Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
OLEH
AINUN NAJIYAH
NIM 13.008
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam perkembangan industri farmasi teknologi farmasi sangat berperan aktif dalam
peningkatan kualitas produksi obat-obatan. Hal ini banyak ditunjukkan dengan banyaknya
sediaan obat-obatan yang disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif obat, kondisi
pasien dan penigkatan kualitas obat dengan meminimalkan efek samping obat tanpa harus
mengurangi atau mengganggu dari efek farmakologis zat aktif obat. Sekarang ini banyak
bentuk sediaan obat yang dijumpai di pasaran antara lain: Dalam bentuk sediaan padat:
pil, tablet, kapsul dan supposutoria. Dalam bentuk sediaan setengah padat: krim dan salep.
Dalam bentuk cair: sirup, eliksir, suspensi, emulsi dan lain-lain.
Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai
efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam
proses infeksi oleh bakteri. Untuk menangani infeksi oral dan maksilofasial, dokter
menggunakan antibiotika sebagai pilihan utama. Saat diputuskan untuk menggunakan antibiotika
sebagai bentuk penanganan terhadap infeksi, maka antibiotika yang digunakan harus diseleksi
secara tepat. Maka bila kita ingin membuat sediaan oral antibiotik kita harus membuatnya
menjadi sediaan suspensi antibiotik. Alasan antibiotik diformulasikan dalam bentuk sediaan
suspensi yaitu bahan obat mempunyai kelarutan yang kecil atau tidak larut dalam air,
tetapi diperlukan dalam bentuk sediaan cair, mudah diberikan kepada pasien yang
mengalami kesulitan untuk menelan, diberikan pada anak-anak, untuk menutupi rasa pahit
atau aroma yang tidak enak pada bahan obat. Sediaan dalam bentuk suspensi diterima
baik oleh para konsumen dikarenakan penampilan baik itu dari segi warna ataupun
bentuk wadahnya. Penggunaan dalam bentuk suspensi bila dibandingkan dengan larutan
sangatlah efisien sebab suspensi dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil
dalam air.
Dengan demikian sangatlah penting bagi kita sebagai tenaga farmasis untuk
mengetahui dan mempelajari pembuatan sediaan dalam bentuk suspensi yang sesuai
dengan persyaratan suspensi yang ideal ataupun stabil agar selanjutnya dapat diterapakan
pada pelayanan kefarmasian dalam kehidupan masyarakat.
B.
Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah agar kita selaku tenaga farmasis dapat
mengetahui cara pembuatan ataupun peracikan sediaan suspensi yang baik dan benar.
C.
Manfaat
Untuk tenaga farmasi, kita dapat meracik atau membuat sediaan suspensi kloramfenikol
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Suspensi berasal dari bahasa inggris: suspension, yaitu sediaan cair yang mengandung
partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
DOM martin; 937 : Proses penyiapan sistem 2 fase yang homogen dimana fase
terdispersi atau fase dalam adalah bahan padat dan fase luar atau fase kontinue
adalah cairan. Suspensi merupakan salah satu contoh dari bentuk sediaan cair, yang
secara umum dapat diartikan sebagai suatu system dispersi kasar yang terdiri atas
bahan padat tidak larut tetapi terdispersi merata ke dalam pembawanya. Bentuk
suspensi yang di pasarkan ada 2 macam, yaitu suspensi siap pakai atau suspensi cair
yang langsung bisa diminum, dan suspensi yang dilarutkan terlebih dahulu ke dalam
cairan
pembawanya, suspensi
bentuk
ini
digunakan
untuk
zat
aktif
yang
kestabilannya dalam akhir kurang baik dan sebagai pembawa dari suspensi yaitu
berupa air.
Scovilles (298) : sediaan farmasi dimana mengandung bahan yang tidak larut.
Dapat disimpulkan bahwa, suspensi adalah sistem 2 fase yang umumnya tidak
stabil secara energi dalam bentuk padat halus berbagi yang terdispersi dalam
cairan, padatan atau gas yang berukuran 0 -1 nano mikron.
Ciri-ciri suspensi :
1. Terbentuk dua fase yang heterogen.
2. Berwarna keruh.
3. Mempunyai diameter partikel : > 100 nm.
4. Dapat disaring dengan kertas saring biasa.
5. Akan memisah jika didiamkan.
Komposisi suspensi :
Bahan pembasah (mempengaruhi flokulasi, viskositas, kontrol PH) dimana medium
eksternal biasanya air).
