Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
IDENTITAS PASIEN
Nama pasien
: Ny. T. P
Umur
: 44 tahun
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
Alamat
Agama
: Kristen
Tanggal masuk
Tanggal keluar
I. ANAMNESA
Keluhan utama
: - Keluar darah merah segar tiba-tiba tanpa disertai nyeri sejak jam
10.00 pagi dari liang vagina sebelum masuk ke Rumah Sakit.
Keluhan tambahan : - Kenceng kenceng tiap jam sejak kemarin malam sebelum
masuk Rumah Sakit.
- Ingin sterilisasi.
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
Pasien G6P5A0 hamil 35 minggu datang ke rumah sakit karena keluar darah merah segar
dari liang vagina sejak jam 10.00 pagi. Perdarahan tiba-tiba, tidak diketahui sebabnya dan
tanpa disertai adanya rasa nyeri. Pasien mengeluh kenceng kenceng tiap jam sejak
kemarin malam sebelum masuk rumah sakit.
Kurang lebih 8 bulan yang lalu pasien mengeluh terlambat datang bulan, perutnya terasa
kencang disertai mual muntah, payudaranya terasa kencang dan membesar. Lama
kelamaan perut pasien membesar dan dinyatakan hamil oleh bidan.
Riwayat BAK : Lancar, warna kuning jernih, tidak nyeri, lebih sering setelah hamil
Riwayat BAB : Lancar (1 x / hari), konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan,
tidak ada darah, tidak ada lendir, tidak nyeri bila BAB
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada
Riwayat Haid
: 11 Juni 2014
Taksiran persalinan
: 18 Maret 2015
Riwayat Kehamilan
Hamil I,spontan
Aterm, 2500 gr
Di puskesmas,
, 23 tahun
Sehat
oleh bidan
Hamil II,spontan
Aterm, 2500 gr
Di rumah, oleh
, 19 tahun
Sehat
Hamil III,spontan
Aterm, 2500 gr
dukun
Di rumah, oleh
, 17 tahun
Sehat
Hamil IV,spontan
Aterm, 3100 gr
dukun
Di puskesmas,
, 12 tahun
Sehat
Aterm, 3100 gr
oleh bidan
Di puskesmas,
, 7 tahun
Sehat
Hamil V,spontan
oleh bidan
Hamil ini
Riwayat Perkawinan
Riwayat Obstetrik
: G6P5A0
Riwayat KB
: ()
Riwayat Operasi
: baik
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah
: 100 / 70 mmHg
Nadi
: 92 x / menit
2
Pernafasan
: 21 x / menit
Suhu
: 36 C
Gizi
: cukup
Kulit
Kepala
isokor diameter 3 mm, reflek cahaya langsung dan tidak langsung +/+
Telinga
berfungsi baik
Hidung
Mulut
Leher
Payudara
Jantung
Paru paru
Abdomen
Alat kelamin
Ekstremitas
Refleks
_ _
varises
akral hangat
Status Obstetrik
Pemeriksaan luar :
Inspeksi : Perut membuncit, striae gravidarum (+)
Palpasi:
Leopold I
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
: 11,9 g/dL
Ht
: 38,2 %
Leukosit
: 11.500 /mm3
Eritrosit
Trombosit
: 297.000 /mm3
RESUME
Telah diperiksa seorang wanita G6P5A0 44 tahun hamil 35 minggu, yang datang dengan
keluhan utama keluar darah merah segar dari liang vagina sejak jam 10.00 pagi.
Perdarahan tiba-tiba, tidak diketahui sebabnya dan tanpa disertai adanya rasa nyeri. Pasien
mengeluh kenceng kenceng tiap jam sejak kemarin malam sebelum masuk rumah
sakit. Pasien juga ingin sterilisasi.
