Você está na página 1de 16

Asuhan Keperawatan Pada

Klien Dengan Karsinoma Buli-Buli


A. Tinjauan Teori
I Pengertian
Tumor buli-buli adalah tumor yang didapatkan pada bulibuli.
II Insiden
Terjadi 3 kali lebih besar laki-laki daripada perempuan, bulibuli lebih sering dijangkiti kanker dari pada organ yang lain pada
alat perkemihan.
III Klasifikasi
1. Staging dan Klasifikasi
Klasifikasi DUKE MASDIMA, JEWTT dengan modifikadsi
STRONG MARSHAL untuk menentukan operasi atau observasi.
1) T = Pembesaran lokal tumor primer ditentukan melalui:
pemeriksaan
klinik,
urografi,
cystocopy,
pemeriksaan
bimanual di bawah anestesi umum dan biopsi atau trans
urethral reseksi.
2) N = Pembesaran secara klinis untuk pembesaran kelenjar
limfe, pemeriksaan klinis, lympgrafi, urografi dan operative.
3) M = Metastase jauh termasuk pembesaran kelenjar limpe
yang jauh, pemeriksaan klinis,thorax,forto dan test biokimia.
2, Tipe dan lokasi
Tipe tumor didasarkan pada tipe sel, tingkat analasia dan
invasi.
1) Efidermoid Ca, kira-kira 5% neoplasma buli-buli squamukosa
sel, anaplastik, invasi yang dalam dan cepat metastasenya.
2) Adeno Ca, sangat jarang dan sering muncul pada bekas
urachus.
3) Rhabdomiyo sarcoma, sering terjadi pada anak laki-laki
(adolecent), infiltrasi, metastase cepat dan biasanya fatal.
4) Primery
malignant
lympoma,
neuritriboma
dan
pheochromacytoma, dapat menimbulkan serangan hi pertensi
selama kencing.
5) Ca daripada kulit, melanoma,lambung, paru dan mama
mungkin mengadakan metastase ke buli-buli, invasike buli-bili
olehendometriosis dapat terjadi.

IV Patofisiologi
1

Ca. Buli-Buli
Ulserasi

Oklusi Uretery
Pelvic Renal

Metastasis

Refluks

Invasi

Hidronephrosis

Retensio Urine

Masalah Kep:

Masalah Kep.:

Infeksi
Masalah Kep.

Gg.
Rasa
Nyaman:
suhu
tubuh
Infeksi
Resiko Infeksi
-

Gg. rasa nyaman: - Gg. Eliminasi:


nyeri
Kurang
Pengetahuan

I
V. Penatalaksanaan
a. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
- Hb. Rendah karena kehilngandarah, infeksi, uremia,micros
hematuria.
- Leukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan
bacteri dalam urine.
- RFT normal
- Lympphopenia ( N = 1490-2930)
2) Radiologi
- Excretory urogram biasanya normal, tapi mungkin dapat
menunjukkan tumornya.
- Retrogred cystogram dapat menunjukkan tumor.
- Fractionet cystogram adanya invasi tumor dalam dinding bulibili.
- Angograpi untuk mengetahui adanya metastase lewat
pembulu lymphe.
2

3) Cystocopy dan Biopsi


- Cysticopy hampir selalu menghasilkan tumor.
- Biopsi daripada lesi selalu dikerjakan secara rutin
4) Cystologi
- Pengecatan sieman/ papanicelaou pada
terdapat transisional sel daripada tumor.
b.
1)
2)
-

sidimen

urine

Therapi
Operasi
Radioterapy
Diberikan
pada
tomor
yang
radiosensitif
seperti
undifferentiated pada grade III dan IV dan stage B2-C.
Radiasi diberikan sebelum operasi selama 3-4 minggu, dosis
3000-4000 rads. Penderita dievaluasi 2-4 minggu dengan
interval cystoscopy, foto thoraks dan IVP, kemudian 6 minggu
setelah radiasi direncanakan operasi. Post operasi radiasi
tambahan 2000-3000 Rads selama 2-3 minggu.

