Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
kata strategi tersebut, maka strategi pembelajaran diartikan sebagai sejumlah langkah yang
direkayasa sedemikian hingga untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu (Syah, 1995).
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak
dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan (Djamarah dan Zain, 2002).
Dengan memperhatikan arti kata strategi di atas dan bila dihubungkan dengan
pembelajaran matematika, maka strategi pembelajaran matematika dapat diartikan sebagai
pola-pola umum kegiatan siswa dan guru dalam kegiatan proses pembelajaran untuk
mencapai kompetensi pembelajaran matematika yang telah ditetapkan. Untuk mencapai
kompetensi pembelajaran matematika yang telah ditetapkan, seorang guru matematika perlu
memperhatikan beberapa hal dalam melaksanakan kegiatan proses pembelajaran matematika.
Hal-hal yang dimaksud adalah (1) mengkondisikan siswa untuk menemukan kembali rumus,
konsep atau prinsip dalam matematika melalui bimbingan guru agar siswa terbiasa
melakukan penyelidikan dan menemuka sesuatu, (2) pendekatan pemecahan masalah
merupakan fokus dalam pembelajaran matematika, yang mencakup masalah tertutup,
mempunyai solusi tunggal, terbuka atau masalah dengan berbagai cara penyelesaian, (3)
keterampilan untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, memahami soal,
memilih pendekatan atau strategi pemecahan menyelesaikan model dan menafsirkan solusi,
(4) dalam setiap pembelajaran, guru hendaknya memperhatikan penguasaan bahan ajar
prasyarat yang diperlukan, dan (5) dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika
hendaknya memulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (Depdiknas,
2003).
Dengan mencermati uraian di atas, maka pembahasan tentang strategi pembelajaran
matematika ini meliputi hakekat matematika, hakekat pembelajaran matematika, teori belajar
matematika, metode pembelajaran matematika, teori belajar matematika, dan model
pembelajaran matematika. Pada hakekat matematika dibahas tentang pengertian matematika,
karakteristik matematika, matematika sebagai suatu struktur, matematika sebagai suatu
kumpulan sistem, matematika sebagai suatu kumpulan sistem, matematika sebagai suatu
sistem deduktif, dan matematika sebagai ratu ilmu. Pada hakekat pembelajaran matematika
dibahas tentang pengertian pembelajaran matematika, matematika sekolah, dan proses
pembelajaran matematika. Pada teori pembelajaran matematika dibahas teori pembelajaran
yang cocok untuk belajar matematika yang meliputi teori belajar tingkah laku, teori belajar
kognitif, dan teori konstrukktivisme. Pada metode pembelajaran matematika dibahas tentang
metode ceramah, metode demontrasi, metode ekspositori, metode tanya jawab, metode drill
2
dan latihan, metode pemecahan masalah, metode laboratorium, metode kegiatan lapangan,
dan metode permaianan. Pada pendekatan pembelajaran matematika dibahas tentang
pendekatan spiral, pendekatan deduktif, pendekatan induktif, pendekatan intuitif, pendekatan
informal, pendekatan analitik, pendekatan sintetik, dan pendekatan pembelajaran matematika
realistik. Pada model pembelajaran matematika dibahas tentang model pembelajaran
langsung dan model pembelajaran kooperatif.
HAKEKAT MATEMATIKA
BAB
A. Pengertian Matematika
Dalam mempelajari matematika, wajar bila di antara kita atau mungkin siswa kita ada
yang bertanya Apakah matematika itu?. Untuk menjawab pertanyaan itu memanglah tidak
mudah, sama tidak mudahnya dengan seorang buta menggambarkan bentuk gajah bila ia
hanya meraba sebagian-sebagian dari tubuh gajah itu. Sewaktu ia meraba kaki gajah mungkin
ia mengatakan bahwa gajah itu seperti tiang rumah atau pohon besar. Sewaktu meraba belalai
gajah mungkin ia mengatakan bahwa gajah itu seperti ular, demikian seterusnya. Demikian
juga dengan definisi matematika. Definisi dari matematika makin lama makin sulit untuk
dibuat secara tepat dan singkat. Para ahli matematika mendefinisikan matematika
berdasarkan sudut pandang mereka. Hingga kini belum ada kesepakatan yang bulat di antara
mereka membuat definisi tentang matematika.
Sujono (1988) mengemukakan matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang
eksak dan terorganisasi secara sistematik, matematika adalah bagian pengetahuan manusia
tentang bilangan dan kalkulasi, matematika membantu orang dalam menginterpretasikan
secara tepat berbagai ide dan kesimpulan, matematika adalah ilmu pengetahuan tentang
penalaran yang logik dan masalah-masalah yang berhubungan dengan bilangan, matematika
berkenaan dengan fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk, dan
matematika adalah ilmu pengetahuan tentang kuantitas dan ruang. Suherman dan Winataputra
(1992) mengutip pandangan James dan James (1976), Jonson dan Rising (1972), Reys dkk.
(1984) dan Kline (1973) berkenaan dengan istilah matematika. James dan James (1976)
mengemukakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunanm
besaran, dan konsep-konsep berhubungan lainnya dengan jumlah yang banyak terbagi ke
dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Jonson dan Rising (1972)
mengatakan bahwa matematika adalah pola berpikir dan pola mengorganisasikan. Reys dkk.
(1984) mengemukakan bahwa matematika adalah telaahan tentang pola hubungan. Kline
(1973) mengemukakan bahwa matematika bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat
sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu untuk membantu manusia
dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam. Soedjadi (2000)
menyajikan beberapa definisi atau pengertian tentang matematika, yaitu matematika adalah
cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik, matematika adalah
4
pada
kesepakatan,
matematika berpola pikir deduktif, matematika memiliki simbol yang kosong dan arti,
matematika memperhatikan semesta pembicaraan, dan matematika konsisten dalam
sistem.
1. Matematika memiliki Objek Abstark
Dalam matematika objek dasar yang dipelalari adalah abstrak, disebut juga
objek mental. Objek matematika itu merupakan objek Pikiran objek
matematika itu meliputi fakta, konsep, operasi atau relasi, dan prinsip. Dasar
matematika itulah dapat dlsusun suatu pola dan Struktur matematika.
a. Fakta
6
atau gambar atau lambang dan konsep yang didefinisikan. Sehingga menjadi
semakin jelas apa yang dimaksud dengan konsep tertentu. Konsep trapesium
misalnya bila dikemukakan dalam definisi trapesium adalah segiempat yang tepat
sepaSang sisinya sejajar. Konsep trapesium dapat juqa dikemukakan dengan
definisi lain, misalnya trapesium adalah Segiempat yang teiladi fika sebuah segitiga
dipotong oleh sebuah garis yang Sejajar dengan salah satu sisinya. Kectua definisi
trapesium di atas memiliki isi kata atau makna kata yang berbeda tetapi mempunyai
jangkauan yang sama. Kedua definisi Itu dikatakan memiliki intensi yang berbeda
tetapi memiliki ekstensi yang sama. Kesamaan ekstensi itu dapat diuji dengan
pertanyaan Manakah trapesium menurut pertama yang tidak termasuk dalam
trapesium menurut definisi kedua, dan sebaliknya? Ekstensi suatu definisi juga
berarti himpunan yang tertangkap oleh definisi itu. Definisi pertama digolongkan
dalam definisi analitis yaitu definisi yang menyebutkan genus proksimum (genus
terdekat) dan diferensia spesifika (pembeda khusus). Sedangkan definisi kedua
digolongkan kepada definisi genetik yaltu definisi yang menyebutkan bagaimana
konsep itu terbentuk atau terjadi. Jenis definisi ketiga adalah definisi dengan rumus.
Misainiya, n! = n(n-1)!
c. Operasi
Operasi adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar dan pengerjaan
matematika yang lain. Sebagai contoh, penjumlahan, perkalian, gabungan,
irisan. Unsur-unsur yang dioperasikan juga abstrak. Pada dasarnya operasi dalam
matematika adalah suatu fungsi yaltu relasi khuSuS, karena operasi adalah aturan
untuk memperoleh elemen tunggal dan satu atau lebih elemen yang diketahui.
Semesta dan elemen-elemen yang diketahui maupun elemen yang diperoleh dapat
sama tetapt dapat Juga berbeda. Elemen tunggal yang diperoleh disebut hasil
operaSi, sedangkan satu atau lebih elemen yang diketahUl disebut elemen yang
8
operasi juga
10
tambah untuk dua bilangan. Makna huruf dan tanda itu tergantung dan
permasalahan yang mengakibatkan terbentuknya model itu. Jadi secara umum huruf
dan tanda dalam model x + y = z masih kosong dan anti, terserah kepada yang akan
memanfaatkan model itu. Kosong arti simbol maupun tanda dalam model-model
matematika itu justru memungkinkan intervensi matematika ke dalam berbagai
pengetahuan.
5.. Matematika Memperhatikan SemeSta Pembicaraan
Sehubungan dengan uraian tentang kosong anti simbol-Simbol dan tandatanda dalam matematika di atas, menunjukkan dengan jelas bahwa dalam
menggunakan matematika diperlukan kejelasan dalam lingkup apa model itu dipakal.
Bila lingkup pembicaraan blangarl, maka simbOIsimbol diartikan bilangan. Bila
lingkup
pembicaraan
transformaSi.
LingkuP
transformasi
pembicaraan
maka
itulah
simbolsimbol
yang
itu
disebut
diartikan
dengan
suatu
semesta
pembicaraan. Benar atau salah ataupun ada tidaknya penyelesaian suatu model
matematika sangat ditentukan oleh semesta pembicaraan. Dalam semesta
pernbicaraan blangan bulat, terdapat 2x = 5 Adakah penyelesaiamya kalau
diselesaikan seperti biasa tanpa menghiraukan semestanya akan diperoleh hasil X =
2,5. Tetapi kalau sudah ditentukan bahwa semesta pembicaraannya bilangan bulat
maka jawab x = 2,5 adalah salah atau bukan jawaban yang dikehendaki. Jad
jawaban yang sesuai dengan semestanya adalah tdak ada jawabannya atau
penyelesaiannya tidak ada. Sering juga dikatakan bahwa himpunan penyelesaiannya
adalah himpunan kosong. Dalam semesta pembicaraan vektor di bidang datar,
terdapat model x + b = c. Disin jelas bahwa huruf-huruf yang digunakan itu tidak
dartikan bilangan, tetapi harus diartika vektor. Sehingga untuk menentukan
penyelesaiannya diperlukan cara yang berbeda dengan bilangan. Cara yang
digunakan adalah dengan menggunaka gambar sebuah segitiga.
11
itu benar dalam masing-masing sistem dan struktumya. mi berartl kalau teorma
jumlah besar sudut-sudut sebuah segitiga adalah seratus delapan puluh derajat
dimasukkan dalam sistem geometri non-Euclides akan menimbulkan kontradiksi.
Demikian pula halnya teorema Jumlah besar sudut-sudut sebuah segitiga adalah
seratus delapan puluh derajat dimasukkan dalam sistem geometri Eudide. Hal-hal
semacam itulah yang tidak dibenarkan terdapat dalam matematika.
C. Matematika sebagai suatu Struktur
Matematika dapat pula dipandang sebagai suatu struktur dan hubunganhubungan yang mengaitkan simbol-simbol. Pandangan ini bertolak dan pemikiran
dasar tentang bagaimana matematika itu disusun atau dibentuk dan apa yang
disusun. Matematka terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan
dengan ide, proses dan penalaran (Ruseffendl, 1980). Simbol atau notasi dalam
matematika mempunyali peranan yang sangat penting. Adanya simbol-simbol,
komunikasi dan ide-ide dalam matematika dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
Namun penlu disadari bahwa adanya simbol-simbol dalam matematika menjadi
matematika suatu hal yang abstrak, karena simbol matematika pada hakekatnya
merupakan abstraksi dan idealisasi dan ide-ide, benda-benda, dan hubunganhubungan. Dengan demikian tentunya matematika berkenaan dengan objek yang
abstrak yang merupakan hasil abstraksl dan idealisasi dan ide-ide, benda-benda dan
oleh karenanya untuk dapat memahami matematika sangat diperhikan kemampuan
berpikir abstrak. Simbol-Simbol dalam matematika sangat membantu memanipulasi
aturanl aturan atau rumus-rumus yang berlaku dalam struktur. Aturan-aturan atau
rumus-rumus dalam matematika merupakan wujud dan keterkaltan simbol simbol.
Terbentuknya suatu konsep baru dalam matematika melalui serangkaian
proses berikut, adanya simbol-Simbol dalam matematika dapat dilakukan simbolisasi
13
dan ide-ide, adanya simboilsasi dapatkan fasilitas komunikasi dan dan komunikasi
diperoeh informasi-informasi, selanjutnya dari informasi-informasi tersebut dapat
dibentuk konsep-konsep baru. Produk akhir dan pembentukan konsep yang
dem,kiarl ternyata menghasilka matematika sebuah itmu yang tersusun secara
hirarkhis, logis dan sistematis dan konsep yang sederhana sampai pada konsep
yang kompleks. Oleh karenanya pemahaman tentang keterkaitan antar simbolsimbol menjadi suatu kemampuan yang mendasar, yang harus dimiliki untuk
memahami matematika. Selain keterkaitan antar simbol-simbol, tentunya yang Iebih
penting dan lebih mendasar adalah pemahaman mengenai simbol itu dan apa yang
disimbolisasikan oleh simbol itu. Sebenamya disinilah kemampuan abstraksi
seseorang pada awalnya berperan dalam memahami matematika. Dalam prosesnya,
ide yang termuat dalam suatu simbol harus dicerna atau dipahami lebih ciahulu
sebelum ide tersebut disimbolkan sehingga penggunaan simbol tidak mengalami
kekeliruian.
Kekeliruai
penggunaan
simbol
dalam
maternatika
sangat
seningkali
dipandang
sebagai
suatu
kumpulan
sistem
kumpulan sistem, matematika dibagi menjacli lima bidang, yattu aritmetika, geometri,
aijabar, analisis, dan dasar matematika (Tambunan, 1987). Dalam pengertian ini
aritmetika adalah teori bilangan dan dasar matematika memuat dasar-dasar logika
dan oleh para ahli matematika dasar-dasar logika inilah yang berperari sebagai tali
pengikat bidang yang satu dengan bidang yang lain. Dan setiap bidang tersebut
mempunyai struktur sistem masing-masing, yang masingnmasing struktur bagian
dan suatu bidang yang disebut sebagai cabangmcabang matematika. Sejalan
dengan perkembangan matematika muncullah cabang-cabang baru, misainya
topologi bidang geometri. Dengan demikian matematika dapat digambarkan sebagai
pohoh dengan semua cabang cabangnya, dan dasar-dasar logika sebagai akarya.
Walaupun dalam matematika terdapat banyak cabang tetapi tetap memiliki sifat yang
sama yaltu bersistem deduktif, bersifat konsisten dalam arti bebas dan kontradiksi di
dalamnya.
E. Matematika sebagai suatu Sistem Deduktif
Sebagai suatu sistem deduktif, matematika memuat sekumpulan unsur atau relasi
yang tidak didefinisikan yang disebut pengertian pangkal atau pengertian primitif atau
definisi dasar, memuat sekumpulan definisi, memuat sekumpulan asumsi atau aksioma atau
postulat serta memuat sekumpulan teorema atau dalil. Dalam geometri misatnya, titik
sebagal unsur yang ticiak didefinisikan dan keantaraan sebagal relasi yang tidak
didefinisikan Dalam teori himpunan elemen merupakan unsur yang tidak didefinslkan dan
keantaraan sebagai relasi yang tidak didefinisikan. Pengertian pangkal tersebut digunakan
sebagal dasar komunikasi dalam mendefIriS1kan unsuru nsur yang lain. Dengan definisidefiniSi memungklnkan untuk memberikan nama atau penjelasan mengenal unsur-unSur
lain sehubungan dengan pengertian pangkal yang bertaku dalam suatu bidang yang sesuai.
Mlsalnya, adanya pengertian pangkal dalam geometri dapat didefiniSikan unsur-unsur lain
dalam geometri.
15
dilakukan secara deduktif maka, matematika sering disebut sebgai ilmu deduktif.