Kurang lebih 8 bulan yang lalu pasien mengeluh terlambat datang bulan, perutnya terasa
kencang disertai mual muntah, payudaranya terasa kencang dan membesar. Lama
kelamaan perut pasien membesar dan dinyatakan hamil oleh bidan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan :
Keadaan umum pasien
: baik
Kesadaran
: compos mentis
TD
: 100/70 mmHg
Nadi
: 92x/menit
Pernafasan
: 21x/menit
Suhu
: 36oC
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
: 29 cm
His
: 11.500/ul
Hb
:11,9 g/dl
Eritrosit
Ht
: 38,2 %
Trombosit
: 297.000/ul
Ultrasonografi
V. DIAGNOSA
Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, diagnosa kerja yang
ditegakkan adalah :
G6P5A0 44 tahun hamil 35 minggu
Janin 1 hidup intrauterin
Letak kepala belum masuk PAP pu ka
Belum inpartu
Perdarahan antepartum e.c Plasenta Previa Totalis
Partus Prematurus Imminens
Ingin sterilisasi
VI. SIKAP
Rencana diagnostik :
keluar banyak darah merah segar disertai gumpalan darah dari liang vagina, mules
dan kenceng jarang.
O:
Keadaan umum
: baik
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah
: 100 / 70 mmHg
Nadi
: 90 x / menit
Pernafasan
: 22 x / menit
Suhu
: 36,5 C
Mata
Status Obstetrik
Inspeksi
Palpasi
: 11,6 g/dL
Ht
: 35,3 %
Leukosit
: 11.400 /mm3
Eritrosit
Trombosit
: 283.000 /mm3
A:
keluar banyak darah merah segar disertai gumpalan darah dari liang vagina, mules
dan kenceng sering.
O:
Keadaan umum
: baik
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah
: 110 / 60 mmHg
Nadi
: 84 x / menit
Pernafasan
: 22 x / menit
Suhu
: 36,5 C
Mata
Status Obstetrik
Leopold IV
: 14.100/ul
Hb
:10,9 g/dl
Eritrosit
Ht
: 33,5 %
Trombosit
: 241.000/ul
10. Plasenta lahir dengan cara manual placenta bentuk cakram ukuran 20 x 20 x 1,5 cm,
kotiledon lengkap, tidak ada hematom, tidak infark, perdarahan tidak ada, kontraksi uterus
baik, tali pusat panjang 50 cm, insersi di tengah. Kulit ketuban pecah di pinggir.
Post sectio caesaria dan fimbraektomi kiri dan tubektomi kanan
pukul 09.50 WIB :
Keadaan umum
: cukup
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah
: 110 / 60 mmHg
Nadi
: 84 x / menit
Pernafasan
: 18 x / menit
Suhu
: 36,5 C
Laboratorium post-operasi
Hb
: 9 g/dL
Ht
: 33,5 %
Leukosit
: 14.100 /mm3
Eritrosit
Trombosit
: 241.000 /mm3
Therapi :
Infus RL 500 cc ditambah dengan sintocynon 10 i.u 1 ampul dengan 20 tetes per menit.
Cefotaxim injeksi 2x1 gram i.v.
Methergin injeksi 1x1 ampul (2 hari).
Selanjutnya sesuai programdokter anestesi.
DC
Diit cair II
Pengawasan
Tanggal 15 Februari 2015 pukul 19.00 WIB
S : muntah 4x isi makanan dan minuman
O : Keadaan umum
: baik
: 120 / 70 mmHg
Nadi
: 80 x / menit
Pernafasan
: 20 x / menit
9
Suhu
: 36.6 C
Mata
Thoraks
Abdomen : tampak datar, luka operasi tertutup verban, tidak ada rembesan darah,
nyeri tekan (+), bising usus (+) normal. Tinggi fundus uteri 2 jari di bawah umbilicus.