3) Chemotherapy
Obat-obat anti kanker:
- Citral, 5 flouro urasil
- Tophical chemoterapy yaitu Thic- tepa, chemotherapi
merupakan paliattif. 5 FLUOROURACYL (5-FU) dan
doxorubicin (andriamycin) merupakan bahan yang sering
dipakai. Thiotepa dapat dimasukkan ke dalam buli-buli
sebagai pangobatan topikal. Klien dibiarkan menderita
dehidrasi 8-12 jam sebelum pengobatan dengan theotipa dan
obat dibiarkan dalam buli-buli selama 2 jam.
VI Prognosis
Penemuan dan pemeriksaan dini, prognosisnya baik, tetapi
bila sudah lama dan adanya metastase ke organ lain lebih dalam
dan lainnya prognosisnya jalek.
VII. Komplikasi
- Infeksi secunder bila tumor mengalami ulcerasi
- Retensio urine bila tumor mengadakan invasi ke bladder neck.
- Hydronefrosis oleh karena bladder mengalami oklusi.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
3

Buli-buli adalah organ yang paling sering dijangkiti pada alat


perkemihan. Pria 3 kali lebih banyak terjangkit daripada
perempuan, tumor multiple lebih sering, kira-kira 25% klien
mempunyai lebih dari satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa.
b. Riwayat keperawatan
Keluhan penderita yang utama adalah mengeluh kencing
darah yang intermiten, merasa panas waktu kencing. Mereka
ingin kencing terutama pada malam hari dan pada fase
selanjutnya sukar kencing, nyeri suprapubik yang konstan,
panas badan dan merasa lemah, nyeri pinggang karena
tekanan syaraf dan nyeri satu sisi karena hidronephrosis.
c. Pemeriksaan fisik dan klinis
Inspeksi: tampak kencing warna merah campur darah,
pembesaran suprapubik bila tumor sudah besar.
Palpasi: teraba tumor (masa) suprapubic, pemeriksaan
bimanual teraba ..pada dasar buli-buli dengan bantuan
general anestesi baik saat VT atau RT.
d. Pemeriksaan penunjang.
II. Perencanaan
1. Cemas/takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker),
perubahan kesehatan, sosial ekonomi, peran dan fungsi
bentuk interaksi, persiapan kematian, perpisahan dengan
keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan,
mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung,
tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi
simpatetik.
Tujuan:
- Klien dapat mengurangi rasa cemasnya.
- Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.
- Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi
dalam pengobatan.

a.
b.
c.

INTERVENSI
RASIONAL
Tentukan pengalaman klien a. dapat memberikan dasar
sebelumnya
terhadap
untuk
penyuluhan
dan
penyakit yang dideritanya.
menghindari
adanya
Berikan informasi tentang
duplikasi.
prognosis secara akurat.
b. Dapat memahami proses
Beri kesempatan pada klien
penyakitnya.
4

d.

e.

f.
g.
h.

untuk
mengekspresikan
rasa marah , takut dan beri
informasi dengan emosi
wajar dan ekspresi yang
sesuai.
Jelaskan pengobata, tujuan,
dan efek samping. Bantu
klien mempersiapkan diri
dalam pengobatan.
Catat coping yang tidak
efektif
seperti
kurang
interaksi
sosial,
ketidakberdayaan dan lainlain.
Anjurkan
untuk
mengembangkan interaksi
dengan suppor sistem
Berikan lingkungan yang
tenang dan nyaman.
Pertahankan kontak dengan
klien, bicara dan berilah
sentuhan.

c. Dapat
menurunkan
kecemasan dan ketegangan.
d. Membantu
klien
dalam
memahami kebutuhan untuk
pengobatan
dan
efek
sampingnya.
e. Mengetahui dan menggali
pola koping dan dapat
memberikan solusinya.
f. Agar memperoleh dukungan
dari orang yang terdekat.
g. Untuk beri kesempatan agar
merenung dan istirahat.
h. Mendapatkan kepercayaan
bahwa dirinya ditolong.

2. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakitnya


(penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay
syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping theraoi
kanker ditandai dengan klien mengatakan nyeri, sulit tidur,
tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri,
kelemahan.
Tujuan:
- Klien mampu mengontrol nyeri melalui aktivitas.
- Melaporkan nyeri yang dialaminya.
- Mengikuti program pengobatan.
- Mendemonstrasikan teknik relaksasi dan pengalihan rasa
nyeri melalui aktivitas yang mungkin.
INTERVENSI
RASIONAL
a. Tentukan
riwayat
nyeri, a. Dapat
memberikan
lokasi,
durasi
dan
informasi yang diperlukan
intensitasnya.
untuk
merencanakan
b. Evaluasi
therapi:
asuhan.
pembedahan,
kemoterapi, b. Untuk
mengetahui
radiasi, bioterapi, ajarkan
efektivitas therapi.
pada klien/keluarga cara
5

menghadapinya
c. Menganjurkan
teknik
penangan
stress
(teknik
rekaksasi,
visualisasi,
bimbingan), dan berikan
sentuhan terauphitik.
d. Beri
pengalihan
seperti
reposisi dan aktivitas yang
menyenangkan
seperti
mendengarkan radio dll.
e. Beri pengobatan bila perlu.
f. Diskuskan dengan tim kes.
untuk menangani nyeri.
g. Beri
analgesik
sesuaio
indikasi.

c. Meningkatkan kontrol diri


atas efek samping dengan
menurunkan ansietas dan
stress.
d. Meningkatkan kenyamanan
dengan
mengalihkan
perhatianklien
dari
rasa
nyari.
e. Untuk
efektivitas
nyeri .
f.

mengetahui
penanganan

Agar therapi tepat sasaran.

g. Untuk mengatasi nyeri.


3. Kurangnya penetahuan tentang penyakit, prognosis dan
pengobatan
sesuai
dengan
kurangnya
informasi,
missinterprestasi dan keterbatasan kognitif ditandai dengan
seringnya bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan
miskonsepsi,
tidak
akurat
dalam
mengukuti
intruksi/pencegahan komplikasi.
Tujuan:
- Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan
pengobatan pada tingkatan siap.
- Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang
alasan mengikuti prosedur tersebut.
- Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan
berpartisipasi dalam pengobatan.
- Bekerjasama dengan pemberi informasi.
INTERVENSI
a. Mengulang
pengertian
tentang
diagnoasa,
pengobatan dan akibatnya.
b. Tentukan
persepsi
klien
tentang
kanker
dan
pengobatabnnya, ceritakan
pada
klien
tentang
pengalaman klien lain yang
menderita kanker.
c. Beri informasi yang akurat
dan
faktual.
Jawab
pertanyaan
spesifik,

RASIONAL
a.
Menghindari
adanya
duplikasi
dan
pengulangan
terhadap pengetahuan klien.
b.Memungkinkan
dilkukan
pembebnran
terhadap
kesalahan
persepsi
dam
konsepsi
serta
kesalahan
pengertian.
c.Membantu
klien
dalam
memahami proses penyakit.

d.

e.

f.
g.

h.

hindarkan informasi yang


tidak informasi.
Berikan bimbingan kepada
klien/keluarga
sebelum
mengikutu
prosedur
pengobatan, therapi yang
lama, komplikasi. Jujurlah
pada klien.
Anjurkan pada klien untuk
memberikan umpan balik
verbal
dan
mengoreksi
miskonsepsi
tentang
penyakitnya.
Review
klien/keluarga
tentang pentingnya status
nutrisi yang optimal.
Anjurkan pada klien untuk
mengkaji membran mukosa
mulutnya
secara
rutin,
perhatikan adanya erutema.
Anjurkan klien memelihara
kebersihan kulit dan rambut.