F. Matematika sebagai Ratu Ilmu
Matematika sering kali dipandang pula sebagai bahasa atau alat yang akurat untuk
menyelesaikan masalah-masalah social, ekonomi, fisika, kimia, biologis dan teknik. Sebagi
bahasa atau alat, matematika melayani ilmu-ilmu lain, peran inilah yang digunakan sebagai
alasan orang menyebut matematika dengan julukan queen of science (ratu ilmu). Bagaimana
orang memerankan atau menggunakan matematika pada ilmu-ilmu lain sebenarnya sangat
tergantung pada kemampuan orang yang menggunakannya.
Terhadap perkembangan matematika sendiri, peran ini memberikan dampak yang
cukup baik. Oleh karena perkembangna ilmu-ilmu lain
16
17
Dari sudut dapat dimanfaatkan atau tidaknya matematika dalam ilmu lain atau
teknologi sering orang menggolongkan matematika atas dua golongan yaitu golongan
matematika terapan dan golongan matematika murni. Secara sederhana matematika terapan
adalah matematika yang tidak dapat digunakan di luar matematika. Namun sejauh mana
orang mampu menggunakan matematika atas kedua golongan di atas sangatlah relatif.
BAB 3
19
sebagai sistem dengan melatih siswa untuk menemukan sesuatu secara mandiri. Konsepsi
keempat, pembelajaran matematika berorientasi pada matematika sebagai alat.
Guru dan siswa sebagai suatu unsur manusia yang tentunya memuat begitu banyak
unsur-unsur manusiawi (kemampuan, ketermapilan, filsafat hidup, motivasi, dan lain-lain)
yang berbeda antara satu dengan yang lain. Materi matematika sekolah satu dengan yang lain
juga mempunyai ciri-ciri berbeda. Adanya perbedaan tersebut, pembelajaran matematika
memerlukan siasat, pendekatan, metode, dan teknik yang bermacam-macam. Demikian
banyak variabel yang terlibat dalam pembelajaran matematika sekolah sulit diidentifikasi,
berdampak pada proses pembelajaran matematika yang dirancang guru yang dalam
pelaksanaan dikelas melibatkan banyak siswa berbeda untuka suatu topik bahkan untuk setiap
bagian topiknya. Variabel tersebut juga saling terkait, namun bagaimana keterkaitan antara
variabel tersebut biasanya sangat sulit dijelasakan. Dengan demikian jelaslah bahwa
pembelajaran matematika suatu sekolah merupakan suatu proses yang sangat kompleks.
B. Matematika Sekolah
Matematika sekolah sebagai salah satu unsur dalam pembelajaran matematika
diseoklah dipandang sebagai salah satu mata pelajaran. Kedudukan mata pelajaran
matematika di sekolah demikian penting. Matematika yang diberikan di jenjang pendidikan
dasar dan menengah disebut matematika sekolah. Matematika sekolah adalah unsur-unsur
atau bagian-bagian dari matematika yang dipilih berdasarkan atau berorientasi kepada
kepentingan pendidikan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini
menunjukkan bahwa matematika sekolah tidak sepenuhnya sama dengan matematiika
sebagai ilmu. Dikatakan tidak sepenuhnya sama karena memiliki perbedaan antara lain dalam
penyajian, pola pikir, keterbatasan dan tingkat kebstrakan.
1. Penyajian Matematika Sekolah
Buku matematika yang tidak untuk jenjang persekolahan dan sudah memuat cabangcabang matematika tertentu, biasanya sudah lansung memuat definisa kemudian teorema atau
bahkan diawali dengan aksioma. Matematika sekolah tidak demikian. Penyajian atau
pengungkapan materi matematika yang akan disampaikan disesuaikan dengan perkiraan
perkembangan intelektual siswa. Mungkin dengan mengaitkan bahan ajar matematika itu
sendiri. Jadi penyajian matematika sekolah seringkali tidak langsung berupa bahan ajar
20
matematika
yang
dipelajari,
menjelaskan
keterkaitan
antar
konsep
21
danmengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam
pemecahan masalah, (2) memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol,
tabel, grafik atau diagram untuk memperjelas keadaan atau masalah, (3) menggunakan
penalaran pada pola, sifat atau melakukan manipulasi matematika dalam membuat
generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (4)
menunjukkan kemampuan strategik dalam membuat membuat (merumuskan), menafsirkan
dan menyelesaikan model matematika dalam pemecahan masalah, dan (5) memiliki sikap
menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.
Kemampuan matematika yang dipilih dalam standar kompetensi mata pelajaran sekolah
dasar dan madrasah ibtidaiyah dirancang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa
dengan memperhatikan perkembangan pendidikan matematika di dunia sekarang ini. Untuk
mencapai kompetisi tersebut dipilih materi-materi matematika dengan memperhatikan
struktur keilmuan, tingkat kedalaman materi, serta sifat esensial bahan ajar dan
keterpakaiannya dalam kehidupan sehari-hari. Secar rinci, standar kompetensi mata pelajaran
matematika sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah tercantum pada Standar Kompetensi Mata
Pelajaran Matematika Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah Kurikulum 2004.
C. Proses Pembelajaran Matematika
Proses pembelajaran secara umum dapat dipandang sebagai suatu sistem gambar
dibawah ini.
INSTRUMENTAL
Proses
MASUKAN
Pembelajaran
KELUARAN
LINGKUNGAN
Pada gambar di atas terlihat bahwa proses pembelajaran dipengaruhi tiga komponen
utama, yaitu masukan (siswa), lingkungan, dan instrumental (guru, kurikulum, bahan ajar,
model pembelajaran, pendekatan pembelajaran, dan sebagainya).
22
1. Siswa
Siswa sebagai subjek yang menjadi sasaranpembelajaran matematika.
Karena itu keberhasilan siswa mengikuti proses pembelajaran matematika
mungkin datang dari diri siswa itu sendiri. Bahkan siswa dijadikan sebagai
kambing hitam ketidakberhasilan dalam berbagai ujian. Faktor yang
mempengaruhi keberhasilan siswa mempelajari matematika yang berasa!
dari dalarn diri siswa sendiri meliputi dua aspek yaitu aspek fisiologis dan
aspek psikologis (Syah, 1995).
Kondisi umum jasmani dapat mempengaruhi semangat dan intensitas
siswa dalarn mengikuti pembelajaran matematika. Misalnya, kondisi organ
tubuh yang lemah, apaiagi jika disertai sakit kepala, dapat menurunkan
kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga bahan ajar matematika yang
dipelajari siswa itu pun kurang atau tidak berbekas. Kondisi organ khusus
siswa
seperti
penglihatan,
mengikuti
tingkat
juga
proses
kesehatan
dan
indera
dalam
pembelajaran
indera
pendengaran
maternatika.
Untuk
rnengatasi
pertanda
awal
yang
baik
bagi
proses
pembelajaran
2. Lingkungan
Komponen lain yang tidak mungkin lepas sama sekali pengaruhnya
terhadap
pembelajaran
matematika
adalah
lingkungan.
Komponen
atau
diteliti
di
beberapa
negara,
meski
disaclari
tentang
dengan
berbagai
cara,
namun
umumnya
dengan
menitikberatkan
kepada
penataan
nalar
dan
pembentukan
matematika
sehingga
dapat
rnencapai
tujuan-tujuan
hati-hati.
pembelajaran
Sehubungan
khusus
perlu
dengan
hal
dikembangkan
tersebut,
sehingga
maka
tidak
tujuan
sekedar
mengarah kepada aspek kognitif tetapi juga perlu terarah kepada aspek
afektif dan psikomotor.
Matematika yang berkenaan dengan ide-ide abstrak yang diberi simbol
itu tersusun secara hirarkis dengan penalaran deduktif sehingga belajar
matematika itu merupakan kegiatan mental yang tinggi. Mempelajari
konsep B yang mendasarkan kepada konsep A, seorang siswa perlu
memahami lebih dulu konsep A. Tanpa memahami konsep A, tidak
mungkin siswa itu memahami konsep B. Ini berarti bahwa mempelajari
matematika haruslah bertahap dan berurutan serta mendasarkan kepada
pengalaman belajar yang lalu.
Karena matematika merupakan ide-ide abstrak yang diberi simbol
maka konsep-konsep matematika harus dipahami lebih dahulu sebelum
simbolsimbol itu. Seorang siswa lebih mudah mempelajari sesuatu bila
belajar itu didasari kepada ape yang telah diketahui siswa itu. Karena itu
untuk mempelajari suatu bahan ajar matematika yang bare, pengalaman
belajar yang lalu dari seorang siswa itu akan mempengaruhi terjadinya
proses belajar bahan ajar matemaitka tersebut.
Karena kehirarkisan matematika itu, maka belajar matematika yang
terputus-putus akan mengganggu terjadinya proses belajar matematika.
26
Ini berarti proses belajar matematika akan terjadi dengan lancar bile
belajar itu sendiri dilakukan secara kontinu. Di dalam proses belajar
matematika, terjadi juga proses berpikir, sebab seorang siswa dikatakan
berpikir bile siswa itu melakukan kegiatan mental dan siswa yang belajar
matematika mesti melakukan kegiatan mental. Dalam berpikir itu, siswa
itu menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian informasi yang
telah direkarn di dalam pikiran siswa itu sebagai pengertian-pengertian.
Dar; pengertian tersebut berbentuklah pendapat yang pada akhimya
ditariklah kesimpulan. Kemampuan berpikir seorang siswa itu dipengaruhi
oleh intelegensinya. Dengan demikian terlihat adanya kaitan antara
intelegensi dengan proses belajar matematika.
4. Guru Matematika
Guru matematika berperan dalam usaha membelajarkan siswa
sedemikian sehingga proses pembelajaran matematika dapat berlangsung
efektif. Oleh karena itu, lebih balk guru matematika yang kompeten
dengan kurikulum jelek daripada guru matematika yang tidak kompeten
dengan kurikulum baik (Hudojo, 1979). Kornpetensi profesionalisme guru,
yang harus dimiliki oleh guru matematika adalah kompetensi pribadi,
kornpetensi kemasyarakatan, dan kompetensi, proprofesi (Depdikbud
1997). Kompetensi pribadi meliputi kemampuan seorang guru matematika
untuk dapat bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang
ada dalam masyarakat yang dapat diteladani oleh siswa dan anggota
masyarakat pada urnumnya serta mampu untuk menilai diri sendiri.
Kompetensi
menempatkan
kemasyarakatan
diri
sebagai
merupakan
anggota
kemampuan
masyarakat
dan
untuk
dapat
dan
keguruan,
dan
kategori
pengetahuan
bahan
ajar
matematika.
pembelajaran
Pengetahuan
matematika
yang
antara
berkaitan
lain
adaiah
dengan
hakekat
pembelajaran
matematika,
pendekatan
pembelajarar
28
BAB 4
siswa tidak akan dapat menyelesaikan tugas apabila tidak terlebih dahulu
mengerjakan tugas dan b. Piramida tersebut digambarkan seperti berikut
ini.
keterampilan
intelektual
merupakan
kemampuan
untuk
dapat
membedakan, menguasai konsep, aturan dan memecahkan masalah. Kemampuankemampuan tersebut diperoleh melalui belajar. Kapabilitasketerampilan intelektual menurut
Gagne dikelompokkan ke dalam delapan tipe belajar yaitu belajar isyarat, belajar stimulus
respon, belajar rangkaian gerak, belajar rangkaian verbal, belajar membedakan, belajar
pembentukan konsep, belajar pembentukan aturan, belajar pemecahan masalah. Kedelapan
31
tipe belajar terurut dari yang paling sederhana sampai paling kompleks belajar berdasarkan
tingkat kesukaran.
1) Belajar Isyarat
Belajar isyarat adalah belajar yang tidak diniati atau tanpa kesengajaan, timbul
sebagai akibat suatu rangsangan (stimulus) sehingga menimbulkan suatu respon emosional
pada individu yang bersangkutan. Sebagai contoh sikap guru sangat menyenangkan siswa
sehingga siswa yang mengikuti pelajaran guru tersebut menyenangi pelajaran tersebut.
Contoh lain pada suatu kelas siswa mempalajari geometri, ternyata ada seorang siswa yang
tak dapat mengerjakan soal geometri tersebut dicemoohkan oleh guru. Karena cemoohan
guru tersebut siswa tadi tidak menyenangi pelajaran matematika.
2) Belajar Stimulus Respon
Belajar stimulus respon adalah belajar untuk merespon suatu isyarat, berbeda dengan
pada belajar isyarat. Pada tipe belajar ini belajar yang dilakukan diniati atau disengaja dan
dilakukan secara fisik. Belajar stimulus respon menghandaki suatu stimulus yang datangnya
dari luar sehingga menimbulkan terangsangnya otot- otot kamudian diiringi respon yang
dikehendaki sehingga terjadi hubungan langsung yang terpadu antara stimulus dan respon.
Misalnya siswa menirukan guru menyebutkan persegi setelah gurunya menyebutkan persegi,
siswa mengumpulkan benda persegi setelah diminta olah gurunya.
ujung jangka lainnya sesuai dengan oanjang jari- jari, dan memutar jangka tersebut sehingga
menjadi sebuah lingkaran yang dimaksud.
4) Belajar Rangkaian Variabel
Pada belajar rangkaian gerak merupakan perbuatan jasmaniah, sedangkan pada belajar
rangkaian verbal merupakan perbuatan lisan. Jadi belajar rangkaian verbal adalah perbuatan
lisan terurut dari kedua kegiatan atau lebih stimulus respon. Setiap stimulus respon dalam
satu rangkaian berkaitan dengan stimulus respon lainnya yang masih dalam rangkaian yang
sama. Contoh ketika mengamati suatu benda terjadilah hubungan stimulus respon yang
pertama, setelah itu diikuti dengan asosiasi stimulus respon yang kedua yang memungkinkan
siswa tersebut menamai benda yang diamati tersebut. Contoh dalam matematika, seorang
siswa mengamati sebuah segiempat tegak yang keempat sisinya sama panjang maka nama
segi tersebut adalah persegi.
5) Belajar Membedakan
Belajar membedakan adalah belajar membadakan hubungan stimulus respon sehingga
bisa memahami bermacam- macam objek fisik dan konsep, dalam merespon lingkungannya,
siswa membutuhkan keterampilan- keterampilan sederhana sehingga dapat membedakan
suatu objek dengan objek lainnya, dan membedakan satu simbol dengan simbol lainnya.
Terdapat dua macam membedakan yaitu membedakan tunggal dan membedakan jamak.
Contoh membedakan tunggal, siswa dapat menyebutkan segitiga sebagai lingkungan
tertutup saderhana yang terbentuk dari gabungan dari gabungan tiga buah ruas garis. Contoh
membedakan jamak , siswa dapat menyebutksn perbedaan dari dua jenis segitiga
berdasarkan besar sudut dan sisi- sisinya tersebut pada segitiga berdasarkan besar sudut yang
paling besar adalah sudut siku- siku dan sisi terpanjang adalah sisi miringnya, pada segitiga
sama sisi besar sudut- sudutnya sama begitu pula dengan besar sisi- sisinya sama.
6) Belajar Pembentukan Konsep
Belajar pembentukan konsep adalah mengenal sifat bersama dari benda- benda
konkret, atau peristiwa untuk mengelompokkan menjadi satu. Misalnya untuk memehami
konsep persegi panjang siswa mengamati daun pintu rumah (yang bentuknya persegi
33
panjang), papan tulis, bimgkai foto (yang bentuknya persegi panjang), dan sebagainya. Untuk
hal- hal tertentu belajar pembentukan konsep merupakan lawan dari belajar dari
membedakan. Belajar membedakan menginginkan siswa dapat membedakan objek- objek
berdasarkan karakteristiknya yang berlainan, sedangkan belajar pembentukan konsep
menginginkan agar siswa dapat mengklasifikasikan objek- objek ke dalam kelompokkelompok yang memiliki karakteristik yang sama.