Dimana:
Istilah rheologi digunakan untuk menggambarkan aliran cairan dan Isaac newton
yang menyatakan bahwa tahanan terhadap aliran adalah sebanding dengan kecepatan
geser. Istilah newton tentang tahanan terhadap aliran sekarang dikenal dengan kekentalan
atau viskositas yang didefinisikan sebagai tetapan perbandingan antara tekanan geser
(Shering stress) dengan kecepatan geser (Rate of share). Tekanan geser adalah gaya per
luas area yang digeser (dyne/cm). Kecepatan geser adalah kecepatan dibagi ketebalan
film (detik-1).
Viskositas= (dyne/cm2) / (1/detik)= poise (P)= 100centipoise (cps)
Rheologi dari suatu zat tertentu dapat mempengaruhi penerimaan obat bagi pasien,
stabilitas fisik obat, bahkan ketersediaan hayati dalam tubuh (bioavailability). Sehingga
viskositas telah terbukti dapat mempengaruhi laju absorpsi obat dalam tubuh.
b. Ukuran Partikel
Pengecilan ukuran partikel berguna untuk kestabian supensi karena laju endap
dari partikel padat berkurang kalu ukuran partike dikurangi. Pengurangan kuran partikel
menghasilkan laju pengendapan yang lambat dan lebih beragam.
c. Volume Sedimentasi
Endapan yang terbentuk harus dengan mudah didispersikan kembali dengan
pengocokan sedangkan agar menghasilkan suatu sistem homogen maka penguurn volume
endapan dan mudah mendispersi membentuk dua prosedur evaluasi dasar yang paling
umum (Patel dkk, 1994)
d. pH
pH merupakan suatu penentu utama adalam kestabilan suatu obat yang cenderung
penguraian hidrolitik. Untuk kembanyakan obat pH kestabilan optimum adalah pada
situasi asam antara pH 5-6. Oleh karena itu, melalui penggunakan zat pendapar yang
tepat kestabilan senyawa yang tidak stabil dapat ditinggikan (Ansel, 1989). pH standar
suspensi menurut Kulshreshta, Singh, dan Wall (2009) antara 5-7.
e. Redispersibilitas
Daya kocok sedimen dapat dilakukan dengan gerak membalik susupensi yang
mengandung sedimen sebasar 900 kemudian dapat diukur waktunya atau jumlah gerak
membalik, yang dibutuhkan untuk mendispersikan kembali seluruh partikel (Voight,
1995). Kemampuan suspensi untuk menjaga agar dosis obat terdispersi secara merata
diukur berdasarkan kemampuannya untuk mendispersikan kembali suatu suspensi yang
BAB III
PRA FORMULASI
-Mongorafi :
CHLORAMPHENICOLI PALMITAS
Kloramfenikol palmitat
-kloramfenikol plamitat : mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%,C27
H42 Cl2 N2O6.dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan..
-pemerian: serbuk hablur halus,licin;putih;bau lemah;rasa tawar.
- Kelarutan praktis: tidak larut dalam air; larut dalam 45 bagian etanol (95%) p,dalam 6 bagian
klorofrom p dan dalam 14 bagian eter p.
-Jarak lebur 86o sampai 92o.
-Rotasi jenis + 22,5o sampai +25,5o; pengujian dilakukan menggunkan larutan 5,0% b/v dalam
etanol mutlak p.
-Keasaman-kebasaan: larutan 1,0 g dengan penghangatan dalam 5 ml campuran etanol (95%)
p dan eter p volume yang sebelumnya telah dinetralkan terhadap larutan fenolftalein p. netralkan
dengan natrium hidroksida 0,1 N menggunakan indicator larutan fenolftalein p.hingga warna
merah jambu yang terjadi mantap pada pengocokan selama 30 detik; diperlukan tidak lebih
dari0,4 ml.
-Susut pengeringan: tidak lebih dari 0,5 %; pengeringan dilakukan dalam hampa udara diatas
fosforpentoksida p hingga bobot tetap.
