Você está na página 1de 18

LAPORAN PENDAHULUAN

RISIKO BUNUH DIRI

1.1;

Diagnosis Keperawatan
Resiko bunuh diri

1.2;

Tinjauan Teori
1.2.1; Pengertian
Risiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri
yang dapat mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan
psikiatri karena merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya.
Perilaku bunuh diri disebabkan karena stress yang tinggi dan
berkepanjangan dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme
koping yang digunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa alasan
individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan untuk beradaptasi,
sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi, dapat
terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/ gagal melakukan
hubungan yang berarti, perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat
merupakan hukuman pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri
keputusasaan (Stuart, 2006).
1.2.2; Rentang Respon

Respon adaptif
Peningkatan diri

pengambilan

perilaku

resiko yang

destruktif-diri diri

meningkatkan tidak langsung


pertumbuhan

a; Peningkatan diri

respon maladaptif
pencederaan bunuh diri

b;

c;

d;

e;

Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar


terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh
seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai
loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya.
Beresiko destruktif
Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami perilaku
destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya
dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangat
bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal
sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
Destruktif diri tidak langsung
Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladaptif) terhadap
situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya,
karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka
seorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan
tidak optimal.
Pencederaan diri
Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat
hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
Bunuh diri
Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya
hilang.
Perilaku bunuh diri menurut (Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria,
Nita, 2009) dibagi menjadi tiga kategori yang sebagai berikut.
Upaya bunuh diri (scucide attempt)
sengaja melakukan kegiatan menuju bunuh diri dan bila kegiatan itu
sampai tuntas akan menyebabkan kematian. Kondisi ini terjadi setelah
tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang yang hanya berniat
melakukan upaya bunuh diri dan tidak benar-benar ingin mati mungkin
akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada
waktunya.

Isyarat bunuh diri (suicide gesture)

Bunuh diri yang direncanakan untuk usaha mempengaruhi perilaku


orang lain.
Ancaman bunuh diri (suicide threat)
Suatu peringatan baik secara langsung verbal atau nonverbal bahwa
seseorang sedang mengupayakan bunuh diri. Orang tersebut mungkin
menunjukkan secara verbal bahwa dia tidak akan ada di sekitar kita
lagi atau juga mengungkapkan secara nonverbal berupa pemberian
hadiah, wasiat, dan sebagainya. Kurangnya respon positif dari orang
sekitar dapat dipersepsikan sebagai dukungan untuk melakukan
tindakan bunuh diri.

1.2.3; Faktor Predisposisi dan presipitasi


1; Factor predisposisi

Lima factor predisposisi yang menunjang pada pemahaman


perilaku destruktif-diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai
berikut :
a; Diagnosis Psikiatrik

Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri


hidupnya dengan cara bunuh diri mempunyai riwayat gangguan
jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu
berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah gangguan
afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
b; Sifat Kepribadian

Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan


besarnya resiko bunuh diri adalah antipati, impulsif, dan
depresi.
c; Lingkungan Psikososial

Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri,


diantaranya

adalah

pengalaman

kehilangan,

kehilangan

dukungan sosial, kejadian-kejadian negatif dalam hidup,


penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian. Kekuatan
dukungan social sangat penting dalam menciptakan intervensi
yang terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab
masalah, respons seseorang dalam menghadapi masalah
tersebut, dan lain-lain.
d; Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri


merupakan factor penting yang dapat menyebabkan seseorang
melakukan tindakan bunuh diri.
e; Faktor Biokimia

Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri


terjadi peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak
sepeti serotonin, adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat
tersebut dapat dilihat melalui ekaman gelombang otak Electro
Encephalo Graph (EEG).
2; faktor Presipitasi

Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress


berlebihan yang dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali
berupa kejadian hidup yang memalukan.Faktor lain yang dapat
menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media
mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan
bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi
sangat rentan.

1.3;

Patofisiologi (Clinical Pathway) : Patofisiologi, Situasional, Maturasional

1.4;

Data Yang Perlu Dikaji

Masalah Keperawatan
Resiko bunuh diri

Data yang perlu dikaji


Subjektif :
1; Mengungkapkan keinginan bunuh diri.
2; Mengungkapkan keinginan untuk mati.
3; Mengungkapkan
rasa
bersalah

dan

keputusasaan.
4; Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri

sebelumnya dari keluarga.