d.Membantu klien dan keluarga


dalam membuat keputusan
pengobatan.
e.Mengetahui sampai sejauh
manakah pemahaman klien
/keluarga mengenai penyakit
klien.
f. Meningkatkan pengetahuan
klien/keluarga mengenai nutrisi
yang adekuat.
g.Mengkaji
mengembangan
proses proses penyembuhan
dan tanda-tanda infeksi serta
masalah dengan kesehatan
mulut
yang
dapat
mempengaruhi intake makanan
dan minuman.
h. Meningkatkan integritas kulit
dan kepala.

4.Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan


dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker,
konsekuensi khemoterapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi
lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emosional distress,
fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien
mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap,
kehilangan selera, berat badan turun sampai 20% atau lebih di
bawah ideal, penurunan masa otot dan lemak subkutan,
konstipasi, abdominal cramping.
Tujuan:
- Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab. Normal
dan tidak ada tanda malnutrisi.
- Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang
adekuat.
- Berpartisipasi dalam penetalaksanaan diet yang berhubungan
dengan penyakitnya.
INTERVENSI
RASIONAL
a.Monitor intakemakanan setiap a. Memberikan
informasi
hari,apakah klien makan sesuai
tentang status gizi klien.
dengan kebutuhan.
b. Memberikan
informasi
b. Timbang
dan
ukur
berat
tentang penambahan dan
7

badan, ukuran tricep serta


amati penurunan berat badan.
c. Kaji pucat, penyembuhan luka
yang lama dan pembesaran
kelenjar paritis.
d. Anjurkan
klien
untuk
mengkonsumsi makanan tinggi
kalori dengan intake cairan
yang adekuat. Anjurkan pula
makanan kecil untuk klien.
e. Kontrol
faktor
lingkungan
seperti
bau
atau
bising.
Hindarkan
makanan
yang
terlalu manis, berlemak dan
pedas.
f. Ciptakan suasana makan yang
menyenangkan
misalnya
makan bersama teman atau
keluarga.
g. Anjurkan
teknik
relaksasi,
visualisasi, latihan moderate
sebelum makan.
h. Anjurkan komunikasi terbuka
tentang problem anoreksia
yang dialami klien.
i. Kolaboratif
j. Amati
studi
laboratprium
seperti total limposit, serum
transferin dan albumin.
k. Berikan penggobatan sesuai
dengan indikasi.
l. Phenotiasin, antidopaminergic,
corticosteroids,
vitamin
khususnya A,D,E dan B6,
antasida.
m. Pasang pipa nasogastrik untuk
memberikan makanan secara
interal, imbangi dengan infus.

penurunan
berat
badan
klien.
c. Menunjukkan keadaan gizi
klien sangat buruk.
d. Kalori merupakan sumber
energi
e. Mencegah
mual
dan
muntah, distensi berlebihan,
dispepsia
yang
menyebabkan
penurunan
nafsu
makan
serta
mengurangistimulus
berbahaya
yang
dapat
meningkatkan ansietas.
f. Agar klien merasa seperti
berada di rumah sendiri.
g. Untuk
menimbulkan
perasaan
ingin
makan/membangkitkan
selera makan.
h. Agar dapat diatasi secara
bersama-sama (dengan ahli
gizi, perawat dan klien).
i. Unrtuk
mengetahui/menegakkan
terjadinya gangguan nutrisi
sebagai akibat perjalanan
penyakit, pengobatan dan
perawatan terhadap klien.
j. Membantu menghilangkan
gejala
penyakit,
efek
samping dan meningkatkan
status kesehatan klien.
k. Mempermudah
intake
makanan
dan
minuman
dengan hasil yang maksimal
dan tepat sesuai kebutuhan.
l. Efektifitas therapi
m. Agar intake makanan dan
cairan adekuat.