-Sisa pemijaran: Tidak lebih dari 0,1%
-Penetapan kadar: Laturan 30 mg yanag ditimbng saksama dalam etanol mutlak p secukupnya
hingga 100,0 ml.encerkan 10,0 ml dengan etanol mutlak p secukupnya hingga 100,0 ml ukur
serapan-1 cm larutan p ada maksimum lebih kurang 271 nm.hitung kadar C 27 H42 Cl2 N2O6; A
( 1% cm) pada lebih kurang 271 nm adalah 178.
-Penyimpanan; Dalam wadah tertutup baik,terlindung dari cahaya.
-Penandaan pada etiket harus juga tertera: Daluwarsa
-Khsiat dan penggunaan: Antibiotikum.
CARBOXYMETHYLCELLULOSUM NATRICUM
Karboksimetilselulosa Natrium
Garam selulosa karboksimetil eter natrium (9004-32-4)
-Kaboksimetilselulosa
Natrium
adalah
garam
natrium
dari
polikarboksimetil
eter
selulosa,mengandung tidak kurang dari 6,5% dan tidak lebih dari 9,5% nartium (Na) dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan.
-Pemerian; serbuk atau granul,putih sampai krem;higroskopik.
-Kelarutan: Mudah terdidpersi dalam air membentuk larutan koloidal;tidak larut dalam
etanol,dalam eter dan dalam pelarut organik lain.
-Susut pengeringan: <1121> Tidak lebih dari 10,0%; lakukan pengeringan pada suhu 105 o
selama 3 jam.
-Konsentrasi : 0,1 1 %
-pH : 6 10
-Penetapan kadar: Timbang saksama lebih kurang 500 mg,larutkan dalam 80 ml asamasetat
glacial p.panaskan di atas tangas air mendidih selama 2 jam,dinginkan hingga suhu kamar dan
titrasi dalam asam perklorat 0,1 N LV, tetapkan titik akhir secara potensiomtrik.
PROPYLENGLYCOLUM
Propilen glikol
-Pemerian: Cairan kental,jernih,tidak berwarna; rasa khas;praktis tidak berbau;menyerap air
pada udara lembab.
- kelarutan: Dapat bercampur dengan air,dengan aseton,dan dengan kloroform;larut dalam eter
dan dalam beberapa minyak esensial;tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.
-Wadah dan penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat.
POLYSORBATUM 80
Polisorbat 80
Polioksietilena 20 sorbitan monooleat [9005-65-6]
Polisorbat 80 adalah ester oleat dari sorbitol dan anhidrida yang berkopolimerisasi dengan lebih
kurang 20 molekul etilena oksida untuk tiap molekul sorbitol dan anhidrida sorbitol.
-pemerian: cairan seperti minyak,jernih berwarna kuning muda hingga coklat muda;bau khas
lemah; rasa pahit dan hangat.
-Kelarutan: sangat mudah larut dalam air,larutan tidak berbau dan praktis tidak berwarna;larut
dalam etanol,dalam etil asetat;tidak larut dalam minyak mineral.
-Wadah dan penyimpanan: dalam wadah yang tertutup rapat.
SIRUPUS SIMPLEX
Sirop Gula
Pembuatan larutkan 65 bagian sakarosa dalam larutan Metil paraben 0,25 % b/v secukupnya
hingga diperoleh 100 bagian sirop.
-Pemerian: Cairan jernih,tidak berwarna.
-Penetapan kadar: Memenuhi syarat penetapan sakarosa yang tertera pada sirupi
-Penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat,di tempat sejuk,
Metil paraben ( Handbook of Pharmaceutical excipients, hal 310, FI IV hal 551)
Pemerian : Hablur kecil tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam air panas.
Kegunaan : Antimikroba atau pengawet.
Stabilitas : Larutan metil paraben stabil pada pH 3 6, disterilisasikan oleh otoklaf 120C selama
20 menit tanpa terjadi peruraian. Dalam bentuk larutan stabil pada pH 3 6 (terurai kurang dari
10%) untuk penyimpanan lebih dari 4 tahun.
OTT : Surfaktan anionik, bentonit, magnesium trisilikat, talk, tragakan.