Lochia
: rubra
Totalis
: baik
: 110 / 60 mmHg
Nadi
: 80 x / menit
Pernafasan
: 20 x / menit
Suhu
: 36.4 C
Mata
Thoraks
Abdomen
Tinggi fundus
: rubra
ASI
: -/-
A : post sectio caesaria transperitonealis profunda atas indikasi Plasenta Previa Totalis dan
post fimbraektomi kiri dan tubektomi kanan hari ke -1
P : Infus RL+ synthocinon 20 tetes / menit
Injeksi cefotaxime 2 x 1 g
Injeksi methergin 1 x 1 ampul
O : Keadaan umum
: baik
: 110 / 60 mmHg
Nadi
: 80 x / menit
Pernafasan
: 20 x / menit
Suhu
: 36.4 C
Mata
Thoraks
Abdomen
Tinggi fundus
: rubra
ASI
: -/-
A : post sectio caesaria transperitonealis profunda atas indikasi Plasenta Previa Totalis dan
post fimbraektomi kiri dan tubektomi kanan hari ke - 2
P : Infus RL+ synthocinon 20 tetes / menit
Injeksi cefotaxime 2 x 1 g
Injeksi methergin 1 x 1 ampul
Tanggal 18 Februari 2015 pukul 07.00 WIB
S : tak ada keluhan
O : Keadaan umum
: baik
: 120 / 70 mmHg
Nadi
: 80 x / menit
Pernafasan
: 20 x / menit
Suhu
: 36.5 C
Mata
Thoraks
Abdomen
Lochia
: rubra
11
ASI
: +/+
A : post sectio caesaria transperitonealis profunda atas indikasi Plasenta Previa Totalis dan
post fimbraektomi kiri dan tubektomi kanan hari ke - 3
P : Amoxilin 3 x 1 tablet
Methergin 3 x 1 tablet
SF/BC/C 3 x 1 tablet
Ganti Balut
Tanggal 19 Februari 2015 pukul 07.00 WIB
S : tak ada keluhan
O : Keadaan umum
: baik
: 110 / 70 mmHg
Nadi
: 76 x / menit
Pernafasan
: 18 x / menit
Suhu
: 36,4 C
Mata
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas
Lochia
: sanguinolenta
ASI
: +/+
A : post sectio caesaria transperitonealis profunda atas indikasi Plasenta Previa Totalis dan
post fimbraektomi kiri dan tubektomi kanan hari ke - 4
P : Amoxilin 3 x 1 tablet
Methergin 3 x 1 tablet
SF/BC/C 3 x 1 tablet
Ganti Balut dan Aff Hecting
VIII. DISKUSI
8.1 PERDARAHAN ANTEPARTUM
Pendahuluan
12
bloody show
yaitu
keluarnya darah dari vagina yang terjadi karena pendataran dan dilatasi servik, serta
adanya robekan pada pembuluh darah kecil sehingga terjadi perdarahan. Bloody show ini
menandakan dimulainya persalinan dan dianggap perdarahan yang fisiologis sebagai
konsekuensi dari persalinan. Perdarahan yang harus diperhatikan adalah perdarahan dari
uterus sebelum persalinan.
Perdarahan antepartum pada trimester akhir ini dapat disebabkan kelainan plasenta
dan kelainan di luar plasenta. Pada kelainan plasenta yaitu plasenta previa, solusio
plasenta, vasa previa. Kelainan di luar plasenta, biasanya tidak terlalu berbahaya, misalnya
kelainan servik ( erosi , polip , varises yang pecah ) dan vagina ( infeksi vagina ) serta
kelainan pada darah, dapat juga disebabkan ruptura uteri.
Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai kelainan yang
berbahaya. Perdarahan pada usia kehamilan di bawah 22 minggu disebut keguguran atau
abortus, sedangkan pada kehamilan di atas 22 minggu disebut perdarahan antepartum.
Pada perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikirkan kelainan pada plasenta.
