Você está na página 1de 22

Anatomi jaringan periodontal

Jaringan periodontal yang normal mampu meberikan dukungan untuk menjaga fungsi
gigi. Jaringan periodontal terdiri dari 4 komponen utama yaitu: gingiva, ligament
periodontal, sementum dan tulang alveolar. Empat kompinen ini mempunyai lokasi,
jenis jaringan, komposisi biochemical, dan komposisi chemical yang berbeda tetapi
keempat jaringan ini berfungsi menjadi suatu unit kesatuan. Penelitian yang terbaru
menununnjukan bahwa komponen matriks ekstraseluler dari salah satu jaringan
periodontal dapat mempengaruhi kegiatan seluler dari struktur yang berdekatan. Oleh
karena itu perubahan patologis dari salah satu jaringan periodontal dapat
menyebabkan pengaruh yang penting pada kerusakan, perbaikan, atau regenerasi
bagian lain jaringan periodontal
Pada bab ini pertama-tama akan membahan mengenai komponen struktur dari
jaringan

periodontal;

lalu

membahas

perkembangan

jaringan

periodontal,

vaskularisasi, innervasi dan fungsi.


Mukosa oral
Mukosa oral terdiri dari tiga zona :
1. gingiva dan mukosa mastikasi yaitu gingiva yang melapisi jaringan keras
(gingiva yang melapisi tulang alveolar dari rahang yang mengelilingi gigi.)
2. dorsum lidah, yang dilapisi mukosa specialized.
3. Perbatasan membrane mukosa oral dari mulut
Gingiva
Tanda-tanda klinis
Pada orang dewasa, gingiva normal melapisi tulang alveolar dan akar gigi hingga
batas mahkota yaitu pada cement enamel junction. Gingiva secara anatomis dibagi
menjadi tiga bagian margin, attached, dan interdental. Walaupun

jenis gingiva

merupasi variasi dari diferensiasi, hitologi, dan ketebalan menurut fungsi yang
berbeda, semua tipe mempunyai struktur fungsi yang berbeda melawan kerusakan
mekanis dan mikroba. Dlaam kata lain, setiap struktur dari gingiva yang berbeda
mempunyai fungsi yang berbeda sebagai pembatas antara mikroba dan agen yang
berbahaya pada jaringan yang lebih dalam.

Margin gingiva. Margin gingia atau unattched ginginva merupakan batas gingiva yang
mengelilingi gigi seperti kerah, pada 50% kasus menunjukan batasbatas dari gingiva
cekat merupakan garis dangakl yang disebut free gingival groove. Margin gingva
biasanya berkisar 1 mm, dan dibentuk oleh dinding jaringan lunak dari sulcus gingiva.
Sulcus gingiva biasanya dipisahkan dari gigi dengan periodontal probe. Bagian paling
apical dari margin gingiva dissebut gingival zenith.

Letaknya kornaapikal dan

mesiodistal kira-kira 0.06 dan 0.96 mm


Sulcus gingival.
Sulkus ginginva merupakan celah dangkal atau ruangan disekitar gigi dibatasi
permukaan gigi pada satu sisi dan epitel lining dari ginginva bebas dari gingiva pada
sisi lainya. Berbentuk huruf V dan sulit dimasuki oleh probe periodontal. Penetuan
kedalaman sulkus gingiva merupakan hal yang penting untuk parameter diagnostic.
Pada keadaan normal kedalaman sulcus biasanya 0mm atau mendekati 0mm. kondisi
ini hanya bisa didapakan dalam percobaan pada hewan tanpa bakteri atau setelah
kontol plak secara terus menerus.
Pada manusia dengan gingiva yang sehat, dapat ditemukan pendalaman sulkus.
Biasanya

kedalaman sulkus ditentunkan secara histologi, telah dilaporkan

kedalamanya 1.8 mm, dengan variasi 0 mm 6 mm, pada penelitian lain 1.5 mm dan
0.69 mm. pemeriksaan klinis diperlukan untuk menentukan kedalaman sulkus dengan
meggunakan instrument metal (probe periodontal) fan estimasi jarak memasukanya
( kedalaman probe). Kedalaman histologic dari sulkus sama dengan masuknya probe.
Masuknya probe kedalam sulkus dipengaruhi banyak faktor, seperti diameter probe,
kekuatan probe, dan tingkat keparahan inflamasi. Pada dasarnya kedalaman probe
tidak benar benar menentukan kedalaman sulkus, pengukuran degan probe pada
sulkus gingiva yang norman pada manusia 2-3 mm.
Gingiva cekat
Gingiva cekat diteruskan oleh margin gingiva, merupakan gingiva yang keras,
melekat debfab erat dengan tulan alveolar, bagian fasial dari gingiva cekat biasanya
relatif lentur dan digerakan mukosa alveolar; ini disebut mucogingival junction.
Lebarnya gingiva cekat merupakan parameter klinis yang penting. Ini merupakan
jarak dari mucogingival junction dan gambaran dari permukaan luar dari dasar sulkus

gingiva dari poket periodontal. Ini kadanng seering tertukar dengan lebar dari gingiva
keratin, walaupun ini juga termasuk marginal gingiva.
Lebar dari bagian fasial gingiva cekat membedakan area dalam mulut. Secara general
lebih lebar pada gigi anterior (3.5 -4.5 mm pada maksila dan 3.3 3.9 mm pada
mandibular) dan mengecil pada bagian posterior (1.9 mm dari premolar pertama
maksila dan 1.8 pada premolar pertama mandibular)
Karena mucogingival junction tetap tidak bergerak setelah dewasa. Perubahan dari
lebar gingiva cekat disebabkan dari modifikasi ukuran mahkota. Lebar dari gingiva
cekat bertambah pada umur 4 tahun. Pada aspek lingual mandibular, gingiva cekat
memisahkan batas mukosa alveolar, dimana diteruskan ke mukosa membrane didasar
mulut. Permukaan palatan dari mukos acekat pada maksila tanpa batas yang jelas dan
mempunyai konsistensi yang sama.
Gingiva Interdental. Gingiva interdental menempati embrasures gingiva, yang
merupakan ruang interproksimal di bawah area kontak gigi. Gingiva interdental dapat
berbentuk piramida, atau dapat memiliki "col". Ujung satu papilla terletak langsung di
bawah titik kontak; yang terakhir menyajikan depresi seperti lembah yang
menghubungkan papilla facial dan lingual dan yang menegaskan dengan bentuk
kontak proksimal (angka 1-4 dan 1-5). Bentuk gingiva dalam ruang interdental
tergantung pada ada atau tidak adanya titik kontak antara gigi yang berdekatan, jarak
antara titik kontak dan puncak tulang, ada atau tidak adanya beberapa derajat resesi.
Gambar 1-6 menggambarkan variasi dalam gingiva interdental normal.
Permukaan facial dan lingual yang meruncing ke arah bidang kontak
interproksimal, sedangkan mesial dan permukaan distal sedikit cekung. Perbatasan
lateral dan ujung papilla interdental dibentuk oleh gingiva marginal dan gigi sebelah.
Bagian intervensi terdiri fo melekat gingiva (Gambar 1-7). Jika terdapat diastema,
gingiva dengan kuat terikat atas tulang interdental untuk membentuk permukaan
halus, bulat tanpa papila interdental (Gambar 1-8).
Fitur Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis mengungkapkan bahwa gingiva terdiri dari epitel skuamosa
berlapis diatasnya dan inti pusat yang mendasari jaringan ikat. Meskipun alaminya
epitel didominasi seluler, jaringan ikat tidak terlalu seluler dan umumnya terdiri dari
serat kolagen dan substansi dasar. Kedua jaringan dianggap terpisah.

