Você está na página 1de 10

KELARUTAN TIMBAL BALIK

ABSTRAK
Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur
sebagian bila temperaturnya di bawah temperatur kritis, maka larutan tersebut akan
bercampur secara homogen, dan jika melewati temperatur kritis, maka larutan tersebut
akan kembali bercampur sebagian. Sifat-sifat kelarutan suatu zat banyak dimanfaatkan
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam bidang industri. Pada percobaan ini, suhu
menjadi sangat penentu apakah suatu campuran bercampur sebagian atau bercampur
sempurna. Dalam percobaan ini juga dikenal diagram fase. Diagram fase adalah grafik
yang menunjukkan kondisi kesetimbangan antara fase-fase yang berbeda dari suatu zat
yang yang sama. Dari hasil pecobaan diperoleh fraksi mol fenol (X fenol) dari campuran
fenol-air berturut-turut adalah 0,105 ; 0,095 ; 0,083 ; 0,066 ; 0,082 ; 0,111 ; 0,113 ; 0,102,
serta suhu yang teramati berturut-turut adalah 64,5C ; 64C ; 61,5C ; 64,5C ; 62,5C ;
63C ; 62,5C ; 63,5C. Temperatur kritisnya adalah 64,5C. Campuran fenol-CH 3OH
dengan perbandingan 2 gr : 4 mL diperoleh suhu rata-rata 60,5C, serta campuran fenolNaCl dengan perbandingan 2 gr : 4 mL diperoleh suhu rata-rata 77,5C.
Kata Kunci : kelarutan timbal balik, temperatur kritis, homogen, diagram fase

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Prinsip kelarutan banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam bidang industri. Dalam kehidupan sehari-hari biasanya kita
sering melarutkan suatu padatan dalam cairan, contohnya adalah melarutkan
gula dalam air, melarutkan garam dalam air, dan masih banyak contoh lain.
Prinsip kelarutan sangat penting khususnya faktor-faktor yang mempengaruhi
kelarutan, karena dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kelarutan, maka kelarutan suatu zat dapat dipercepat maupun diperlambat.
Prinsip kelarutan juga berhubungan dengan laju reaksi. Sedangkan dalam
bidang industri banyak dimanfaatkan untuk menghasilkan suatu produk
dengan cepat, misalnya dengan menaikkan suhu, dan tekanan, dan
memperbesar luas permukaan bidang sentuh.
1.2 Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan dari kelarutan timbal balik fenol-air adalah dengan
menggunakan prinsip temperatur kritis suatu zat. Jika suatu campuran
mencapai temperatur kritis, maka larutan tersebut akan bercampur homogen,
dan jika melewati maupun di bawah temperatur kritis, maka larutan tersebut
akan bercampur sebagian. Pada percobaan digunakan campuran fenol dan air
dengan perbandingan tertentu, serta campuran fenol dan metanol, dan
campuran fenol dan NaCl. Dengan dipanaskan campuran tersebut, maka
campuran tersebut akan larut (bening), kemudian didinginkan akan kembali
memisah (keruh). Catat suhu yang diperlukan dari keruh menjadi bening dan
dari bening menjadi keruh.
1.3 Tujuan
Mempelajari kelarutan timbal balik antara dua cairan dan menggambarkan
hubungan kelarutan tersebut dengan suhu dalam suatu diagram fasa.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Larutan dan Kelarutan


Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Suatu
larutan disebut campuran karena susunannya dapat berubah-ubah. Homogen
karena susunannya seragam sehingga tidak dapat diamati ada atau tidaknya bagian
yang berbeda (Hardjono, 2001)
Kelarutan adalah kuantitas maksimal suatu zat kimia terlarut (solut) untuk
dapat larut pada pelarut tertentu membentuk larutan homogen. Kelarutan suatu zat
pada dasarnya sangat bergantung dengan sifat fisika dan kimia zat terlarut dan
pelarut, seperti temperatur, tekanan dan pH larutan, dan lain-lain. Secara luas
kelarutan suatu zat pada pelarut tertentu merupakan suatu pengukuran konsentrasi
kejenuhan dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit zat terlarut pada pelarut
sampai zat terlarut tersebut mengendap (tidak dapat larut lagi). Rentang kelarutan
sangat bervariasi, ada banyak sekali zat kimia yang mempunyai kelarutan tak
terbatas, dan hasilnya bercampur sempurna (miscible), misalnya adalah etanol
dalam air. Ada pula zat kimia yang sama sekali tidak larut, sebagai contoh adalah
perak klorida dalam air. Namun kebanyakan suatu zat dapat terlarut dalam pelarut
sampai tepat jenuh, setelah itu mengendap seperti NaCl dalam air (Anonim,
2013).
2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah sebagai berikut (Sukardjo,
2003) :
a. Temperatur
b. Jenis zat terlarut
c. Tekanan