Sterilisasi : Otoklaf
Wadah : Wadah tertutup baik ditempat yang dingin dan kering
Konsentrasi : 0,065 % - 0,25 % ( i.v)
Bobot molekul : 152,15
Rumus Struktur : C8H8O3
Pria
Wanita
Tahun
Bulan
Bobot (kg)
Bobot (kg)
8,1
7,6
9,6
9,3
11,4
11,0
13,0
12,6
14,4
14,2
15,8
16,2
Embamegafarma
: Infeksi saluran nafas, batuk rejan, faringitis, tonsilitis, infeksi saluran cerna,
kolitis, enteritis luteris, tipus abdominalis.
Efek Samping : Diskrasia darah terutama aplastik anemia yang dapat menjadi serius dan fatal,
hipersensitif, urtikaria, sindrom gray pada bayi prematur atau yang baru
lahir,
Dosis
: Dewasa, Anak dan bayi usia > 2 minggu : 50mg/kgBB/hari terbagi dalam 3-4
dosis bagi; bayi premature dan bayi usia di bawah 2 minggu, 25mg/kgBB/hari
terbagi dalam 4 dosis bagi.
R/ Suspensi kloramfenikol
FDC Red
120ml
qs.
S.t.dd.1.C
Resep standart :
Menurut Formularium Nasional Edisi ke 2 Halaman 66 No 144, tiap 5 ml kloramfenikol
mengandung :
R/ Kloramfenikol palmitas setara dengan
Kloramfenikol
125 mg
50 mg
Polisorbathum
-80
R/ Kloramfenikol
25 mg
3g
Prophilenglikol
Karboximetil selulosa natrium
1 g 1,2 g
Sirupus
simplex
Polisorbathum
-80
5 g 600 mg
Aquadest
Prophilenglikol
add
5 ml 24 g
Sirupus simplex
Aquadest
S. t.d.d.1C
Pro : Stella (1 tahun)
120 g
add
120 ml
Perhitungan Bahan :
No
Nama Bahan
Perhitungan
Jumlah
1.
Kloramfenikol Palmitat
125 mg
3000 mg
2.
CMC
50 mg
1200 mg
3.
Polisorbatum-80
25 mg
4.
Propilenglikol
1g
24 g
5.
Sirupus Simplex
5g
120 g
6.
Aquadest
Ad 5 ml
Ad 120 ml
7.
FDC Red
8.
Essens Strawberry
x 120ml/15ml x 3
600 mg
BAB IV
PROSEDUR KERJA
Bahan :
- Kloramfenikol Palmitat
Botol 120ml.
- Sirup simpleks
Gelas ukur
- CMC Na
Sudip
- Polisorbatum-80
Hotplate
- Aquadest
Pipet tetes
- Propylenglikol
- FDC Red & Essens strawberry
B. Cara Kerja
1. Kalibrasi botol 120ml, timbang di dalamnya sirup simplex.
2. Timbang CMC, masukkan ke dalam mortir yang telah diberi air panas, taburkan CMC
lalu diamkan 15 menit, hingga mengembang kemudian aduk hingga menjadi mucilago.
3. Timbang propylenglikol dan polisorbatum-80 pada cawan yang telah ditara.
4. Timbang kloramfenikol palmitat.
5. Campur propilenglikol dan polisorbat, panaskan diatas hotplate, aduk lalu masukkan
kloramfenikol sambil diaduk ad homogen.
6. Semua campuran dituangkan pada CMC Na sambil diaduk lalu tambahkan aquadest,
aduk ad homogen, masukkan dalam botol.
7. Bilas lumpang, masukkan dalam botol, adkan hingga 120ml, gojog kuat dan beri etiket
serta label diminum sampai habis.
Pembahasan :
No
1.
Nama Bahan
Sinonim
Khasiat
Chloramphenicol
Kloramfenikol
Antibiotika
Palmitat
Palmitat
Pembahasan
Kami menggunakan chloramfenikol
palmitat dalam sediaan suspensi kami
karena rasa dari kloramfenikol yang tidak
pahit atau tidak berasa sehingga cocok
untuk sediaan oral. Bila menggunakan
kloramfenikol suksinat kami rasa tidak
tepat karena rasa dari bahan ini yang
terlalu pahit bila digunakan sediaan oral
sehingga bahan ini lebih tepat digunakan
untuk sediaan luar/parenteral.
2.
CMC
Carboxymethyl Suspending
Cellulose
Agent
karena
diperoleh
dengan
Struktur
nonionik
CMC-Na
Sirupus Simplex
Sirup Simpleks
ditambahkan
pengawet
karena
Corr.
bersifat higroskopik.
