haid teratur

setiap 28 hari, lama haid 7 hari dan tidak sakit.


HPHT

: 11 Juni 2014

Taksiran persalinan

: 18 Maret 2015

Riwayat Kehamilan

Hamil I,spontan

Aterm, 2500 gr

Di puskesmas,

, 23 tahun

Sehat

oleh bidan
Hamil II,spontan

Aterm, 2500 gr

Di rumah, oleh

, 19 tahun

Sehat

Hamil III,spontan

Aterm, 2500 gr

dukun
Di rumah, oleh

, 17 tahun

Sehat

Hamil IV,spontan

Aterm, 3100 gr

dukun
Di puskesmas,

, 12 tahun

Sehat

Aterm, 3100 gr

oleh bidan
Di puskesmas,

, 7 tahun

Sehat

Hamil V,spontan

oleh bidan
Hamil ini
Riwayat Perkawinan

: Dua kali, usia 17 tahun , lama 21 tahun

Riwayat Obstetrik

: G6P5A0

Riwayat Antenatal care

: Di bidan setiap bulan, suntik TT 1x

Riwayat KB

: ()

Riwayat Operasi

: Pasien belum pernah operasi sebelumnya

II. PEMERIKSAAN FISIK


Status Generalis
Keadaan umum

: baik

Kesadaran

: compos mentis

Tekanan darah

: 100 / 70 mmHg

Nadi

: 92 x / menit
2

Pernafasan

: 21 x / menit

Suhu

: 36 C

Gizi

: cukup

Kulit

: warna sawo matang,tidak ikterik,tidak sianosis,normoturgor

Kepala

: rambut warna hitam terdistribusi merata, tidak mudah patah, tidak

ada benjolan, normocephale


Mata

: simetris, conjungtiva palpebra anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil

isokor diameter 3 mm, reflek cahaya langsung dan tidak langsung +/+
Telinga

: bentuk normal, canalis acusticus externus lapang, sekret -/-

berfungsi baik
Hidung

: bentuk normal, tidak ada deviasi, sekret -/-, berfungsi baik

Mulut

: mukosa bibir lembab, tidak ada caries, tidak ada stomatitis

Leher

: tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan tiroid

Payudara

: simetris, kenyal, tidak ada benjolan

Jantung

: BJ I II reguler, tidak ada gallop, tidak ada murmur

Paru paru

: vesikuler, tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing

Abdomen

: membuncit lebih kecil dari usia kehamilan, hepar dan lien


tidak teraba, bising usus (+)

Alat kelamin
Ekstremitas
Refleks

: tidak ada anomali


:
oedem


_ _

varises

akral hangat

: patologis ( ), fisiologis (+)

Status Obstetrik
Pemeriksaan luar :
Inspeksi : Perut membuncit, striae gravidarum (+)
Palpasi:
Leopold I

: TFU 2 jari dibawah processus xiphoideus, teraba bagian bulat


lunak, kesan bokong

Leopold II

: Teraba daerah memanjang di sebelah kanan dan bagian-bagian


kecil di sebelah kiri, kesan punggung kanan

Leopold III

: Teraba bagian bulat keras, kesan kepala

Leopold IV

: Bagian terendah belum masuk PAP


3

Tinggi fundus uteri : 29 cm


His : 20 detik dalam 30 menit
DJJ : (+) 13 12 13 = 152 x / menit
Pemeriksaan in spekulo : Ostium Uteri Externum menutup, tampak stolsel, keluar darah
dari mulut rahim (ostium)

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium tanggal 13 Februari 2009 jam 13:19
Hb

: 11,9 g/dL

Ht

: 38,2 %

Leukosit

: 11.500 /mm3

Eritrosit

: 4,37 juta /mm3

Trombosit

: 297.000 /mm3

Ultrasonografi: Plasenta Previa Totalis

RESUME
Telah diperiksa seorang wanita G6P5A0 44 tahun hamil 35 minggu, yang datang dengan
keluhan utama keluar darah merah segar dari liang vagina sejak jam 10.00 pagi.
Perdarahan tiba-tiba, tidak diketahui sebabnya dan tanpa disertai adanya rasa nyeri. Pasien
mengeluh kenceng kenceng tiap jam sejak kemarin malam sebelum masuk rumah
sakit. Pasien juga ingin sterilisasi.
Kurang lebih 8 bulan yang lalu pasien mengeluh terlambat datang bulan, perutnya terasa
kencang disertai mual muntah, payudaranya terasa kencang dan membesar. Lama
kelamaan perut pasien membesar dan dinyatakan hamil oleh bidan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan :
Keadaan umum pasien

: baik

Kesadaran

: compos mentis

TD

: 100/70 mmHg

Nadi

: 92x/menit

Pernafasan

: 21x/menit

Suhu

: 36oC

Pada pemeriksaan obstetri didapatkan:


Leopold I

: TFU 2 jari dibawah processus xiphoideus, teraba bagian bulat


lunak, kesan bokong

Leopold II

: teraba daerah memanjang di sebelah kanan dan bagian-bagian


kecil di sebelah kiri, kesan punggung kanan

Leopold III

: teraba bagian bulat keras, kesan kepala

Leopold IV

: bagian terendah belum masuk PAP

Tinggi fundus uteri

: 29 cm

His

: 20 detik dalam 30 menit

DJJ (+) 13 12 13 = 152x/menit.