5. Resiko
tnggi
kerusakan
membran
berhubungan dengan efek samping
radiasai/radiotherapi.
Tujuan:

mukaosa
mulut
kemotherapi dan

Membran mukosa tidak menunjukkan keruisakan, terbatas


dari inflamasi dan ulcerasi.
Klien mengungkapkan faktor penyebab secara verbal.
Klien mampu mendemonstrasika teknikmempertahankan
/menjaga kebersihan rongga mulut.

INTRVENSI
a. Kaji kesehatan gigi dan
mulut pada saat pertemuan
dengan
klien
secara
periodik.
b. Kaji rongga mulut setiap
hari,
amati
perubahan
mukosa membran, Amati
tanda terbakar di mulut,
perubahan
suara,
rasa
kecap, kekentalan ludah.
c. Diskusikan
dengan
klien
tentang
metode
pemeliharaan oral hygine.
d. Intruksikan perubahan pola
diet
misalnya
hindari
makanan
panas,
pedas,
asam dan makanan yang
keras.
e. Amati dan jelaskan pada
klien tentang tanda sumber
infeksi oral.
f. Kolaboratif.
g. Konsultasi dengan dokter
gigi sebelum kemotherapi.
h. Berikan obat sesuai indikasi,
analgesik, topikal lidokain,
antimikrobal mouthwash.
i. Preparation.
j. Kultur oral.

RASIOANAL
a. Mengkaji
perkembangan
proses penyembuhan dan
tanda-tanda
infeksi
memberikan
informasi
penting
untuk
mengembangkan
rencana
keperawatan.
b. Masalah dengan kesehatan
mulut dapat mempengaruhi
pemasukan makanan dan
minuman.
c. Mencari
alternatif
lain
mengenai
pemeliharaan
mulut dan gigi.
d. Mencegah
rasa
tidak
nyaman dan iritasi lebih
lanjut
pada
membran
mukosa.
e. Agar klien mengetahui dan
segera memberitahu bila
ada tanda-tanda tersebut.
f. Meningkatkan
kebersihan
dan kesehatan gigi dan guzi.
g. Tindakan/therapi yang dapat
menghilanhkan
nyerri,
menangani
nyeri
dalam
rongga
mulut
/infeksi
sistemik.
h. Untuk
mengetahui
jenis
kuman
sehingga
dapat
diberikan therapi antibiotik
yang tepat.
6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan
tubuh
sekunder
dan
sistimimun
(efek
khemetherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif.
Tujuan:
- Klien mampu mengidentifikasi dan berpatisipasi dalam
tindakan pencegahan infeksi.
9

Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.

INTERVENSI
a. Cuci
tangan
sebelum
melakukan
tindakan.
Pengunjung/keluarga
dianjurkan hal yang sama.
b. Jaga persona lhigine klien
dengan baik.
c. Monitor temperatur.
d. Kaji semua sistem untuk
memonitor adanya tandatanda infeksi.
e. Hindarkan/batasi
prosedur
invasif dan jaga aseptif
prosedur.
f. Kolaboratif
g. Monitor
CBC,
WBC,
granulosit, platelets.
h. Berilah
indikasi.

antibiotik

RASIONAL
a. Mencegah terjadinya infeksi
silang.
b. Menurunkan
atau
mengurangi
adanya
organisme hidup.
c. Peningkatan
suhu
merupakan
tanda
terjadinya infeksi.
d. Mencegah atau mengurangi
terjadinya infeksi.
e. Mencegah
terjadinya
infeksi.
f. Segera
dapat
diketahui
apabila terjadi infeksi.
g. Adanya indikasi yang jelas
sehingga antibiotik yang
diberikan dapat mengatasi
organisme
penyebab
sesuai
infeksi.
h. Menghilangkan/mengurangi
infeksi.