7) Belajar Pembentukan Aturan
Aturan terbentuk berdasarkan konsep- konsep yang sudah dipelijari. Aturan
merupakan pernyataan verbal, dalam matematika misalnya adalah teorema, dalil dan sifatsifat. Contoh aturan dalam segitiga siku- siku berlaku kuadrat sisi miring sama dengan jumlah
kuadrat sisi- sisi siku- sikunya. Dalam belajar pembentukan aturan memungkinkan siswa
untuk dapat menghubungkan dua konsep atau lebih. Sebagai contoh, terdapat sebuah sagtiga
dengan sisi- sisi siku- sikunya berturut- turut mempunyai panjang 3 cm dan 4 cm, guru
meminta untuk menentukan panjang sisi miringnya. Untuk menghitung panjang sisi
miringnya, siswa memerlukan suatu aturan Pythagoras yang berbunyi pada suatu segitiga
siku- siku berlaku kuadrat sisi miring sama dengan jumlah kuadrat sisi- sisi siku- sikunya.
Dengan menggunakan aturan di atas diperolah 3 2 + 42 = 25 = 52. Jadi panjang sisi miring
yang ditanyakan adalah 5 cm.
8) Belajar Memecahkan Masalah
Belajar memecahkan masalah adalah tipe belajar yang lebih tinggi derajatnya dan
lebih kompleks daripada tipebelajar aturan. Pada tiap tipe belajar memecahkan masalah,
aturan yang telah dipelajari terdahulu untuk membuat formulasi penyelesaian masalah.
Contoh belajar memecahkan masalah, siswa dihadapkan kepada persamaan kuadrat ax 2 + bx
+ c, a
kuadrat siswa harus menyeleksi keterampilannya untuk membuat ruas kiri menjadi bentuk
kuadrat sempurna sehingga rumusnya. Berikut ini penyelesaian masalah persamaan kuadratik
dengan bentuk umumnya ax2 + bx + c, a
persamaan sehingga diperoleh ax2 + bx = -c kemudian kedua ruas kita bagi dengan a
34
diperoleh x +
bx b2
+
a a
Ruas
c
=- a
kiri
x+
bx
a
kita
c
= - a . Tambahkan dengan
b
a
b2
.
a
faktorkan
dan
b 2 4 ac +b2 b24 ac
=
=
.
2a
4 a2
4 a2
b24 ac
2
. Tambahkan dengan
4a
ruas
kanan
dijumlahkan
sehingga
diperoleh
b
2a =
b
- 2 a pada kedua ruas kemudian kita sederhanakan
b b24 ac
diperoleh x=
.
2a
c. Strategi Belajar
Kapabilitas strategi kognitif adalah kemampuan untuk mengkoordinasikan serta
mengembangkan proses berfikir dengan cara merekam. Membuat analisis dan sintesis.
Kapabilitas ini terorganisasikan secara internal sehingga memungkinkan
perhatian, belajar, mengingat dan berpikir siswa terarah. Contoh tingkah
laku akibat kapabilitas strategi kognitif, menyusun langkah-langkah
penyelesaian masalah matematika
d. Sikap
Kapabilitas sikap adalah kecenderungan untuk merespon secara
tepat terhadap stimulus atas dasar penilaian terhadap stimulus tersebut.
Respon yang diberikan oleh searang siswa terhadap suatu objek mungkin
positif mungkin pula negatif, tergantung kepada penilaian terhadap objek
yang dimaksud. Sebagai objek yang penting atau tidak. Contoh seorang
siswa memasuki toko buku yang tersedia berbagai macam jenis buku, bila
siswa tersebut memiliki sikap positif terhadap matematika tentunya sikap
35
36
yang dimaksud dengan bilangan prima?" Respon siswa yang benar yaitu
is memberikan definisi dari bilangan prima. Agar konsep bilangan prima
lebih melekat pada siswa maka dilakukan pengulangan yaitu dengan
memberikan gambaran dengan memberi beraneka macam bilangan. Dari
bilanganbilangan tersebut siswa diminta, untuk memilih bilangan yang
merupakan bilangan prima.
3. Hukum Akibat
Hukum
akibat
menimbulkan
mengatakan
pengaruh
untuk
bahwa
tindakan
suatu
yang
tindakan
serupa.
akan
Hukum
ini
yang
kekuatannya.
mengiringi
sesuai
hubungan
Sebaliknya
hubungan
yang
seandainya
tadi,
terjadi
peristiwa
kekuatan
hubungan
menjadi
yang
meningkat
tidak
tersebut
sesuai
menjadi
seal
matematika
dengan
baik.
Pulian
guru
tersebut
guru
tadi
menyebabkan
siswa
menjadi
enggan
untuk
dengan
kemampuan
lain.
Sebagai
contoh
kemampuan
pertanyaan
verbal
misalnya
dalam
matematika
memuat
39
Supaya materi dapat dipelajari siswa secara efektif dan efisien, materi
pelajaran tersebut sebaiknya dipecah menjadi beberapa bagian. Misalnya
kita belajar bagian pertama dulu, kemudian kita belajar bagian kedua
setelah itu bagian pertama dan kedua secara bersama-sama, setelah itu
baru bagian ketiga, demikian seterusnya. Contoh dalam pembelajaran
matematika, materi yang akan dipelajari itu adalah mengenai definisi
relasi ekivalen. Untuk mempelajari itu adalah mengenai definisi relasi
ekivaien pertama-tama yang dipelajari siswa adalah mengenai definisi
refleksi dan pengertian simetri, bagfan ketiga baru meningkat pada
definisi transitif dan pada akhimya ketiga pengertian definisi tersebut
dipelajari secara bersama-sama menjadi relasi ekivalen. Hal serupa dapat
diterapkan untuk materi yang lain.
Dalam pembelajaran, guru memegang peranan yang utama dalam proses
belajar siswa. Guru metatih siswa selain itu guru juga menentukan materi
apa yang harus dipelajari siswa. Menurut teori Therndike agar materi
pelajaran tersebut tersimpan kuat dalam ingatan pertu ditakukan
pengulangan. Untuk mempelajari hal tersebut peranan guru untuk
memberikan latihan yang bersifat pengulangan pada siswa.
Hukum akibat yang mengemukakan bahwa kepuasan yang terjEdi pada
siswa karena guru memberi ganjaran pada siswa tersebut sehingga siswa
cenderung
untuk
berusaha
melakukan
kegiatan
serupa
dapat
tersebut benar
40
makanan
dengan
keluarnya
air
liur
anjing
itu
datam
keterkaitan
antara
makanan
atau
bunyi
bel
merupakan
merangsang bagi keluarnya air liur anjing tersebut. Dalam hal ini
makanan merupakan stimulus tak bersyarat sedangkan bunyi bel
merupalcan stimulus bersyarat.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, Pavlov mengemukakan
tentang konsep pembiasaan. Sesuatu konsep katu dilakukan secara terus
menerus
sehingga
menjadi
kebiasaan.
Konsep
pembiasaan
yang
41
teori
Baruda
pembelajaran,
yang
telah
misainya
dikemukakan
dalam
kita
terapkan
pembelajaran
dalam
sebanyaknya
Pavlov
dinamakan
belajar
bersyarat.
Teori
yang
Skinner
merupakan
seorang
ahli
psikologi
yang
paling
dengan menggunakan konsep himpunan, sehingga muncul respon siswa untuk mempelajari teoremateorema atau dalil-dalil berkenaan dengan himpunan. Respondent conditioning klasik untuk belajar
respondent serupa dengan belajar isyarat dari Gagne, yakni respon yang diharapkan terjadi krena
diberikan stimulus baru bersamaan dengan sstimulu lama. Bila stimulus baru bersamaan dengan
stimulus lama terjadi berkali-kali maka stimulus baru akan memancing respon yang diharapkan secara
spontan meskipun tanpa berpasangan dengan stimulus lama. Sebagai contoh dari respondent
conditioning yang sangat dikenal adalah karya Pavlov, ia mengadakan penelitian terhadap pencernaan.
Pavlov mengamati adanya keterkaitan anjing melihat makanan dengan keluarnya air liur anjing.
Guru : Baiklah, mungin Budi masih berusaha mengingat-ingat, saya yakin Budi bisa
menjawabnya.
Dengan dibimbing guru, Budi berusaha menjawab sehingga akhirnya ia tidak merasa
malu dan ia akhirnya dapat menjawab pertanyaan yang diajukan guru dengan baik. Dari dua
contoh tadi memperlihatkan respon belajar yang berlainan. Kasus pertama menunjukkan
respon belajar yang tidak dikehendaki sedangkan pada kasus kedua menunjukkan respon
belajar yang dikehendaki. Hal ini memperlihatkan bahwa pada operant conditiong respon
siswa tidak dapat diperkirakan sehingga tidak dapat diidentifikasi.
Menurut Skinner, langkah-langkah pembentukan tingkah laku dalam operant
conditioning adalah sebagai berikut:
Pertama kita identifikasi komponen-komponen yang merupakan penguatan untuk
tingkah laku yang diharapkan.
Kemudian komponen-komponen yang telah diidentifikasi tadi dianalisis.
Setelah itu komponen-komponen tersebut diurutkan sebagai tujuan sementara. Di
samping itu kita identifikasi penguatan untuk masing-masing komponen.
Langkah terakhir melakukan pembentukan tingkah laku yang diharapkan sesuai
urutan komponen yang telah disusun.
Setiap komponen yang mendapat perhatian, mengakibatkan komponen tersebut cenderung
sering dilakukan. Bila komponen pertama sudah terbentuk dilanjutkan dengan pemberian
penguatan pada komponen kedua tetapi penguatan pada komponen pertama harus dihentikan.
Begitu seterusnya untuk komponen yang berikutnya sehingga bila seluruh komponen telah
46
terbentuk, tingkah laku yang diharapkan akan terwujud. Tidak selamanya respon yang
diberikan siswa terhadap stimulus yang diberikan itu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Oleh karena itu dalam hal ini guru harus berperan secara tepat sebagai pengawas dan
pengawas kegiatan belajar siswa. Di samping itu guru sebaiknya menyusun secara langsung
setelah siswa operant conditioning dengan materi yang disusun dengan urutan logis disertai
dengan langkah-langkah kecil. Misalnya hitungan 53,201 x 0,00041 kita dapat memulainya
dengan lankah-langkah berikut.
Langkah pertama
Dekatilah bilangan-bilangan tersebut dengan membukatkan sampai dengan satu angka
signifikasi . 50 x 0,0004
Langkah kedua
Coba tuliskan dalam bentuk bilangan baku. 50 x101 x 4 x 10-4
Langkah ketiga
Kelompokkan bilangan-bilangan tersebut 5 x 4 x 101 x 10-4
Langkah keempat
Hitung kemudian tulis dalam bentuk baku ..20 x 10-3
Atau 2 x 1072
Langkah kelima
Hasil hitungan dalam bentuk baku kembalikan ke dalam bentuk semula yang bentuk
desimal 0,02
Penyelesaian : 53,201 x 0,00041
0,02
Setiap respon yang diberikan siswa, untuk setiap langkah diberikan penguatan
langsung, penguatan hendaknya jangan ditunda-tunda tapi diberikan dengan segera. Oleh
karena itu untuk mengatasinya adalah dengan menggunakan instruksi-instruksi yang sudah
direncanakan.
2. Meningkatkan Perubahan Tingkah Laku
47
Skinner mengemukakan empat hal yang dapat mengakibatkan perubahan tingkah laku
dan meningkatkan belajar, yaitu penguatan, melupakan, dan mematikan kebencian,
penghindaran, dan hukuman.
a. Penguatan
Penguatan adalah suatu stimulus yang diberikan pada seorang siswa sehingga respon
siswa tersebut menjadi meningkat. Skinner membagi penguatan menjadi penguatan negative
dan penguatan positif.suatu stimulus dikatakan sebagai penguatan positif apabila
penyajiannya mengiringi suatu tingkah laku siswa yang mengarah pada meningkatkan
pengulangan tingkah laku itu, contoh penguatan positif yaitu pujian, memberi nilai jelek, dan
sebagainya. Dengan pujian seorang siswa cenderung mengulangi perbuatannya. Sedangkan
penguaatan negatif adalah stimulus yang dihanguskan yang mengarah penguatan tingkah lau.
Contoh, perhatian siswa terhadap suatu pelajaran matematika dapat ditingkatkan apabila
ditiadakan stimulus-stimulus yang menyebabkan mengganggu pelajaran, seperti meniadakan
suatu ribut atau gaduh.
b.
telah dipelajari bila tidak digunakan dalam waktu yang lama, tingkah laku tersebut akan
dilupakan. Pengaruh operant conditioning menjadi hilang karena melupakan. Contoh lain,
seorang guru yang tidak mengajar kalkulus dalam waktu yang lam cenderung lupa terhadap
materi kalkulus tersebut.
Menurut Skinner, mematikan adalah suatu proses dimana respon-respon r\terhadap
stimulus menjadi makin lama makin jarang. Hal ini terjadi karena penguatan tidak diberikan
lagi. Contoh, mematikan dapat terjadi apabila tidak memasukkan nilai ujian pada daftar nilai.
c. Kebencian dan Pengindraan
stimulus yang tidak menyenangkan, yang mengganggu dan membuat frustasi disebut
stimulus kebencian. Seorang siswa dapat melarikan diri dari stimulus kebencian yaitu dimana
stimulus kebencian itu berada. Seorang siswa dapat menghindari stimulus kebencian dengan
mengantisipasi terjadinya, setelah itu menjauhinya. Penghindaran dilakukan dengan baik
tidak melakukan kontak dengan memindahkan stimulus kebencian itu setelah terjadi kontak
dengan stimulus kebencian tersebut.
48
Kebencian dan penghindaran pada siswa dapat terjadi setelah siswa tersebut tidak
berhasil dari kegagatan dengan mengkopi atau menyontek hasil pelajaran temannya, siswa
menghindari kegagalan tes dengan menjauhi sekolah di hari-hari ujian dan lain sebagainya.
d. Hukuman
Hukuman merupakan salah satu teknik yang dapat mengontrol tingkah laku. Skinner
memandang hukuman sebagai penguat. Hukuman dapat menimbulkan tiga efek, yaitu (1)
dapat menekan tingkah laku yang tidak diinginkan, (2) dapat membangun tingkah laku yang
berlawanan sifatnya, dan (3) member syarat bagi siswa berbuat lain dari perbuatan yang
membuat ia dihukum
f. Teori Perkembangan Intelektual Jean Piaget
Jean Piaget adalah seorang ahli psikologi dari swiss, sebenarnya ia bukan betul-betul
ahli psikologi, bilang yang sebenarnya adalah falsafah dan biologi. Namun, teori
perkembangangan intelektual yang dikemukakannya menjadikan dirinya terkenal sebagai ahli
psikologi. Jean piaget telah melakukan penelitian terhadap anak-anak orang barat. Melalui
hasil penelitiannya muncul teori yang dikenal Teori Perkembangan Intelektual
Manusia.Istilah intelektual dan kognitif pengertiannya sama, oleh karena itu teori yang
dikemukakan Piaget adalah yang menyebut dengan Teori Perkembangan Kognitif.Teori
yang dikemukakan Piaget berkenaan dengan kesiapan siswa untuk belajar. Jean Piaget
mengemukakan bahwa perkembangan kognitif manusia berjalan secara kronologis sesuai
urutan waktu mulai dari lahir sampai dewasa dengan tahap-tahap tertentu yang berurutan.
Artinya setiap manusia akan mengalami urutan-urutan itu yakni dengan urutan yang sama.
Selain mengenal ragam dari tahap-tahap perkembangan intelektual, ia mengemukakan
bahan struktur kognitif ini sebagai skemata, yaitu kumpulan dari skema-skema, karena
bekerjanya schemata ini seorang individu dapat mengingat, memahami, dan memberikan
respon terhadap stimulus. Perkembangan schemata berlangsung secara kronologis sebagai
hasil interaksi antara individu yang lebih dewasa memiliki struktur yang lebih kognitif yang
lebih lengkap dari pada ketika ia masih kecil. Skemata pada anak-anak masih terbatas
sehingga seorang anak yang baru pertama kali melihat harimau, ia menyebutnya sebagai
kucing besar. Hal ini dikarenakan konsep kucing yang lebih sering dilihat di sekitar rumahnya
sebagai konsep yang baru dimilikinya. Sehingga ia begitu pertama kali melihat harimau
konsep kucinglah yang paling dekat dengan stimulus.