Pada pemeriksaan dalam inspekulo didapatkan Ostium Uteri Extrenum menutup, tampak
stolsel, keluar darah dari ostium.
Laboratorium tanggal 13 Februari 2009 jam 13:19
Leukosit

: 11.500/ul

Hb

:11,9 g/dl

Eritrosit

: 4,37 juta /mm3

Ht

: 38,2 %

Trombosit

: 297.000/ul

Ultrasonografi

: Plasenta Previa Totalis

V. DIAGNOSA
Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, diagnosa kerja yang
ditegakkan adalah :
G6P5A0 44 tahun hamil 35 minggu
Janin 1 hidup intrauterin
Letak kepala belum masuk PAP pu ka
Belum inpartu
Perdarahan antepartum e.c Plasenta Previa Totalis
Partus Prematurus Imminens
Ingin sterilisasi

VI. SIKAP
Rencana diagnostik :

Konservatif sampai dengan kehamilan aterm (37 minggu)


Akhiri kehamilan dengan sectio caesaria bila sewaktu-waktu perdarahan banyak
Pengawasan 10
Rencana terapi :
IVFD RL 20 tetes/menit
Injeksi Nipedipine 30 mg dilanjutkan Nipedipine 3X10 mg
Rencana edukasi :
Menasehati pasien untuk lebih banyak beristirahat
Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai keadaan ibu dan janinnya serta
tindakan yang akan dilakukan

VII. PERKEMBANGAN KEADAAN PASIEN SELANJUTNYA


Tanggal 14 Februari 2015 pukul 07.30 WIB
S:

keluar banyak darah merah segar disertai gumpalan darah dari liang vagina, mules
dan kenceng jarang.

O:

Keadaan umum

: baik

Kesadaran

: compos mentis

Tekanan darah

: 100 / 70 mmHg

Nadi

: 90 x / menit

Pernafasan

: 22 x / menit

Suhu

: 36,5 C

Mata

: conjungtiva tidak anemis

Status Obstetrik

Inspeksi
Palpasi

: perut membuncit, striae gravidarum (+)


:

Leopold I : TFU 2 jari dibawah processus xiphoideus, teraba bagian bulat


lunak, kesan bokong
Leopold II : teraba daerah memanjang di sebelah kanan dan bagian-bagian
kecil di sebelah kiri, kesan punggung kanan
Leopold III : teraba bagian bulat keras, kesan kepala
Leopold IV : bagian terendah belum masuk PAP
Tinggi fundus uteri : 29 cm
His : 30 detik dalam 15 menit

DJJ : (+) 12 12 12 = 144 x / menit


Laboratorium jam 08:16
Hb

: 11,6 g/dL

Ht

: 35,3 %

Leukosit

: 11.400 /mm3

Eritrosit

: 4,05 juta /mm3

Trombosit

: 283.000 /mm3

A:

G6P5A0 44 tahun hamil 35 minggu


Janin 1 hidup intrauterin
Letak kepala belum masuk PAP pu ka
Belum inpartu
Perdarahan antepartum e.c Plasenta Previa Totalis
Partus Prematurus Imminens
Ingin sterilisasi

P : Pro SC + MOW tanggal 15 Februari 2015


IVFD RL 20 tetes/menit
Injeksi Nipedipine 30 mg dilanjutkan Nipedipine 3X10 mg
Injeksi Kalnex 3X500 mg i.v
Tanggal 15 Februari 2015 pukul 07.00 WIB
S:

keluar banyak darah merah segar disertai gumpalan darah dari liang vagina, mules
dan kenceng sering.

O:

Keadaan umum

: baik

Kesadaran

: compos mentis

Tekanan darah

: 110 / 60 mmHg

Nadi

: 84 x / menit

Pernafasan

: 22 x / menit

Suhu

: 36,5 C

Mata

: conjungtiva tidak anemis

Status Obstetrik

Inspeksi : perut membuncit, striae gravidarum (+)


Palpasi :

Leopold I : TFU 2 jari dibawah processus xiphoideus, teraba bagian bulat


lunak, kesan bokong
Leopold II : teraba daerah memanjang di sebelah kanan dan bagian-bagian
kecil di sebelah kiri, kesan punggung kanan
Leopold III

: teraba bagian bulat keras, kesan kepala

Leopold IV

: bagian terendah belum masuk PAP

Tinggi fundus uteri : 29 cm


His : 40 detik dalam 10 menit
DJJ : (+) 13 12 13 = 152 x / menit
Laboratorium jam 08:00 (pre-operasi)
Leukosit