Oleh karena itu, klasifikasi klinis perdarahan antepartum dibagi menjadi plasenta previa,
solutio plasenta dan perdarahan antepartum yang belum jelas sumbernya mungkin
disebabkan oleh ruptur sinus marginalis. Perdarahan antepartum terjadi pada kira-kira 3%
dari semua persalinan.1)
Perdarahan antepartum tanpa rasa nyeri merupakan tanda khas plasenta previa,
apalagi kalau disertai tanda-tanda lainnya seperti bagian terbawah janin belum masuk ke
dalam pintu atas panggul atau kelainan letak janin. Karena tanda pertamanya perdarahan,
pada umumnya penderita akan segera datang untuk mendapatkan pertolongan. Lain halnya
dengan solutio plasenta. Kejadiannya tidak segera ditandai oleh perdarahan per vaginam,
sehingga tidak segera datang untuk mendapatkan pertolongan. Gejala pertamanya ialah
rasa nyeri pada kandungan yang makin lama makin hebat dan berlangsung terus menerus.
Rasa nyeri yang terus-menerus ini sering kali diabaikan atau disangka sebagai tanda
permulaan persalinan biasa.1)
Perdarahan permanen dalam trimester ke tiga menyebabkan komplikasi 4 % dari
semua kehamilan di Amerika ini dianggap suatu kedaruratan obstetri, karena perdarahan
tetap merupakan penyebab kematian ibu yang paling lazim. 2)
13
Akibat dari perdarahan antepartum ini dapat menyebabkan resiko kematian atau
kesakitan baik pada maternal maupun perinatal. Tingginya angka kematian maternal
merupakan komplikasi dari kehamilan dan persalinan seperti anemia, perdarahan dan
partus lama. 3)
Perdarahan antepartum sering menimbulkan kematian pada ibu karena penderita
pada umumnya datang ke Rumah Sakit dalam keadaaan terlambat. Hal ini seharusnya
dapat dicegah bila penderita datang tepat pada waktunya dan pertolongan pertama yang
tepat. Sehingga penderita tiba di rumah sakit rujukan dalam keadaan masih
memungkinkan untuk ditolong. 6)
Di samping dapat menyebabkan kematian pada ibu, perdarahan antepartum juga
dapat menyebabkan bayi lahir mati. Karena perdarahan antepartum sangat membahayakan
kehidupan janinnya. Masa perinatal sangat dipengaruhi oleh ibu, sehingga kematian
perinatal sering dipakai sebagai urutan dari hasil suatu kematian dan sekaligus dapat
menggambarkan kegagalan dari suatu kehamilan atau pelayanan kebidanan di daerah
tersebut. 6)
Definisi
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28
minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya pada perdarahan kehamilan sebelum
28 minggu.
Perdarahan antepartum dapat berasal dari kelainan plasenta dan bukan dari
kelainan plasenta. 1)
Perdarahan karena kelainan plasenta dikatakan berat. Plasenta adalah alat yang
sangat penting bagi janin karena merupakan alat pertukaran zat antara ibu dan anak
ataupun sebaliknya. 4)
Secara singkat faal plasenta adalah :
1.
2.
3.
Mengingat pentingnya fungsi plasenta tersebut, maka perlu adanya perhatian yang
serius yaitu dengan mengadakan pengawasan antenatal yang baik.
Frekuensi
14
Klasifikasi
Plasenta previa digolongkan menurut hubungan antara plasenta terhadap
pembukaan serviks bagian dalam. 1), 2)
Plasenta previa dibagi menjadi 4 bagian, yaitu :
1. Plasenta previa totalis
Jika seluruh pembukaan jalan lahir tertutup jaringan plasenta. Plasenta previa
totalis dapat di bagian pusat, anterior, posterior, tergantung pada
letak pusat plasenta itu terhadap pembukaaan.
2. Plasenta previa lateralis
Jika sebagian pembukaan jalan lahir tertutup jaringan plasenta.
3. Plasenta previa marginalis
Jika tepi plasenta berada tepat pada tepi pembukaan jalan lahir.
4. Plasenta letak rendah
Jika plasenta terletak pada segmen bawah uterus, tetapi tidak sampai menutupi
pembukaan jalan lahir.