2.3 Kelarutan Timbal Balik


Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur
sebagian bila temperaturnya di bawah temperatur kritis, maka larutan tersebut
akan bercampur secara homogen, dan jika melewati temperatur kritis, maka
larutan tersebut akan kembali bercampur sebagian. Sebagai contoh adalah

kelarutan timbal balik fenol dalam air yang berdasarkan pertambahan persen fenol
akan membentuk kurva parabola dalam setiap perubahan temperatur baik di
bawah temperatur kritis mapun di atas temperatur kritis (Sukardjo, 2003).
2.4 Sistem Biner Fenol Air
Sistem biner fenol-air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat
kelarutan timbal balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap.
Campuran fenol dan air disebut campuran/sistem biner, karena terdiri dari dua
komponen yaitu fenol dan air. Sistem biner fenol-air tergolong fase padat-cair,
fenol berupa padatan dan air berupa cairan. Kelarutan sistem ini akan berubah
apabila dalam campuran itu ditambahkan salah satu komponen penyusunnya yaitu
fenol atau air. Temperatur mempengaruhi komposisi kedua fase pada
kesetimbangan. Menaikkan temperatur aka menambah kemampuan bercampurnya
(Atkins, 1996).
2.5 Analisis Bahan
2.5.1 Akuades (H2O)
Akuades merupakan cairan tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa dengan
rumus molekul H2O dan bersifat polar, sehingga merupakan pelarut yang baik
untuk bermacam-macam zat ; molekul air terikat oleh ikatan hidrogen satu sama
lain. Air membeku pada 0 oC, mendidih pada 100 oC, dan mempunyai kerapatan
(1 g cm-3) terbesar pada 4 oC (Pudjaatmaka, dkk, 1993 ; Wertheim, 2000).
2.5.2 Fenol (C6H5OH)
Fenol merupakan zat padat tak berwarna, bersifat racun, biasanya digunakan
sebagai antiseptik, desinfektan, bahan peledak, zat celup, dan merupakan suatu
asam lemah penyebab korosi (Rahayu dan Giriarso, 2011).
2.5.3 Metanol (CH3OH)
Metanol merupakan cairan tak berwarna yang digunakan sebagai pelarut. Disebut
juga alkohol kayu. Spirtus adalah salah satu jenis penggunaan metanol yang diberi
warna biru agar tidak tertukar dengan air. Sifatnya sangat beracun (Rahayu dan
Giriarso, 2011).
2.5.4 Natrium klorida (NaCl)

Natrium korida adalah senyawa ionik sederhana berbentuk padatan rapuh dengan
titik leleh 801C. Dalam bentuk lelehan dan larutannya, senyawa ini dapat
menghantarkan arus listrik (Sutresna, 2008).

BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah batang pengaduk,
tabung reaksi sedang, tabung reaksi besar, termometer, penangas air, spatula, gelas
kimia, dan botol semprot.
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah fenol (C6H5OH),
natrium klorida (NaCl), metanol (CH3OH), dan akuades (H2O).
3.2 Prosedur Kerja
Fenol+Air
dibuat dengan perbandigan 2 gr : 3 mL, 2 gr : 3,5 mL, 2 gr : 4
mL, 2 gr : 5 mL, 2,5 gr : 6 mL, 3 gr : 4,25 mL, 3,5 gr : 5,25
mL, 4 gr : 6,25 mL
dipanaskan tiap cairan tersebut, aduk campuran dengan pelan,
catat suhu pada saat campuran berubah dari keruh menjadi
bening. Keluarkan tabung reaksi besar dari air, biarkan
campuran menjadi dingin dan catat suhu pada saat campuran
keruh kembali

dilakukan hal yang sama untuk fenol dan CH3OH 1%, fenol
dan NaCl 1% dengan perbandingan 2 gr : 3 mL.
Hasil
3.3 Rangkaian Alat