: 14.100/ul

Hb

:10,9 g/dl

Eritrosit

: 4,37 juta /mm3

Ht

: 33,5 %

Trombosit

: 241.000/ul

Tanggal 15 Februari 2015 pukul 09.10 WIB


Dilakukan sectio caesaria transperitonealis profunda atas indikasi Plasenta Previa Totalis
dan sterilisasi dengan MOW (fimbraektomi kiri dan tubektomi kanan).
Laporan operasi : Pasien tidur terlentang di meja operasi dalam keadaan anestesi regional.
Antisepsis pada daerah operasi. Pasang duk steril. Incisi dinding abdomen pada linea
mediana mulai 3 cm di atas simpisis ke kranial sampai peritoneum terbuka. Plica
vesicouterina dibersihkan. Irisan semiluner pada segmen bawah rahim. Ketuban dipecah
jernih. Lahir bayi laki-laki dengan meluxir kepala. Berat badan 2000 gram, panjang badan
43 cm, apgar score 7-9-10. Plasenta di posterior sampai menutupi ostium uteri internum,
dilahirkan secara manual, kotiledon lengkap. Cavum uteri dibersihkan. Injeksi uteroplica
intramural, uterus dijahit lapis demi lapis. Kontraksi uterus baik. Adnexa kiri dalam batas
normal dilakukan fimbraektomi. Karena adnexa kanan fimbrae perlengketan dengan
ovarium maka dilakukan tubektomi kanan. Eksplorasi tidak ada perdarahan. Alat dan
darem gaas dikeluarkan lengkap. Cavum abdomen dibersihkan. Dinding abdomen jahit
lapis demi lapis. Operasi selesai.
Lahir bayi berjenis kelamin laki-laki pada pukul 09.20 WIB dengan berat badan lahir 2000
gram, panjang badan 43 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 32 cm, apgar score 7-98

10. Plasenta lahir dengan cara manual placenta bentuk cakram ukuran 20 x 20 x 1,5 cm,
kotiledon lengkap, tidak ada hematom, tidak infark, perdarahan tidak ada, kontraksi uterus
baik, tali pusat panjang 50 cm, insersi di tengah. Kulit ketuban pecah di pinggir.
Post sectio caesaria dan fimbraektomi kiri dan tubektomi kanan
pukul 09.50 WIB :
Keadaan umum

: cukup

Kesadaran

: compos mentis

Tekanan darah

: 110 / 60 mmHg

Nadi

: 84 x / menit

Pernafasan

: 18 x / menit

Suhu

: 36,5 C

Laboratorium post-operasi
Hb

: 9 g/dL

Ht

: 33,5 %

Leukosit

: 14.100 /mm3

Eritrosit

: 3,83 juta /mm3

Trombosit

: 241.000 /mm3

Therapi :
Infus RL 500 cc ditambah dengan sintocynon 10 i.u 1 ampul dengan 20 tetes per menit.
Cefotaxim injeksi 2x1 gram i.v.
Methergin injeksi 1x1 ampul (2 hari).
Selanjutnya sesuai programdokter anestesi.
DC
Diit cair II
Pengawasan
Tanggal 15 Februari 2015 pukul 19.00 WIB
S : muntah 4x isi makanan dan minuman
O : Keadaan umum

: baik

Kesadaran : compos mentis


Tekanan darah

: 120 / 70 mmHg

Nadi

: 80 x / menit

Pernafasan

: 20 x / menit
9

Suhu

: 36.6 C

Mata

: conjungtiva anemis +/+

Thoraks

: C / P dalam batas normal

Abdomen : tampak datar, luka operasi tertutup verban, tidak ada rembesan darah,
nyeri tekan (+), bising usus (+) normal. Tinggi fundus uteri 2 jari di bawah umbilicus.
Lochia

: rubra

A : post sectio caesaria transperitonealis profunda atas indikasi Plasenta Previa

Totalis

dan post fimbraektomi kiri dan tubektomi kanan


P : Therapi dilanjutkan
Tanggal 16 Februari 2015 pukul 07.00 WIB
S : nyeri di tempat operasi, keluar darah dari jalan lahir warna merah segar.
O : Keadaan umum

: baik

Kesadaran : compos mentis


Tekanan darah

: 110 / 60 mmHg

Nadi

: 80 x / menit

Pernafasan

: 20 x / menit

Suhu

: 36.4 C

Mata

: conjungtiva tidak anemis

Thoraks

: C / P dalam batas normal

Abdomen

:tampak datar, luka operasi tertutup verban, tidak ada rembesan


darah, nyeri tekan (+), bising usus (+) normal.

Tinggi fundus

uteri 2 jari di bawah umbilicus.