Frekuensi
15
Literatur negara Barat melaporkan frekuensi plasenta previa kira-kira 0,3 - 0,6%.
Di negara-negara berkembang berkisar antara 1 2,4%. Menurut jenisnya , Eastman
melaporkan plasenta previa sentralis 20%, lateralis 30%, dan letak rendah 50%.
Faktor Resiko
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko plasenta previa ialah:
Kehamilan kembar.
Multigravida 5)
Malnutrisi 7)
16
uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robeknya sinus
marginalis dari plasenta.
Perdarahan tak dapat dihindarkan karena ketidak mampuan serabut otot segmen
bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal.
6)
Gejala Klinis
1.
2.
3.
samping.
Karena hal tersebut di atas juga, mengakibatkan ukuran panjang rahim berkurang
maka pada plasenta previa lebih sering terdapat kelainan letak janin.1),5)
Diagnosa
Diagnosis plasenta previa ditegakkan berdasarkan anamnesa, gejala klinis dan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisiknya meliputi pemeriksaan luar biasanya bagian
terbawah janin belum masuk pintu atas panggul atau kelainan letak, pemeriksaan in
spekulo untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum atau dari
kelainan serviks dan vagina jika berasal dari ostium uteri eksternum harus dicurigai
plasenta previa, dan pemeriksaan letak plasenta paling ideal menggunakan ultrasonografi.
Tingkat keakuratannya sekitar 95%.1),4)
Diagnosa di tengah dengan adanya gejala-gejala klinis dan beberapa pemeriksaan :
1. Anamnesis
-
17
Bila presentasi kepala, biasanya kepala masih terapung di atas pintu atas
panggul atau mengolak ke samping dan sukar didorong ke dalam PAP
Letak lintang
Letak sungsang. 1)
3. Pemeriksaan in spekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium
uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina seperti erosio porsionis uteri,
karsinoma porsionis uteri, polipus servisis uteri, varises vulva, dan trauma. Apabila
perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta previa harus
dicurigai. 1)
4. Penentuan letak plasenta tidak langsung
Rontgen :
a.
b.
Isotop radioaktif
c.
Angiografi / Arteriografi
d.
Termografi
e.
Tomografi. 6)
Nilai diagnostiknya cukup tinggi di tangan yang ahli, akan tetapi ibu dan janin pada
pemeriksaan radiografi dan radioisotop masih dihadapkan pada bahaya radiasi yang
cukup tinggi, sehingga cara ini mulai ditinggalkan. 1)
f. Ultrasonografi (USG)
18
Penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata sangat tepat, tidak menimbulkan
bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya, dan tidak menimbulkan rasa nyeri. 1)
.5. Penentuan letak plasenta secara langsung
Untuk menegakkan diagnosis yang tepat tentang adanya dan jenis plasenta previa
ialah secara langsung meraba plasenta melalui kanalis servikalis. Akan tetapi
pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan perdarahan banyak.
Hanya dilakukan bila penanganan pasif ditinggalkan, dan ditempuh penanganan
aktif. Pemeriksaan harus dilakukan dalam keadaan siap operasi. Periksaan dalam di
meja operasi (PDMO) dilakukan sebagai berikut :
-
Perabaan fornises
Hanya bermakna bila janin dalam presentasi kepala. Sambil mendorong
sedikit kepala janin ke arah PAP, perlahan-lahan seluruh fornises diraba dengan
jari. Perabaannya terasa lunak apabila antara jari dan kepala janin terdapat
plasenta, dan akan terasa padat (keras) apabila antara jari dan kepala janin tidak
terdapat plasenta. Bekuan darah dapat dikelirukan dengan plasenta. Plasenta yang
tipis mungkin tidak terasa lunak. Pemeriksaan ini harus selalu mendahului
pemeriksaan melalui kanalis servikalis, untuk mendapat kesan pertama ada
tidaknya plasenta previa.