Stabilitas baik pada suhu kamar dan pada
saporis
Sukrosa
terdekomposisi
4.
Polisorbatum-80
Tween 80
yang
dengan
encer
dapat
keberadaan
Wetting
mikroba
Tween 80 dapat digunakan sebagai zat
agent
pengemulsi,
surfaktan
nonionik,
zat
5.
agent
(bahan
formulasi
pembasah)
sediaan
dikatakan
relatif
farmasi,
non
industri
toksik.
Dalam
makanan
farmasi
dalam
parenteral
berbagai
dan
non
macam
kortikosteroid,
senyawa,
fenol,
seperti
obat-obat
sulfa,
Aquadest
Air suling
Pelarut
yang
diperolah
perlakuan
dengan
menggunakan
BAB V
EVALUASI
= m/v
Suhu
200C
997,18
250C
996,02
300C
994,62
z= u kuran partikel
Larutkan sejumlah sampel yang cocok dengan volume yang sama dengan gliserol
dan kemudian encerkan lebih lanjut. Bila perlu dengan campuran sejumlah volume yang
sama dari gliserol dan air, sebagai alternatif digunakan paraffin sebagai pelarutnya (sesuai
monografinya). Teteskan cairan yang telah diencerkan tadi pada kaca objek. Periksalah
sebaran acaknya secara mikroskopik dengan menggunakan mikroskop resolusi yang
cukup untuk mengobservasi partikel yang kecil.
Observasi dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada partikel atau tidak lebih
dari beberapa partikel di atas ukuran maksimum yang diperbolehkan pada monografinya
dan karena itu hitunglah presentasi partikel yang mempunyai diameter maksimum dalam
batas yang ditetapkan. Persentase harus dikalkulasi dari observasi paling sedikit 1000
partikel.
b. Metode pengayakan
Metode ini menggunakan 1 seri ayakan standar yang telah dikalibrasi oleh
National
Bureau
of
Standards.
Ayakan
sering
digunakan
untuk
s = kepadatan partikel
g = percepatan gravitasi
h = jarak
0 = viskositas medium
Persamaan di atas hanya berlaku untuk partikel yang jatuh bebas tanpa gangguan
dan pada kecepatan yang tetap. Hukum ini berlaku untuk partikel yang memiliki bentuk
yang tidak beraturan dengan berbagai ukuran selama disadari bahwa diameter partikel
yang didapat merupakan ukuran partikel relatif terhadap partikel dengan bentuk dan
ukuran baku pada kecepatan yang sama.
d. Metode penentuan volume partikel
Instrumen yang populer digunakan untuk penentuan volume partikel adalah
coulter counter. Prinsip kerja dari alat ini adalah ketika partikel tersuspensi dalam cairan
melewati lubang keci.
Homogenitas (FI III hal 33)`
Homogenitas dapat ditentukan berdasarkan jumlah partikel maupun distribusi
ukuran partikelnya dengan pengambilan sampel pada berbagai tempat (ditentukan
menggunakan mikroskop untuk hasil yang lebih akurat). Jika sulit dilakukan atau
membutuhkan waktu yang lama, homogenitas dapat ditentukan secara visual.
Pengambilan sampel dapat dilakukan pada bagian atas, tengah, atau bawah. Sampel
diteteskan pada kaca objek kemudian diratakan dengan kaca objek lain sehingga \
terbentuk lapisan tipis. Partikel diamati secara visual. Penafsiran hasil : suspensi yang
homogen akan memperlihatkan jumlah atau distribusi ukuran partikel yang relatif hampir
sama pada berbagai tempat pengambilan sampel (suspensi dikocok terlebih dahulu).
Volume Terpindahkan (FI IV <1261> hal 1089)
Uji ini dilakukan sebagai jaminan bahwa larutan oral dan suspensi yang dikemas
dalam wadah dosis ganda, dengan volume yang tertera pada etiket tidak lebih dari 250
mL, yang tersedia dalam bentuk sediaan cair atau sediaan cair yang dikonstitusi dari
bentuk padat dengan penambahan bahan pembawa tertentu dengan volume yang
ditentukan, jika dipindahkan dari wadah asli, akan memberikan volume sediaan seperti
yang tertera pada etiket.
