Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
diliputi oleh jaringan fibrosa yang membentuk abses tulang kronis (Smeltzer, Suzanne
C, 2002).
D. Manifestasi Klinis
a. Panas tinggi, anoreksia, malaise (adanya proses septikemia)
b. Nyeri tulang dekat sendi, tidak dapat menggunakan anggota bersangkutan,
pembengkakan lokal (tanda-tanda radang akut : rubor, dolor, kalor, tumor, fungsi larsa)
dan nyeri tekan
c. Pada osteomielitis kronik biasanya rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang terkena
nanah dan bengkak
d. LAB : Leukositosis, anemia, LED meningkat
E. Komplikasi
a. Dini :
1) Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)
2) Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang mendasarinya
sembuh
3) Atritis septik
b. Lanjut :
1) Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan fungsi
tubuh yang terkena
2) Fraktur patologis
3) Kontraktur sendi
4) Gangguan pertumbuhan
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik menurut Brunner dan suddarth (2001) yaitu :
a. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endap
darah
b. Pemeriksaan titer antibody anti staphylococcus
c. Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan
uji sensitivitas
d. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh
bakteri salmonella
e. Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan untuk
serangkaian tes.
f. Pemeriksaan ultra sound
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi
g. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik.
Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus dan
kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.
h. Pemeriksaan tambahan :
1) Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama
2) MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka
kemungkinan besar adalah osteomielitis.
G. Penatalaksanaan
Beberapa prinsip penataalaksanaan klien osteomielitis yang perlu diketahui perawat
dalam melaksanakan asuhan keperwatan agar mampu melaksanakan tindakan kolaboratif
adalah sebagai berikut ;
a. Istirahat dan memberikan analgesic untuk menghilangkan nyeri
b. Pemberian cairan intravena dan kalau perlu tranfusi darah
c. Istirahat local dengan bidai dan traksi
2
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa pre-operasi
a. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik ( inflamasi dan
pembengkakan
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi, dan
keterbatasan menahan beban berat badan.
c. infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang
d. Resiko cedera berhubungan dengan rapuhnya tulang, kekuatan tulang yang
berkurang.
e. Kurang pengetahuan tentang regimen pengobatan berhubungan dengan kurangnya
informasi.
3
d.
Ada tidaknya tanda-tanda infeksi luka local (misal nyeri palpasi, edema,
prurutus, indurasi, hangat, bau busuk, dan eksudat).
e. Catat karakteristik luka meliputi :
f. Ajarkan pasien atau keluarga tentang prosedur perawatan luka
g. Konsultasikan pada ahli gizi tentang makanan tinggi protein, mineral,
kalori, dan vitamin.
2. Lakukan perawatan luka / kulit secara rutin meliputi tindakan berikut :
a. Miringkan dan atur posisi kembali pasien secara sering.
b. Pertahankan jaringan sekitar terbebas dari drainase dan kelembaban yang
berlebihan.
c. Lindungi pasien dari luka lain dan ekskresi selang drain.
Post-operasi
Dx I : Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan post pembedahan
NOC: Perilaku Mengendalikan Nyeri
Tujuan: Setelah dilakukkan tindakan keperawatan penatalaksanaan nyeri selama 3 x 24
jam diharapkan nyeri berkura
Kriteria Hasil:
Ekspresi nyeri lisan / pada wajah
Kegelisahan / ketegangan otot
Poisis tubuh melindungi
Menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik dan nonanalgesik secara tepat.
Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 5 atau kurang
NIC: Penatalaksanaan Nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensifmeliputi lokasi, karakteristik,
durasi/awitan, frekuensi, kualitas, intensitas, atau keparahan nyeri dan faktor
presipitasinya.
2. Minta pasien untuk menilai nyeri / ketidaknyamanan pada skala 0-10,
10=nyeri berat, 0= tidak ada nyeri yang sangat-sangat dapat juga dengan
gambar alur nyeri untk anak-anak.
3. Observasi isyarat ketidaknyamanan non verbal khususnya pada mereka yang
tidak mampu mengkomunikasikannya secara efektif.
4. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (contoh : relaksasi, distraksi,
terapi bermain) sebelum, setelah dan jika memungkinkan semala aktivitas
yang menyakitkan sebelum nyeri terjadi / meningkat dan selama penggunaan
tindakan pengurangan nyeri yang lain.
5. Pastikan pemberian analgesika prapenanganan dan atasi strategi non
farmakologis sebelum dilakukan prosedur yang menimbulkan nyeri
Dx II : Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri post pembedahan,luka post
pembedahan.
NOC: Tingkat Mobilitas
Tujuan: Setelah dilakukkan tindakan keperawatan perubahan posisi selama 3 x 24
jam diharapkan mobilitas pasien adekuat
Kriteria Hasil:
Penampilan seimbang
Pergerakan sendi dan otot
Melakukan perpindahan
Meminta bantuan untuk aktivitas mobilitas, jika diperlukan
NIC: Perubahan Posisi
1. Pantau ketepatan pemasangan traksi
2. Letakkan matras / tempat tidur terapeutik dengan benar
3. Atur posisi pasien dengan postur tubuh yang benar
4. Letakkan pada posisi terapeutik ( misal ; hindari penempatan puntung
amputasi pada posisi fleksi, tinggikan baian tubh yang terkena, jika diperlukan,
imobilisasi / sangga bagi tubuh yang terkena).
5. Dukung latihan ROM aktif.
7
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3,
EGC : Jakarta.
Mansjoer, Arif, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculaapius FKUI : Jakarta.
NANDA, 2005. Diagnosa Keperawatan: Defini & Klasifikasi 2005-2006. NANDA
International : Philadelphia.