Epitelium Gingiva
Aspek Umum Biologi Epitel Gingiva. Secara historis, kompartemen epitel dianggap
hanya memberikan penghalang fisik untuk infeksi dan attachment gingiva yang
mendasari. Namun, kami sekarang percaya bahwa sel-sel epitel berperan aktif dalam
pertahanan bawaan host dengan menanggapi bakteri secara interaktif, yang berarti
bahwa epitel berpartisipasi aktif dalam menanggapi infeksi, menandakan reaksi host
lanjut, dan dalam mengintegrasikan bawaan dan respon kekebalan dapatan. Sebagai
contoh, sel-sel epitel dapat menanggapi bakteri dengan peningkatan proliferasi,
peristiwa perubahan sinyal sel, perubahan dalam diferensiasi dan kematian sel, dan,
pada akhirnya, perubahan homeostasis jaringan. Untuk memahami perspektif baru ini
dari respon pertahanan bawaan epitel dan peran epitel dalam kesehatan gingiva dan
penyakit, itu penting untuk memahami struktur dan fungsi dasar (box 1-1).
Epitel gingiva terdiri dari lapisan berkelanjutan epitel skuamosa berlapis. Ada
tiga bidang yang berbeda yang dapat didefinisikan dari sudut pandang morfologi dan
fungsional: oral atau epithelium luar, epitel sulcular, dan epitel junctional.
Jenis sel pokok dari epitel gingiva serta epitel skuamosa berlapis lainnya
adalah keratinosit. Sel-sel lain yang ditemukan di epitel adalah sel yang jelas atau non
keratinosit, yang meliputi sel-sel Langerhans, sel Merkel, dan melanosit.
Fungsi utama dari epitel gingiva adalah untuk melindungi struktur-struktur
dalam sementara memungkinkan untuk pertukaran selektif dengan lingkungan mulut.
Hal ini dicapai melalui proliferasi dan diferensiasi keratinosit. Proliferasi keratinosit
terjadi oleh mitosis pada lapisan basal dan kurang sering di lapisan suprabasal, di
mana sebagian kecil dari sel-sel tetap kompartemen proliferatif sementara jumlah
yang lebih besar mulai bermigrasi ke permukaan.
Diferensiasi melibatkan proses keratinisasi, yang terdiri dari peristiwa progresi
biokimia dan morfologi yang terjadi di dalam sel karena mereka bermigrasi dari
lapisan basal (Gambar 1-9). Perubahan morfologi utama meliputi: (1) mendatarkan
progresif

sel

dengan

peningkatan

prevalensi

tonofilaments;

(2)

beberapa

persimpangan dengan produksi butiran keratohyalin; dan (3) hilangnya inti.


Sebuah proses keratinisasi lengkap menyebabkan produksi dari lapisan tanduk
dangkal terorthokeratinisasi mirip dengan kulit, tanpa inti dalam stratum korneum dan
stratum granulosum (Gambar 1-10). Hanya beberapa daerah epitel gingiva luar yang
terorthokeratinisasi; daerah gingiva lainnya ditutupi oleh keratin atau non epitel

keratin dan dianggap di tahap-tahap peralihan dari keratinisasi. Daerah ini dapat
berkembang menjadi dewasa atau dedifferensiasi dalam kondisi fisiologis atau
patologis yang berbeda.
Dalam epitel parakeratinized, stratum corneum mempertahankan inti pyknotic,
dan butiran keratohyalin tersebar daripada menimbulkan suatu granulosum strata.
Tidak ada epitel keratin memiliki granulosum atau corneum strata, sedangkan sel-sel
superfisial memiliki inti yang layak.
Sel Langerhans adalah sel dendritik yang terletak di antara keratinosit di
semua tingkat suprabasal (Gambar 1-21). Mereka termasuk sistem mononuklear
fagosit (sistem retikuloendotelial) sebagai monosit yang dimodifikasi yang berasal
dari sumsum tulang. Mereka mengandung butiran memanjang, dan mereka dianggap
makrofag dengan kemungkinan sifat antigenik. Sel Langerhans memiliki peran
penting dalam reaksi kekebalan tubuh sebagai antigen sel menyajikan untuk limfosit.
Mereka mengandung butiran-g khusus (butiran Birbeck), dan mereka telah menandai
aktivitas adenosin trifosfat. Mereka ditemukan di epitel sulcular gingiva normal dan
dalam jumlah yang lebih kecil di epitel sulcular; mereka mungkin hilang dari epitel
junctional dari gingiva normal.
Sel Merkel berada di lapisan yang lebih dalam dari epitel; mereka merupakan
pelabuhan ujung saraf, dan mereka terhubung ke sel yang berdekatan dengan
desmosom. Mereka telah diidentifikasi sebagai perseptor taktil.
Epitel bergabung dengan jaringan ikat yang mendasari oleh lamina basal
setebal 300 hingga 400 A dan berbaring sekitar 400 A di bawah lapisan basal epitel.
Lamina basal terdiri dari lamina lucida dan lamina densa, yang utamanya terdiri dari
laminin glikoprotein. Lamina densa terdiri dari kolagen tipe IV.
Lamina basal, yang jelas dibedakan pada tingkat ultrastruktural, terhubung ke
kondensasi reticular yang mendasari fibril jaringan ikat dengan fibril penahan.
Penahan fibril telah diukur sebesar 750 nm panjang dari ujung epitel sampai akhir
jaringan ikat, di mana mereka muncul untuk membentuk loop sekitar serat kolagen.
Kompleks lamina basal dan fibril adalah asam periodik Schiff positif dan garis
agrophylic diamati di tingkat optik (Gambar 1-13). Lamina basal adalah permeabel
untuk cairan, tetapi bertindak sebagai penghalang untuk partikel.
Karakteristik Struktural dan Metabolik pada Area Epithelium Gingiva yang
Berbeda. Komponen epitel gingiva menunjukkan variasi morfologi daerah yang

mencerminkan adaptasi jaringan untuk gigi dan tulang alveolar. Variasi ini meliputi
epitel mulut, epitel sulcular, dan epitel junctional. Sementara epitel mulut dan epitel
sulcular sebagian besar pelindung dalam fungsi, epitel junctional menyajikan banyak
lagi peran dan cukup penting dalam regulasi kesehatan jaringan. Sekarang diakui
bahwa sel-sel epitel bukan "pengamat pasif" di jaringan gingiva; mereka aktif secara
metabolik dan mampu bereaksi terhadap rangsangan eksternal dengan sintesis
sejumlah sitokin, molekul adhesi, faktor pertumbuhan, dan enzim.
Tingkat keratinisasi gingiva berkurang dengan usia dan menopause, tetapi
tidak selalu berhubungan dengan fase yang berbeda dari siklus menstruasi.
Keratinisasi mukosa mulut bervariasi di berbagai wilayah di urutan sebagai berikut:
langit-langit (terbanyak keratin), gingiva, aspek ventral lidah, dan pipi (minimal
keratin).
Epithelium Oral (Terluar). Epithelium oral atau terluar menutupi permukaan luar
dan puncak gingival margin dan permukaa gingival cekat. Rata rata epithelium oral
memiliki ketebalan 0.2 sampai 0.3mm. Ia dapat berkeratin atau non keratin, atau
mungkin memiliki kombinasi antara keduanya (Gambar 1-14). Permukaan umum,
bagaimanapun, adalah parakeratin. Epitel oral terdiri dari empat lapisan: stratum
basale (lapisan basal), stratum spinosum (lapisan sel prickle), stratum granulosum
(lapisan granular), dan stratum korneum (lapisan cornified).
Epithelium Sulcular. Epithel sulcular membentuk garis sulcus gingival (gambar 115). Adalah epitel tipis, tidak berkeratin squamous tanpa rete pegs, dan memanjang
dari batas coronal epitel junctional hingga puncal gingival margin (Gambar 1-16).
Biasanya menunjukkan banyak sel dengan degenerasi hidropik.
Meskipun dengan karakteristik morfologik dan kemis seperti ini, epitel
sulcular berpotensi untuk berkeratin apabila terrefleksi dan terpapar ke rongga mulut
atau bila flora bakteri sulkus hilang secara keseluruhan. Sebaliknya, epitel luar
kehilangan keratinisasi ketika ditempatkan dalam kontak dengan gigi. Temuan ini
menunjukkan bahwa iritasi lokal sulkus mencegah keratinisasi sulcular.