5; Berbicara tentang kematian, menanyakan
tentang dosis obat yang mematikan.
adanya

6; Mengungkapkan

interpersonal.
7; Mengungkapkan

telah

menjadi

konflik
korban

perilaku kekeasan saat kecil.


Objektif :
1; Impulsif.
2; Menunujukkan

perilaku

yang

mencurigakan (biasanya menjadi sangat


patuh).
3; Ada riwayat panyakit mental (depesi,

psikosis, dan penyalahgunaan alcohol).


4; Ada riwayat penyakit fisik (penyakit

kronis atau penyakit terminal).


5; Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan

pekerjaan, atau kegagalan dalam karier).


6; Umur 15-19 tahun atau diatas 45 tahun.
7; Status perkawinan yang tidak harmonis

1.5;

Penentuan Diagnosis Keperawatan


1.5.1; Batasan Karakteristik (NANDA)
Berhubungan dengan tingkah laku:
Riwayat percobaan bunuh diri sebelumnya
Desakan hati
Membeli pistol
Menyimpan/menimbun obat
Membuat atau merubah tujuan
Memberikan barang miliknya
Perasaan senang tiba-tiba, setelah sembuh dari depresi berat
Tanda-tanda kepribadian, sikap, performa

Berhubungan dengan ungkapan verbal :


Membicarakan orang yang bunuh diri
Ingin mati/mengakhiri semuanya

Berhubungan dengan situasi :


Hidup sendiri
Pensiun
Tempat penampungan, asrama
Ketidakstabilan ekonomi
Kehilangan otonomi/kemandirian
Ada/keberadaan senjata di rumah
Kehidupan remaja dalam lingkungan/suasana, non tradisional
(missal: pusat rehabilitasi anak-anak, sel/penjara, situasi rumah
yang kurang mendukung, kelompok dalam rumah)

1.5.2; Tanda mayor (Lynda Jual Carpenito)

Mempunyai ide unutk bunuh diri


Mengungkapkan keinginan unutk mati
Mengungkapkan rasa bersaah dan keputusasaan
Impulsif
Menunjukkan perilaku yang mencurigakan ( menjasi sangat patuh)
Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
Verbal terselubung ( berbicara tentang kematian)
Menanyakan tentang obat dosis mematikan
Status emosional ( harapan, penolakan, cemas meningkat, panik,
marah, mengasibngkan diri)
Kesehatan mental ( secara klinis klien terlihat sangat depresi,
psikosis, dam menyalahginakan alkohol)
Kesehatan fisik ( biasanya pada kliemn dengan penyakit kronis atau
terminal)
Kehilangan pekerjaan atau kegagagalan dalam karir
Status perkawinan ( mengalami kegagalan dalam perkawinan)
Pekerjaan
Konflik interpersonal
Latar belakang keluarga

1.5.3; Tanda Minor (Lynda Jual Carpenito)

1.6;

Sumber-sumber sosial
Mandi / hygiene
Orientasi seksual
Sumber-sumber personal
Pengangguran
Umur 15- 19 tahun atau di atas 45 tahun
Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil

Rencana Tindakan Keperawatan

1.6.1; Tujuan dan Rencana tidakan Keperawatan Pada Pasien

Tujuan umum: sesuai masalah (problem).


Tujuan khusus
1; Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan:
a; Perkenalkan diri dengan klien
b; Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
c; Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
d; Bersifat hangat dan bersahabat.
e; Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
2; Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
a; Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau,

silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain).


b; Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh
perawat
c; Awasi klien secara ketat setiap saat
3; Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Tindakan:
a; Dengarkan keluhan yang dirasakan
b; Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan
dan keputusasaan.
c; Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana
harapannya
d; Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan,
kematian, dan lain lain.
e; Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan
keinginan untuk hidup.
4; Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
a; Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya
b; Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.

c; Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan

antar sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).


5; Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Tindakan:
a; Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang
menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku
favorit, menulis surat dll).
b; Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan
pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang
kegagalan dalam kesehatan.
c; Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang
mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah
mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut
dengan koping yang efektif.