7. Resiko tinggi gangguan fungsi seksual berhubungan dengan


defisit pengetahuan/ketrampilan tentang alternatif respon
terhadap transisi kesahatan, penurunan fungsi/struktur tubuh,
dampak pengobatan.
Tujuan:
- Klien dapat mengungkapkan pengertiannya terhadap efek
kanker dan therapi terhadap seksualitas.
- Memperhatikan aktivitas seksual dalam batas kemampuan.
INTERVENSI
RASIONAL
a. Diskusikan
dengan a. Meningkatkan
ekspresi
klien/keluarga tentng proses
seksuakitas
dan
seksualitas dan reaksi serta
meningkatkan
komunikasi
hubungan
nya
dengan
terbuka antara klien dengan
penyakitnya.
pasangannya.
b. Berikan
advise
tentang b.
Membantu klien dalam
akibat pengobatan terhadap
mengatasi masalah seksual
seksualitasnya.
yang dihadapi.
c. Berikan privasi kepada klien
c.
Memberikan
kesempatan
dan pasangannya. Ketuk
padaklien dan pasangannya
10

pintusebelum masuk.

untuk
merngekspresikan
perasaan
dan
keinginan
secara wajar,

8. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan


efek radiasi dan kemotherapi, defisit imunologik, penurunan
intake nutrisi dan anemia.
Tujuan:
- Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan
dengan kondisi spesifik.
- Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan
penyembuhan.
INTERVENSI
a. Kaji integritas kulit untuk
melihat
adanya
efek
samping
therapi
kanker,
amati penyembuhan luka.
b. Anjurklan klien untuk tidak
menggaruk bagian yang
gatal.
c. Ubah posisi klien secara
teratur.
d. Berikan advise pada klien
untuk
menghindari
pemakaian
cream
kulit,
minyak,
bedak
tanpa
rekomendasi dokter.

RASIONAL
a. Memberikan
informasi
untuk perencanaan asuhan
dan
mengembangkan
identifikasi awal terhadap
perubahan integritas kulirt.
b. Menghindari
perlukaan
yang dapat menimbulkan
infeksi.
c. Menghinfdari
penekanan
yang terus menerus pada
suatu daerah tertentu.
d. Mencegah trauma berlanjut
pada kulit dan produk yang
kontra indikatif.

9. Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan


output yang tidak normal (vomiting, diare), hipermetabolik,
kurangnya intake.
Tujuan:
Klien menunjukkan keseimbangan cairan dengan tanda vital
normal, membran mukosa normal, turgor kulit bagus, capilarry
ferill normal,urine output nortmal.
INTERVENSI
RASIONAL
a. Monitor intake dan output a. pemasukan oral yang tidak
termasuk keluaran yang
adekuat
dapat
tidak
normal
seperti
menyebabkanhipovolemia.
emesis,
diare,
dranase b. Dengan
monotor
berat
luka,. Hitang keseimangan
badan dapat diketahui bila
selama 24 jam.
tidak
ada
b. Timbang berat badab jika
keseimbangan.cairan.
11

perlu.
Monitor vital signs, evaluasi
pulse peripheral, capilary
refil.
d. Kaji
turgor
kulit
dan
keadaan membran mukosa.
Catat keadaan kehauasan
pada klien.
e. Anjurkan
intake
cairan
sampai 3000 ml perhari
sesuai kebutuhan klien.
f. Observasi
kemungkinan
perdarahan
seperti
perlukaan
membran
mukosa,
luka
bedah,
adanya
ekimosis
dan
pethekie.
g. Hindarkan
trauma
dan
tekanan yang berlebihan
pada luka bedah.
h. Kolaboratif.
i. Berikan cairabn IV bila
diperlukan.
j. Berikan therapi antiseptik.
k. Monitor hasil laboratorium.
c.

c. Tanda-tanda
hipovolemik
segera diketahui dengan
adanya takikardi,, hipotensi
dan
peningkatan
suhu
tubuh dengan dehidrasi.
d. Dengan mengetahui tandatanda
dehidrasi
dapat
mencegah
terjadinya
hipovolemia.
e. memenuhi kebutuhan cairan
yang kurang.
f.Segera
diketahui
adanya
perubahan
keseimbangan
volume cairan.
g.Mencegah
terjadinya
perdarahan.
h.Memenuhi kebutuhan cairan.
i.Mencegah
/menghilangkan
mual dan muntah.
j.Mengetahui perubahan yang
terjadi.
k.
Menunjang
ketepatan
therapi.

