Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
O
L
E
H
Yuki Yunanda
BAB 1
PENDAHULUAN
thalassemia-
sangat
bervariasi
dan
berkaitan
erat
dengan
berbagai
populasi
di
daratan
Asia
atau
Pasific.
WHO
(1987)
melaporkan kasus thalassemia- baik Hb-H maupun bayi hydrop fetalis yang
cukup banyak terjaring di Jakarta terutama pada suku Cina. Sementara itu
keberadaan thalassemia- pada populasi di Medan pertama kali dilaporkan
oleh Hariman bahwa dari 300 sampel darah tali pusar yang ditapis 2,5% di
antaranya diduga carrier thalassemia-0 dan 2,5% carrier thalassemia-+.(7)
Keberadaan carrier thalassemia-0 perlu diwaspadai karena pasangan
carrier kelainan darah tersebut mempunyai kemungkinan 25% anak-anaknya
akan lahir sebagai bayi Hb-Barts hydrop fetalis dan akan segera meninggal
setelah lahir atau semasa janin. Di samping itu, jika carrier thalassemia-0
menikah
dengan
berkemungkinan
carrier
menderita
thalassemia-+,
Hb-H
atau
25%
secara
keturunannya
klinis
disebut
juga
dengan
thalassemia- intermedia dan mayor. Sampai saat ini belum ada tindakan
kuratif yang memadai untuk mengatasi thalassemia mayor. Cangkok sumsum
tulang yang dilakukan selain tidak bersifat permanen juga mempunyai survival
rate yang rendah. Hal ini membutuhkan biaya yang cukup besar dan harus
dilakukan di luar negeri. Terapi gen pada penderita thalassemia juga hanya
dilakukan dalam tingkat penelitian. Anjuran WHO (1984) terhadap penyakit ini
adalah melakukan tranfusi darah secara rutin dengan pemberian agen
pengkelat besi dan pemberian beberapa ajuvan yang bersifat antioksidan.
Tindakan ini harus dilakukan terus menerus seumur hidup dan diperlukan
biaya yang cukup besar. Efek sampingnya juga cukup tinggi jika dilakukan
dengan tidak memadai. Salah satu tindakan yang harus dilakukan adalah
tindakan preventif dan kontrol baik berupa tindakan konseling genetik pranikah sebagai pencegah terjadinya kasus baru thalassemia. Tindakan preventif
ini hanya dapat dilakukan jika prevalensi dan jenis mutan pada populasi
bersangkutan telah diketahui.(7)
Salah satu delesi penyebab thalassemia-0 yang paling sering dijumpai
pada populasi di Asia Tenggara adalah mutasi--SEA. Bentuk homozigot mutasi
ini menghasilkan janin atau bayi hydrop fetalis. Mutasi delesi banyak di jumpai
pada populasi Asia Tenggara yang mendapat pengaruh kuat unggun gen
Mongoloid sehingga dianggap sebagai petanda genetik populasi di Asia
Tenggara. Distribusi mutan ini telah dijumpai di Thailand, Malaysia, dan
Filipina dalam frekuensi polimorfik, tetapi tidak dijumpai pada populasi Papua
ataupun populasi lainnya di kepulauan Pasifik.(7)
Letak geografis Sumatera Utara khususnya di kota Medan berdekatan
dengan daratan Asia Tenggara. Sebelum kala pleistosen berakhir (kira-kira
10.000 tahun yang lalu) kedua daratan tersebut masih bersatu . karena itu
diduga bahwa populasi di Sumatera Utara khususnya di Medan secara genetik
berkaitan erat dengan populasi di semenanjung Malaya. Selain Geografis,
kesamaan genetis juga ditunjukkan pada heterogenitas molekular gen globin-
dan jenis mutasi pada gen globin- baik pada suku Batak maupun suku
Melayu Sumatera lainnya mempunyai jenis yang sama dengan populasi di
daratan Asia Tenggara.(7)
Diketahui bahwa talasemia ini terbagi atas empat bagian yaitu talasemia
alfa () talasemia talasemia , dan talasemia . Tapi di makalah ini saya hanya
akan membahas talasemia dan .(6)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. *Defenisi