49
Berpegang kepada teori kognitif Jean Piaget ini, agar seseorang anak dapat lebih cepat
berkembang intelektualnya sehingga dapat meningkat ke tahap yang lebih finggri, anak
seyogyanya diperkaya dengan berbagai pengalaman. Sebagai contoh agar seorang anak kecil
tidak menyebut harimau sebagai kucing besar, dia supaya lebih diperkenalkan terhadap
lingkungannya seperti kebun binatang, taman satwa atau lingkungan lainnya. Dengan
demikian ia akan memperoleh pengalaman yang lebih banyak dari pengetahuan yang
diperoleh di rumanya.
1. Tahap Perkembangan Intelektual Jean Piaget
Jean Piaget mengemukakan bahwa ada empat tahap perkembangan intelektual manusia,
yaitu tahap sensorimotor, tahap praoperasi, tahap operasi konkret, dan tahap operasi formal.
Sebaran
perbedaan antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya, dan anak yang satu dengan anak
yang lainnya dari suatu masyarakat. Meskipun teori yang dikemukakan Jean Piaget hanya
berlaku bagi masyarakat Barat, namun teori kognitifnya dapat digunakan sebagai patokan.
Artinya umur kronologisnya yang lebih tepat disebut umur kesiapan, berlaku pula bagi
masyarakat kita.
a. Tahap Sensorimotor (usia 0 - 2 tahun)
Bagi anak pada tahap ini memperoleh pengalaman melalui berbuat dengan sensori.
Anak berpikir melalui perbuatan (tindakan), gerak dan reaksi yang spontan. Cirri-ciri dari
anak pada tahap sensorimotor di antaranya rentang umur mulai dari lahir hingga sekitar 2
tahun. Mengingat usianya anak pada tahap ini belum mampu berbicara ia belajar
mengembangkan dan menyelaraskan gerak jasmaninya dengan perbuatan mentalnya menjadi
tindakan-tindakan atau perbuatan dan gerak. Menjelang akhir tahap ini belajar mengartikan
symbol benda dengan benda konkretnya, tetapi ia masih merasa kesulitan. Selain itu anak
tidak tahu bahwa benda yang disembunyikan dari penglihatanya tidak menghilang. Sehingga
bila ibunya mencoba menyembunyikan suatu mainan tersebut ia mulai berusaha untuk
mencari objek asalkan perpindahan mainan tersebut ia, ketahui sebelumnya. Selama tahap ini
anak akan mengalami beberapa perubahan, mulai dari hanya memiliki kemampuan reflek
hingga dapat beriatan dan dapat berbicara sedikit-sedikit menjelang di akhir tahap ini.
b. Tahap Praoperasi (usia 2 7 tahun)
Tahap praoperasi ini merupakan tahap persiapan untuk mengorganisasikan operasi
konkret. Pada tahap ini pemikiran anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkret
50
dari pada pemikiran logis. Hal tersebut dapat kita lihat apabila ia melihat ia melihat objekobjek yang kelihatannya berbeda, ia mengatakan berbeda pula.
1) Bila kita perlihatkan kepadanya dua deretan kelereng yang banyaknya sama, tetapi
letaknya berlainan. Deretan yang pertama dibuat agak rapat sedangkan yang lainnya
agak renggang. Kemudian kita tanyakan deretan yang mana yang lebih banyak. Ia akan
menjawab deretan kelereng yang renggang yang lebih banyak.
2) Misalkan kita perlihatkan dua gumpalan tanah liat yang sama. Kemudian gumpalan yang
satunya kita ubah bentuknya menjadi agak pipih. Kemudian kita ajukan pertanyaan pada
dia mana yang lebih banyak di antara kedua gumpalan tersebut. Anak memilih gumpalan
yang bentuknya pipih. Hal tersebut menunjukkan bahwa anak pada tahap ini belum
memiliki konsep kekekalan materi
3) Bila kita perlihatkan dua buah bejana gelas berisi air dengan ukuran dan bentuk yang
sama.setelah itu kita sediakan dua buah bejana lainnya dengan ukuran dan bentuk
berlainan. Kemudian kita tumpahkan air dari dua bejana yang pertama, masing-masing
pada bejana yang lainnya. Setelah itu ditanyakan pada anak, apakah air pada bejana
tersebut sama banyaknya? Anak tahap ini berpendapat bahwa banyak air pada bejana di
sebelah kiri tidak sama dengan air yang pada bejana sebelah kanan.
4) Misalkan kita sediakan dua utas tali yang sama panjang kemudian kedua utas tali
tersebut kita ubah rentangnya sehingga bentuk seperti terlihat pada gambar dibawah ini.
Kemudian kita ajukan pertanyaan pada anak, apakah panjang tali tersebut seperti pada
gambar sebelah kiri sama dengan tali pada sebelah kanannya? Anak pada tahap ini
berpendapat bahwa kedua tali disebelah kiri itu masing-masing sama panjang dengan
satu
tali
disebelah
kanannya.
Padahal
waktu
tali
diubah
rentangnya
anak
menyaksikannya. Dalam hal ini menunjukkan bahwa anak belum memiliki kopnsep
kekekalan panjang.
5) Kita sediakan sebuah karton berbentuk persegi panjang kemudian kita potong-potong
dan masing-masing potongan diberi warna/corak berlainan. Setelah itu kita susun
potongan karton tadi, yang pertama berbentuk persegi panjang seperti bentuk semula
setelah itu diubah menjadi bentuk yang lain, seperti terlihat pada gambar dibawah ini.
Anak pada tahap ini menganggap luas gambar di sebelah kiri tidak sama dengan luas
gambar di sebelah kanan. Hal tersebut menunjukkan bahwa anak pada tahap ini belum
memahami konsep kekekalan luas.
51
Contoh-contoh yang telah diuraikan diatas, menunjukkan bahwa anak pada tahap
praoperasi belum memiliki konsep kekekalan banyak, konsep kekekalan materi, konsep
kekekalan volum, konsep kekekalan panjang dan konsep kekekalan luas.
Cirri-ciri lain yang dimiliki anank pada tahap ini diantaranya adalah belum
memahami operasi bersifat refersibel, yaitu anak mendapat kesulitan untuk memikirkan
dua aspek atau lebih secara serempak belum memahami operasi transformasi, pada akhir
tahap ini dapat memberikan alasan atas keyakinannya, begitu pula ia dapat
mengelompokkan benda-benda berdasarkan satu sifat khusus yang sederhana.
c. Tahap Operasi Konkret (usia 7 12 tahun)
Tahap ini dinamakan tahap operasi konkret tidak berarti untuk tidak dapat melakukan
operasi tanpa bantuan benda-benda konkret. Anak pada tahap ini sudah lebih jauh dapat
berpikir atau berbuat daripada anak pada tahap praoperasi. Ia mampu berbuat lebih dari
sekedar dapat berbahasa, memanipulasi benda konkret dan berpikir internal daripada anak
pada tahap praoperasi.
Pada umumnya anak pada tahap ini sudah memasuki usia sekolah dasar, untuk itu
guru sekolah dasar harus memahami betul kondisi anak pada tahap ini. Kemampuan apa saja
yang dimiliki anak pada tahap ini. Sebagian ciri-ciri anak pada tahap operasi konkret adalah
(1) rentang umur sudah sekitar umur 7 tahun sampai sekitar 12 tahun, (2) egoismenya sudah
berkurang. Oleh karena itu, ia mulai bersedia bermain dengan anak-anak lain, menggantikan
bermain yang terisolasi, dapat mengelompokkan benda-benda yang dimiliki beberapa
karakteristik ke dalam himpunan-himpunan bagian dengan kotak tertata khusus dan dapat
meniru beberapa karakteristik suatu benda secara serentak. Anak pada tahap ini sudah
memahami operasi bersifat reversal. Dapat menyelesaikan soal-soal seperti 2 + ? = 8. Tidak
seperti pada tahap praoperasi, pada tahap ini anak sudah memahami konsep bersifat
kekekalan seperti konsep kekekalan bilangan (banyaknya), materi, panjang, luas bahkan di
akhir tahap ini sudah ada yang dapat memahami konsep kekekalan volum. Pada akhir tahap
ini anak bisa memberikan alas an deduktif dan induktif, tetapi masih memandang contoh
berurutan dari suatu prinsip umum sebagai hal-hal yang tidak berhubungan.
Kemampuan-kemampuan yang belum dimiliki siswa pada tahap ini di antaranya,
siswa masih mendapat kesukaran untuk menjelaskan peribahasa dan belum mampu
memahami arti yang tersembunyi. Pada awal dan pertengahan tahap ini anak jarang dapat
membuat definisi deskriptif yang tepat, yang dapat dilakukan siswa hanya mengingat-ingat
definisi bantuan orang lain dan mengatakan kembali apa yang dihapalnya. Siswa mendapat
52
kesukaran dalam memahami abstraksi verbal. Operasi kompleks seperti kebalikan, subtitusi,
gabungan dan irisan himpunan, dan pengurutan dari benda-benda konkret, siswa masih
mampu melakukannya, akan tetapi siswa masih belum mampu menyelesaikan operasi-operasi
ini dengan simbol-simbol verbal. Siswa masih mendapat kesulitan verbal menerapkan proses
intelektual formal ke dalsm symbol-simbol verbal dan ide-ide abstrak.
d.
Rentang umur dari tahap ini dari 12 tahun ke atas. Mengingat rentang usianya, anak-anak
pada tahap ini dapat dikatakan sebagai anak dewasa. Tidak seperti pada tahap-tahap
sebelumnya, pada tahap ini anak tidak lagi memerlukan perantara operasi konkret, untuk
menyajikan abstraksi mental secara verbal. Anak telah mampu memandang sesuatu dari
banyak segi secara simultan, mampu menilai tindakannya secara objektif dan ia dapat
menelusuri kembali proses berpikirnya.
Anak pada tahap ini mulai belajar untuk merumuskan hipotesis atau perkiraan
sebelum ia berbuat. Sebagai contoh anak dapat memperkirakan apa yang akan terjadi
seandainya ia menutup sebarang lilin yang sedang menyala dengan sebuah gelas. Anak dapat
menunjukkan atau membuktikan kebenaran atau kesalahan dugaan/hipotesisnya dengan
melakukan percobaan sendiri. Anak pada tahap ini sudah mampu untuk merumuskan
dalil/teori yang menggeneralisasikan hipotesis dan menguji bermacam-macam hipotesis.
Anak telah mampu memasuki tahap ini mampu untuk menilai derajat kebaikan dan
kesalahan, selain itu ia dapat memandang definisi, aturan dan hukum-hukum dalam konteks
yang benar dan objektif. Anak pada tahap ini mampu berpikir secara deduktif dan induktif, ia
dapat berargumentasi, bila dihadapkan dengan kombinasi pernyataan dengan menggunakan
konjungsi, disjungsi, ingkaran dan implikasi. Selain itu ia mengerti induksi matematika.
Mereka dapat memahami dan menggunakan konteks yang kompleks seperti permutasi,
kombinasi, proporsi, kolerasi dan probabilitas. Ia mampu untuk memahami dan
membayangkan besar tak hingga dan kecil tak hingga.
2.
memberi pengaruh dalam pembelajaran matematika. Begitu pula dengan teori kognitif dari
Piaget yang merupakan pelopor utamanya. Bila kita perhatikan penyajian materi atau isi
dalam buku mata pelajaran matematika hampir semuanya memperhatikan perkembangan
53
mental anak. Sebagai contoh konsep kekekalan isi, konsep kesejajaran, permutasi tidak
diajarkan pada siswa sekolah dasar kelas-kelas awal. Materi logika formal mulai diberikan
pada siswa sekolah menengah pertama. Contoh-contoh tersebut menunjukkan bahwa
penyajian materi matematika memperhatikan perkembangan mental siswa.
Mengetahui teori kognitif dari Piaget penting sekali bagi guru, sebab untuk
menyampaikan materi matematika pada siswa, guru harus mengenal tahap perkembangan
mental siswa. Misalnya guru SMP harus memahami bahwa siswanya sebagian besar tahap
berpikir belum masuk ke dalam tahap operasi formal. Sebagian besar siswa permulaan masuk
SMP tahap perkembangan intelektualnya masih berada pada tahap operasi konkret. Oleh
karena itu dalam memberikan materi matematika, siswa agar lebih banyak diberi kesempatan
memanipulasi benda-benda konkret. Topik-topik atau konsep-konsep baru supaya disajikan
melalui contoh-contoh yang konkret sehingga intuisi dan eksperimentasi dari siswa
memungkinkan untuk berkembang. Untuk materi mengenai pembuktian dalil-dalil dalam
geometri baru dapat diberikan pada siswa yang sudah berada pada tahap operasi formal yaitu
pada siswa mulai SMP kelas akhir. Untuk konsep-konsep yang memerlukan berpikir secara
deduktif dan induktif tidak diajarkan pada siswa SMP kelas-kelas awal, konsep tersebut baru
diberikan pada siswa yang sudah berada pada tahap operasi formal. Topok-topik yang
memerlukan kemampuan menggeneralisasikan dari contoh-contoh khusus, baru diberikan
pada siswa mulai dari SMP kelas akhir. Begitu pula halnya dengan topik-topik yang
menyangkut kemampuan mengelola beberapa variable, seperti fungsi, proporsi dan lain-lain.
G.
Bila Piaget mengemukakan perkembangan kognitif manusia melalui empat tahap, lain
halnya dengan Bruner. Menurut Bruner setiap siswa berkembang melewati tiga tahap atau
tingkat yaitu tahap enaktif, tahap ikonik, dan tahap simbolik. Tahap-tahap tersebut dilalui
manusia secara berurutan. Bila dikaji ternyata teori perkembangan yang dimiliki Piaget dan
Bruner memiliki banyak kemiripan. Tahap enaktif adalah sajian siswa yang macamnya gerak,
pada tahap ini siswa dalam belajarnya, memanipulasi materi secara langsung. Jadi serupa
dengan sensorimotor pada teori belajar Piaget. Tahap ikonik adalah sajian siswa yang
macamnya persepsi static. Pada tahap ini siswa sudah melibatkan mental yang merupakan
gambaran dari objek-objek , siswa tak perlu lagi memanipulasi objek secara langsung. Jadi
tahap ini serupa dengan tahap praoperasi dari Piaget. Tahap ketiga yaitu tahap simbolik.
Sajian siswa yang macamnya bahasa dan symbol. Dalam tahap ini siswa sudah mampu
memanipulasi simbol-simbol dan hanya sedikit sekali mengandalkan gambaran objek-objek
konkret. Ini serupa dengan tahap operasi konkret dan operasi formal dari Piaget.
1. Dalil Teori Belajar Bruner
Selain mengemukakan teori perkembangan kognitif, Bruner mengemukakan kaidah-kaidah
atau dalil-dalil berkaitan dengan pembelajarn matematika. Bruner bersama dengan temantemannya melakukan pengamatan ke sekolah-sekolah. Dari hasil pengamatannya timbul
dalil-dalil. Dalil-dalil yang dikemukakan Bruner antara lain dalil penyusunan, dalil notasi,
dalil pengontrasan dan keanekaragaman, dan dalil pengaitan.
a. Dalil penyusunan
Dalil ini menyatakan bahwa bagi siswa cara paling baik untuk belajar konsep dan prinsip
dalam matematika adalah dengan melakukan penyusunan representasinya. Pada permulaan
belajar konsep, pengertian akan menjadi lebih melekat apabila kegiatan-kegiatan yang
menunjukkan representasi konsep itu dilakukan oleh siswa sendiri.
Dalam proses perumusan dan penyusunan ide-ide, apabila siswa disertai dengan
bantuan benda-benda konkret mereka lebih mudah mengingat ide-ide tersebut. Dengan
demikian, siswa lebih mudah menerapkan ide dalam situasi nyata secara tepat. Dalam hal ini
ingatan diperoleh bukan karena penguatan seperti yang dikemukakan Skinner, akan tetapi
pengertian yang menyebabkan ingatan itu dapat dicapai. Sedangkan pengertian itu dapat
dicapai karena siswa memanipulasi benda-benda konkret. Oleh sebab itu, pada permulaan
belajar konsep, pengertian itu dapat dicapai oleh siswa tergantung pada aktivitas-aktivitas
yang menggunakan benda-benda konkret.