Gambar2:
Gambar 1-4. Daerah ekstraksi menunjukkan papilla interdental fasial dan palatal dan
intervensi col (panah).

Gambar 1-5. Bagian faciolingual monyet menunjukkan col antara papilla interdental
facial dan lingual. Col ditutupi oleh epitel squamous bertumpuk tidak berkeratin.
Gambar 1-6. Diagram yang membandingakn variasi anatomic col interdental pada
gongiva normal (sisi kiri) dan setelah resesi (sisi kanan). A dan B, segmen anterior
mandibula, pandangan fasial dan bukolingual. C dan D, regio posterior mandibula,
pandangan facial dan bukolingual. Titik kontak gigi diperlihatkan dengan tanda hitam
pada individu gigi bawah.
Gambar 1-7. Papilla interdental (panah) dengan bagian tengah terbentuk oleh gingival
cekat. Bentuk papilla beragam sesuai dengan dimensi embrasure gingival.
Gambar 1-8. Hilangnya papilla interdental dan col dimana titik kontak proksimal gigi
hilang.
Gambar 1-9. Diagram menunjukkan representasi sel dari lapisan epitel squamous
berlapis yang beragam dilihat dengan mikroskop electron.
Gambar 1-10. A, Scanning mikrograf electron pada gingival berkeratin menunjukkan
keratinosit yang gepeng dan perbatasannya dengan gingival (x1000). B, scanning
mikrograf electron margin gingival pada ujung sulkus gingival menunjukkan
beberapa keratinosit yang akan terkelupas. (x3000).
Gambar 1-11. Gingival terpigmentasi pada anjing menunjukkan melanosit (M) di
lapisan epithelial basal dan melanofor (C) pada jaringan ikat (tehnik Glucksman),
Gambar 1-12. Epitel gingival manusia, aspek oral. Tehnik immunoperoksidase
menunjukkan sel Langerhans.
Gambar 1-13. Gingiva normal manusia ternoda oleh metode asam periodic
histokemikal Schiff. Dasar membrane (B) terlihat antara epithelium (E) dan jaringan
ikat yang mendasari (C). Pada epithelium, mineral glikoprotein terdapat dalam sel dan
membrane sel di permukaan bertanduk (H) dan lapisan granular yang mendasari (G).
Jaringan ikat terlihat dengan serat serat kolagen dan substansi dasar amorfous dan
difus. Dinding pembuluh darah dengan jelas terlihat pada proyeksi papilla pada
jaringan ikat (P).
Gambar 1-14 Variasi epitel gingival. A, Berkeratin. B, Non Keratin. C, Parakeratin.
Lapisan tanduk (H), lapisan granular (G), sel Prickle (P), lapisan sel basal (Ba),
permukaan sel gepeng (S), an lapisan parakeratotik (Pk).

Gambar 1-15 Penampakan mikroskopik elektron dari permukaan epitel gigi pada
sulkus normal manusia. Epitel menunjukan sel deskuamatif, beberapa eritrisit yang
tersebar dan sedikit leukosit yan muncul.
Gambar 1-16 spesimen biopsi tertanam pada manusia menunjukan sulkus gingiva
normal. Dinding jaringan lunak dari sulkus gingiva terbuat dari epitel sulkular oral
dan ini memiliki jaringan penghubung pokok, sedangkan dasar dari sulkus gingiva
terbentuk oleh peluruhan permukaan epitel jungsional. Jarak enamel digambarkan
oleh struktur kultikula tebal. Garis tajam tajam dari perbatasan yang ada diantara
epitel jungsional dan epitel sulkular mulut. Dan beberapa leukosit polimorfonuklear
bisa terlihat melewati epitel jungsional. Sulkus mengandung sel darah merah yang
dihasilkan dari perdarahan yang terjadi saat biopsi.
Gambar 1-17 proses erupsi dari gigi kucing A, gigi yang tidak erupsi. Dentin (D)
sisa-sissa matriks enamel (E) , sisa epitel enamel (REE), epitel oral (OE), dan artefak
(a) B, Pembentukan epitel gigi sedang erupsi (JE). C, gigi erupsi sempurna. Sulkus
dengan puing epitel (S), sementum (C) , dan tempat epiel (ER).
Gambar 1-18 epitel jungsional dari gigi yang sedang erupsi. Epitel jungsional (JE)
terbentuk oleh epitel oral (OE) dan sisa epitel enamel (AC) terkadang terbentuk pada
enamel setelah degenerasi dari sisa epitel enamel. Tanda panah mengindikasikan
perkerakan koronal dari sel epitel yang beregenerasi, yang melipatganda dengan cepat
pada epitel jungsional daripada pada epitel oral. E, enamel; C, sementum akar.
Pergantian pola sel serupa ada pada gigi yang erupsi.
Gambar 1-19 bagian fasiolingual dari tepi gingiva menunjukan fiber gingiva (F)
meluas dari sementum (C) pada ujung gingiva, ke bagian luar gingiva dan periosteum
tulang eksternal (B) . Fiber sirkular (CF) menunjukan penampang melintang antara
kelompok lain.
Gambar 1-20 diagram dari fiber gingivodental yang meluas dari sementum (1)
puncak dari gingiva (2) pada permukaan luar dan (3) periosteum eksternal dari bagian
labial. Fiber sirkular (4) menunjukan penampang melintang
Epiter Jungsional. Epitel jungsional terdiri dari epitel berlapis skuamosa tidak
berkeratin yang menyerupai kerah baju. Mempunyai ketebalan 3-4 lapisan pada awal
terbentuk, tetapi jumlah dari lapisannya bertambah seiring berjalannya usia hingga 10
atau bahkan 20 lapisan. Sebagai tambahan, epitel jungsional berbentuk lancip diujung
tepi koronal, yang bisa ada 10 sampai 29 penampang sel dari 1 atau 2 lebar sel pada
ujung apikal berlokasi pada tepi sementoenamel pada jaringan yang sehat. Sel-sel ini

bisa berkelompok pada 2 strata: lapisan basal yang menghadap jaringan penghubung
dan lapisan suprabasal yang meluas ke permukaan gigi. Panjang dari epitel jungsional
berkisar dari 0,25 sampai 1,35 mm.
Epitel jungsional terbentuk oleh pertemuan dari epitel oral dan sisa epitel
enamel selama gigi erupsi. Bagaimanapun, sisa epitel enamel tidak terlalu penting
pada pembentukan ini; faktanya, epitel jungsional terdapat seutuhnya setelah
instrumentasi poket atau pembedahan dan terbentuk sekitar penanaman gigi buatan.
Epitel jungsional melekat pada permukaan gigi (epitel cekat) melalui lamina
basal internal. Epitel jungsional melekat pada jaringan penghubung gingiva oleh
lamina basal eksterna yang mempunyai struktur yang sama sebagai perlekatan
jaringan penghubung epitel lain di tubuh.
Lamina internal basal terdiri atas lamina densa (dekat enamel) dan lamina
lucida tempat dimana hemidesmosom melekat.