6; Klien dapat menggunakan dukungan social

Tindakan:
a; Kaji dan manfaatkan sumber sumber ekstemal individu (orang orang

terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama


yang dianut).
b; Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu,
aktivitas keagamaan, kepercayaan agama).
c; Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling pemuka agama).
7; Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Tindakan:
a; Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping minum obat).
b; Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat,
dosis, cara, waktu).

c; Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.


d; Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar

1.6.2; Tujuan Keperawatan Pada Keluarga


1; Keluarga mampu mengidentifikasi waham klien.
2; Keluarga mampu memafasilitasi untuk memenuhi kebutuhan yang

belum dipenuhi oleh wahamnya.


3; Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan klien
secara optimal
1.6.3; Tindakan Keperawatan Pada Keluarga
4; Diskusikan pada keluarga tentang waham yang dimiliki klien.
5; Diskusikan pada keluarga tentang cara merawat klien waham di
rumah, follow up dan keteraturan pengobatan, serta lingkungan
yang tepat untuk klien.
6; Diskusikan dengan keluarga tentang obat klien, (nama obat, dosis,
frekuensi, efek samping, dan akibat penghentian obat).
7; Diskusikan dengan keluarga kondisi klien yang memerlukan
bantuan.
1.7;

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)


Terapi Aktivitas Kelompok Pada Klien
Resiko Bunuh Diri

1; TAK stimulasi persepsi untuk harga diri rendah


a; Sesi 1: Identifikasi hal positif pada dir
b; Sesi 2: Melatih positif pada diri
2; TAK sosialisasi

TAK sosialisasi terdiri dari tujuh sesi yaitu:


a; Sesi 1: Kemampuan memperkenalkan diri
b; Sesi 2: Kemampuan berkenalan
c; Sesi 3: Kemampuan bercakap-cakap
d; Sesi 4: Kemampuan bercakap-cakap topik tertentu

e; Sesi 5: Kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi

Sesi 6: Kemampuan bekerjasama


g; Sesi 7: Evaluasi kemampuan sosialisasi
f;

TAK SOSIALISASI : RESIKO BUNUH DIRI


Topik

: Resiko bunuh diri

Terapis

: Mahasiswa praktikan

Sasaran

Bangsal

1; Kriteria pasien
a; Klien dengan gangguan hubungan sosial / resiko bunuh diri
b; Sehat secara fisik
c; Kooperatif
2; Pengorganisasian
1; Leader :

Bertugas :
Memimpin jalannya acara terapi aktivitas kelompok
Memperkenalkan anggota terapi aktivitas kelompok
Menetapkan jalannya tata tertib
Menjelaskan tujuan diskusi
Dapat mengambil keputusan dengan menyimpulkan hasil diskusi pada

kelompok terapi diskusi tersebut .


Kontrak waktu
Menimpulkan hasil kegiatan
Menutup acara
2; Co leader

Bertugas :
Mendampingi leader jika terjadi bloking
Mengoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan
Bersama leader memecahkan penyelesaian masalah

3; Observer

Bertugas :
Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal sampai
akhir
Mencatat semua aktifitas dalam terapi aktifitas kelompok
Mengobservasi perilaku pasien
4; Vasilitator
Bertugas :
Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang harus
dilakukan
Mendampingi peserta TAK
Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok
Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan
5; Anggota
Bertugas :
Menjalankan dan mengikuti kegiatan terapi
6; Operator
Bertugas :
mengoperasikan alat

Uaraian seleksi kelompok


a. Hari/ tanggal

b. Tempat pertemuan

c. Waktu

d. Lamanya

: 45 menit

e. Kegiatan

: Terapi aktivitas kelompok resiko bunuh diri

f. Jumlah anggota

g.Jenis TAK

: Sosialisasi sesi 1

TAK S OSIALISASI : RESIKO BUNUH DIRI

SESI 1 : MEMPERKENALKAN DIRI


Tujuan
1; Tujuan Umum

Klien dapat bersosialisasi dengan sesama dan terlihat pada proses Terapi Aktifitas
Kelompok Sosialisasi.
2; Tujuan Khusus
a; Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap.
b; Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama yang disenangi.
c; Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan alamat dan daerah
asal.
Kriteria klien
Kriteria klien yang mengikuti kegiatan ini adalah:
a; Klien tenang dan kooperatif
b; Pembicaraan jelas
c; Keadaan fisik klien sehat dan baik
d; Pasien yang dirawat inap di ruang Melati.

Setting
1; Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran .
2; Ruangan nyaman dan tenang .