55
konsep bilangan ganjil pada siswa diberikan padanya bermacam-macam bilangan, seperti
bilangan ganjil, bilangan genap, bilangan prima dan bilangan lainnya selain bilangan ganjil.
Kemudian siswa diminta menunjukkan bilangan-bilangan mana yang termasuk contoh
bilangan ganjil dan bilangan-bilangan yang bukan contoh bilangan ganjil. Dengan contoh
soal yang beranekaragam kita dapat menanamkan suatu konsep dengan lebih baik dari pada
hanya contoh-contoh soal yang sejenis saja. Dengan keanekaragaman contoh yang diberikan
siswa dapat mengenal dengan jelas karakteristik konsep yang diberikan kepadanya. Misalnya
untuk menjelaskan konsep bilangan prima, siswa diberikan contoh yang banyak dan sifatnya
beranekaragam. Dengan demikian siswa tidak menyimpulkan setiap bilangan ganjil itu
bilangan prima.
d. Dalil Pengaitan
56
Dalil pengaitan menyatakan bahwa didalam matematika itu setiap konsep berkaitan dengan
konsep lainnya, sama halnya antara dalil yang satu dengan dalil yang lainnya, antara teori
dengan teori dan sampai pada bagian yang lebih besar lagi yaitu antara cabang matematika
yang satu dengan cabang matematika yang lainnya. Misalnya antara kalkulus dengan
geometr, antara aljabar dengan geometrid an sebagainya. Guru harus dapat menjelaskan
kaitan-kaitan tersebut pada siswa. Hal ini penting agar siswa dalam belajar matematika lebih
berhasil. Dengan melihat kaitan-kaitan itu diharapkan siswa tidak beranggapan bahwa
cabang-cabang matematika itu berdiri sendiri-sendiri tanpa keterkaitan satu sama lainnya.
2. Metode Penemuan
Satu hal lagi yang menjadikan Bruner terkenal yaitu metode penemuannya.penemuan
yang dimaksud disini adalah menemukan kembali, bukan menemukan hal yang sifatnya baru
sama sekali. Bruner beranggapan bahwa belajar penemuan memberikan hasil yang baik sebab
siswa dituntut untuk berusaha sendiri untuk mencari masalah serta pengetahuan yang
menyertainya.
Berikut ini akan diberikan contoh pembelajaran dengan menggunakan metode
penemuan yang dikemukakan oleh Bruner yang bekerja sama dengan Dienes. Suatu kelas
yang terdiri dari siswa-siswa berusia delapan tahun diperkenalkan pada tiga jenis papan
kedua atau plat. Papan pertama kita katakana persegi X, papan kedua berbentuk persegi
panjang dengan sisi-sisinya x dan I kita sebut 1x atau x saja dan papan yang ketiga
merupakan persegi kecil yang sisi-sisinya 1 dengan 1 disebut 1.
x
1
1
x
1
1
Persegi x
1x atau x
Pertama siswa diminta bermain-main dengan benda tersebut. Papan pertama, papan
kedua,dan papan ketiga masing-masing jumlahnya banyak. Setelah itu Brunei bertanya pada
siswa dapatkah kalian membuat persegi yang ukurannya lebih besar dari persegi x dengan
57
merangkai papan-papan jenis pertama, kedua dan ketiga? sebagian besar dapat menyusun
persegi seperti digambar berikut ini.
Kemudian Bruner meminta mereka menjelaskan apa yang baru diperolehnya. Mereka
menjawab kami memiliki sebuah persegi x dengan dua buah x dan sebuah 1. Setelah itu
Bruner memperkenalkan symbol x untuk melambangkan persegi x dan symbol + untuk
dan. Dengan memakai symbol-symbol tersebut persegi tersebut dapat dinyatakan dengan x 2
+2x + 1. Cara lain untuk menyatakan persegi diatas adalah sebagai berikut, dengan x dan 1
pada setiap sisinya, sisi tersebut dilambangkan sebagai x + 1 dan persegi yang diperoleh
adlah (x + 1) (x + 1). Dari dua cara untuk menggambarkan persegi yang sama tersebut diatas
diperoleh persamaan x2 + 2x + 1 = (x + 1) (x + 1).
Para siswa selanjutnya membuat persegi-persegi dengan menurunkan notasi-notasi
yang baru ditulis diatas sebagai berikut.
x2 + 2x + 1 = (x
+ 1) (x + 1)
x2 + 4x + 4 = (x
+ 2) (x + 2)
58
x 2+6 x +9=( x+ 3 ) ( x +3 )
x 2+ 8 x +16=( x+ 4 )( x +4 )
Bruner menduga bahwa mereka akan menemukan perbedaan dalam contoh-contoh persegi
(1), persegi (2), persegi (3), dan persegi (4). Banyaknya x pada masing-masing persegi
berturut-turut 2, 4, 6 dan 8. Sedangkan banyaknya persegi 1 pada masing-masing persegi (1),
(2), (3), dan (4) berturut-turut 1, 4, 9, dan 16. Bruner yakin settap kail siswa
mengalami kesulitan, mereka akan kembali pada contoh-contoh sebelurnnya dan mencoba
untuk me.nyelesaikannya.
H. Teori Belajar Maternatika Dienes
Zoltan P. Dienes adalah seorang matematikawan yang menitikberatkan perhatiannya pada
care-cara pembelajaran terhadap siswa. Dienes mengemukakan tentang pembelajaran
matematika yang dirancang sederniklan t-ungga matematika itu Iebih mudah dipelajari dan
Iebih menarik. Untuk itu Dienes dalam pembelajaran matematika Iebih mengutamakan
kepada penaertian. Dasar teori yang dikemukakan Dienes bertumpupada teori Piaget.
Dari hash pengamatan dan pengalaman Dienes, banyak ditemukan bahwa siswa rnenyenangi
matematika, ketika permulaan dia diperkenalkan dengan matematika. Tapi setelah dia
memasuki sekolah tingkat yang Iebih tinggi makin banyak siswa yang mengeluh karena
matematika dianggap.
sebagai mate pelajaran yang sukar untuk dipelajari, banyak konsep yang dipahami siswa
secara keliru.
1. Konsep Matematika
Menurut Dienes yang dimaksud dengan konsep adalah struktur. Dienes berpendapat bahwa
pada dasarnya, matematika bisa dianggap sebagai studi mengenai struktur, memisah relasi
dalam struktur dan mengkategorikan relasi-relasi antara struktur-struktur. Menurut Dienes
setiap konsep dan prinsip dalam matematika dapat dipaharni siswa asalkan cara menyajikan
konsep dan prinsip tersebut secara konkret. Dienes mengemukakan bahwa konsep itu adalah
59
struktur matematika yang terdiri dari tiga jen:s yaitu konsep mumi matematika, konsep
notasi, dan konsep terapan.
Konsep mumi matematika adalah ide-ide matematika mengerai kategori bilangan dan
hubungan-hubungan antara bilangan, tanpa mempertimbangkan bagaimana bilangan-bilangan
tersebut disajikarn Misalnya untuk menyajikan bilangan empat, disajikan dengan cara yang
berlainan ditulis sebagai 4, IV, 100 (basis dua), dan III1. Dalam hal ini tidak menjadi
pertimbangan kita apakah bilangan 4 itu may ditulis dengan ang:<a Romawi, dengan
bilangan basis dua, basis sepuluh atau notasi yang lainnya.
Konsep notasi matematika adalah sifat-sifat bilangan yang merupakan akibat penyajian
bilangan itu sendiri. Contoh penyajian bilangan dengan dasar 2 lebih mudah diolah dengan
komputer daripada penyajian bilangan dengan dasar selain dua. Sebagai contoh yang lain di
Inggris perkembangan anaksis mengalami hambatan, hal ini dikarenakan pada ahil
matematika Inggris bertahan menggunakan notasi Newton yang lebih rumit dibandingkan
dengan notasi Leibnitz yang lebih efisien untuk bidang kalkufus. Dari kedua canton tersebut
nampak akibat langsung dari cara penyajian bilangan terhadap perkembangan matematika.
Konsep terapan adalah terapan dari konsep mumi dan konsep notasi matematika dalam
pemecahan masalah dalam matematika dan bidang studi yang lain yang berhubungan, konsep
panjang, luas dan isi merupakan contoh konsep terapan matematika. Konsep terapan
dipeiajari siswa setelah konsep mumi dan konsep notasi diberikan terlebih dahulu. Begitu
pula dengan konsep mumi, diajarkan sebelum konsep notasi diberikan sehingga tidak akan
terjadi kesalahan dalam memanipulasi larnbang. Hal itu teriNdf -karena siswa hanya
menghafal pola dalam memanipulasi lambang tanpa memahami konsep murni. Sebagai
contoh sepertiaberikut ini.
x
3= , p . p =p
( x3
)
2
2
3
12
Dalam mempelajari konsep matematika akanlebih baik apabila penyajiannya dimulai dengan
benda-benda konkret yang bervariasi dan beranekaragam. Dalam belajar konsep Dienes,
berbeda dengan pendapat Gagne yang beranggapan bahwa belajar konsep dapat dijelaskan
dengan stimulus respon. Menurut Dienes apabila semua abstraksi yang berdasarkan kepada
situasi dan pengalaman konkret diterapkan untuk semua konsep yang diajarkan terhadap
siswa, hal tersebut akan lebih menyempumakan pemahaman siswa kepada konsep tersebut.
60
Untuk memahami suatu konsep seorang siswa perlu diperkenalkan dengan bermacam-macam
ragam materi konkret sebagai gambaran konkret dari konsep itu. Hal tersebut dilakukan
berdasarkan alasan ber-ikut ini.
Pertama : Dengan diperkenalkan dengan berbagai contoh siswa akan mendapatkan
penghayatan yang lebih benar daripada dengan dengan hanya sebuah contoh saja. Misainya,
untuk menanamkan konsep segitiga kepada siswa, akan lebih balk bila gambaran segitiga itu
ditunjukkan dengan gambar
setitiga bidang, bidang empat dan yang serupa. Sedangkan agar siswa lebih banyak dalam
memahami konsep segitiga diperkenalkan kepadanya bermacam-macam segitiga seperti
segitiga siku-siku, segitiga lancip, segitiga tumpul, segitiga samasisi dan segitiga samakaki.
Dengan demikian siswa tidak hanya mengenal satu segitiga saja.
Kedua Dengan diperkenalkan dengan berbagal macam contoh siswa akan lebih menerapkan
konsep ke dalam kondisi lain, baik itu dalam bidang yang berhubungan dengan matematika.
Misarnya, siswa yang belajar perkalian tidak hanya diperkenalkan dengan himpunan saja,
tetapi 13 dikenalkan dengan perkalian melalui jajaran. Dengan memahami konsep perkalian
melalui jajaran siswa akan mampu menghitung banyaknya tentara yang berbaris di suatu
lapangan upacara yang diatur menurut jajaran.
Dalam pembelajaran matematika Dienes lebih menekankan pada memanipulasi benda
konkret, laboratorium dan permainan matematika.
2. Tahap Pembelajaran Konsep Matematilka
Dienes mengemukakan bahwa terdapat enam tahap dalam pembelajaran konsep matematika.
Tahap-tahap itu dipelajari secara berurutan. Bila kita amati pendapat Dienes ini sejalan
dengan tahap-tahap perkembangan kognitif yang dikembangkan Piaget.
Tahap-tahap yang dimaksudkan oleh Dienes yaitu (1) bermain bebas, (2) permainan, (3)
penelaahan sifat bersama, (4) penyajian, (5) penyimbolan, dan (6) pemformalan.
a . Bermain Bebas
Bermain bebas merupakan tahap pertama siswa dalam belajar konsep. Bermain bebas
merupakan tahap belajar konsep yang kegiatannya tidak berstruktur dan tidak diarahkan.
Dengan bermain bebas siswa bermain-main dengan benda-benda konkret model matematika.
61
Meskipun tidak diarahkan, siswa secara tidak sengaja mulai diperkenalkan dengan konsep
matematika melalui benda-benda konkret yang is permainan tersebut. Pengenalan konsep
terjadi, karena interaksi antara is dengan benda-benda konkret di sekitar lingkungan
belajarnya. Untuk mendapat pengalaman yang banyak siswa hanis banyak berinteraksi
dengan benda-benda atau model matematika yang banyak dan bervariasi. Tanggung javvab
guru untuk menyediakan bermacammacam benda konkret yang berkaitan dengan konsep
matematika atau memiliki konsep matematika. Pada tahap int siswa membentuk mental dan
sikap untuk persiapan dalam rnemahami struktur matematika dari konsep.
a . Permainan
.Permainan merupakan tahap kedua setelah tahap bermain bebas. Dalam tahap permainan
siswa sudah mulai meneliti pola-pola dan keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam konsep
tertentu. Ia mulai mengamati sifat-sifat kesarnaan atau ketidaksamaan, keteraturan atau
ketidakaturan suatu konsep yang diwakili oleh benda-benda konkret, keteraturan-keteraturan
yang terdapat dalam konsep tertentu belum tentu berlaku pula bagi konsep yang lainnya.
Dengan permainan siswa diajak mengenal dan memikirkan bagaimana struktur matematika
itu. Seberapa efektifnya permainan dapat menanamkan konsep tertentu, sangat tergantung
dari permainan itu.
c. Penelaahan Sifat Bersama
Untuk meninjau sifat bersama dari suatu konsep yang disajikan mungkin belum cukup
melalui dua tahap yang sudah dijelaskan sebelumnya. Pada tahap ini siswa mulai diarahkan
dalam kegiatan menemukan sifat-sifat bersama. Pada tahap ini pula siswa belajar untuk dapat
menghayati sifat-sifat bersama tersebut. Dengan demikian diharapkan siswa mampu
menunjuk mana yang merupakan contoh dan mana yang bukan contoh. Untuk melatih siswa
untuk dapat melihat sifat-sifat bersama tersebut dengan mentranslasi dari suatu permainan ke
bentuk permainan yang lain. Meskipun demikian sifat-sifat abstrak yang diwujudkan dalam
permainan itu tetap tidak berubah, walaupun translasi dilakukan.
d. Penyajian
Pada tahap sebelumnya, siswa menelaah sifat bersama, setelah siswa dapat menemukan
sifat-sifat bersama, siswa perlu belajar membuat gambaran tentang sifat-sifat bersama, siswa
perlu belajar membuat gambaran tentang sifat bersama atau konsep yang ditemukan tersebut.
Gambaran komsep itu lebih abstrak daripada situasi yang disajikan. Penggambaran konsep ini
62
akan mengarahkan siswa ke arah pengertian struktur maatematika yang abstrakyang terdapat
dalm konsep tersebut. Penggambaran konsep tersebut adalah penyajian yang dapat berupa
diagram atau lisan.
e. Penyimbolan
Setelah pada tahap keempat siswa mampu menyatakan penggambaran suatu konsep.
Pada tahap penyimbolan siswa belajar membuat symbol dari gambaran konsep yang yang
telah ditemukannya. Pada tahap awal siswa dibiarkan untuk dapat mencari symbol sendiri
sekaligus belajar member symbol dari gambar konsep yang diperolehnya. Namun setelah itu
selanjutnya siswa diarahkan untuk memilih symbol yang cocok disesuaikan dengan konvensi
yang berlaku dalam matematika. Penyajian suatu konsep dapat dinyatakan dengan perumusan
kata-kata. Misalnya, hasil kali dua bilangan negative adalah bilangan positif.
f. Pemformalan
Pada tahap ini siswa belajar mengurutkan sifat-sifat konsep dan kemudian merumuskan
sifat-sifat baru dari konsep tersebut. Jadi pada tahap ini siswa belajar mengorganisasikan
konsep-konsep matematika secara formal sehingga hasil dari pengorganisasian dari konsepkonsep tersebut timbul dalil atau teori. Aksioma merupakan sifat-sifat dasar di dalam struktur
matematika. Dari aksioma ini kemudian dapat dirumuskan teorema tatau dahl. Langkahlangkah dari suatu aksioma menuju teorema atau dafil dikenal denagn nama pembuktian.