Lochia

: rubra

ASI

: -/-

A : post sectio caesaria transperitonealis profunda atas indikasi Plasenta Previa Totalis dan
post fimbraektomi kiri dan tubektomi kanan hari ke -1
P : Infus RL+ synthocinon 20 tetes / menit
Injeksi cefotaxime 2 x 1 g
Injeksi methergin 1 x 1 ampul

Tanggal 17 Februari 2015 pukul 07.00 WIB


S : nyeri di tempat operasi, keluar darah dari jalan lahir warna merah segar.
10

O : Keadaan umum

: baik

Kesadaran : compos mentis


Tekanan darah

: 110 / 60 mmHg

Nadi

: 80 x / menit

Pernafasan

: 20 x / menit

Suhu

: 36.4 C

Mata

: conjungtiva tidak anemis

Thoraks

: C / P dalam batas normal

Abdomen

:tampak datar, luka operasi tertutup verban, tidak ada rembesan


darah, nyeri tekan (+), bising usus (+) normal.

Tinggi fundus

uteri 3 jari di bawah umbilicus.


Lochia

: rubra

ASI

: -/-

A : post sectio caesaria transperitonealis profunda atas indikasi Plasenta Previa Totalis dan
post fimbraektomi kiri dan tubektomi kanan hari ke - 2
P : Infus RL+ synthocinon 20 tetes / menit
Injeksi cefotaxime 2 x 1 g
Injeksi methergin 1 x 1 ampul
Tanggal 18 Februari 2015 pukul 07.00 WIB
S : tak ada keluhan
O : Keadaan umum

: baik

Kesadaran : compos mentis


Tekanan darah

: 120 / 70 mmHg

Nadi

: 80 x / menit

Pernafasan

: 20 x / menit

Suhu

: 36.5 C

Mata

: conjungtiva tidak anemis

Thoraks

: C / P dalam batas normal

Abdomen

: tampak datar, luka operasi tertutup verban, nyeri tekan (),


tidak ada rembesan darah, bising usus (+) normal.Tinggi fundus
uteri 4 jari di bawah umbilicus

Lochia

: rubra
11

ASI

: +/+

A : post sectio caesaria transperitonealis profunda atas indikasi Plasenta Previa Totalis dan
post fimbraektomi kiri dan tubektomi kanan hari ke - 3
P : Amoxilin 3 x 1 tablet
Methergin 3 x 1 tablet
SF/BC/C 3 x 1 tablet
Ganti Balut
Tanggal 19 Februari 2015 pukul 07.00 WIB
S : tak ada keluhan
O : Keadaan umum

: baik

Kesadaran : compos mentis


Tekanan darah

: 110 / 70 mmHg

Nadi

: 76 x / menit

Pernafasan

: 18 x / menit

Suhu

: 36,4 C

Mata

: conjungtiva tidak anemis

Thoraks

: C / P dalam batas normal

Abdomen

: tampak datar, luka operasi tertutup verban, nyeri tekan (),


tidak ada rembesan darah, bising usus (+) normal.Tinggi fundus
uteri 4 jari di bawah umbilicus

Ekstremitas

: varices di tungkai kiri bawah

Lochia

: sanguinolenta

ASI

: +/+

A : post sectio caesaria transperitonealis profunda atas indikasi Plasenta Previa Totalis dan
post fimbraektomi kiri dan tubektomi kanan hari ke - 4
P : Amoxilin 3 x 1 tablet
Methergin 3 x 1 tablet
SF/BC/C 3 x 1 tablet
Ganti Balut dan Aff Hecting
VIII. DISKUSI
8.1 PERDARAHAN ANTEPARTUM
Pendahuluan
12

Perdarahan dari vagina memang umum terjadi menjelang persalinan, tetapi


perdarahan yang dianggap umum di sini adalah perdarahan yang
didasarkan pada adanya kejadian yang dikenal dengan istilah

ringan. Hal ini

bloody show

yaitu

keluarnya darah dari vagina yang terjadi karena pendataran dan dilatasi servik, serta
adanya robekan pada pembuluh darah kecil sehingga terjadi perdarahan. Bloody show ini
menandakan dimulainya persalinan dan dianggap perdarahan yang fisiologis sebagai
konsekuensi dari persalinan. Perdarahan yang harus diperhatikan adalah perdarahan dari
uterus sebelum persalinan.
Perdarahan antepartum pada trimester akhir ini dapat disebabkan kelainan plasenta
dan kelainan di luar plasenta. Pada kelainan plasenta yaitu plasenta previa, solusio
plasenta, vasa previa. Kelainan di luar plasenta, biasanya tidak terlalu berbahaya, misalnya
kelainan servik ( erosi , polip , varises yang pecah ) dan vagina ( infeksi vagina ) serta
kelainan pada darah, dapat juga disebabkan ruptura uteri.
Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai kelainan yang
berbahaya. Perdarahan pada usia kehamilan di bawah 22 minggu disebut keguguran atau
abortus, sedangkan pada kehamilan di atas 22 minggu disebut perdarahan antepartum.
Pada perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikirkan kelainan pada plasenta.
Oleh karena itu, klasifikasi klinis perdarahan antepartum dibagi menjadi plasenta previa,
solutio plasenta dan perdarahan antepartum yang belum jelas sumbernya mungkin
disebabkan oleh ruptur sinus marginalis. Perdarahan antepartum terjadi pada kira-kira 3%
dari semua persalinan.1)
Perdarahan antepartum tanpa rasa nyeri merupakan tanda khas plasenta previa,
apalagi kalau disertai tanda-tanda lainnya seperti bagian terbawah janin belum masuk ke
dalam pintu atas panggul atau kelainan letak janin. Karena tanda pertamanya perdarahan,
pada umumnya penderita akan segera datang untuk mendapatkan pertolongan. Lain halnya
dengan solutio plasenta. Kejadiannya tidak segera ditandai oleh perdarahan per vaginam,
sehingga tidak segera datang untuk mendapatkan pertolongan. Gejala pertamanya ialah
rasa nyeri pada kandungan yang makin lama makin hebat dan berlangsung terus menerus.
Rasa nyeri yang terus-menerus ini sering kali diabaikan atau disangka sebagai tanda
permulaan persalinan biasa.1)
Perdarahan permanen dalam trimester ke tiga menyebabkan komplikasi 4 % dari
semua kehamilan di Amerika ini dianggap suatu kedaruratan obstetri, karena perdarahan
tetap merupakan penyebab kematian ibu yang paling lazim. 2)