Gambar 3.1 Pemanasan


air

Gambar 3.2 Memasukkan


campuran fenol-air dalam
air yg telah dipanaskan

Gambar 3.3 Suhu dari


keruh ke bening

Gambar 3.4 Suhu dari


bening ke keruh

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Pengamatan Fenol-Air
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Fenol (gram)
2
2
2
2
2,5
3
3,5
4

Air (mL)
3
3,5
4
5
6
4,25
5,25
6,25

Tkeruh ke bening (C)


66
64
65
65
63
63
63
63

Tbening ke keruh (C)


63
64
58
64
62
63
62
64

4.1.2 Tabel Pengamatan Fenol-CH3OH


No
1

Fenol (gram)
2

CH3OH (mL)
4

Tkeruh ke bening (C)


61

Tbening ke keruh (C)


60

4.1.3 Tabel Pengamatan Fenol-NaCl


No
1

Fenol (gram)
2

4.2 Pembahasan

NaCl (mL)
4

Tkeruh ke bening (C)


78

Tbening ke keruh (C)


76

Kelarutan adalah kuantitas maksimal suatu zat kimia terlarut (solut) untuk
dapat larut pada pelarut tertentu membentuk larutan homogen. Kelarutan suatu zat
pada dasarnya sangat bergantung dengan sifat fisika dan kimia zat terlarut dan
pelarut, seperti temperatur, tekanan dan pH larutan, dan lain-lain. Rentang
kelarutan sangat bervariasi, ada banyak sekali zat kimia yang mempunyai
kelarutan tak terbatas, dan hasilnya bercampur sempurna (miscible), misalnya
adalah etanol dalam air. Ada pula zat kimia yang sama sekali tidak larut, sebagai
contoh adalah perak klorida dalam air. Namun kebanyakan suatu zat dapat terlarut
dalam pelarut sampai tepat jenuh, setelah itu mengendap seperti NaCl dalam air
(Anonim, 2013).
Dalam kelarutan juga dikenal dengan like disolve like, yang artinya zat
yang polar cenderung larut dengan zat yang polar, dan zat yang nonpolar
cenderung larut dengan zat yang non polar. Selain itu juga dikenal dengan salting
out dan salting in. Salting Out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang
mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan
penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi
kimia. Contohnya : kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air
tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh. Sedangkan salting in adalah adanya zat
terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent menjadi
lebih besar. Contohnya : Riboflavin tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan
yang mengandung Nicotinamida.
Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur
sebagian bila temperaturnya di bawah temperatur kritis (titik konsulat bawah),
maka larutan tersebut akan bercampur secara homogen (titik konsulat), dan jika
melewati temperatur kritis (titik konsulat atas), maka larutan tersebut akan
kembali bercampur sebagian. Sebagai contoh adalah kelarutan timbal balik fenol
dalam air yang berdasarkan pertambahan persen fenol akan membentuk kurva
parabola dalam setiap perubahan temperatur baik di bawah temperatur kritis
mapun di atas temperatur kritis (Sukardjo, 2003). Temperatur kritis adalah
temperatur dimana terjadinya fase transisi (peralihan fase), sedangkan fase adalah