3. Prinsip Pembelajaran Konsep Matematika
Menurut Dienes, belajar konsep terdiri dari empat prinsip, yaitu prinsip dinamika,
prinsip konstruktivitas, prinsip variabilitas dan prinsip persepsi variabilitas.
a. Prinsip Dinamika
Prinsip dinamika menyatakan bahwa permainan-permainan dapat diberikan sebagai
pendahuluan dalam pembentukan konsep asalkan setiap jenis permainan tersebut diberikan
pada waktu yang tepat dan sesuai. Permaina dimulai dengan memanipulasi materi konkret,
kemudian perlahan-lahan diganti dengan permainan mental.
b. Prinsip Konstruktivitas
Prinsip kostruktivitas menyatakan bahwa dalam struktur permainan konstruktivitas
selalu mendahului analisis dan hal ini dapat terjadi pada siswa umur 12 tahun ke atas.
63
c. Prinsip Variabilitas
Prinsip variabilitas menyatakan bahwa konsep harus berisikan variable. Maksudnya
konsep harus dipelajari melalui pengalaman yang mengikutsertakan banyak variable.
d. Prinsip Persepsi Variabilitas
Prinsip ini mengatakan bahwa untuk memberikan sebanyak mungkin pengalaman dan
variasi-variasi dari siswa dalam pembentukan konsep,serta untuk mempengaruhi siswa untuk
mengumpulkan esensi matematika dari abstraksi, maka struktur konseptual yang sejenis
dapat diberikan dalam bentuk ekivalensi persepsi sebanyak-banyaknya.
4. Pendekatan Pembelajaran Matematika
Selain mengemukakan tentang tahap dalam pembelajaran matematika, Dienes
mengemukakan pola pendekatan yang harus dilakukan dalam pembelajaran matematika
sebagai berikut.
a. Dalam belajar matematika siswa melalui manipulasi benda-benda konkret dan membuat
abstraksi dari konsep atau struktur dari konsep atau struktur tersebut.
b. Dalam memahami matematika siswa harus mengalami proses yang wajar seperti tahap
bermain-main dengan benda-benda konket, tahap mengurutkan pengalaman sehingga
menjadi suatu kebulatan yang mempunyai arti, tahap pemahaman konsep dan tahap
pengaplikasian.
c. Mengingat bahwa matematika sebagai ilmu seni kreatif, oleh sebab itu matematika
sebaiknya dipelajari dan diajarkan sebagai ilmu seni.
d. Dalam pembelajaran konsep dalam matematika, konsep yang dipelajari tersebut harus
berkaitan dengan konsep yang sudah dipahami sebelumnya.
e. Supaya siswa memperoleh sesuatu dari belajar matematika, siswa harus dapat
mengalihkan dari suasana konkret ke dalam perumusan abstrak dengan menggunakan
symbol.
I. Teori Belajar Van Hiele
Kalau sebelumnya sudah diketahui mengetahui teori-teori belajar yang menjadi
landasan dalm proses pembelajaran matematika. Pada kesempatan ini akan diuraikan tentang
teori belajar yang mengkhususkan dalam pembelajaran geometri yang dikenal dengan teori
belajar Van Hiele. Van Hiele adalah seorang pengajar matematika Belanda yang telah
mengadakan penelitian melalui observasi dan tanya jawab yang ditulis dalam disertasinya.
64
Penelitian yang dilakukan Van Hiele melahirkan beberapa kesimpulan mengenai tahap-tahap
perkembangan kognitif siswa dalam memahami geometri.
1. Tahap Perkembangan Kognitif
Van Hiele menyatakan bahwa terdapat lima tahap pemahaman geometri yaitu tahap
pengenalan, analisis, pengurutan, deduksi, dan keakuratan.
a. Tahap Pengenalan
Pada tahap ini siswa hanya baru mengenal bangun-bangun geometri seperti bola, kubus,
segitiga, persegi, dan bangunbangun geometri lainnya. Seandainya kita hadapkan dengan
sejumlah bangun-bangun geometri, siswa dapat memilih dan menunjukkan bentuk segitiga.
Pada tahap pengenalan siswa belum dapat menyebutkan sifat-sifat dari bangun-bangun
geometri yang dikenainya itu. Sehingga bila kita ajukan pertanyaan apakah pada sebuah
persegi panjang, sisi yang berhadapan sama panjang?, apakah suatu persegi panjang kedua
diagonalnya sama panjang ? siswa tidak akan bisa menjawabnya. Guru harus memahami
betul karakter anak pada tahap pengenalan. Jangan sampai siswa diberikan sifat-sifat bangunbangun geometri tersebut, siswa akan menerimanya melalui hafalan bukan dengan hafalan.
b. Tahap Analisis
Bila pada tahap pengenalan ssiwa belum mengenal sifat-sifat dari bangun-bangun
geometri, tidak demikian pada tahap analisis. Pada tahap ini siswa sudah dapat memahami
sifat-sifat dari bangun-bangun geometri. Pada tahap ini siswa sudah mengenal sifat-sifat
bangun geometri, seperti pada suatu kubus banyak sisinya enam, sedangkan banyak rusuknya
12. Seandainya kita tanyakan apakah kubus itu balok. Siswa pada tahap ini belum bisa
menjawab pertanyaan tersebut karena siswa pada tahap ini belum memahami hubungan
antara balok dan kubus. Siswa pada tahap analisis belum mampu mengetahui hubungan yang
terkait antara suatu bangun geometri dengan bangun geometri lainnya.
c. Tahap Pengurutan
Pada tahap ini pemahaman siswa terhadap geometri lebih
meningkat lagi dari sebelumnya yang hanya mengenal bangun-bangun
geometri beserta sifat-sifatnya. Pada tahap ini siswa sudah mampu
mengetahui hubungan yang terkait antara suatu bangun geometri dengan
bangun geometri lainnya. Siswa yang berada pada tahap ini sudah
65
66
e. Tahap Keakuratan
Tahap terakhir dari perkembangan kognitif siswa dalam memahami
geometri adalah tahap keakuratan. Pada tahap ini siswa sudah memahami
betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi
suatu pembuktian. Siswa pada tahap ini sudah memahami mengapa
sesuatu itu dijadikan postulat atau darn. Dalam matematika kita tahu
bahwa betapa pentingnya suatu sistem deduktif. Tahap keakuratan
merupakan tahap tertinggi dalam memahami geometri. Pada tahap ini
memerlukan tahap berpikir yang kompleks dan rumit. Oleh karena itu
jarang atau hanya sedikit sekali siswa yang sampai pada tahap terakhir ini
sekalipun siswa tersebut sudah berada di SMA.
Selain mengemukakan mengenai tahap-tahap perkembangan
kognitif dalam memaharni geometri Van Hiele juga mengemukakan
beberapa terori berkaitan dengan pembelajaran geometri. Teori yang
dikemukakan Van Hiele antara lain sebagai berikut.
68
69
perbuatan tersebut akan mengenai salah satu dari dimensi isi belajar. Dimensi ini terdiri dari
empat jenis yaitu isi ganbaran, isi simbol, isi semantik dan isi tingkah laku.
a. Isi gambar adalah isi yang berhubungan dengan bentuk-bentuk seperti bentuk segitiga,
persegi, lingkaran, kubus dan sebagainya.
b. Isi simbol adalah isi yang berkaitan dengan representasi benda konkret maupun abstrak.
Representasi yang diberikan dapat berupa angka, huruf, tanda, suku kata atau
semacamnya. Contoh X adalh simbol matematika untuk perkalian pad bilangan, f
merupakan simbol matematika untuk menyatakan suatu fungsi.
c. Isi semantik adalah isi yang berhubungan dengan gagasan atau kata-kata yang dapat
menimbulkan pengertian apabila kata-kata atau gagasan tersebut sampai kepada pemikiran
manusia. Misalnya, setiap kali kita mendengar atu melihat dengan dengan membaca katakata sepertiga ,persegi, parabola, fungsi, grup dan sebagainya, akan terbayang gambar
verbal pada pikiran kita. Jadi kata-kata atau gagasan baik yang tertulis, diabaca atau
didengar itu merupakan isi semantik.
3. Produk Belajar
Produk belajar adalah hasil dari cara mengidentifikasikan mengorganisasikan
informasi ke dalam pikiran. Setiap kali kita melakukan sutu operasi mental akan mengenai
suatu isi dari perbuatan tersebut dapat menghasilkan enam produk belajar, yaitu satuan,
kelas, relasi, sistem, transformasi dan amplikasi
a. Satuan adalah respon tunggal yang berupa gambar, kata, simbol atau gagasan secara
keseluruhan yang utuh. Misalnya, simbol bilangan 2.
b. Kelas adalah suatu himpuanan yang mempunyai unsur-unsur persamaan. Pengertaian kelas
lebih dari padapengertian himpunan karena kelas menyertakan gagasan. Sebagai contoh
himpunan bilangan ganjil.
c. Relasi adalah hubungan antara satuan-satuan dengan cara
mengorganisasikan satuan
satuan dan kelas-kelas menjadi struktur yang srkali berkaitan itu mempunyai sifat
tersendiri. Contoh relasi dalam matematika lebih dari,kurang dari.
d. Sistem adalah susunan teroganisasi dari satuan-satuan,kelas-kelas dan relasi-relasi
sehingga mereka itu saling berinteraksi, saling bergantungan dan terpola secara kompleks.
Contoh, persamaan,matematika, himpunan bilangan real dengan relasi-relasinya
merupakan contoh sistem matematika.
71
e. Transformasi adalah perubahan bentuk informasi sebagai akibat dari kegiatan modifikasi,
menginterprestasi kembali, dan menyusun kembali informasi-informasi yang sudah ada
menjadi informasi baru.Contoh transfornasi dalam matematika, pemetaan dari suatu
himpunan bilangan real ke himpunan bilangan real.
f. Implikasi adalah kesimpulan sebagai akibat interaksi antara satuan, kelas, relasi, sistem
dan transformasi.
Contoh kegiatan intelektual yang memuat kemampuan intelektual struktur mode
lintelektual Guilforddihadapkan pada sekumpulan seperi dibawah ini.
Seorang siswa dihadapkan pada sekumpulan benda-benda geometri bidang, siswa mampu
mengumpulkan benda-benda berbentuk persegi panjang sebagai ukuran. Kegiatan tersebut
memuatkan dimensi yang dikemukakan Guilfort, seperti operasinya adalah mengamati dan
mengerti, isinya adalah gambar dalam hal ini benda persegi panjang dan produknya adalah
kelas ( benda-benda persegi panjang dengan ukuran yang berbeda-beda panjang dan
lebarnya).
Guilford berpendapat bahwa belajar merupakan penemuan informasi bukan
sekedar hubungan stimulus-respon seperti dikemukakan teori assosiasi. Menurut Guilford
kemampuan seorang siswa dan belajar berbeda-beda kemampuan. Bisa saja seorang siswa
mudah dalam mempelajari relasi tetapi ia kesulitan dalam mempelajari transformasi.Struktur
model intelektual Guilford tidak menyatakan tipe kegiatan intelektual mana yang sulit
dipelajari, tetapi struktur model intelektual tersebut hanya menunjukan bahwa untuk siswa
berbeda, berbeda pula kesulitan dalam mempelajari sesuatu. Dari 120 tipe kemampuan
intelektual yang dikemukakan Guilford nampaknya meliputi hampir seluruh kemampuan
mental manusia yang dapat dikhususkan dan dapat diukur.setiap kemampuan khusus yang
dikemukakan guilford dapat dites sehingga seorang guru dapat mengetahui kekurangan dan
kkekuatan mental siswa. Denam demikian gurun dapat memberi kegiatan atau tugas-tugas
tertentu supaya siswa mempunyai kemampuan kognitif yang lebih serasi. Setiap guru
matematiaka dapat memperoleh manfaat dari tiaori intelegensia yang dikemukakan guilfird
seperti tiorinya yang mengatakan bahwa kemampuan mental siswa itu tidak sama atau
berbeda-beda. Dengan mengetahuin hal tersebut berhasil dalam belajar. Misalnya antara
metode ceramah dan metode diskusi, antara pendekatan deduktif dan pendekatan induktif,
dan sebagainya.
K. Teori Belajar Bermakna Ausubel
David Ausubel terkenal dengan terori belajar bermakna. Ia mengatakan bahwa perlu adanya
pegulangan materi sebelum pelajaran dimulai. Menurut Ausubel, belajar menjadi bermakna
jika informasi yang hendak dipelajari siswa akan menghubungkan informasinbaru tersebut
72
dengan informasi yang telah dimiliki. Dalam menyajikan informasi yang akan dipelajari
siswa supaya belajar menjadi bermakna . Ausubel memakai istilah advance organize
( pengatur lanjut). Sebagian buku memasukan teori Ausubel kedalam aliran kognitif dan ada
pula yang memasukan sebagai aliran psikologi tingkah laku. Teori Ausabel
dimasukan
kedalam aliran psikologi kognitif dengan alasan pendapat Ausubel yang menyatakan bahwa
stuktur kognitif di dalam mental siswa yang merupakan unsur mengaitkan datanya informasi
baru. Ausubel membedakan antara pengertian belajar meneriama dengan belajar menemukan,
menurutnya pada belajar siswa diberikan bentuk akhir dari apa yang diberikan guru.
Sedangakan pada belajar menemukan bentuk akhir dari apa yang diberikan pada siswa.
Adanya pelakuan terhadap siswa yaitu diberi bentuk akhir dan tidak memberikan bentuk
akhir yang diberikan guru, merupakan dasar memasukan teori Ausubel ke dalam afiaran
psikologi tingkah laku.
1. Tipe Belajar
Belajar dikatakan bermakna bila informasi yang hendak dipelajari siswa disusun
sedemikian hingga cocok dengan struktur kognitif siswa. Dengan cara tersebut siswa akan
mengaitkan pengetahuan barunya dengan struktur kognitif yang telah dimilikinya. Seorang
siswa yang belajar bermakna sebab dengan demikian pengalihan ilmu atau transfer belajar
mudah dicapai siswa. Ketika metode penemuan dianggap sebagai suatu metode yang baik
sebab dengan belajar melalui penemuan siswa belajar dengan bermakna, sedangkan dengan
metode ceramah tidak demikian. Pendapat demikian dibantah oleh Ausebel, menurut baik
belajar penemuan maupun belajar menerima. Kedua-duanya dapat belajar bermakna atau
belajar menghafal. Dari kedua kegiatan belajar tersebut Ausebel mengidentifikasikan empat
kemungkinan tipe belajar.
a. Mengajar dengan metode ceramah sedangkan siswa belajar secara dengan cara
menghafal. Pada tipe ini siswa menerima informasi yang disajikan guru dalam bentuk
final yaitu bentuk akhirnya diberikan pada siswa. Setelah itu siswa menghafalnya, materi
yang disampaikan guru tanpa memperhatikan pengetahuan yang dimiliki siswa.
b. Mengajar dengan metode penemuan sedangkan siswa belajar dengan cara menghafal.
Pada tipe ini informasi yang dipelajari ditentukan secara bebas oleh siswa, guru tidak
menyajikan bentuk akhir dari yang diajarkan tetapi siswa sendiri yang harus mencarinya.