DAFTAR PUSTAKA
Dongoes (2000), Asuhan Keperawatan, EGC. Jakarta
Elizabeth.J.C. (2000). Patofisiologi. EGC. Jakarta.
FKUA. (1988). Ilmu bedah dan Teknik Operasi. Baratajaya-FKUA.
Surabaya.
Linda Jual. (2000). Dokumentasi Proses Keperawatan. EGC.
Jakarta.
Soelarso, (

). Urologi. EGC. Jakarta.

12

ANALISA DATA
TGL
DATA
8 Juli S: Kx. Mengatakan
2002
nyeri pada kaki
sampai pinggang
kiri.
O:
Postur
tidak
biasanya
(kaki
ditarik
ke
abdomen). Scala
nyeri 8
S Kx. Mengatakan
sudah 10 hari
lebih
cateter
belum diganti.

ETIOLOGI
Oklusi Uretery Pelvic
Renal

Refluks

Hidronefrosis

nyeri
Benda asing

Waktu lama

Media

MASALAH
Gg. rasa
nyaman:
nyeri.

TTD

Resiko
terjadinya
infeksi

13

O: Kateter dipasang
sejak tanggal
Suhu tubuh 36,7
,kateter nampak
bersih.
S:Kx.O:Alat
genetalia
sering terpasang
cateter sejak 4
bulan yang lalu.

perkembangbiakan
micro organisme

infeksi
pemasangan Cateter

Penurunan Fungsi
Seksual

Gg. Fungsi Seksual

Gg. Fungsi
seksualitas

Nama klien:
No. Reg. :
DIAGNOSA KEPERAWATAN (berdasarkan prioritas)
1. Gg. Rasa nyaman : nyeri b/d proses penyakitnya (penekanan
/perusakan jaringan infiltrasi suplai syaraf, obstruksi jalur syaraf,
inflamasi) ditandai dengan posisi tubuh tidak seperti biasanya (kaki
ditarik keabdomen).
2. Resiko infeksi b/d pemasangan cateter sejak 10 hr. yang lalu dan tidak
adekuatnya pertahan tubuh.
3. Gg. Fungsi seksualitas b/d pemasangan cateter, penggunaan kateter
(cukup lama) sejak 4 bulan yang lalu.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
T
G

DIAGNOSA
KEP.

RENCANA TIND.

RASIONAL

MHS

14

L
8
Dx.1
Jul Tujuan:
i 1. Melaporka
02
n nyerinya.
2. Mendemon
strasikan
teknik
relaksasi
dan
pengalihan
rasa nyeri
melalui
mendengar
kan radio.
3. Mengukuti
program
pengobata
n.
KH:
1. Kx.
Mengataka
n nyeri
berkurang.
2. Scala nyeri
< 5.
3. Kx.
Mendemon
trasikan
teknik
relaks.
4. Setuju
untuk
operasi.
Dx. 2
Tujuan:
1. Kx. Ikut
berpartisip
asi
dlm.penceg
ahan
infeksi.
2. Tidak
menunjukk
an
15

tanda,gelal
a infeksi
KH:
1. Kateter
lama dioff
dan diganti
kateter
baru.
2. Sh. Tubuh
36-37,2 C
Dx. 3
Tujuan:
1. Kx. Dapat
mengungk
apkan efek
kanker dan
pemasang
an kateter
thd. pe
fgs.
Seksualitas
2. Memperhat
ikan
aktivitas
seks. Dlm
batas
kemampua
n.
KH:
1. Kx.&pasan
gannya
mengataka
n keb.
Sexnya
terpenuhi.

16

Você também pode gostar