Hemidesmosom memiliki peran

penentu pada kekuatan perlekatan dari sel-sel pada lamina internal basal di
permukaan gigi.
Data terbaru menunjukan bahwa hemidesmosom bisa juga berperan sebagai
bagian spesifik dari transduksi sinyal dan dengan demikian dapat turut serta
mengambil andil pada regulasi dari ekspresi gen, proliferasi sel dan diferensiasi sel,
untaian organik dari enamelyang terlihat meluas kedalam lamina densa. Epitel
jungsional melekat pada sementum afibrial yang terdapat diatas mahkota (biasanya
terbatas pada area yang jaraknya kurang dari 1 mm dari tepi sementoenamel) dan
sementum akar dengan cara yang sama.
Sudah ada bukti histokimia adanya polisakarida netral di area perlekatan
epitel. Data juga menunjukan bahwa lamina basal pada epitel jungsional serupa
dengan sel-sel endotelial dan epitelial pada isi laminin ini, namun berbeda pada
lamina basal internal yang mempunyai kolagen tipe IV.

Penemuan ini

mengindikasikan bahwa sel dari epitel jungsional terlibat dalam produksi laminin dan
memainkan peran utama pada mekanisme adhesi.
Perlekatan dari epitel jungsional ke gigi diperkuat oleh fiber gingiva, yang
menahan gingiva tepi ke permukaan gigi. Karena alasan ini, epitel jungsional dan
fiber gingiva dianggap bersama-sama sebagai unit fungsional, lebih tepatnya unit
dentogingival.
Kesimpulannya, banyak diketahui bahwa epitel jungsional menjunjukan
beberapa struktur unik dan ciri fungsional

yang berkontribusi untuk mencegah

kolonisasi flora bakteri subgingiva permukaan gigi. Pertama, epitel jungsional


melekat erat pada permukaan gigi, makadari itu pembentukan perlekatan epitel
melawan bakteri plak. Kedua, hal ini membiarkan adanya akses dari cairan gingiva,
sel inflamasi dan komponen dari pertahanan host imunologi di tepi gingiva. Ketiga,
sel epitel jungsional secara cepat berganti, yang berkontribusi pada keseimbangan
host-parasit dan cepat memperbaiki jaringan rusak. Beberapa peneliti juga sudah
mengindikasikan bahwa sel dari epitel jungsional mempunyai kapasitas endositik
yang sejajar dengan makrofag dan neutrofil, aktivitas ini akan secara alami
melindungi.
Perkembangan Sulkus Gingiva. Setelah formasi enamel selesai, enamel ditutupi
oleh sisa epitel enamel yang melekat pada gigi oleh lamina basal dan hemidesmosom.
Ketika gigi tertanam dalam mukosa mulut, sisa epitel enamel menyatu dengan epitel
dan berubah bentuk kedalam epitel jungsional. Sebagaimana gigi erupsi, persatuan
epitel berkondensasi disepanjang mahkota dan ameloblast yang membentuk lapisan
dalam sisa epitel enamel. Secara bertahap menjadi sel epitel skuamos. Perubahan
bentuk dari sisa epitel enamel menjadi epitel jungsional berlangsung pada arah apikal
tanpa memutuskan perlekatan pada gigi. Menurut Schoeder dan Listgarten, proses ini
memerlukan waktu 1-2 tahun.
Epitel jungsional merupakan struktur yang memperbaharui dirinya sendiri
secara terus menerus dengan aktivitas mitosis yang terjadi pada semua lapisan sel.
Regenerasi dari sel epitel bergerak maju ke arah permukaan gigi dan disepanjang
arah koronal ke sulkus gingiva. Kekuatan dari perlekatan epitel terhadap gigi belum
pernah diukur.
Sulkus gingiva terbentuk ketika gigi erupsi ke kavitas oral. Pada saat tersebut,
epitel jungsional dan bentuk dari sisa epitel enamel membentuk ikatan lebar yang
melekat pada permukaan gigi dari dekat ujung mahkota ke tepi sementoenamel.
Sulkus gingiva itu dangkal , bentuknya seperti huruf V, atau alur atara gigi dan
gingiva yang mulai membulat pada awal erupsi ujung mahkota. Pada gigi yang sudah
erupsi sempurna hanya ada epitel jungsional yang kuat. Sulkus terdiri dari jarak
dangkal pada koronal ke perlekatan dari epitel jungsional dan melingkar pada satu sisi
dan epitel sulkular pada sisi lainnya.

Perluasan koronal dari sulkus gingiva disebut

gingiva tepi.
Pembaharuan Epitel Gingiva. Epitel oral terus-menerus memperbaharui diri.
Ketebalannya diatur oleh keseimbangan antara pembentukan sel baru pada lapisan

basal dan spinosa dan penjagaan sel lama dari permukaan. Aktivitas mitosis ini
berlangsung selama 24 jam, dengan laju tertinggi dan terendah terjadi pada pagi dan
malam berturut-turut. Nilai mitosis lebih tinggi pada area tidak berkeratin dan
meningkat pada kondisi gingivitis, tanpa perbedaan signifikan pada pria maupun
wanita. Pendapat berbeda dengan mengacu pada apakah angka mitosis meningkat
atau menurun berdasarkan usia.
Dengan mengacu pada epitel jungsional, sudah diketahui sebelumnya bahwa
hanya sel epitel yang menghadapi lamina basal eksternal mengering dengan cepat.
Bagaimanapun, bukti indikasi yang menujukan bahwa jumlah signifikan dari sel
(seperti, sel basal disepanjang jaringan penghubung) bisa mensintesis DNA, makadari
itu menunjukan aktivitas mitosis mereka. Penjagaan cepat dari sel secara efektif
mampu menghilangkan bakteri yang menuju pada sel epitel dan makadari itu,
pentingnya bagian dari mekanisme pertahanan antimikroba pada tepi gingiva.
Struktur Kurtikuler pada Gigi. Istilah kutikula menggambarkan sebuah struktur
tipis

aselular dengan matriks homogen yang pada waktu tertutup mempunyai

perbatasan linear yang mempunyai batasan jelas.