13

Akibat dari perdarahan antepartum ini dapat menyebabkan resiko kematian atau
kesakitan baik pada maternal maupun perinatal. Tingginya angka kematian maternal
merupakan komplikasi dari kehamilan dan persalinan seperti anemia, perdarahan dan
partus lama. 3)
Perdarahan antepartum sering menimbulkan kematian pada ibu karena penderita
pada umumnya datang ke Rumah Sakit dalam keadaaan terlambat. Hal ini seharusnya
dapat dicegah bila penderita datang tepat pada waktunya dan pertolongan pertama yang
tepat. Sehingga penderita tiba di rumah sakit rujukan dalam keadaan masih
memungkinkan untuk ditolong. 6)
Di samping dapat menyebabkan kematian pada ibu, perdarahan antepartum juga
dapat menyebabkan bayi lahir mati. Karena perdarahan antepartum sangat membahayakan
kehidupan janinnya. Masa perinatal sangat dipengaruhi oleh ibu, sehingga kematian
perinatal sering dipakai sebagai urutan dari hasil suatu kematian dan sekaligus dapat
menggambarkan kegagalan dari suatu kehamilan atau pelayanan kebidanan di daerah
tersebut. 6)
Definisi
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28
minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya pada perdarahan kehamilan sebelum
28 minggu.
Perdarahan antepartum dapat berasal dari kelainan plasenta dan bukan dari
kelainan plasenta. 1)
Perdarahan karena kelainan plasenta dikatakan berat. Plasenta adalah alat yang
sangat penting bagi janin karena merupakan alat pertukaran zat antara ibu dan anak
ataupun sebaliknya. 4)
Secara singkat faal plasenta adalah :
1.

Plasenta sebagai tempat pertukaran zat

2.

Plasenta dapat mengeluarkan hormon

3.

Plasenta sebagai barrier. 4)

Mengingat pentingnya fungsi plasenta tersebut, maka perlu adanya perhatian yang
serius yaitu dengan mengadakan pengawasan antenatal yang baik.
Frekuensi

14

Frekuensi perdarahan antepartum kira-kira 3% dari seluruh persalinan. Di Rumah


Sakit Tjipto Mangunkusumo (1971-1975) dilaporkan 14,3% dari seluruh persalinan, R.S.
Pirngadi Medan kira-kira 10% dari seluruh persalinan, dan di Kuala Lumpur, Malaysia
(1953-1962) 3% dari seluruh persalinan. 7)
8.2 PLASENTA PREVIA
Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang implantasinya tidak normal, ialah rendah
sekali sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium uteri internum. Implantasi plasenta
yang normal ialah pada dinding depan atau dinding belakang
rahim di daerah fundus uteri. 1)

Klasifikasi
Plasenta previa digolongkan menurut hubungan antara plasenta terhadap
pembukaan serviks bagian dalam. 1), 2)
Plasenta previa dibagi menjadi 4 bagian, yaitu :
1. Plasenta previa totalis
Jika seluruh pembukaan jalan lahir tertutup jaringan plasenta. Plasenta previa
totalis dapat di bagian pusat, anterior, posterior, tergantung pada
letak pusat plasenta itu terhadap pembukaaan.
2. Plasenta previa lateralis
Jika sebagian pembukaan jalan lahir tertutup jaringan plasenta.
3. Plasenta previa marginalis
Jika tepi plasenta berada tepat pada tepi pembukaan jalan lahir.
4. Plasenta letak rendah
Jika plasenta terletak pada segmen bawah uterus, tetapi tidak sampai menutupi
pembukaan jalan lahir.