Setelah itu kemudian siswa menghafalkan materi tersebut. Contohnya seorang siswa
yang belajar mengenai sifat-sifat persegi panjang, siswa tersebut sebelumnya memilki
npengetahuan tentang sifat-sifat geometri yang berkaitan dengan segiempat. Siswa
tersebut kemudian diberi alat berupa penggaris dan jangka, dengan alat-alat tersebut
73
siswa menemukan sifat-sifat persegi panjang seperti panjang sisi-sisi yang sama, kedua
diagonal nya sama panjang kemudian sifat-sifat tersebut dihafalkan.
c. Mengajar dengan metode ceramah sedangkan siswa belajar secara bermakna. Siswa
menerima informasi yang diberikan guru dalam bentuk final yaitu bentuk akhirnya
diberikan pada siswa, setelah itu siswa mengaitkan pengetahuan yang baru itu dengan
struktur kognitif yang dimiliki. Misalnya seorang siswa yang mempelajari materi
persamaaan kuadrat. Guru mempersiapkan materi kuadrat disusun sedemikian hingga
materi tersebut mudah dipelajari siswa dengan metode ceramah . Materi yang disajikan
guru tersebut mudah tertanam ke dalam konsep persamaan yang sebelumnya sudah
dimiliki siswa. Materi persamaan kuadrat bisa dipelajari siswa secara bermakna, sebab
pengertian persamaan lebih inklusif daripada persamaan kuadrat.
d. Mengajar dengan metode penemuan sedangkan siswa belajar secara bermakna. Pada tipe
ini informasi yang dipelajari ditentukan secara bebas oleh siswa, guru tidak menyajikan
bentuk akhir dari yang diajarkan tetapi siswa sendiri yang mencarinya. Sesudah itu siswa
mengaitkan pengetahuan yang baru diterima dengan struktur kognitif yang dimiliki
siswa. Misalnya seorang siswa diminta menemukan sifat-sifat persegi. Siswa dapat
menemukan sifat-sifat persegi dengan mengaitkan pengetahuan yang baru diterimanya
yaitu persegi dengan materi yang sudah dimiliki yaitu sifat-sifat persegi panjang.
Dari empat tipe belajar yang telah dikemukakan, Nampak bahwa metode penemuan
dapat menghasilkan belajar menemui hafalan, begitu pula dengan metode ceramah (belajar
menerima) dapat mengahsilkan belajar bermakna. Dari keempat tipe belajar yang telah
disebutkan tipe yang terakhir yaitu mengajar dengan metode penemuan menghasilkan belajar
bermakna, merupakan tipe yang paling baik.
Menurut Ausebel, belajar menghafal pengertiannya berlawanan dengan belajar
bermakna. Dengan belajar bermakna. Dengan belajar menghafal pengetahuan yang diperoleh
terisolasi, siswa tidak dapat mengaitkan pengetahuan yang dipelajarinya itu ke dalam struktur
kognitifnya. Selain itu dengan belajar menghafal siswa tidak dapat mengendapkan
pengetahuan yang baru diperolehnya, siswa hanya dapat mengingat fakta-fakta yang
sederhana. Menurut Ausebel belajar dengan metode ceramah akan lebih efektif untuk siswa
yang sudah mencapai tahap akhir berfikir
Ausebel tidak selamanya lebih baik , salah satu kelemahan belajar dengan penemuan adalah
pengetahuan yang diperoleh tidak utuh serta tidak urut sehingga merupakan pengetahuan
yang terintegrasi. Selain itu dengan belajar penemuan belumtentu motivasi untuk belajar itu
datang dari siswa itu sendiri, bila motivasi untuk belajar tidak dating dari siswa itu sendiri
74
hasil belajar yang diharapkan sukar dicapai. Supaya materi pelajaran yang akan disajikan
harus disusun secara baik, dari materi yang paling inklusif diuraikan sehingga terbagi ke
dalam pecahan-pecahan yang kurang inklusif. Dengan cara itu materi yang diajarkan tersusun
secara hirarki sejalan dengan organisasi struktur kognitif yang dimiliki siswa.
tepat sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual siswa. Ausebel juga menghendaki
materi pelajaran yang diajarkan disusun secara hirarkis dari yang lebih inklusif ke yang
kurang inklusif dengan memperhatikan kesiapan mental siswa.
3. Strategi Belajar Bermakna Menurut Ausebel
Setiap disiplin ilmu memiliki organisasi dan struktur yang berlainan begitu pula dengan
struktur kognitif setiap individu. Ausebel berpendapat bahwa proses informasi dari disiplin
ilmu analog dengan struktur proses informasi dari pikiran. Sebagai contoh matematika dan
pikiran masing-masing memilki hirarki struktur ide-ide, ide-ide tersebut tersusun dari yang
paling inklusif sampai dengan yang kurang inklusif, yang paling inklusif berada di puncak
struktur.
Setiap disiplin ilmu memiliki struktur yang berbeda, oleh karena itu menurut Ausebel
disiplin ilmu tidak cocok diajarkan dengan cara interdisiplin, lebih baik diajarkan secara
terpisah. Ausebel tidak sependapat dengan adanya matakuliah-matakuliah yang diajarkan
secara bersama-sama seperti biologi, kimia dan fisika, sama halnya dengan program
matematika sains. Ausebel menganggap bahwa struktur pada suatu disiplin menjadi tidak
jelas bagi siswa. Cabang-cabang dalam disiplin matematika seperti geometri, aljabar dan
analisis dalam pembelajaran matematika.
Prasyarat mengajarkan suatu disiplin ilmu adalah sebagai berikut.
1. Disiplin ilmu itu harus disajikan sedemikian hingga struktur dari disiplin ilmu
tersebut distabilkan dalam struktur kognitif siswa, tidak di absorbsi dan dirusak
menjadi suatu stuktur unit.
2. Materi yang diajarkan supaya dapat dipelajari siswa secara bermakna. Supaya materi
yang diajarkan dipelajari secara bermakna, tugas guru untuk membimbing siswa
membentuk hubungan antara struktur kognitif siswa dengan struktur disiplin ilmu
yang diajarkan pada siswa. Setiap konsep atau dalil yang diajarkan harus
berkaitan dengan konsep atau dalil yang dimiliki siswa yang telah
dipelajari sebelumnya dan telah ada dalarn struktur kognitif siswa.
Hal ini yang dikemukakan Ausubel yaitu la mengembangkan dua
prinsip untuk menyajikan materi pelajaran. Dua prinsip yang
dlmaksuclkan yaitu diferensiasi progresif dan integrasi serasi. Diterensiasi
progresit adalah materi itu disajikan mulai dari yang mudah hingga ke
yang kompleks.
76
Integrasi serasi adalah informasi yang baru atau materi yang baru
diintegrasikan dengan informasi lama atau materi lama yang telah
dipelajari siswa sebelumnya.
L. Teorl Belajar Brownell
Aliran psikologi Gestalt berpendapat bahwa dalam pembelajaran
harus dititikberatkan pada pengertian dan belajar bermakna. Teori belajar
dari Thomdike yang terkenal dengan aliran pengaitannya. Ia berpendapat
bahwa konsep baru yang akan dipelajari siswa harus dikaitkan dengan
konsep yang sudah dikenalnya. Cara dianggap cocok untuk menanamkan
konsep baru tersebut adalah dengan cara stimulus respon yang dilakukan
berulang-ulang. Pandangan aliran psikologi Gestalt dengan teori Thorndike
mengenal latihan halal sejalan. Aliran psikologi Gestalt setuju kalau
tatihan halal tersebut harus dilakukan apabila siswa telah memperoleh
pengertian.
Aliran psikologi Gestalt muncul di Amerika Serikat pada sekital tahun30-an.
Tokoh
aliran
psikologi
Gestalt
yang
terkenal
dalam
guru
mengajarkan
menghafalkan,
yaitu
dapat
mengalikan
dengan
dua
menyuruh
suku
dua
siswa
sama
untuk
dengan
77
II
ps
III
qr
q
IV
qs
Cara pertama merupakan contoh belajar dengan menghafal sedangkan cara kedua
merupakan contoh dengan pengertian.
BAB 5
Kesimpulan
: p r
1
2
membuktikan sifat itu, harus dibuktikan bahwa untuk setiap n bilangan asli dipenuhi 1 + 2 +
3 + ...+n =
1
2
n(n + 1). Jika pembuktiannya kita lakukan dengan induksi, proses dimulai
n= 1, 1 = 1
1
2
. 1.2 =
1
2
.1(1 + 1)
n = 2, 1 + 2 = 3
1
2
.2.3 =
1
2
.2(2 + 1)
81
n = 3, 1 + 2 + 3 = 6
1
2
.3.4 =
1
2
.3(3 + 1)
Proses demikian harus terus dilakukan untuk setiap bilangan asli. Jika kita perlihatkan hanya
untuk n tertentu, proses seperti diatas menurut matematika formal tidak terima, walaupun kita
lakukan untuk n yang besar sekalipun. Mengapa demikian? Karena dalam matematika jika
rumus itu harus menjamin berlaku pula untuk berikutnya. Jaminan ini tidak ada pada induksi
biasa. Dengan proses dibawah ini, matematika formal memberikan jaminan yang diperlukan.
Andaikan rumus tersebut berlaku untuk n tertentu, missal n = k.
1
2
Jadi 1 + 2 + 3 + + k =
k(k + 1).
1
2
k(k + 1) + (k + 1)
1
2
(k2 + k) + (k + 1)
1
2
(k2 + k + 2k +2)
1
2
(k2 + 3k + 2)
1
2
(k + 1)(k + 2)
1
2
(k + 1)[(k + 1) + 1]
82
85
dipersoalkan, kemudian mencari keterkaitannya dengan hal-hal yang belum diketahui dalam
masalah itu tetapi diperlukan, dan akhirnya sampai kepada hal yang dikehendaki.
Pendekatan sintetik juga merupakan pendekatan yang logis, pada umunya
pembahasan dengan pendekatan sintetik lebih singkat dari pembahsan dengan pendekatan
analitik. Ada kecendurungan siswa menghafal prosedur tanpa pengertian. Oleh karena itu
pendekatan ini kurang menjamin pemahaman siswa.
BAB 6
Matematika mulai diberikan di sekolah dasar merupakan hal yang sangat tepat,
mengingat matematika telah terbukti sangat bermanfaat bagi siswa baik dalam mempelajari
pelajaran lain maupu dalam kehidupan sehari-hari. Namun perlu disadari bahwa matematika
86
bagi sabagian besar siswa merupakan pelajaran yang sangat sulit sehingga sering kali kita
temui siswa yang pada mulanya menyenangi pelajaran matematika kemudian tidak
menyenangi. Sebagai guru tentunya Anda bertugas untuk mengantisipasi agar keadaan seperti
itu tidak terjadi. Jika keadaan seperti itu telah terjadi, maka guru bertugas untuk segera
mengatasinya.
Jika siswa tidak menyenangi matematika, mungkin salah satu penyebabnya adalah
guru membelajarkan siswa hanya dengan menggunakan satu cara yang kebetulan cara itu
tidak cocok untuk siswa tersebut. Pada dasarnya pembelajaran matematika harus dapat
mengaktifkan siswa untuk belajar dan menyenangi matematika. Namun demikian guru juga
dituntut untuk dapat menyelesaikan program pembelajaran matematika yang sudah tertuang
dalam kurikulum dengan waktu yang tertuang dalam kurikulum tidak tuntas dibahas dalam
suatu tahapan pembelajaran maka dimungkinkan konsep yang dimiliki siswa tidak lengkap
atau terputus. Dengan demikian dimungkinkan siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar
pada tahapan berikutnya yang memerlukan konsep tertinggal itu sebagai prasyaratnya.
Oleh karena itu guru harus mampu memilih metode yang efisien dan efektif sehingga
terpenuhinya tuntutan di atas, yaitu siswa aktif dan senang belajar matematika, tercapai
tujuan pembelajaran, dan materi yang direncanakan terselesaikan. Metode pembelajaran
adalah cara yang dapat digunakan untuk membelajarkan suatu materi ajar. Untuk dapat
melakukan tidak memerlukan keahlian khusus. Pelaksaan suatu metode pembelajaran
diperlukan satu atau lebih teknik. Berikut ini disajikan berbagai metode pembelajaran
matematika berikut kelebihan, kelemahan dan teknik pembelajaran yang disarankan.
A.
Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan cara menyampaikan keterangan atau informasi dengan
lisan dari seseorang kepada sejumlah pendengar. Kegiatan ceramah ini jelas berpusat pada si
penceramah, penceramah mendomonasi seluruh kegiatan, sehingga komunikasi yang terjadi
satu arah dari sipenceramah kepada pendengar. Dalam dunia pendidkan, metode ceramah
merupakan metode pembelajaran yang paling tradisional dan paling banyak dipakai sampai
sekarang, khususnya untuk ilmu pengtahuan social. Metode ceramah dianggap metode yang
paling mudah dan murah pelaksanaanya. Jika materi ajar yang telah diurutkan dikuasai guru
maka guru tinggal menyajikan dalam kelas. Situasi yang nampak dalam pembelajaran dengan
metode ini guru berbicara siswa mendengarkan, mencoba menangkap apa yang dijelaskan
guru, dan membuat catatan seperlunya.
87
88
Pada langkah kedua diatas, sebelum metode ceramah digunakan dalam pembelajaran
matematika perlu diselidiki apakah metode ceramah perlu diselidiki apakah metode ceramah
merupakan alternative yang sesua. Pembelajaran matematika perlu menggunakan metode
ceramah bila hal berikut ini terpenuhi.
1.
2.
3.
4.
5.
menyelesaikan soal, menggunakan alat ( penggaris, jangka, dan sebagainya ) untuk melukis,
menggunakan alat hitung, dan menggunakan alat peraga lainnya. Pelaksanaan metode
demontrasi ini akan lebih efektif bila diikuti kegiatan siswa untuk melakukan eksperimen
atau pencobaan tentang apa yang baru saja didemontrasikan guru. Metode demontrasi ini
disarankan untuk digunakan apabila tujuan pembelajaran siswa agar siswa mampu
memahami tentang cara mengatur, menyusus, atau menggunakan sesuatu.
Kelebihan metode demontrasi
1. Perhatian siswa dapat diarahkan pada hal-hal yang penting saja.
2. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama.
3. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan menggunakan
metode ceramah, karena siswa mendapat gambaran lebih jelas atau contoh
konkret dari pengamatannya.
4. Bial siswa turut aktif bereksperimen maka siswa akan memperoleh
pengalaman dari praktek selain dari pengamatan.
5. Hal-hal yang mungkin menimbulkan pertanyaan pada siswa dapat dijawab
lebih teliti melalui proses demontrasi.
Kelemahan metode Demontrasi
1. Masih menuntut guru banyak melakukan kegiatan.
2. Bila dalam demontrasi siswa tidak turut melakukan eksperimen maka proses
demontrasi akan kurang dipahami.
3. Tidak semua hal dapat demontrasikan dalam kelompok.
4. Bila proses demontrasi tidak dapat diamati dengan jelas oleh seluruh siswa
( dikarenakan jumlah siswa terlalu besar ) maka metode ini kurang wajar
digunakan.
C. Metode Ekspositori
Dalam pembelajaran dengan metode ekspositori, pusat kegiatan masih terletak pada
guru. Dibandingkan dengan metode ceramah, dalam metode ekspositori ini domonasi guru
sudah banyak berkurang. Tetapi jika dibandingkan dengan metode demontrasi dengan
metode ekspositori ini guru masih lebih banyak.
Dalam pembelajaran matematika dengan metode ini kegiatan guru berbicara hanya
dilakukan pada saat-saat tertentu saja yaitu pada awal pembelajaran, menerangkan materi,
memberkan contoh soal. Kegiatan siswa tidak hanya mendengarkan, membuat catatan, atau
memperhatikan saja. Tetapi mengerjakan soal latihan secara bersama dengan temanya dan
seorang siswa diminta mengerjakan dipapan tulis. Saat kegiatan siswa mengerjakan latihan
90
itu, kegiatan guru memeriksa pekerjaan siswa secara individual dan menjelaskan kembali
secara individual. Apabila dipandang masih banyak pekerjaan siswa belum sempurna,
kegiatan tersebut diikuti dengan penjelasan secara klasikal.
Dari keterangan diatas, pembelajaran matematika yang pada umumnya dilakukan
guru di sekolah-sekolah yag sering disebut dengan metode ceramah adalah menggunakan
metode ekspositori. Beberapa hasil penelitian di Amerika Serikat menyatakan bahwa metode
ekspositori merupakan metode yang paling efektif dan efisien. Demikian pula pendapat
David P.Ausubel bahwa metode ekspositori yang baik merupakan cara mengajar yang paling
efektif dan efisien dalam menanamkan belajar bermakna.
91
92
Dalam hal ini guru harus memperhatikan pemerataan, jangan selalu yang pandai
saja, atau di depan saja, atau siswa tertentu saja.