Caranya:
Pilih tidak kurang dari 30 wadah. Untuk suspensi oral, kocok isi 10 wadah satu persatu.
Untuk suspensi rekonstitusi, serbuk dikonstitusikan dengan sejumlah pembawa seperti
yang tertera pada etiket, konstitusi 10 wadah dengan volume pembawa seperti yang
tertera pada etiket diukur secara seksama dan campur. Tuang isi perlahan-lahan dari tiap
wadah ke dalam gelas ukur kering terpisah dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari
2,5 kali volume yang diukur. Penuangan dilakukan secara hati-hati untuk menghindarkan
pembentukkan gelembung udara pada waktu penuangan dan diamkan selam 30 menit.
Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap campuran : volume rata-rata
yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100% dan tidak satupun volume wadah
yang kurang dari 95%. Jika A : adalah volume rata-rata kurang dari 100%, tetapi tidak
ada satupun wadah yang volumenya kurang dari 95%. Jika B : adalah tidak lebih dari satu
wadah volume kurang dari 95% tetapi tidak kurang dari 90% dari volume yang tertera
pada etiket, lakukan pengujian terhadap 20 wadah tambahan. Volume rata-rata yang
diperoleh dari 30 wadah tidak kurang dari 100% dan tidak lebih dari satu dari 30 wadah
volume kurang dari 95%, tetapi tidak kurang dari 95%.
Volume Sedimentasi dan Kemampuan Redispersi
Karena kemampuan meredispersi kembali merupakan salah satu pertimbangan
utama dalam menaksir penerimaan pasien terhadap suatu suspensi dan karena endapan
yang terbentuk harus dengan mudah didispersikan kembali dengan pengocokan sedang
agar menghasilkan sistem yang homogen, maka pengukuran volume endapan dan
mudahnya mendispersikan kembali membentuk dua prosedur yang paing umum.
a. Volume Sedimentasi (Teori dan Praktek Farmasi Industri Lachman, 3rd ed. Hal 492)
Prinsip : Perbandingan antara volume akhir (Vu) sedimen dengan volume asal (Vo)
sebelum terjadi pengendapan. Semakin besar nilai Vu, semakin baik suspendibilitasnya.
Cara :
Sediaan dimasukkan ke dalam tabung sedimentasi yang berskala. Volume yang diisikan
merupakan volume awal (Vo). Setelah beberapa waktu/hari diamati volume akhir dengan
terjadinya sedimentasi. Volume terakhir tersebut diukur (Vu). Hitung volume sedimentasi
(F) . Buat kurva/grafik antara F (sumbu Y) terhadap waktu (sumbu X)
Penafsiran hasil :
- Bila F=1 dinyatakan sebagai Flocculation equilibrium, merupakan sediaan yang baik.
Demikian bila F mendekati 1.
- Bila F>1 terjadi Floc sangat longgar dan halus sehingga volume akhir lebih besar dari
volume awal. Maka perlu ditambahkan zat tambahan.
- Formulasi suspensi lebih baik jika dihasilkan kurva garis yang horizontal atau sedikit
curam.
F= Vu/Vo
b. Parameter sedimentasi terdiri dari (Lieberman, Disperse System Vol2, hal 303)
Volume sedimentasi (F). F dapat dinyatakan dalam % yaitu dengan :
F = Vu/Vo x 100%
Keterangan :
F= volume sedimentasi
Vu = volume endapan atau sedimen
Vo = volume keseluruhan
Tingkat Flokulasi ()
= (Vol sedimentasi yang terflokulasi)/(Vol sedimentasi yang terdeflokulasi)
= F / Fu
Catatan :
Untuk pengukuran volume sedimentasi suspensi yang berkonsentrasi tinggi yang
mungkin sulit untuk membandingkannya karena hanya ada cairan supernatan yang
minimum maka dilakukan dengan cara berikut : Encerkan suspensi dengan penambahan
pembawa yaitu dengan formula total semua bahan kecuali fasa yang tidak larut. Misal 50
mL suspensi menjadi 100 mL.