suatu keadaan zat yang mempunyai sifat fisik dan kimianya yang seragam
(homogen), fase terdiri atas tiga yaitu fase padat, cair, dan gas.
Prosedur percobaan kelarutan timbal balik antara fenol-air adalah pertamatama membuat campuran antara fenol dan air dengan perbandingan masingmasing 2 gr : 3 mL, 2 gr : 3,5 mL, 2 gr : 4 mL, 2 gr : 5 mL, 2,5 gr : 6 mL, 3 gr :
4,25 mL, 3,5 gr : 5,25 mL, 4 gr : 6,25 mL. Tujuan dari variasi perbandingan
pencampuran adalah untuk mengetahui pengaruh fraksi mol fenol (X fenol)
terhadap perubahan suhu dan menentukan titik kritis campuran fenol dan air.
Kemudian buat campuran fenol-CH3OH 1%, dan fenol-NaCl 1% masing-masing
dengan perbandingan 2 gr : 4 mL. Kemudian dipanaskan dan diaduk masingmasing campuran dari keruh menjadi bening, catat suhunya. Tujuan dari
pemanasan campuran ini adalah untuk mencapai temperatur kritis (campuran
sudah larut) Keluarkan biarkan campuran tersebut keruh kembali dan catatnya.
Lakukan hal yang sama untuk setiap larutan.
4.2.2 Analisis Hasil
Dari hasil percobaan antara campuran fenol-air

dengan perbandingan

masing-masing 2 gr : 3 mL, 2 gr : 3,5 mL, 2 gr : 4 mL, 2 gr : 5 mL, 2,5 gr : 6 mL,


3 gr : 4,25 mL, 3,5 gr : 5,25 mL, 4 gr : 6,25 mL diperoleh fraksi mol fenol (X
fenol) berturut-turut adalah 0,105 ; 0,095 ; 0,083 ; 0,066 ; 0,082 ; 0,111 ; 0,113 ;
0,102, serta suhu yang teramati berturut-turut adalah 64,5C ; 64C ; 61,5C ;
64,5C ; 62,5C ; 63C ; 62,5C ; 63,5C. Temperatur kritisnya adalah 64,5C. Campuran

fenol-CH3OH dengan perbandingan 2 gr : 4 mL diperoleh suhu rata-rata 60,5C,


serta campuran fenol-NaCl dengan perbandingan 2 gr : 4 mL diperoleh suhu rata-

rata 77,5C.

BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Dari hasil percobaan antara campuran fenol-air

dengan perbandingan

masing-masing 2 gr : 3 mL, 2 gr : 3,5 mL, 2 gr : 4 mL, 2 gr : 5 mL, 2,5 gr : 6 mL,


3 gr : 4,25 mL, 3,5 gr : 5,25 mL, 4 gr : 6,25 mL diperoleh fraksi mol fenol (X
fenol) berturut-turut adalah 0,105 ; 0,095 ; 0,083 ; 0,066 ; 0,082 ; 0,111 ; 0,113 ;
0,102, serta suhu yang teramati berturut-turut adalah 64,5C ; 64C ; 61,5C ;
64,5C ; 62,5C ; 63C ; 62,5C ; 63,5C. Temperatur kritisnya adalah 64,5C. Campuran

fenol-CH3OH dengan perbandingan 2 gr : 4 mL diperoleh suhu rata-rata 60,5C,


serta campuran fenol-NaCl dengan perbandingan 2 gr : 4 mL diperoleh suhu rata-

rata 77,5C.
5.2 Saran
Untuk percobaan selanjutnya disarankan untuk menggunakan campuran heksana
dan nitrobenzen.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. http://www.ilmukimia.org/2013/04/kelarutan.html. (Dikunjungi


pada tanggal 16 Maret 2014).
Atkins, P.W. 1996. Kimia Fisika. Jakarta : Erlangga.
Hardjono. 2001. Kimia Dasar. Yogyakarta : UGM press.
Pudjaatmaka, dkk. 1993. Kamus Kimia. Jakarta : Balai Pustaka.
Rahayu dan Giriarso. 2011. Kamus Kimia SMA. Jakarta : Gagas Media.
Sukardjo. 2003. Kimia Fisika. Jakarta : Rineka Cipta.
Sutresna, Nana. 2008. Kimia SMA Kelas X. Bandung : Grafindo Media Pratama.
Wertheim, dkk. 2000. Kamus Kimia Bergambar. Jakarta Erlangga.

Jawaban Pertanyaan
1. A
2. A
3. A
4. A
5. Salting Out adalah Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang
mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan
menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau
terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia

Você também pode gostar