Frekuensi

15

Literatur negara Barat melaporkan frekuensi plasenta previa kira-kira 0,3 - 0,6%.
Di negara-negara berkembang berkisar antara 1 2,4%. Menurut jenisnya , Eastman
melaporkan plasenta previa sentralis 20%, lateralis 30%, dan letak rendah 50%.
Faktor Resiko
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko plasenta previa ialah:

Wanita berumur 35 tahun ke atas.

Kehamilan kembar.

Riwayat mengalami plasenta previa pada kehamilan terdahulu.

Pernah melalui pembedahan rahim seperti seksio atau kuret.3)

Multigravida 5)

Malnutrisi 7)

Adanya Tumor (mioma uteri, polip endometrium) 7)


Oleh karena itu diperkirakan plasenta previa disebabkan karena adanya scar atau
aliran darah yang buruk pada korpus endometrium, ukuran plasenta yang terlampau besar
dan bentuk plasenta yang abnormal seperti plasenta difus.4)
Etiologi
Mengapa plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat
diterangkan. Bahwasanya vaskularisasi yang berkurang, atau perubahan atrofi pada
desisua akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa, tidaklah selalu
benar, karena tidak nyata dengan jelas bahwa plasenta previa didapati untuk sebagian
besar pada penderita dengan paritas tinggi. Memang dapat dimengerti bahwa apabila
aliran darah ke plasenta tidak cukup atau diperlukan lebih banyak seperti pada kehamilan
kembar, plasenta yang letaknya normal sekalipun akan memperluas permukaannya,
sehingga mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir. 1)
Plasenta previa mungkin terjadi kalau keadaan endometrium kurang baik misalnya
karena atrofi endometrium. Keadaan endometrium yang kurang baik, menyebabkan bahwa
plasenta harus tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Karena luasnya,
mendekati atau menutupi ostium internum.5)
Patofisiologi
Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu
saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Umumnya
terjadi pada trimester ke tiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami
perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks menyebabkan sinus

16

uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robeknya sinus
marginalis dari plasenta.
Perdarahan tak dapat dihindarkan karena ketidak mampuan serabut otot segmen
bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal.

6)

Gejala Klinis
1.

Gambaran klinik dari plasenta previa, yaitu:


Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama. Dapat
terjadi selagi pasien tertidur atau bekerja biasa. Perdarahan pertama biasanya tidak
banyak, sehingga tidak akan berakibat fatal. Akan tetapi, perdarahan berikutnya
hampir selalu lebih banyak, apalagi kalau sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan
dalam. Biasanya perdarahan pada plasenta previa baru timbul setelah bulan ke-7
dan bersifat berulang-ulang. Darahnya berwarna merah segar karena robekan sinus
marginalis dari plasenta, berbeda dengan solutio plasenta yang berwarna kehitam-

2.

hitaman. Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi.


Bagian terbawah janin ke dalam pintu atas panggul akan terhalang karena adanya
plasenta di bagian bawah uterus. Apabila presentasi janin adalah kepala, maka akan
didapatkan kepala janin belum masuk pintu atas panggul atau mengolak ke

3.

samping.
Karena hal tersebut di atas juga, mengakibatkan ukuran panjang rahim berkurang
maka pada plasenta previa lebih sering terdapat kelainan letak janin.1),5)

Diagnosa
Diagnosis plasenta previa ditegakkan berdasarkan anamnesa, gejala klinis dan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisiknya meliputi pemeriksaan luar biasanya bagian
terbawah janin belum masuk pintu atas panggul atau kelainan letak, pemeriksaan in
spekulo untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum atau dari
kelainan serviks dan vagina jika berasal dari ostium uteri eksternum harus dicurigai
plasenta previa, dan pemeriksaan letak plasenta paling ideal menggunakan ultrasonografi.
Tingkat keakuratannya sekitar 95%.1),4)
Diagnosa di tengah dengan adanya gejala-gejala klinis dan beberapa pemeriksaan :
1. Anamnesis
-

Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 28 minggu berlangsung


tanpa nyeri (painless), tanpa alasan (causeless), dan berulang (recurrent)

17

terutama pada multigravida. Banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari


anamnesa, melainkan dari pemeriksaan hematokrit. 1)
-

Darah merah segar.6)

Perdarahan timbul sekonyong-konyong tanpa sebab apapun. Kadang- kadang


perdarahan terjadi sewaktu bangun tidur, pagi hari tanpa disadari tempat tidur
sudah penuh darah. Perdarahan cenderung berulang dengan volume yang lebih
banyak dari sebelumnya.7)
2. Pemeriksaan fisik
Kelainan letak janin
-

Bagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggul

Bila presentasi kepala, biasanya kepala masih terapung di atas pintu atas
panggul atau mengolak ke samping dan sukar didorong ke dalam PAP

Letak lintang

Letak sungsang. 1)

Menonjol di atas simpisis

Bagian bawah janin sukar ditentukan.6)

3. Pemeriksaan in spekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium
uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina seperti erosio porsionis uteri,
karsinoma porsionis uteri, polipus servisis uteri, varises vulva, dan trauma. Apabila
perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta previa harus
dicurigai. 1)
4. Penentuan letak plasenta tidak langsung
Rontgen :
a.