5. Jika pertanyaan sudah dilemparkan ke seluruh kelas, guru hendaknya menunggu
sebentar untuk memberikan kesempatan siswa berfikir, kemudian menganjurkan
untuk mengacungkan jari dan tunggu sampai lebih dari saparoh kelas. Jika yang
mengacungkan jari masih sedikit, sederhanakan rumusan pertanyaan. Jika
diperkirakan waktu nya lebih dari cukup, kemudian petunjuk siswa untuk
menjawab dengan memperhatikan pemerataan. Dalam metode ini memang
diperlukan kesabaran guru.
6. selalu menghargai jawaban, pertanyaan, tindakan atau keluhan siswa bagaimana
jelek mutunya. Jika jawaban atau tindakan siswa masih perlu diperbaiki, beri
sedikit arahan, atau ikuti dengan pertanyaan lain.
7. Selalu menerima jawaban siswa kemudian memeriksanya, sebelum mengajukan
pertanyaan lain.
8. Jangan sekali-kali memotong jawaban siswa.
9. Selalu merangsang siswa untuk berpartisipasi menjawab setiap pertanyaan,
mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat atau mendemontrasikannya
atau karyanya di depan kelas.
10. Bertindak seolah-olah belum tahu membuat kekeliruan yang disengaja. Misalnya,
seorang siswa mengajukan pertanyaan, dapat saja guru menjawab dengan Bapak
atau Ibu belum tahu, coba siapa yang mau mencoba atau Tidak tahu, mari kita
coba bersama.
E. Metode Drill dan Latihan
Walaupun telah banyak alat untuk membantu orang melakukan perhitungan dengan
cepat. Namun berhitung dengan cepat dan tepat tanpa alat dalam belajar matematika di
sekolah tetap diperlukan. Kata drill dan latihan seringkali diartikan sama. Namun dalam
pembahasan ini kedua kelas tersebut diartikan lain.
Tujuan menggunakan metode drill dalam pembelajaran matematika adalah
meningkatkan kemampuan kecepatan dan ketepatan dalam mengingat fakta-fakta dasar serta
mengungkapkan kembali ingatannya. Misalnya,di sekolah dasar kelas II, setelah siswa
memahami operasi hitung pejumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan bulat
1 sampai 100, akhirnya siswa dituntut untuk mampu mengerjakan operasi itu dengan cepat
93
dan tepat. Tentunya hal ini memerlukan ingatan dari siswa. Oleh karena itu metode drill
sangat tepat digunakan di sini.
Lain halnya dengan kemampuan untuk menyelesaikan dengan cepat dan cermat soal
seperti 367 + 567, 7652 889, 6321 : 3, 456 x 23, dan sebagainya. Kemampuan untuk
meyelesaikan dengan cepat dan cermat soal di atas, tidak dapat diperoleh dari metode drill.
Kemampuan yang diperlukan untuk itu adalah hafal fakta-fakta dasar berhitung serta hafal
dan terampil menggunakan algoritma berhitung prosedur atau himpunan langkah-langkah
dalam berhitung.
Tujuan menggunakan metode latihan dalam pembelajaran matematika adalah
meningkatkan kemampuan kecepatan dan kecermatan dalam menggunakan algoritma
matematika. Perlu diperhatikan guru bahwa metode drill digunakan bila perlu saja. Karena
pembelajaran yang menekankan keterampilan saja, tanpa pengertian, dan sedikit aplikasi
dalam kehidupan sehari-hari, akan sedikit yang dapat diingat oleh siswa. Demikian pula
dengan metode latihan. Latihan diperlukan jika siswa benar-benar sudah memahami
pengertian dan algoritma.
Pemberian latihan dan drill harus tepat waktu, artinya jika terlalu dini memberikan
latihan dan drill maka dimungkinkan siswa yang belum paham fakta dan algoritma akan
menjadi lamban menyelesaikan soal atau masalah karena masih ada yang belum dipahami.
Tetapi bila pemberian drill atau latihan terlambat, maka siswa akan lamabat dan mengalami
kesulitan dalam belajar materi ajar berikutnya yang terkait. Misalnya, pada pembelajaran
matematika lama, banyak siswa terampil berhitung, tetapi banyak pula siswa yang tidak
memahami konsep operasi bilangan.
F. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas sering disebut metode tugas. Dalam pembelajaran
matematika, pemberian tugas biasanya berupa soal latihan yang dikerjakan dirumah. Namun
sebenarnya, pemberian tugas dalam pembelajaran matematika tidak hanya berupa soal-soal,
tetapi dapat berupa tugas membaca materi ajar
berikutnya, tugas mencari bukti lain dari suatu teorema atau rumus, tugas mencari contoh
kasus dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan konsep tertentu atau perhitungannya
menggunakan rumus tertentu. Pelaksanaan metode pemberian tugas dari tiga tahap.
94
1.
Guru memberi tugas. Guru harus memperhatikan bahwa tujuan dan petunjuk
pemberian tugas harus jelas. Ini berarti bahwa tugas-tugas tersebut benar-benar telah
terencana.
2.
3.
Siswa mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas baik kepada guru atau temanteman di kelas.
Dalam pembelajaran matematika, tujuan pemberian tugas antara lain adalah agar
siswa dapat melatih keterampilannya dalam menyelesaikan soal, lebih memahami dan
mendalami materi ajar yang telah diberikan disekolah, menumbuhkan kebiasaan belajar
secara mandiri, menumbuhkan rasa tanggung jawab, dan menumbuhkan sikap positif
terhadap matematika. Oleh karena itu disarankan agar guru tidak memberikan tugas yang
sukar atau terlalu banyak, soal-soal tugas harus membuat soal-soal yang mudah, senang dan
sukar dalam komposisi yang berimbang. Karena tugas yang terlalu sukar dan banyak dapat
mengakibatkan siswa tidak mempuanyai waktu untuk mengerjakan tugas lain dari sekolah
atau kegiatan diluar sekolah, siswa putus asa, dan menimbulkan sikap negative terhadap guru
maupun pelajaran.
Oleh karena itu, kerja sama antara guru matematika dengan guru-guru lain sangat
diperlukan dalam memberikan tugas-tugas kepada siswa.Dengan kerja sama ini dapat
dihindari seorang siswa harus menyelesaikan banyak tugas dalam sehari.
Kelebihan Metode Pemberian Tugas
1.
Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar mandiri atau kelompok rumah akan lebih
lama diingat.
2.
3.
Apabila tugas secara dikoreksi guru dapat lebih cepat mengetahui jika terdapat
kesalahan konsep pada diri siswa.
Seringkali siswa melakukan penipuan diri dimana siswa hanya meniru pekerjaan
orang lain tanpa mengalami proses belajar.
Apabila tugas terlalu berlebihan dan sukar dapat mengganggu mental siswa.
G. Metode Diskusi
Pembelajaran dengan metode diskusi adalah bentuk kegiatan pembelajaran dimana
terjadi interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Diskusi dapat dilakukan
dalam kelompok kelas yang dipimpin oleh guru atau seorang siswa dengan moderator, atau
diskusi dalam kelompok-kelompok kecil. Kelompok kecil ini dibedakan menjadi diskusi
kelompok pasangan (2 orang), diskusi kelompok (3-6 orang), diskusi kelompok dinamika
yaitu dimulai dari kelompok pasangan, kemudian bergabung menjadi 4 orang, kemudian
bergabung lagi menjadi 8 orang.
Materi ajar matematika atau masalah matematika yang layak didiskusikan adalah
materi atau masalah yang menarik siswa sesuai dengan taraf berpikirnya, yang
mengutamakan penalaran dan mempunyai kemungkinan jawab lebih dari satu. Misalnya,
membuktikan suatu teorema atau rumus, menyelesaikan soal, dan menyederhanakan suatu
bentuk aljabar.
Materi ajar dalam diskusi kelompok dapat berbeda-beda dan dapat pula sama untuk
setiap kelompok. Diskusi kelompok akan lebih bermanfaat jiak setiap kelompok melaporkan
hasil diskusi kepada kelas secara keseluruhannya. Apabila materi ajar diskusi sama untuk
semua kelompok, mungkin akan diperoleh hasil yang sama, mungkin berbeda mungkin juga
hasil akhirnya sama tetapi caranya berbeda. Jika hasilnya bervariasi untuk menambah
pengalaman siswa. Dari hasil laporan ini guru dapat melihat apakah konsep-konsep yang
diajarkan telah dimengerti siswa atau belum, jika terjadi kesalahan konsep pada diri siswa
segera dapat teratasi.
Kelebihan Metode Diskusi
1.
2.
3.
4.
96
Dalam
pembelajaran
matematika,
metode
penemuan
adalah
suatu
cara
menyampaikan materi ajar matematika sedemikian hingga proses belajar yang terjadi
memungkinkan siswa untuk menemukan siswa untuk menemukan hal baru berdasarkan
serentetan pengalaman yang lampau. Hal baru disini bukan berarti benar-benar baru, sebab
sudah diketahui orang lain. Akan tetapi merupakan hal yang baru bagi siswa yang
bersangkutan. Hal-hal baru yang diharapkan dapat ditemukan oleh siswa dapat berupa
konsep, teorema, rumus, pola, aturan dan sejenisnya.
Dalam pembelajaran dengan metode penemuan ini keterangan-keterangan yang
dihadapkan kepada siswa tidak disajikan secara lengkap dari awal sampai akhir seperti
metode ceramah, ekspositori, Tanya jawab, atau demonstrasi. Dalam awal kegiatan dengan
metode penemuan ini siswa dituntut untuk melakuakan aktivitas mental untuk memahami
keterangan-keterangan yang dihadapkan. Siswa dituntut untuk benar-benar aktif.
Metode penemuan dapat dibedakan menjadi dua yaitu penemuan terbimbing dan
penemuan tidak terbimbing. Dalam metode penemuan tidak terbimbing, guru hanya berfungsi
sebagai pengawas, tidak membimbing dan tidak menyelesaikan masalah bagi siswa, benarbenar dituntut untuk menyelesaikan masalah sendiri. Penemuan tidak terbimbing ini sulit
dilakasanakan pada perguruan tinggi. Pada umumnya siswa masih memerlukan bimbingan,
arahan selangkah demi selangkah untuk memahami hal-hal baru. Oleh karena itu, jika siswa
tidak menunjukan kemampuan untuk memahami hal abru yang dikemukakan maka metode
penemuan terbimbing yang lebih tepat unutk dilaksanakan.
Dalam metode penemuan terbimbing, langkah yang ditempuh guru adalah
menyatakan masalah kemudian membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian masalh
itu dengan instruksi-instruksi seminimal mungkin. Sedangkan siswa mengikuti instruksi yang
sedikit itu, dan berusaha menemukan sendiri penyelesaiannya.
Langkah-langkah yang harus dilakukan siswa dalam metode penemuan terbimbing
sebagai berikut:
1.
Memahami masalah.
2.
3.
4.
5.
3 x 4 =
3 x 3 =
3 x 2 =
3 x 1 =
3x0=
Perhatikan hasil-hasil yang anda peroleh !
Apakah anda melihat suatu pola ?
Kesimpulan apakah yang dapat anda ambil ?
Coba anda lanjutkan pola di atas, seperti berikut ini !
3 x -1 = ...
3 x -2 = ...
3 x -3 = ...
3 x -4 = ...
Perhatikan hasil-hasil yang anda peroleh !
Apakah anda melihat suatu pola !
Kesimpulan apakah yang dapat anda ambil ?
2. Menemukan rumus (a+b)2 = a2 + 2ab + b2
a
b
b
(a + b)
A
(a + b)
(a + b)
Perhatikan gambar dan cari hubungan yang terjadi !
3. Carilah nilai x dari ax2 + bx + c = 0 jika x 0
4. Gambarlah sembarang segitiga siku-siku, ukur panjang sisi-sisinya, ukur semua sudutsudutnya. Apakah yang dapat Anda temukan !
Jika guru memberikan masalah seperti contoh 1 di atas maka metode yang digunakan
adalah metode penemuan terbimbing. Pada contoh 1 sajian masalah serupa dengan metode
induktif. Sebaliknya jika guru memberikan seperti contoh 2,3, dan 4 tanpa instruksi lain
atu bimbingan guru maka guru menggunakan metode penemuan tidak berbimbing.
98
3
7
1
6
SM P?
Untuk
m enggunaka n
pengetahuan,
masala h,
keterampilan,
dan
sis wa
ha rus
pernahaman
menggunakan
strategi
yang
dipilih,
kemudian
3.
1. Dalam metode penemuan hasil akhir merupakan hal baru baci siswa
tetapi sudah diketahui guru, sedangkan dalam metode inkuari hash
akhir belum dapat diketahui siswa maupun guru.
2. Pada metode penemuan siswa diharapkan dapat menemukan hal
yang penting jadi hasil akhir sangat penting, sedangkan dalam
metode inkuari hasilnya nomor dua.
3. Dalam pembelajaran maternatika biasanya metode penemuan
dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil dikelas, sedangkan metode
inkuari dapat dilakukan secara sendiri-sendiri dan di luar kelas.
4. Dalam metode inkuari guru selain berfungsi sebagai pembimbing juga
sebagai sumber informasi atau data yang diperlukan, dimana siswa
masih harus menambah informasi tambahan, membuat hipotesis dan
mentesnya.
Metode inkuari sangat sesuai untuk digunakan guru bila tujuan
pernbelajarannya antara lain agar siswa
1.
2.
3.
4.
5.
menggeneralisasikan.
6. Mampu melakukan penelitian, meliputi kernampuan merumuskan
masalah, merencanakan dan melakukan penelitian, merumuskan
kesimpulan, mengernukakan pendapat, berdebat, menyanggah, dan
mempertahankan pendapat.
7. Agar siswa bersedia bersikap objektif, jujur, terbuka dan sebagainya.
Pelaksanaan pembelajaran dengan metode inkuari dapat dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Guru menunjukkan suatu benda, gambar, atau masalah kepada
siswa.
2. Guru merangsang siswa dengan pertanyaan, atau guru membagi
tugas menelitinya kepada masing-masing siswa atau masingmasing kelompok siswa. Dapat dilakukan masing-masing siswa atau
kelompok mendapat tugas tertentu untuk diteliti.
103
3. Siswa
Gambarlah dua garis sejajar (katakanlah 1//m) dipotong oleh sebuah garis lain (katakanlah g)
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
105
Tujuan penggunaan metode ini adalah agar siswa dapat langsung mengalami dan
melakukan suatu pekerjaan yang memanfaatkan hasil dari belajar matematika, dengan
demikian siswa mengetahui langsung kegunaan matematika dalam
kehidupannya. Akhirnya dengan pengalaman itu timbul kemauan be:ajar
matematika. Siswa juga memahami masalah-masalah yang menghamhat
dan menunjang berhasilnya suatu pekerjaan. Dengan demikian tujuan
pembelajaran dalam bidang kognitif, afektif dan psikomotor dapat dicapai.
M. Metode Permainan
Pembelajaran maternatika
menggunakan metode
"Tiga betas"
107
DAFTAR PUSTAKA
Bell, Frederick H. 1981. Teaching and Learning Mathematics : In
Secondary School. Iowa : Wm. C. Brown Company Publisher.
Dahar, Ratnawiiis. 1988. Teori-teori Belajar. Jakarta : Depdikbud.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Fr
Rineka Cipta.
Djamarah, S. B. dan Zain A. 2002. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta : PT Rineka Cipta.
H u d o j o , H e rm a n . 1 9 7 9 . P e n g e m b a n g a n Ku r i k u l u m
Matematika dan
Pelaksanaannya di Depan Kelas. Surabaya : Usaha Nasional.
Hudojo, Herman. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta :
Depdikbud.
Hud ojo , He rma n. 19 90. Stra te gi Me nga ja r Be la ja r M ate ma tika .
Ma lan g
Penerbit IKIP Malang.
Karso, dkk. 1994. Materi Pokok Dasar-dasar Pendidikan MIPA.
Modul 1 - 6. Jakarta : Depdikbud.
Maier, H. 1985. Kompedium Didaktik Matematika. Bandung :
Remaja Karya.
Miarso Y. dkk. 1986. Definisi Teknoloqi Pendidikan Satuan Tugas
Definisi dan Termino/ogi AECT. Jakarta : Rajawali.
108
109