c. Kemampuan Redispersi (Lachman, Teori dan Praktek Farmasi Industri hal 493;
Lieberman, Disperse System Vol 2 hal 304)
Metode penentuan reologi dapat digunakan untuk membantu menentukan perilaku
suatu cairan dan penentuan pembawa dan bentuk struktur partikel untuk tujuan
perbandingan. Penentuan redispersi dapat ditentukan dengan cara mengocok sediaannya
dalam wadahnya atau dengan menggunakan pengocok mekanik. Keuntungan pengocokan
mekanik ini dapat memberikan hasil yang reprodusibel bila digunakan dengan kondisi
terkendali. Suspensi yang sudah tersedimentasi (ada endapan) ditempatkan ke silinder
bertingkat 100 mL. Dilakukan pengocokan (diputar) 360 dengan kecepatan 20 rpm. Titik
akhirnya adalah jika pada dasar tabung sudah tidak terdapat endapan.
Penafsiran hasil :
Kemampuan redispersi baik bila suspensi telah terdispersi sempurna dengan pengocokan
tangan maksimum 30 detik.
Penetapan pH (FI IV <1071>hal 1039)
Harga pH adalah harga yang diberikan oleh alat potensiometrik (pH meter) yang sesuai
yang telah dibakukan sebagaimana mestinya, yang mampu mengukur harga pH sampai 0,02
unit
pH
menggunakan
elektrode
indikator
yang
peka
terhadap
aktivitas
ion
hidrogen,elektrode kaca, dan elektrode pembanding yang sesuai seperti elektrode kalomel
atau elektrode perak-perak klorida.
Alat harus mampu menunjukkan potensial dari pasangan elektrode dan untuk pembakuan
pH menggunakan potensial yang dapat diatur kesirkuit dengan menggunakan pembakuan
nol asimetri atau kalibrasi dan harus mampu mengontrol perubahan dalam milivolt
per perubahan
Pengukuran dilakukan pada suhu 25o + 2o, kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing
monografi
Penetapan kekentalan (FI IV<1051> hal 1037)
-Kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk
mengalir.kekentalan adalah tekanan geser dibagi laju tegangan geser. Kekentalan
ditetapkan dengan viskometer oswald ubbelohde dihitung dengan rumus:
Rumus : cairan = air
t air x d air
t cairan x d cairan
air = kekentalan air pada suhu penetapan
t air = waktu alir air dalam detik
t cairan = waktu alir cairan dalam detik
d air = bobot per ml cair dalam g/ml
d cairan = bobot per ml cairan dalam g/ml
suhu
0o
1,7931
10o
1,3077
20o
1,0050
30o
40o
0,8007
0,6560
50o
0,5493
60o
0,4688
70o
0,4061
80o
0,3565
90o
0,3165
100o
0,2838
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suspensi antibiotik kloramfenikol dipilih bahan obat kloramfenikol palmitat karena
rasanya yang tidak pahit untuk digunakan sediaan oral dibanding kloramfenikol suksinat.
Dipilih suspending agent CMC Na karena nantinya akan membuat suspense yang jernih dan
CMC Na dapat mempertahankan viskositasnya dengan baik selama waktu yang lama pada
suhu kamar. Propylenglycolum dan polysorbatu-80 dipilih sebagai wetting agent karena
termasuk bahan obat yang non toksik. Sirup simpleks mempunyai stabilitas yang baik pada
suhu kamar dan pada kelembaban yang rendah. Serta memilih bahan pengawet .
Karena..
B. Saran
Diharapkan kepada semua mahasiswa/siswi untuk lebih banyak belajar mengenai sifat,
stabilitas, tipe suspensi maupun cara melarutkan dan penyimpananya.
Pada saat pembuatan suspensi, praktikan harus mengetahui kelarutan dari bahan-bahan
obat yang dikerjakan, Praktikan juga harus mengetahui faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi stabilitas suspensi, agar dapat menghasilkan suspensi yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Salma Blog. 2011. Suspensi Farmasetika. http://salmalovejemy.blogspot.com/2011/09/suspensifarmasetika.html diakses tanggal 15 September 2011.
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Departemen Kesehatan Republik Indonesia :
Jakarta.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia : Jakarta.
Anonim. 2009. Informasi Spesialite Obat. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia : Jakarta.
Anonim. 1978. Formularium Nasional. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
Anief M., 1987, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM Press, Yogyakarta.
Apt,
yermei.
2012.
Suspensi
Oral.
http://yermei.blogspot.com/2012/10/suspensi-