Listgarten mengklasifikasikan struktur kutikula kedalam lapisan awal
pekembangan dan lapisan dapatan. Lapisan dapatan termasuk asal usul eksogen sepeti
saliva, bakteri , kalkulus, dan noda. Lapisan awal perkembangan adalah yang secara
normal terbentuk sebagai bagian dari perkembangan gigi. Mereka termasuk sisa epitel
enamel, sementum koronal, dan kutikula gigi.
Setelah enamel terbentuk secara sempurna, epitel ameloblas berkurang
menjadi 2 lapisan sel yang tersisa melekat pada permukaan enamel melalui
hemidesmosom dan lamina basal. Sisa epitel enamel ini terdiri dari ameloblas paska
sekresi dan sel dari stratum intermedium dari enamel. Pada beberapa spesies binatang,
sisa epitel enamel menghilang secara keseluruhan dan dengan sangat cepat, makadari
itu penempatan permukaan enamel pada bagian kontak dengan jaringan penghubung.
Sel jaringan penghubung lalu mendepositkan lapisan tipis dari sementum yang
dikenal sebagai sementum koronal pada enamel. Pada manusia, tempelan tipis dari
sementum afibril terkadang bisa terlihat pada sebagian servikal dari mahkota.
Mikroskop elektron sudah menunjukan kutikula dental yang terdiri dari
lapisan berbahan organik homogen dari ketebalan yang beragam (kira0kira 0,25 m)
diatas permukaan enamel. Hal ini tidak termineralisasi, dan tidak selalu ada. Pada
beberapa kasus, didekat tepi sementoenamel, terdapat deposit diatas lapisan

sementum afibrial yang merubah enamel. Kutikula bisa ada diantara epitel jungsional
dan gigi. Penelitian histokimia struktur ultra sudah menunjukan bahwa kultikula
dental mengandung protein dan bisa mengakumulasi cairan komponen jaringan.
Cairan Gingiva. Nilai dari cairan gingiva bisa terlihat sebagai salah satu transudat
atau eksudat. Cairan gingiva mengandung kesatuan jumlah besar dari faktor biokimia,
makadari itu dengan adanya penggunaan potensial sebagai penanda diagnostik atau
prognostik dari keadaan biologis pada kesehatan dan penyakit periodonsium. Ini juga
mengandung komponen dari jaringan penghubung, epitel, sel inflamasi, serum, flora
mikroba yang mendiami tepi gingiva atau sulkus (poket).
Gingiva sehat memiliki cairan gingiva yang sangat sedikit. Selama inflamasi,
bagaimanapun, aliran cairan gingiva meningkat, dan kandungannya mulai menyerupai
eksudat inflamasi. Jalan utama dari difusi cairan gingiva adalah melalui membran
dasar, melewati jarak interselular yang cukup luas dari epitel jungsional dan masuk
kedalam sulkus. Cairan gingiva dipercaya dapat : (1) memebersihkan materi dari
sulkus; (2) mengandung protein plasma yang bisa maningkatkan adhesi dari epitel ke
gigi; (3) memiliki sifat antimikrobial; (4) menggunakan aktivitas antibodi untuk
mempertahankan gingiva.
Jaringan penghubung gingiva. Komponen terbanyak dari jaringan penghubung
gingiva adalah fiber kolagen (volumenya sekitar 60%), pembuluh, saraf, dan matriks
(sekitar 33%). Jaringan penghubung dari gingiva dikenal sebagai lamina propria, dan
ini terdiri atas dua lapisan : (1) yang terletak dibawah lapisan papilerdari epitel yang
mengandung proyeksi antara retepeg epitel ; (2) sebuah lapisan retikular yang
berdekatan dengan periosteum dari tulang alveolar.
Jaringan penghubung mempunyai bagian terpisah yang terdiri dari fiber dan
substansi dasar. Demikian, jaringan penghubung gingiva terbesar adalah jaringan
penghubung yang fibrosa yang memiliki elemen yang berasal langsung dari jaringan
penghubung mukosa oral sebagaimana beberapa fiber (dentogingival) yang berasal
dari perkembangan folikel dental.
Substansi dasar mengisi ruangan diantara fiber dan sel; berbentuk amorf dan
memuliki kandungan air yang tinggi. Terbentuk dari proteoglikan (terutamanya asam
hyaluronik dan sulfat kondroitin)

dan glikoprotein ( terutama fibronektin).

Perhitungan glikoprotein untuk periode pendek dari substansi dasar reaksi positif
asam Schiff. Fibronektin mengikat fibroblas pada fiber dan komponen banyak lainnya
dari matriks interselular, makadari itu dengan membantu memediasi adhesi dan

migrasi sel. Laminim, yang mana merupakan glikoprotein lain ditemukan pada lamina
basal, memberikan perlekatan pada sel epitel.
Tiga tipe dari fiber jaringan penghubung ialah kolagen, retikular dan elastis.
Kolagen tipe I terbentuk dari kumpulan lamina propria dan mernyediakan kekuatan
tarik pada jaringan gingiva. Kolagen tipe IV (fiber retikulum agrofilik) bercabang
diantara tumpukan kolagen tipe I, dan berlanjut dengann fiber dari dasar membran
dan dinding pembuluh darah. Sistem selastis fiber terdiri dari oksitalan, elaunin, dan
fiber elastin yang tersebar diantara fiber kolagen. Makadari itu, fiber kolagen menyatu
padat dan dijangkar kedalam fiber ekstrinsik sementum selular dibawah titik pangkal
dari bagian epitel jungsional perlekatan jaringan penghubung. Stabilitas dari
perlekatan ini ialah faktor kunci pada keterbatasan migrasi dari epitel jungsional.
Fiber gingiva. Jaringan penghubung dari tepi gingiva adalah kolagen padat dan
mengandung sistem penting dari gabungan fiber kolagen yang disebut sebagai fiber
gingiva. Fiber-fiber ini mengandung kolagen tipe I. Fiber kolagen memiliki fungsi
sebagai berikut:
1. Untuk menahan tepi gingiva dengan kuat terhadap gigi.
2. Untuk memberikan kekakuan yang dibutuhkan untuk menahan tekanan dari
mastikasi tanpa menjauh dari permukaan gigi.
3. Untuk menyatukan tepi gingiva bebas dengan sementum dari akar dan gingiva
cekat yang dekat.
Fiber gingiva dibuat menjadi 3 kelompok: gingivodental, sirkular, dan
transeptal.
Fiber gingivodental adalah permukaan fasial, lingual, dan interproksimal.
Mereka tertanamkedalam sementum hanya dibawah epitel pada dasar daari sulkus
gingiva. Pada permukaan fasial dan lingual, mereka terproyeksi dari sementum pada
formasi seperti kipas didepan puncak dan permukaan bagian luar dari tepi gingiva,
dimana mereka berakhir pendek dari epitel. Mereka juga meluas secara eksternal pada
periosteum bagian fasial dan lingual dari tulang alveolar, terhernti di gingiva cekat
atau perdarahan dengan periosteum tulang. Secara interproksimal, fiber gingivodental
meluas kedepan puncak dari gingiva interdental.
Fiber sirkular melewati jaringan penghubung dari tepi dan dingiva interdental
dan mengelilingi gigi seperti bentuk cincin.
Fiber transeptal, yng berlokasi interproksimal, bentuk tumpukan horizontal
yang meluas diantara sementum dari gigi bersebelahan dimana mereka tertanam.
Mereka terbentang pada area diantara epitel pada dasar dari sulkus giingiva dan

puncak dari tulang interdental, dan mereka terkadang diklasifikasikan dengan fiber
utama dari ligamen periodontal.
Page dan kawan-kawan menggambarkan sekelompok fiber semisirkular yang
melekat pada permukaan proksimal dari gigi dibawah batas sementoenamel, lalu
lanjut disekitar fasial atau lingual tepi gingiva dari gigi dan melekat pada permukaan
proksimal lainnya dari gigi yang sama; mereka juga dibahas sekelompok fiber
transgingival yang melekat pada permukaan proksimal pada satu gigi, melewati jarak
interdental secara diagonal, lanjut lagi ke sekitar permukaan fasial atau lingual dari
gigi yang berdekatan, melewati lagi

jarak interdental secara diagonal dan lalu

melekat pada permukaan proksimal dari gigi yang dekat.