Alat
a; Laptop atau alat pemutar musik
b; Speaker atau pengeras suara
c; Bola
d; Papan nama peserta
e; Tempat duduk peserta
f;

Buku catatan dan Pulpen

Metode
1; Diskusi
2; Permainan

Langkah kegiatan
a; Persiapan
1; Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi I Terapi Aktifitas

Kelompok Sosialisasi
2; Mempersiapkan alat dan tempat kegiatan
3; Melakukan kontrak dengan klien lain.
b)

Orientasi selama 5 menit


a.

Salam terapeutik
Mengingatkan tahap ini melakukan :
1.
Memberi salam terapeutik
2. Peserta untuk memakai papan nama dan fasilitator memegang papan
nama yang akan ditulis sesuai dengan nama panggilan yang disenangi oleh
masing-masing peserta kegiatan.

b.

Evaluasi/validasi
1.

c.

Menanyakan perasaan klien saat ini.


Kontrak

1.
2.

Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu memperkenalkan diri.


Menjelaskan aturan main berikut.:
1) Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis melalui fasilitator.
2) Lama kegiatan 40 menit.
3) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

c) Tahap kerja selama 25 menit


a. Jelaskan kegiatan yaitu musik akan dihidupkan serta bola diedarkan
dengan arah jarum jam ( dari kiri kanan ke kekiri ) dan pada saat tape
dimatikan

yang

memegang

bola

mendapatkan

giliran

memperkenalkan diri.
b. Hidupkan musik dan edarkan bola sesuai dengan arah jarum jam

untuk

c. Pada saat musik dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola


mendapat giliran untuk mempraktekkan memperkenalkan diri dengan
cara :
1; Memberi salam
2; Menyebutkan nama lengkap
3; Menyebutkan nama panggilan yang disenangi
4; Menyebutkan alamat dan daerah asalDengan leader ikut pada
putaran pertama dan yang mendapat giliran pertama yaitu leader dan
leader mencontohkan memperkenalkan diri, kemudian dilanjutkan
pada peserta Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi. Pada peserta
kegiatan yang telah memperkenalkan diri untuk masing-masing
fasilitator memberikan papan nama sesuai dengan nama panggilan
yang disenanginya.
d. Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi
tepuk tangan serta reward positif untuk klien
e. Ulangi a, b, c dan d sampai semua anggota kelompok mendapatkan
giliran.
d)

Tahap terminasi selama 10 menit


a; Evaluasi respon subjektif

Meminta beberapa klien mengungkapkan perasaannya setelah mengikuti terapi dan


memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b; Evaluasi respon objektif
1; Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih untuk memperkenalkan diri
kepada orang lain dikehidupan sehari hari.
2; Memasukan kegiatan memperkenalkan pada jadwal kegiatan klien.
c; Tindak lanjut
1; Menyepakati kegiatan berikut, yaitu berkenalan dengan anggota kelompok.
2; Menyepakati waktu dan tempat pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi berikutnya.
e) Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK . Untuk TAK
stimulasi persepsi : harga diri rendah sesi 1, kemampuan klien yang diharapkan adalah

menuliskan pengalaman yang tidak menyenagkan dan aspek positif ( kemampuan yang
dimiliki ) . Formulir evaluasi sebagai berikut .

Sesi 1 Sosialisasi : Memprkenalkan diri


Kemampuan menulis pengalaman yang tidak menyenangkan dan hal positif diri sendiri
No

Nama klien

Menulis pengalaman yangMenulis


tidak menyenangkan

hal

positif

sendiri

1
2
3
4
5
6
7
8
Petunjuk :
1; tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
2; untuk tiap klien,beri nilai pada tiap kemampuan menulis pengalaman yang
tidak menyenangkan dan aspek positif diri sendiri . Beri tanda jika klien
mampu dan tanda x jika klien tidak mampu .
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan

klien

saat TAK

pada catatan proses

keperawatan tiap klien. Contoh: Klien mengikuti sesi 1, TAK stimulasi peraepsi
harga diri rendah. Klien mampu menuliskan tiga hal pengalaman yang tidak
menyenangkan, mengalami kesulitan hal positif diri. Anjurkan klien menulis
kemampuan dan hal positif dirinya dan tingkatkan reinforcement (pujian ).

1.8;

Dafar Pustaka

diri

1; Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995
2; Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC,
1999
3; Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr.
Amino Gonohutomo, 2003
4; Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung,
RSJP Bandung, 2000
5; Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric nursing : contemporary practice.
Philadelphia : Lipincott-Raven Publisher. 1998

Você também pode gostar