Teknik jaringan lunak

b.

Isotop radioaktif

c.

Angiografi / Arteriografi

d.

Termografi

e.

Tomografi. 6)

Nilai diagnostiknya cukup tinggi di tangan yang ahli, akan tetapi ibu dan janin pada
pemeriksaan radiografi dan radioisotop masih dihadapkan pada bahaya radiasi yang
cukup tinggi, sehingga cara ini mulai ditinggalkan. 1)
f. Ultrasonografi (USG)

18

Penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata sangat tepat, tidak menimbulkan
bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya, dan tidak menimbulkan rasa nyeri. 1)
.5. Penentuan letak plasenta secara langsung
Untuk menegakkan diagnosis yang tepat tentang adanya dan jenis plasenta previa
ialah secara langsung meraba plasenta melalui kanalis servikalis. Akan tetapi
pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan perdarahan banyak.
Hanya dilakukan bila penanganan pasif ditinggalkan, dan ditempuh penanganan
aktif. Pemeriksaan harus dilakukan dalam keadaan siap operasi. Periksaan dalam di
meja operasi (PDMO) dilakukan sebagai berikut :
-

Perabaan fornises
Hanya bermakna bila janin dalam presentasi kepala. Sambil mendorong

sedikit kepala janin ke arah PAP, perlahan-lahan seluruh fornises diraba dengan
jari. Perabaannya terasa lunak apabila antara jari dan kepala janin terdapat
plasenta, dan akan terasa padat (keras) apabila antara jari dan kepala janin tidak
terdapat plasenta. Bekuan darah dapat dikelirukan dengan plasenta. Plasenta yang
tipis mungkin tidak terasa lunak. Pemeriksaan ini harus selalu mendahului
pemeriksaan melalui kanalis servikalis, untuk mendapat kesan pertama ada
tidaknya plasenta previa.
-

Pemeriksaan melalui kanalis servikalis


Apabila kanalis servikalis telah terbuka, perlahan-lahan jari telunjuk

dimasukkan ke dalam kanalis servikali, dengan tujuan kalau-kalau meraba


kotiledon plasenta. Apabila kotiledon plasenta teraba, segera jari telunjuk
dikeluarkan dari kanalis servikalis. Jangan seklai-sekali berusaha menyelusuri
pinggir plasenta seterusnya karena mungkin plasenta akan terlepas dari insersionya
yang dapat menimbulkan perdarahan banyak. 1)
Pengaruh plasenta previa terhadap kehamilan
Karena dihalangi oleh plasenta, maka bagian terbawah janin tidak terfiksir ke
dalam pintu atas panggul, sehingga terjadilah kesalahan-kesalahan letak janin, letak kepala
mengapung, letak sungsang, letak lintang. 7)
Pengaruh plasenta previa terhadap partus :
1.

letak janin yang tidak normal, menyebabkan partus akan menjadi patologik

19

2.

bila pada plasenta lateralis ketuban pecah atau dipecahkan dapat terjadi prolaps
funikuli

3.

sering dijumpai inersia primer

4.

perdarahan .7)

Komplikasi plasenta previa


1. prolaps tali pusat
2. prolaps plasenta
3. plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu dibersihkan
dengan kerokan
4. robekan-robekan jalan lahir karena tindakan
5. perdarahan postpartum
6. infeksi karena perdarahan yang banyak
7. bayi prematur atau lahir mati. 7)
Penanganan
1. Penanganan pasif
Penatalaksanaan

pasif

(Johnson-Macafee,1945)

pada

perdarahan

pertama,

prinsipnya, jika usia kehamilan belum optimal, kehamilan masih dapat dipertahankan,
karena perdarahan pertama umumnya tidak berat dan dapat berhenti dengan sendirinya.
Pasien harus dirawat dengan istirahat baring total di rumah sakit, dengan persiapan
transfusi darah dan operasi sewaktu-waktu. Tetapi jika pada perdarahan pertama itu telah
dilakukan pemeriksaan

dalam / vaginal touche,

kemungkinan besar akan terjadi

perdarahan yang lebih berat sehingga harus diterminasi.