Thalassemia adalah sekelompok penyakit atau keadaan herediter di
mana produksi satu atau lebih dari satu jenis rantai polipeptida terganggu
(Tjokronegoro, A. 2001).(10)
Thalassemia adalah ketidakadaan atau kekurangan produksi satu atau
lebih rantai globin dari hemoglobin (George, E. 1994).(6)
Thalassemia adalah sekelompok heterogen anemia hipokomik herediter
dengan berbagai derajat keparahan (Nelson, 1996).(9)
Thalassemia merupakan anemia hemolitik herediter yang diturunkan
dari kedua orang tua kepada anak-anaknya secara resesif (Rusepno, 1985).(1)
Thalassemia termasuk hemoglobinopati (Djelantik, 1996).(3)
*Fungsi Hemoglobin
Eritrosit dalam darah arteri sistemik mengangkut O2 dari paru ke
jaringan dan kembali dalam darah vena dengan membawa CO2 ke paru. Pada
saat molekul hemoglobin mengangkut dan melepas O2, masing-masing rantai
globin dalam molekul hemoglobin bergerak pada satu sama lain. Kontak 11
dan 22 menstabilkan molekul tersebut. Rantai bergeser pada kontak 12
dan 21 selama oksigenasi dan deoksigenasi. Pada waktu O2 dilepaskan,
rantai-rantai ditarik terpisah, sehingga memungkinkan masuknya metabolit
2,3-difosfogliserat (2,3-DPG) yang menyebabkan makin rendahnya afinitas
molekul hemoglobin terhadap O2. gerakan ini menyebabkan bentuk sigmoid
pada kurva disosiasi O2 hemoglobin. P50 (tekanan parsial O2 yang pada tekanan
ini hemoglobin terisi separuh dengan O2) darah normal adalah 26,6 mmHg.
Dengan meningkatnya afinitas terhadap O2, kurva ini bergeser ke kiri (P50
turun) sedangkan dengan afinitas terhadap O2 yang menurun, kurva bergeser
ke kanan (P50 meningkat).(4)
Secara normal in vivo, pertukaran O2 berjalan antara saturasi 95% (darah
arteri) dengan tekanan O2 arteri rata-rata sebesar 95 mmHg dan saturasi 70%
(darah vena) dengan tekanan O2 vena rata-rata sebesar 40 mmHg.(4)
Posisi kurva yang normal bergantung pada konsentrasi 2,3-DPG, ion H+
dan CO2 dalam eritrosit serta struktur molekul hemoglobin. Konsentrasi 2,3DPG, H+ atau CO2 yang tinggi, dan adangya hemoglobin tertentu, misalnya
hemoglobin sabit (sickle haemoglobin, Hb S), menggeser kurva ke kanan
(oksigen lebih mudah dilepas), sedangkan hemoglobin fetus (Hb F)-yang tidak
mampu mengikat 2,3-DPG-dan hemoglobin abnormal langka tertentu yang
disertai polisitemia menggeser kurva ke kiri karena lebih sulit untuk melepas
O2 dibandingkan normal.(4)
*Sintesis Thalassemia
Pada awal kehidupan embrio sampai delapan minggu kehamilan (masa
transisi embrio ke fetus). Yolk sac dan hati akan mensintesis rantai globin
yang mirip dengan globin dan berkombinasi dengan rantai untuk
membentuk hemoglobin Gower I (22) dan kemudian di ganti dengan
hemoglobin Gower II (22) dan hemoglobin Portland (22). Pada masa fetus
hingga akhir kehamilan akan dibentuk hemoglobin fetal atau Hb-F (22) dan
hemoglobin A2 (22). Organ yang bertanggung jawab pada periode ini adalah
hati, limpa dan sumsum tulang. Hb-F bersifat heterogen karena ada dua lokus
gen - yang berbeda. Kedua gen ini dibedakan oleh susunan asam amino pada
posisi 136 yang terdiri dari glisin pada G dan alanin pada A. Setelah bayi lahir
kadar Hb-F akan segera menurun dan diganti oleh HbA1 (22) yang dibentuk
oleh sumsum tulang.(7)
Setelah enam minggu kelahiran hingga individu dewasa, hemoglobin
normal akan dikendalikan oleh empat gen utama yaitu gen-, , , dan . Pada
individu dewasa normal hemoglobin A 22 (hemoglobin adult) terdiri dari 97%
hemoglobin A2 (22) 2,5% dan sisanya kira-kira 0,5% lainnya adalah
dapat
berlangsung.