Tekanan traksional didalam matriks ekstraseluler dihasilkan oleh fibroblas
yang

diyakini

menekan

untuk

generasi

tekanan

pada

kolagen.

Hal

ini

mempertahankan kekuatan ikatan pada keduanya dan juga pada tulang alveolar.
Elemen Seluler. Elemen seluler yang paling berpengaruh pada jaringan penghubung
gingiva adalah fibroblas. Jumlah fibroblas ditemukan diantara berkas fiber. Fibroblas
asalnya dari mesenkim dan memainkan peran penting pada perkembangan,
perawatan, dan perbaikan jaringan penghubung gingiva. Sebagaimana dengan
jaringan penghubung lainnya di tubuh, fibroblas mensintesis kolagen dan fiber elastik
seperti flikoprotein dan glikosaminoglikan dari substansi interselular amorf. Fibroblas
juga meregulasi degradasi kolagen melalui fagositosis dan sekresi kolagenese.
Heterogenitas fibroblas merupakan ciri dari fibroblas pada periodonsium.
Walaupun biologis dan klinis signifikan namun belum jelas sepenuhnya, sepertinya
dibutuhkan fungsi normal dari kesehatan jaringan, penyakit dan perbaikan.
Sel mast, yang didistribusikan diseluruh tubuh, sangat banyak di jaringan
penghubung mukosa oral dan gingiva. Makrofag dan histiosit tetap terdapat pada
jaringan penghubung gingiva sebagai komponen dari sistem fagositosis mononuklear
(sistem retikuloendotelial) dan berasal dari monosit darah. Sel adiposa dan eosinofil,
walaupun langka namun ada juga di lamina propria.
Klinis gingiva normal, fokus kecil dari sel plasma dan limfosit ditemukan pada
jaringan penghubung dekat dasar sulkus. Neutrofil bisa terlihat pada jumlah yang
cukup tinggi pada kedua jaringan penghubung gingiva dan sulkus. Sel inflamasi ini
biasanya terdapat dengan jumlah kecil di gingiva normal.
Perbaikan Jaringan Penghubung Gingiva. Dikarenakan tingginya laju pergantian,
jaringan penghubung gingiva mempunyai penyembuhan yang baik dan kapasitas

regenerasi. Memang, ini bisa jadi satu dari jaringan penyembuhan terbaik pada tubuh
dan secara umum menunjukan sedikit bukti akan adanya jaringan parut setelah
tindakan pembedahan. Ini sepertinya dikarenakan rekonstruksi yang cepat dari
jaringan fibrosa. Bagaimanapun, kapasitas perbaikan dari jaringan penghubung
gingival tidak sebaik ligamen periodontal maupun jaringan epitel.
Pasokan Darah, Limfe dan Saraf. Sistem mikrosirkulasi, pembuluh darah,
pembuluh limfa memainkan peran penting pada pengeringan cairan jaringan dan
tersebar oleh inflamasi. Pada individu-individu dengan gingivitis dan periodontitis,
mikrosirkulasi dan perubahan formasi pembuluh darah dalam jaringan pembuluh
darah langsung di bawah sulcular epitel gingiva dan epitel junctional. Tiga sumber
pasokan darah ke gingiva adalah sebagai berikut (Gambar 1-22 dan 1-23):
1.

Arteriol supraperiosteal sepanjang permukaan wajah dan lingual dari tulang


alveolar dimana kapiler memanjang sepanjang sulcular epitel dan antara rete
pegs dari permukaan gingiva eksternal.

2.

Pembuluh darah dari ligamentum periodontal, yang meluas ke gingiva dan


beranastomosis dengan kapiler di daerah sulkus.

3.

Arteriol, yang muncul dari puncak septa interdental dan memanjang sejajar
dengan puncak tulang untuk beranastomosis dengan pembuluh darah
ligamentum periodontal, dengan kapiler di daerah sulkus gingiva dan
pembuluh darah yang berjalan di atas puncak alveolar.
Di bawah epitel pada permukaan gingiva luar, kapiler meluas ke jaringan ikat

papiler antara pegs rete epitel dalam bentuk terminal lilitan hairpin dengan cabang
eferen dan aferen, spiral, dan varises (Gambar 1-24; lihat Gambar 1-23 . Lilitan ini
kadang-kadang dihubungkan oleh lintas komunikasi, dan kapiler gepeng berfungsi
sebagai kpembuluh darah cadangan ketika sirkulasi meningkat sebagai respon
terhadap iritasi.
Sepanjang epitel sulcular, kapiler tersusun dalam sebuah pleksus pipih, yang
beranostomosis yang memanjang sejajar dengan enamel dari dasar sulkus ke margin
gingiva. Di daerah col, terjadi pola campuran kapiler yang beranastomose dan lilitan.
Seperti disebutkan sebelumnya, perubahan anatomi dan histologi telah
ditunjukkan terjadi pada mikrosirkulasi gingiva individu dengan gingivitis. Studi
prospektif dari pembuluh darah gingiva pada hewan telah menunjukkan bahwa,
dengan tidak adanya peradangan, jaringan pembuluh darah diatur dalam pola yang
teratur, berulang, dan berlapis. Sebaliknya, pembuluh darah gingiva yang meradang

menunjukkan pola pleksus vaskular yang tidak teratur, dengan kapiler yang terlihat
melingkar, terdilatasi, dan berbelit-belit.
Peran system limfatik dalam menghilangkan cairan yang berlebihan, debris
seluler dan protein, mikroorganisme, dan elemen lain penting untuk mengontrol difusi
dan resolusi proses inflamasi. Drainase limfatik gingival membawa papilla limfatik
jaringan ikat.
Hal ini berkembang menjadi jaringan pengumpul eksternal untuk periosteum
dari tulang alveolar dan kemudian bergerak ke kelenjar getah bening regional,
terutama kelompok submaxillary. Selain itu, limfatik yang tepat di bawah epitel
junctional meluas ke ligamen periodontal dan mendampingi pembuluh darah.
Elemen saraf secara luas didistribusikan ke seluruh jaringan gingiva. Dalam
jaringan ikat gingiva, sebagian serabut saraf termielinisasi dan terkait erat dengan
pembuluh darah. Persarafan gingiva berasal dari serat yang timbul dari saraf di
ligamen periodontal dan dari labial, bukal, palatal. Struktur saraf berikut yang terdapat
dalam jaringan ikat: anyaman serat terminal argyrophilic, beberapa di antaranya
memanjang ke epitel; corpuscles taktil jenis Meissner; gumpalan akhir jenis Krause,
yang merupakan reseptor suhu; dan spindle yag terselubung.
Korelasi Antara Fitur Klinis dengan Mikroskopis
Memperkecil fitur klinis normal gingiva membutuhkan kemampuan untuk
menafsirkan mereka dalam hal struktur mikroskopis yang yang diwakilinya.
Warna. Warna gingiva terlampir dan marginal umumnya digambarkan sebagai "coral
pink"; ia dihasilkan oleh pasokan vaskular, ketebalan dan tingkat keratinisasi epitel,
dan adanya sel pigmen yang mengandung. Warnanya bervariasi antara orang-orang
yang berbeda dan tampaknya berkorelasi dengan pigmentasi kulit. Hal ini terang pada
individu berambut pirang berkulit sedang daripada individu berkulit gelap, dan
berambut gelap (gambar 1-25).
Attached gingiva dibatasi dari mukosa alveolar yang berdekatan pada daerah
bukal dengan garis mukogingival jelas. Mukosa alveolar merah, halus, dan
mengkilap, tidak pink dan bertitik. Perbandingan struktur mikroskopis gingiva yang
melekat dengan mukosa alveolar lebih tipis dan tidak terkeratinisasi, dan tidak
mengandung retepegs (Gambar 1-26). Jaringan ikat dari mukosa alveolar lebih
longgar, dan pembuluh darah yang lebih banyak.