-
letak janin yang tidak normal, menyebabkan partus akan menjadi patologik
19
2.
bila pada plasenta lateralis ketuban pecah atau dipecahkan dapat terjadi prolaps
funikuli
3.
4.
perdarahan .7)
pasif
(Johnson-Macafee,1945)
pada
perdarahan
pertama,
prinsipnya, jika usia kehamilan belum optimal, kehamilan masih dapat dipertahankan,
karena perdarahan pertama umumnya tidak berat dan dapat berhenti dengan sendirinya.
Pasien harus dirawat dengan istirahat baring total di rumah sakit, dengan persiapan
transfusi darah dan operasi sewaktu-waktu. Tetapi jika pada perdarahan pertama itu telah
dilakukan pemeriksaan
a. Persalinan pervaginam :
a.1. Amniotomi : pemecahan selaput ketuban
Indikasi :
- plasenta previa marginalis atau lateralis atau letak rendah bila ada pembukaan
- pada primigravida dengan plasenta previa lateralis atau marginalis dengan
pembukaan 4 cm atau lebih
- pada plasenta previa lateralis atau marginalis dengan janin yang sudah
meninggal
Keuntungan :
- bagian bawah janin akan menekan plasenta yang berdarah dan perdarahan
berkurang atau berhenti
- partus akan berlangsung cepat
- sebagian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti cincin gerakan dan
regangan segmen bawah rahi, sehingga tidak ada lagi plasenta yang lepas
Berikan oksitosin drips 2,5 sampai 5 satuan dalam 500 cc dexstrosa 5%
a.2. Memasang cunam Willet Gausz
-
cunam diikat dengan kain kasa atau tali dan diberi beban kira-kira 50-100
gr atau satu batu bata seperti katrol
dapat juga dilakukan pada plasenta previa marginalis dan presentasi kepala. Komplikasi
yang ditimbulkan pada plasenta previa pada ibu dapat terjadi syok hemoragik sampai
kematian sedangkan pada bayi dapat terjadi prematuritas, perdarahan pada janin karena
robeknya plasenta pada manipulasi pervaginam. Prognosa kematian karena plasenta previa
pada ibu menurun menjadi <1% dan pada bayi mendekati 10%.4)
Prognosa
Penanganan plasenta previa sekarang relatif bersifat operatif dini, maka angka
kematian dan kesakitan ibu dan perinatal jauh menurun. Kematian maternal menjadi 0,1
5% terutama disebabkan perdarahan, infeksi, emboli udara, dan trauma karena tindakan.
Kematian perinatal juga turun menjadi 7 25% terutama disebabkan oleh prematuritas,
asfiksia, prolaps funikuli dan persalinan buatan. 1)
8.3 PREMATURITAS
Definisi
Keadaan janin yang lahir pada umur kehamilan 28 minggu atau lebih dan kurang
dari 37 minggu, dan berat janin 1000 2500 gram.
Proses persalinannya disebut Partus Prematurus.8)
Partus prematurus merupakan sebab kematian neonatal yang terpenting. Kejadian
7% dari semua kelahiran hidup.5)
.Rupa-rupanya ada pengaruh ekonomis karena partus prematurus lebih sering
terjadi pada golongan dengan penghasilan yang rendah.5)
Sebab-sebab yang terpenting adalah plasenta previa, solutio plasenta, hypertensia
essentialis, syphilis, preeklampsi, gemeli, kelainan kongenital, bakteriuria, penyakit ibu,
dll.5)
DAFTAR PUSTAKA
1. Winknjosastro H., Ilmu Kebidanan, Edisi ke-3. Cetakan ke -7. YBSP: Jakarta, 2005.
2. Winknjosastro H., Handaya, Wibowo N., Perdarahan pada Masa Kehamilan.
Available
at:
http://www.geocities.com/Yosemite/Rapids/1744/cklobpt6.html.
23