mRNA
akan
mengalami
modifikasi
dengan
penambahan CAP pada ujung 5 dan poli-A pada ujung 3. Setelah transkripsi
dimulai dengan bantuan ikatan 5-5 trifosfat ujung 5 RNA yang baru
disintesis akan berikatan dengan 7-metil-guanosin pada ujung terminal
nukleotida. Proses metilasi ini berhubungan dengan proses penambahan CAP
sehingga ujung 5 RNA transkip mempunyai CAP. Selanjutnya, mRNA menuju
ke dalam sitoplasma dan menjadi cetakan rantai globin yang akan disintesis.(7)
dalam
konfirmasi
sterik
dengan
mRNA
melalui
dua
sub-unit
pembentuk ribosom. Pada mRNA selalu terdapat kodon inisiasi (AUG) dan
kodon terminasi (UAA, UAG, dan UGA). Pada saat ribosom bertemu dengan
kodon terminasi, proses transiasi terhenti, rantai globin lengkap dilepaskan,
dan kemudian sub-unit ribosom terlepas dari asam amino yang dibentuk dan
didaur ulang. Selanjutnya rantai globin yang terbentuk akan berikatan dengan
molekul hem pembentuk hemoglobin.(7)
2. Epidemiologi
Hb E. Hb E trait di Rumah Sakit Dr. Sutomo adalah 6,5% (frekuensi pada suku
Batak, relatif rendah). Selama 15 tahun Untario mencatat seluruhnya 134 kasus
thalassemia beta.
Untuk talasemia alfa di daerah perbatasan Muang Thai dan Laos
frekuensinya berkisar 30-40%, kemudian tersebar dalam frekuensi lebih
rendah di Asia Tenggara termasuk Indonesia (Tjokronegoro, 2001).
3. * Etiologi
Dasar kelainan pada thalassemia berlaku secara umum yaitu kelainan
thalassemia- disebabkan oleh delesi gen atau terhapus karena kecelakaan
genetik,
yang
mengatur
produksi
tetramer
globin,
sedangkan
pada
Barts Hydrops fetalis) adalah tidak kompatibel dengan kehidupan akhir intra
uterin atau neo natal tanpa transfusi darah.
Gen yang mengatur produksi rantai beta terletak di sisi pendek
kromosom 11. pada thalassemia-, mutasi gen disertai berkurangnya produksi
mRNA dan berkurangnya sintesis globin dengan struktur normal. Di bedakan
dalam 2 golongan besar thalassemia- :
-
mRNA
yang
berfungsi
sebagai
template
untuk
sintesis
protein.
Pada
tulang adalah luas (eritropoesis tak efektif) dan masa hidup eritrosit
memendek serta didapat pula tanda-tanda anemia hemolitik ringan. Walaupun
eritropoesis sangat giat hal ini tidak mampu mendewasakan eritrosit secara
efektif. Salah satu sebab mungkin karena adanya presipitasi di dalam eritrosit.
Pada kasus homosigot talasemia beta nol, sintesis rantai globin
beta tidak
ada.
Sekitar 50% kasus-kasus ini globin beta mRNA dalam retikulosit dan sel
eritrosit muda berkurang atau tidak ada. Mutasi gen pada thalassemia-
bersifat sangat heterogen dan mencapai lebih dari 20 variasi genotip. Hal ini
berbeda dengan thalassemia- yang defek gennya agak homogenik. Gen-gen
thalassemia- 1, thalassemia- 2, thalassemia-, Hb E dan Hb konstan spring
dapat bergabung dalam kombinasi yang berbeda-beda yang mengakibatkan
suatu kompleks variasi sindrom. Thalassemia dengan lebih dari 60 genotip
yang disetai dengan gejala yang bervariasi dari asimtomatik sampai letal
seperti pada Hb barts hydrops fetalis.
Kemajuan-kemajuan
molekular
pada
dalam
thalassemia
di
mengungkapkan
dukung
oleh
penyebab
pemeriksaan
genetik
restriction
yang
tunggal
atau
delesi
yang
minimal.