Pigmentasi Fisiologis (Melanin). Melanin adalah pigmen coklat yang bukan berasal
dari hemoglobin dengan karakteristik sebagai berikut;
-

Melanin bertanggung jawab untuk pigmentasi normal kulit, gingiva, dan

membran mukosa oral.


Melanin hadir dalam semua individu normal, tetapi tidak ada atau sangat

berkurang pada albino.


Pigmentasi melanin dalam rongga mulut menonjol pada individu berkulit

gelap (lihat Gambar 1-25).


Asam askorbat mengurangi pigmentasi melanin pada jaringan gingival secara
langsung.

Menurut Dummett, distribusi pigmentasi oral pada individu kulit hitam adalah
sebagai berikut; gingiva 60%; langit-langit keras 61%; selaput lendir 22%, dan lidah
15%. Pigmentasi gingiva terjadi sebagai perubahan warna keunguan yang difus,
patch berbentuk tidak teratur berwarna coklat dan coklat muda. Hal ini mungkin
muncul dalam gingiva seketika setelah 3 jam kelahiran, dan seringkali merupakan
satu-satunya bukti pigmentasi.
Pigmentasi Oral mengacu pada kemunculan klinis pigmenmelanin setelah
periode depigmentasi klinis mukosa mulut sebagai akibat dari kimia, termal, bedah,
farmakologi, atau faktor idiopatik. Informasi tentang repigmentasi jaringan oral
setelah prosedur bedah sangat terbatas, dan tidak ada pengobatan definitif yang
ditawarkan.
Ukuran. Ukuran gingiva sesuai dengan jumlah total sebagian besar elemen seluler
dan interseluler dan pasokan pembuluh darah mereka. Perubahan dalam ukuran
merupakan ciri umum dari penyakit gingiva.
Kontur. Kontur atau bentuk gingiva bervariasi dan tergantung pada bentuk gigi dan
keselarasan dalam lengkungan, lokasi, dan ukuran area kontak proksimal, dan dimensi
dari embrasure gingiva fasial dan lingual.
Margin gingiva menyelubungi gigi dalam bentuk kerah dan mengikuti garis
berlekuk pada permukaan wajah dan lingual. Hal ini membentuk garis lurus sepanjang
gigi dengan permukaan yang relatif datar. Pada gigi dengan kecembungan
mesiodistal, atau gigi di labial, kontur arkuata normal ditekankan, dan gingiva terletak
jauh lebih kearah apikal. Pada gigi di lingual, gingiva horizontal dan menebal
(Gambar 1-27). Selain itu, biotipe jaringan gingiva bervariasi secara signifikan.

Gingiva tipis dan jelas ditemukan pada sepertiga dari populasi dan terutama pada
wanita dengan gigi ramping dengan jaringan keratin yang sempit, sedangkan, gingiva
tebal dengan jaringan keratin luas terdapat dalam dua sepertiga dari penduduk dan
terutama di laki-laki.
Bentuk. Bentuk gingiva interdental teratur oleh kontur permukaan gigi proksimal dan
lokasi dari embrasure gingiva.
Ketika permukaan proksimal mahkota relatif datar secara faciolingual,
akarnya berdekatan, tulang interdental tipis secara mesiodistal, dan embrasure gingiva
dan gingiva interdental sempit secara mesiodistal. Sebaliknya, dengan permukaan
proksimal yang jauh dari daerah kontak, diameter mesiodistal dari gingiva interdental
luas (Gambar 1-28). Ketinggian gingiva interdental bervariasi dengan lokasi kontak
proksimal. Dengan demikian, di wilayah anterior dari gigi-geligi, papilla interdental
berbentuk piramida, sedangkan papilla lebih datar ke arah buccolingual di wilayah
molar.
Konsistensi. Gingiva tegas dan tangguh dan, dengan pengecualian dari free margin
yang bergerak, terikat erat pada tulang yang mendasarinya. Sifat kolagen dari lamina
propria dan kedekatan dengan mucoperiosteum tulang alveolar menentukan ketegasan
dari attached gingiva. Serat gingiva berkontribusi dalam ketegasan margin gingiva.
Tekstur Permukaan. Gingiva menyajikan permukaan bertekstur mirip dengan kulit
jeruk dan disebut sebagai titik-titik (lihat gambar 1-25). Stippling adalah yang terbaik
dilihat dengan mengeringkan gingiva. Gingiva terlampir stippling; gingiva marginal
tidak. Bagian tengah dari papilla interdental biasanya bertitik, tapi perbatasan
marginal halus. Pola dan tingkat stippling bervariasi antara individu-individu dan
antar daerah yang berbeda dari mulut yang sama. Stippling kurang jelas di lingual dari
permukaan Facial dan mungkin tidak ditemukan di beberapa orang.
Stippling bervariasi dengan usia. Hal itu tidak ada selama masa bayi, dan
tampaknya muncul pada beberapa anak di sekitar 5 tahun, meningkat sampai dewasa
dan mulai menghilang saat usia tua.
Secara mikroskopis, stippling diproduksi oleh tonjolan bulat alternatif dan
depresi di permukaan gingiva. Lapisan papiler mengarahkan jaringan ikat ke

