Você está na página 1de 7

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL


Nama : Achmad Damayanto
NPM : 0906629214
A. Kasus (Masalah Utama)
Harga diri rendah situasional
B. Proses terjadinya masalah
Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan, dan
kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Konsep diri seseorang tidak
terbentuk waktu lahir; tetapi dipelajari sebagai hasil dari pengalaman unik
seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan dengan realitas
dunia (Stuart & Sundeen, 1995). Carpenito (1999) menyebutkan bahwa
gangguan konsep diri merupakan suatu keadaan individu mengalami atau
berada pada risiko mengalami suatu keadaan negatif dari perubahan mengenai
perasaan, pikiran, atau pandangan mengenai dirinya.
Rentang respon konsep diri :
Respon Adaptif

Respon

Maladaptif
Aktualisasi
Diri

Konsep diri
positif

Harga diri

Kerancuan

rendah

Identitas

Depersonalisasi

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai


dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart and
Sundeen,1991). Gangguan harga diri merupakan evaluasi diri negatif dan
perasaan tentang diri atau kemampuan diri, yang mungkin secara langsung
atau tidak langsung diekspresikan (Townsend, 1998). Definisi lain dari
gangguan harga diri merupakan suatu keadaan dimana individu mengalami
atau berisiko mengalami evaluasi diri negatif tentang kemampuan atau diri.

Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu


yang sebelumnya memiliki harga diri positif kemudian mengalami perasaan
negatif mengenai diri dalam berespons terhadap suatu kejadian seperti
kehilangan dan perubahan (Carpenito, 2000). Meskipun harga diri rendah
situasional merupakan suatu keadaan episodik, kekambuhan berulang dan/atau
penghargaan diri negatif berkelanjutan dapat menyebabkan harga diri rendah
kronis. (Willard, A., 1991;personal communication). Pengembangan dari
persepsi negatif terhadap nilai diri yang berespon terhadap situasi saat ini
(NANDA, 2009-2011).
Faktor predisposisi menurut Stuart & Sundeen (1995/1998) ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi konsep diri seseorang. Faktor ini
dapat dibagi sebagai berikut:
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang kali,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang
lain, dan ideal diri yang tidak realistik.
2. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran adalah stereotipik peran
seks, tuntutan peran kerja, dan harapan peran kultural.
3. Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi ketidakpercayaan
orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan dalam struktur
sosial.
Faktor pencetus terjadinya HDR situasional dapat ditimbulkan dari
sumber internal dan eksternal, yaitu:
1. Trauma, seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
kejadian yang mengancam kehidupan.
2. Ketegangan peran berhubungan peran atau posisi yang diharapkan di mana
individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran, yaitu
transisi peran perkembangan, transisi peran situasi, dan transisi peran
sehat-sakit.
Tanda dan gejala harga diri rendah situasional dapat dilihat dari
perilaku klien sehari-hari. Menurut NANDA, 2009-2011, batasan karakteristik
dari harga diri rendah situasional diantaranya adalah :

1. Tidak bisa mengevaluasi diri ketika menghadapi masalah.


2. Tidak bisa mengevaluasi diri ketika menghadapi situasi
3. Adanya ekspresi tidak berdaya
4. Adanya ekspresi tidak berguna
5. Adanya keragu-raguan
6. Adanya perilaku nonasertif
7. Sering merendahkan diri sendiri
Sedangkan menurut Carpenito, tanda dan gejala yang harus terdapat pada klien
dengan harga diri rendah situasional :
1. Kekambuhan episodik dari penghargaan diri negatif yang sebelumnya
memiliki evaluasi diri positif
2. Pengungkapan diri negatif mengenai diri
dan tanda dan gejala yang mungkin terdapat pada klien dengan harga diri rendah
situasional:
1. ekspresi malu atau rasa bersalah
2. Mengkritik diri sendiri
3. Perasaan tidak mampu atau pandangan hidup yang pesimis
selain dari data diatas, perawat dapat mengamati penampilan seorang yang
menglami harga diri rendah, melihat dari kurang memperhatikan perawatan
diri, berpakaian yang tidak rapi, selera makan menurun, tidak beran menatap
lawan bicara, dan bicara lambat dengan nada suara lemah
Akibat dari harga diri rendah menurut Stuart & Sundeen
(1995/1998) adalah seseorang menjadi tidak berguna lagi seperti yang dulu
pernah terjadi pada dirinya. Oleh karena itu, seseorang bisa mengisolasi diri
dari lingkungan sekitarnya. Seseorang yang menarik diri dari lingkungan
berisiko halusinasi, perilaku kekerasan, dan defisit perawatan diri. Selain itu,
akibat lain dari harga diri rendah yaitu mencederai diri sebagai akibat harga
diri yang rendah disertai harapan yang suram sehingga mungkin klien ingin
mengakhiri kehidupan. Harga diri rendah juga dapat menyebabkan depresi,
kehidupan yang tidak bahagia dan tidak ada usaha untuk mencapai tujuan dan

keinginan karena takut gagal dan tidak siap menerima respon negatif dari
orang lain.
C. Pohon Masalah
Isolasi sosial
Harga diri rendah situasional