Thalassemia
dan
* Patogenesis
Thalassemia mayor beta terjadi akibat kegagalan sintesis rantai globin
beta baik parsial ataupun total. Dan dengan demikian menyebabkan gangguan
sintesis hemoglobin dan anemia kronik. Bila pewarisan adalah autosomal
resesif.kelainan pada gen globin- (terdapat bersama gen- dan- pada
kromosom) bisanya berupa suatu mutasi titik yang mempengaruhi ekspresi
gen ataupun pengolahan oleh messenger RNA. Telah diketahui beragam
bentuk mutasi dan keragaman ini menjadi penyebab atas luasnya variasi
derajat klinis kondisi ini.
4. Komplikasi
Bagi thalassemia mayor memerlukan tranfusi darah seumur hidup.
Pada thalassemia mayor komplikasi lebih sering sering di dapatkan dari
pada thalassemia intermedia. Komplikasi neuromuskular tidak jarang terjadi.
timbul
akibat
cepatnya
trun
over
sel
dalam
sumsum
tulang
begitu
berat
memerlukan
sehingga
operasi
memberikan
koreksi.
gambaran
Pembesaran
yang
limpa
menakutkan
dapat
dan
mengakibatkan
yang
ringan.
Kadang-kadang
thalassemia
disertai
oleh
tanda
5. Pencegahan Thalassemia
Tubuh Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan dua tahap strategi dalam
pencegahan thalassemia. Tahap pertama melibatkan pengembangan kaedah
yang sesuai untuk diagnosa pranatal dan menggunakannya untuk mengenal
dengan pasti pasangan yang mempunyai risiko tinggi misalnya mereka yang
telah mempunyai anak dengan penyakit thalassemia. Tahap kedua melibatkan
penyaringan
penduduk
untuk
mengenal
pasti
pembawa
dan
memberi
thalassemia. Hal ini bisa menurunkan jumlah bayi yang mengidap thalassemia
(Rusepno, 1985).
sekarang
tidak
ada
obat
yang
dapat
menyembuhkan
thalassemia. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb telah rendah (kurang dari
6 g%) atau bila anak mengeluh tidak mau makan dan lemah.
Untuk mengeluarkan besi dari jaringan tubuh diberikan iron chelating
agent, yaitu desferal secara intramuskular atau intravena. Splenektomi
dilakukan pada anak yang lebih tua dari 2 tahun, sebelum didapatkan tanda
hipersplenisme atau hemosiderosis. Bila kedua tanda itu telah tampak, maka
splenektomi tidak banyak gunanya lagi,. Sesudah splenektomi, frekuensi
transfusi darah biasanya menjadi lebih jarang. Diberikan pula bermacammacam vitamin, tetapi preparat yang mengandung besi merupakan indikasi
kontra (Rusepno, 1985).
Dilaboratorium klinik, kadar hemoglobin dapat ditentukan dengan
berbagai
cara
diantaranya
dengan
cara
kolorimetrik
seperti
cara
ini mudah dilakukan, mempunyai standar yang stabil dan dapat mengukur
semua
jenis
hemoglobin
kecuali
sulfhemoglobin.
Metoda
sahli
yang
a. Temuan Laboratorium
Kelainan morfologi erotrosit pada penderita thalassemia beta homozigot
yang tidak di transfusi adalah eksterm di samping hipokronia dan mikrositosis
berat., banyak ditemukan poikilosit yang terfrakmentasi, aneh (bizarre) dan sel
target. Sejumlah besar eritrosit yang berinti ada di darah tepi, terutama setelah
splenektomi.
Inklusi
intra
eritrositik,
yang
merupakan
presipitasi
dari
kelebihan rantai alfa, juga dapat terlihat paska splenektomi. Kadar Hb turun
secara cepat menjadi kurang dari 5 g/dl kecuali jika transfusi di berikan. Kadar
bilirubin serum tidak terkonjugasi meningkat. Kadar serum besi tinggi, dengan
saturasi kapasitas pengikat besi. Gambaran biokimiawi yang nyata adalah
adanya kadar Hb F yang sangat tinggi dalam eritrosit. Senyawa dipirol
menyebabkan urin berwarna coklat gelap terutama paska splenektomi.