ketinggian, dan daerah tinggi dan depresi ditutupi oleh epitel skuamosa bertingkat
(Gambar 1-29). Tingkat keratinisasi dan kejelasan stippling tampaknya terkait.
Scanning mikroskop electron menunjukkan variasi bentuk tetapi dengan
kedalaman yang relative konstan dari stippling. Pada perbesaran kecil, permukaan
yang beriak dapat terlihat, dan hal ini terganggu oleh depresi irregular dengan
diameter 50m. Pada perbesaran yang lebih tinggi, sel mikropit terlihat.
Stipplinng adalah bentuk dari spesialisasi adaptif atau penguatan fungsi.
Stipplung merupakan fitur pada gingival yang sehat, dan kehilangannya merupakan
tanda umum pernyakit gingival. Ketika gingival sembuh, stippling akan kembali.
Tekstur permukaan gingival juga terkait dengan kehadiran dan tingkat
keratinisasi epitel. Keratinisasi disebut sebagai adaptasi protektif fungsi. Ia meningkat
ketika gingival distimulasi dengan menyikat gigi. Namun, penelitian mengenai graft
gingiva bebas (lihat bab 63) sudah menunjukan bahwa ketika jaringan penghubung
ditranslpantasi dari area keratinisasi akan tertutup oleh epitel keratinisasi. Penemuan
ini merupakan dasar genetik jaringan penghubung yang ditentukan oleh tipe dari
permukaan epitel.
Posisi. Posisi dari gingiva terdapat pada batas melekatnya tepi gingiva dari gigi.
Ketika gigi erupsi kedalam kavitas oral, tepi dan sulkus ujung dari mahkota;sebagai
proses erupsi, mereka lebih dekat ke akar gigi. Selama proses erupsi, digambarkan
sebelumnya , epitel jungsional , epiel oral dan sisa epitel enamel meluas merubah
bentuk ketika merawat kedalaman fisiologis dari sulkus. Tanpa perubahan bentuk
epiel, hubungan anatomi abnormal antara gingiva dan gigi bisa terjadi.
Kelanjutan Erupsi Gigi. Berdasarkan konsep dari kelanjutan erupsi, erupsi tidak
terjadi ketika gigi bertemu fungsi berlawanan; daripada; hal ini berlanjut selama
hidup. Erupsi terdiri dari fase aktif dan fase pasif. Erupsi aktif dari pergerakan dari
arah gigi dari oklusal, begitupula erupsi pasif terpampang dari gigi melalui migrasi
apikal dari gingiva.
Konsep ini memisahkan anatomi gigi ( porsi dari gigi yang dilapisi enamel) dan akar
anatomis (porsi dari gigi yang dilapisi sementum) dan antara mahkota klinis (bagian
dari gigi yang sudah tidak ada dari gingiva dan proyeksi kedalam kavitas oral) dan
akar klinis (bagian dari gigi yang dilapisi jaringan periodontal). Ketika gigi mencapai
fungsi antagonis, sulkus gingiva dan epitel jungsional masih pada enamel, dan
mahkota klinis hampir sekitar dua per tiga dari mahkota anatomis.

Gottlieb dan Orban meyakini bahwa erupsi pasif dan aktif berproses bersama. Erupsi
aktif berkoordinasi dengan artrisi; gigi erupsi dikompensasi untuk substansi gigi yang
sudah aus oleh atrisi. Atrisi mengurangi mahkota klinis dan mencegah ini menjadi
tidak proporsional dengan hubungannya pada akar klinis, menghindari kelebihan
pengaruh jaringan periodontal. Idealnya, erupsi aktif menjaga pemakaian gigi,
makadari itu adanya dimensi vertikal dari perkembangan gigi.
Selama gigi erupsi, sementum didepositkan pada apikal dan furkasi gigi, tulang
dibentuk pada sepanjang fundus pada alveolus dan pada ujung tulang alveolar. Pada
cara ini bagian dari permukaan gigi

hilang oleh atrisi dan digantikan oleh

perpanjangan akar dan kedalaman soket dirawat oleh pendukung akar.


Walaupun begitu, asalnya proses normal fisiologis dipertimbangkan sebagai proses
patologis. Erupsi pasif dibagi menjadi empat tahap.
Tahap 1 : gigi mencapai garis oklusi. Epitel jungsional dan dasar dari sulkus gingiva
pada enamel.
Tahap 2 : epitel jungsional berproliferasi makadari itu bagian pada sementum dan
pada enamel. Dasar dari sulkus masih pada enamel.
Tahap 3: seluruh epitel jungsional pada sementum dan dasar dari sulkus pada batas
sementoenamel. Sebagaimana epitel jungsional berproliferasi dari mahkota kedalam
akar, tidak adanya yang lebih psnjang daripada area lain pada gigi.
Tahap 4: epitel jungsional sudah berproliferasi lebih jauh pada sementum. Dasar dari
sulkus pada sementum pada sementum, bagian yang terbuka. Proliferasi dari epitel
jungsional kedalam akar dibarengi dengan degenerasi dari gingiva dan fiber ligamen
periodontal dan terlepasnya mereka dari gigi. Penyebab dari degenerasi ini tidak
diketahui. Pada adanya, diyakini menjadi hasil dari inflamasi kronis dan makadari itu
terjadi proses patologis.
Aposisi dari bersamanya erupsi aktif tulang. Jarak antara apikal antara akhir apikal
dari epiel jungsional dan puncak dari alveolus tetap melewati kelanjutan erupsi gigi.
Terbukanya gigi melalui migrasi apikal dari gingiva disebut sebagai resesi gingiva
atau atrofi. Berdasarkan konsep dari kelanjutan erupsi, sulkus gingiva bisa terdapat
pada...
Gambar 1-21 Sebagian gingival yang secara klinis normal menunjukkan tingkat
peradangan, yang tidak selalu ada didekat dasar sulkus.

Gambar 1-22 Diagram mengenai arteri yang masuk ke interdental tulang alveolar
untuk menyuplai jaringan interdental (kiri) dan arteri periosteal melewati alveolar
crest bagian facial, mengirimc cabang cabang arteri pada jaringan yang mengelilingi
(kanan).
Gambar 1-23 Asupan darah dan sirkulasi perifer gingival. Jaringan disemprotkan tinta
India. Lihat plexus kapiler sejajar dengan sulkus (S) dan putaran kapiler di lapisan
papilla luar. Lihat juga pembuluh supraperiosteal eksternal oada tulang (B), yang
menuplai gingival, dan pembuluh ligament periodontal beranastomosis dengan
pleksus sulkus.
Gambar 1-24 Scanning elektron tampilan mikroskopis dari molar palatal gingiva
setelah perfusi pembuluh darah dari plastik dan korosi jaringan lunak. A, Oral kapiler
gingiva; t, gigi; papilla interdental (panah) (X180). B, melihat dari sisi gigi. Lihat
pembuluh plexus sebelah epitel sulcular dan junctional. Panah menunjuk ke pembuluh
darah di daerah sulkus dengan perubahan inflamasi ringan. g, Crest dari gingiva
marginal; s, bawah sulkus gingiva; pl, pembuluh darah ligamen periodontal. (X150)
Gambar 1-25 A, Gingiva normal secara klinis pada orang dewasa muda. B, Gingiva
terpigmentasi pada orang dewasa,
Gambar 1-26 Mukosa mulut, permukaan wajah dan palatal. Permukaan Facial (F)
menunjukkan gingiva marginal (MG), gingiva cekat (AG), dan mukosa alveolar
(AM). Garis ganda menandai mukogingival junction. Perhatikan perbedaan dalam
epitel dan jaringan ikat di gingiva terlampir dan mukosa alveolar. Permukaan palatal
(P) menunjukkan gingiva marginal (MG) dan tebal, palatal mukosa berkeratin (PM).
Gambar 1-27 Kontur gingival yang menebal, di gigi lingual diperburuk dengan iritasi
local yang disebabkan akumulasi plak.
Gambar 1-28 Bentuk papilla gingival interdental berkorelasi dengan bentuk gigi dan
embrasure. A, Papila interdental luas. B, Papila interdental sempit.
Gambar 1-29 biopsi gingiva dari pasien menunjukan gambar 2-7 menggambarkan
elevasi alternatif dan pendalaman (tanda panah ) pada gingiva cekat dan bertanggung
jawab pada tampilan stippling.
Gambar 1-30 representasi diagramatis dari empat tahap daari erupsi pasif berdasarkan
Gottlieb dan Orban. 1, dasar epitel sulkus (tanda panah) dan epitel jungsional (JE)
pada enamel 2, dasar dari sulkus gingiva (tanda panah) pada enamel dan bagian dari
epitel jungsional pada akar, 3, dasar dari sulkus gingiva (tanda panah) pada garis

sementoenamel dan keseluruhan epitel jungsional pada akar,4, dasar dari sulkus
gingiva dan epitel jungsional pada akar.

Você também pode gostar