2. Cara persalinan
Faktor- faktor yang menentukan sikap atau tindakan persalinan mana yang akan dipilih
adalah :
-

jenis plasenta previa

perdarahan banyak, atau sedikit tetapi berulang-ulang

keadaan umum ibu hamil

keadaan janin : hidup, gawat, atau meninggal

pembukaan jalan lahir

paritas atau jumlah anak hidup

fasilitas penolong dan rumah sakit. 7)

Ada dua pilihan persalinan, yaitu :


20

a. Persalinan pervaginam :
a.1. Amniotomi : pemecahan selaput ketuban
Indikasi :
- plasenta previa marginalis atau lateralis atau letak rendah bila ada pembukaan
- pada primigravida dengan plasenta previa lateralis atau marginalis dengan
pembukaan 4 cm atau lebih
- pada plasenta previa lateralis atau marginalis dengan janin yang sudah
meninggal
Keuntungan :
- bagian bawah janin akan menekan plasenta yang berdarah dan perdarahan
berkurang atau berhenti
- partus akan berlangsung cepat
- sebagian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti cincin gerakan dan
regangan segmen bawah rahi, sehingga tidak ada lagi plasenta yang lepas
Berikan oksitosin drips 2,5 sampai 5 satuan dalam 500 cc dexstrosa 5%
a.2. Memasang cunam Willet Gausz
-

cunam diikat dengan kain kasa atau tali dan diberi beban kira-kira 50-100
gr atau satu batu bata seperti katrol

a.3.Versi Braxton Hicks


Versi dilakukan pada janin letak kepala, untuk mencari kaki supaya dapat
ditarik keluar. Bila janin letak sungsang atau letak kaki, menarik kaki
keluar lebih mudah. Kaki diikat dengan kain kasa, dikatrol dan diberi beban
seberat 50-100 gr menembus plasenta diikuti dengan versi Braxton Hicks
atau Willet Gausz
a.4.Metreurynter
Memasukkan kantung karet yang diisi udara atau air sebagi tampon.
b. Persalinan perabdominam dengan sectio caesaria
Indikasi :
- semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau mati
- semua plasenta previa lateralis posterior
- semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak
- plasenta previa dengan panggul sempit, letak lintang. 7)
Operasi sesar merupakan tindakan terpilih untuk mengakhiri kehamilan dengan
plasenta previa. Sesar dapat menurunkan kematian ibu dan bayi. Persalinan pervaginam
21

dapat juga dilakukan pada plasenta previa marginalis dan presentasi kepala. Komplikasi
yang ditimbulkan pada plasenta previa pada ibu dapat terjadi syok hemoragik sampai
kematian sedangkan pada bayi dapat terjadi prematuritas, perdarahan pada janin karena
robeknya plasenta pada manipulasi pervaginam. Prognosa kematian karena plasenta previa
pada ibu menurun menjadi <1% dan pada bayi mendekati 10%.4)
Prognosa
Penanganan plasenta previa sekarang relatif bersifat operatif dini, maka angka
kematian dan kesakitan ibu dan perinatal jauh menurun. Kematian maternal menjadi 0,1
5% terutama disebabkan perdarahan, infeksi, emboli udara, dan trauma karena tindakan.
Kematian perinatal juga turun menjadi 7 25% terutama disebabkan oleh prematuritas,
asfiksia, prolaps funikuli dan persalinan buatan. 1)
8.3 PREMATURITAS
Definisi
Keadaan janin yang lahir pada umur kehamilan 28 minggu atau lebih dan kurang
dari 37 minggu, dan berat janin 1000 2500 gram.
Proses persalinannya disebut Partus Prematurus.8)
Partus prematurus merupakan sebab kematian neonatal yang terpenting. Kejadian
7% dari semua kelahiran hidup.5)
.Rupa-rupanya ada pengaruh ekonomis karena partus prematurus lebih sering
terjadi pada golongan dengan penghasilan yang rendah.5)
Sebab-sebab yang terpenting adalah plasenta previa, solutio plasenta, hypertensia
essentialis, syphilis, preeklampsi, gemeli, kelainan kongenital, bakteriuria, penyakit ibu,
dll.5)

DAFTAR PUSTAKA
1. Winknjosastro H., Ilmu Kebidanan, Edisi ke-3. Cetakan ke -7. YBSP: Jakarta, 2005.
2. Winknjosastro H., Handaya, Wibowo N., Perdarahan pada Masa Kehamilan.
Available

at:

http://www.geocities.com/Yosemite/Rapids/1744/cklobpt6.html.

Accessed: 3 Maret 2009.


3. NN, Plasenta Previa. Avaliable at: www.infosihat.gov.my/PDF%20Penyakit/Plasenta
%20Previa.pdf. Accessed: 3 Maret 2009.
4. Claydon C.S., Pernoll M.L., Third-Trisemester Vaginal Bleeding dalam Lange
Current Obstetric and Gynecologic Diagnosis and Treatment, 9th edition. McGrawHill:
London, 2003.
5. Fakultas Kedokteran Unpad, Obstetri Patologi, Elstar Offset: Bandung, 1984.
22

6. Panjaitan, M. 1993. Kejadian Dan Pengawasan Plasenta Previa di RSUD dr.Kariadi,


Tesis Spesialis, Semarang. FK UNDIP
7. Mochtar, Rustam. 1998. Editor : Delfi Lutan. Sinopsis Obstetri Fisiologi Obstetri
Patologi. Edisi 2. Jakarta: EGC
8. NN. Prematuritas. Bunga Rampai Obstetri Ginekologi. Obstetrics Gynaecology
Department Despot Health study Club. Hal 61.

23

Você também pode gostar