b. Terapi
Terapi diberikan secara teratur untuk mempertahankan kadar Hb di atas
10 g/dl. Regimen hiper transfusi ini mempunyai keuntungan klinis yang nyata
memungkinkan aktifitas normal dengan nyaman, mencegah ekspansi sumsum
tulang dan masalah kosmetik progresif yang terkait dengan perubahan tulangtulang muka, dan meminimalkan dilatasi jantung dan osteoporosis. Transfusi
dengan dosis 15-20 ml/kg sel darah merah terpampat (PRC) biasanya di
perlukan setiap 4-5 minggu. Uji silang harus di kerjakan untuk mencegah
alloimunisasi dan mencehag reaksi transfusi. Lebih baik di gunakan PRC yang
relatif segar (kurang dari 1 minggu dalam antikoagulan CPD) walaupun dengan
ke hati-hatian yang tinggi, reaksi demam akibat transfusi lazim ada. Hal ini
dapat di minimalkan dengan penggunaan eritrosit yang direkonstitusi dari
darah beku atau penggunaan filter leukosit, dan dengan pemberian antipiretik
sebelum transfusi.
Hemosiderosis adalah akibat terapi transfusi jangka panjang, yang tidak
dapat di hindari karena setiap 500 ml darah membawa kira-kira 200 mg besi
ke jaringan yang tidak dapat di ekskresikan secara fisiologis. Siderosis
miokardium merupakan faktor penting yang ikut berperan dalam kematian
awal penderita. Hemosiderosis dapat di turunkan atau bahkan di cegah dengan
pemberian
parenteral
obat
pengkelasi
besi
(iron
chelating
drugs)
kekhawatiran
terhadap
kemungkinan
toksisitas
(agranulositosis,
ukuran
organ
tersebut
atau
karena
hipersplenisme
sekunder.
Splenektomi meningkatkan resiko sepsis yang parah sekali, oleh karena itu
operasi harus dilakukan hanya untuk indikasi yang jelas dan harus di tunda
selama mungkin. Indikasi terpenting untuk splenektomi adalah meningkatkan
kebutuhan transfusi yang menunjukkan unsur hipersplenisme. Kebutuhan
transfusi
melebihi
hipersplenisme
240
dan
ml/kg
merupakan
PRC/tahun
indikasi
biasanya
untuk
merupakan
bukti
mempertimbangkan
BAB 3
KESIMPULAN
ibu yang hamil dengan Hb Barts hydrop fetalis mengalami preeklamsia yang
berat dengan hipertensi diastolik. Perkawinan antara carrier thalassemia-0
dan carrier thalassemia-+ akan memungkinkan menurunkan anak 25%
menderita penyakit Hb-H dengan manifestasi klinis anemia ringan sampai
berat. Penderita penyakit Hb-H sering mengalami/mendapat infeksi karena
daya tahan tubuh menurun yang dapat diikuti dengan hemolisis eritrosit akut.
Akibatnya anak tersebut memerlukan transfusi untuk mempertahankan
hidupnya.
Pemberian
transfusi
yang
berlebihan
akan
menyebabkan
penimbunan besi dalam berbagai organ tubuh dan hal ini dapat menimbulkan
gangguan fungsi organ yang bersangkutan (Hemokromatosisi). Keadaan ini
bukan hanya menjadi beban keluarga tetapi juga menjadi tanggung jawab
masyarakat dan negara.
Oleh karena itu perhatian terhadap penyakit thalassemia harus lebih
ditingkatkan baik oleh para sarjana yang terkait terutama para dokter maupun
pemerintah. Di Sumatera khususnya kota Medan sebaiknya direncanakan suatu
program penanganan penyakit thalassemia secara menyeluruh meliputi
penemuan kasus dan pengobatan disamping pencegahan lahirnya bayi-bayi
dengan sindroma thalassemia untuk menghindarkan generasi yang akan
datang dari penyakit yang hampir selalu diakhiri dengan kematian pada masa
anak-anak. Selain itu, juga memberikan penerangan kepada masyarakat dan
penderita
thalassemia
yamng
mempunyai
resiko
akan
kelahiran
anak
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISI
Abstrak i
Daftar Isi...ii
BAB 1. Pendahuluan
1. Latar Belakang ...1
BAB 3. Kesimpulan
1. Kesimpulan18
Daftar Pustaka....20
ABSTRAK