Gangguan konsep diri


D. Masalah Keperawatan yang muncul dan data yang perlu dikaji
No.
1.

Masalah Keperawatan
Gangguan citra tubuh

Data-data yang perlu dikaji


DO:
- Perubahan dan hilangnya anggota tubuh
baik struktur, bentuk dan fungsi
- Menyembunyikan atau memamerkan bagian
tubuh yang terganggu
- Menolak melihat bagian tubuh
- Menolak menyentuh bagian tubuh
- Aktifitas sosial menurun
DS:
- Mengungkapkan penolakan tehadap:
Perubahan anggota tubuh saat ini,
misalnya tidak puas dengan hasil
operasi.
Anggota tubuhnya yang tidak berfungsi
Interaksi dengan orang lain
Mengungkapkan
perasaan
tidak
berdaya, tidak berharga, keputusasaan.
Mengungkapkan keinginan yang terlalu
tinggi terhadap bagian tubuh yang
terganggu.
Sering mengulang-ulang mengatakan
kehilangan.
Merasa asing terhadap bagian tubuh
yang hilang.

2.

Harga diri rendah situasional

3.

Isolasi sosial

E.

DO:
- Kontak mata kurang
- Tidak berinisiatif berinteraksi dengan orang
lain
- Tampak malas-malasan
- Produktivitas menurun
DS:
- Mengeluh hidup tidak bermakna
- Tidak memiliki kelebihan apa pun
- Merasa jelek
- Mengatakan malas
- Putus asa
DO:
- Menyendiri, mengurung diri
- Tidak mau bercakap-cakap dengan orang
lain
- Tidak berinisiatif berhubungan dengan
orang lain
- Mematung
- Mondar-mandir tanpa arah
DS:
- Mengatakan malas berinteraksi
- Mengatakan orang lain tidak mau
menerima dirinya.
- Merasa orang lain tidak selevel
- Curiga dengan orang lain
- Mendengar suara-suara/ melihat bayangan
- Merasa tak berguna

Rencana tindakan keperawatan (terlampir)


1. Bina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa
aman dan nyaman saat interaksi. Tindakan yang harus dilakukan adalah:
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. berjabat tangan
c. Menjelaskan tujuan interaksi
d. Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu pasien
2. Bantu klien mengenal kondisinya
a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
b. Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan HDR situasional
c. Bantu pasien mengenal penyebab HDR situasional
d. Bantu klien menyadari perilaku akibat HDR situasional

3. Bantu klien meningkatkan harga dirinya:


a.
b.
c.
d.

Pantau pernyataan pasien tentang nilai dirinya.


Pantau frekuensi pernyataan negative dirinya secara verbal.
Dorong pasien untuk identifikasi kekuatannya.
Dorong pasien menggunakan kontak mata dalam berkomunikasi

dengan orang lain.


e. Bantu pasien untuk mengidentifikasi respon positif.
4. Bantu klien meningkatkan perannya
a. Klien dapat meningkatkan harga dirinya dengan mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki, menilai dan menetapkan
kemampuan yang masih dapat digunakan, serta melatih kegiatan yang
sudah dipilih
b. Klien mampu menilai dan meningkatkan peran yang ada dalam
keluarga
c. Klien mampu menilai apa saja kekurangan yang dirasakan dalam peran
yang dimilikinya
d. Klien mampu menerima perubahan peran yang mungkin akan
dialaminya
e. Klien mampu menilai strategi yang positif untuk menjalani perubahan
peran
f. Klien mampu mengembangkan perannya yang baru dalam keluarga
dan mengatasi perubahan-perubahan yang akan terjadi
g. Klien mampu mengungkapkan harapan terhadap perannya yang baru
h. Klien mampu mempraktikkan perilaku baru yang dibutuhkan untuk
memenuhi perannya
5. Bantu klien meningkatkan koping
a. Kaji penyesuaian pasien terhadap perubahan pada citra diri
b. Gali lebih lanjut metode sebelumnya dalam mengatasi masalah
hidupnya
c. Dorong verbalisasi perasaan, persepsi, dan ketakutan
d. Identifikasi sistem pendukung yang dimiliki klien misalnya keluarga,
lingkungan.
e. Bantu pasien mengidentifikasi tentang hal yang diinginkan, kekuatan
dan kemampuan yang dimilikinya
f. Bantu klien untuk melawan perasaan ambivalen (marah atau depresi).
g. Anjurkan pasien untuk mengembangkan sikap yang penuh harapan
untuk menangani keberdayaannya

Daftar Pustaka
Carpenito, L. J. (2000). Handbook of nursing diagnosis. (M. Ester, Penerjemah).
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins Inc. (Sumber asli diterbitkan
1999)
Stuart, G. W. & Sundeen, S. J. (1998). Pocket guide to psychiatric nursing, 3/E.
(A. Y. S. Hamid, Penerjemah). St. Louis: Mosby Year Book, Inc. (Sumber
asli diterbitkan 1995)

Você também pode gostar