Você está na página 1de 11

Hukum Perusahaan

Institusi Perseroan dalam Menjalankan Corporate


Social Responsibility (CSR)

Dosen :

Prof. Dr. Sri Redjeki Hartono, S.H


Oleh :

RudiniHasyimRado
11010114410096

Kelas Akhir Pekan


Magister Ilmu Hukum
Universitas Diponegoro
Semarang
2015
Institusi Perseroan dalam Menjalankan Corporate Social
Responsibility (CSR)

Oleh : Rudini Hasyim Rado


Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pasca keruntuhan rezim Orde Baru, masyarakat semakin berani untuk
beraspirasi dan mengekspresikan tuntutannya terhadap perkembangan dunia
bisnis Indonesia. Masyarakat telah semakin kritis dan mampu melakukan kontrol
sosial terhadap dunia usaha. Hal ini menuntut para pelaku bisnis untuk
menjalankan usahanya dengan semakin bertanggungjawab. Pelaku bisnis tidak
hanya dituntut untuk memperoleh keuntungan dari lapangan usahanya,
melainkan mereka juga diminta untuk memberikan kontribusi positif terhadap
lingkungan sosialnya.
Perubahan pada

tingkat

kesadaran

masyarakat

memunculkan

kesadararan baru tentang pentingnya melaksanakan apa yang kita kenal sebagai
Corporate Social Responsibility (CSR). Pemahaman itu memberikan pedoman
bahwa korporasi bukan lagi sebagai entitas yang hanya mementingkan dirinya
sendiri saja sehingga ter-alienasi atau mengasingkan diri dari lingkungan
masyarakat di tempat mereka bekerja, melainkan sebuah entitas usaha yang
wajib melakukan adaptasi kultural dengan lingkungan sosialnya.
Isu tanggung jawab sosial (social corporate responsibility) adalah suatu
topik yang berkenaan dengan etika bisnis. Disini terdapat tanggung jawab moral
perusahaan baik terhadap karyawan perusahaan dan masyarakat disekitar
perusahaan. Oleh karena itu berkaitan pula dengan moralitas, yaitu sebagai
standar bagi individu atau sekelompok mengenai benar dan salah, baik dan
buruk. Sebab etika merupakan tata cara yang menguji standar moral seseorang
atau standar moral masyarakat.1
Selanjutnya Multon Friedmen menyatakan tanggung jawab perusahaan
adalah tanggung jawab moral perusahaan terhadap masyarakat. Tanggung jawab

1 Bismar Nasution, Aspek Hukum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan,


Makalah, Disampaikan pada,Semiloka Peran dan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan terhadap Masyarakat Lokal Wilayah Operasional Perusahaan
Perspektif Hak Asasi Manusia, Diselenggarakan Oleh Komisi Hak Asasi
Manusia Riau Pekanbaru Tanggal 23 Februari 2008, Lihat Manuel G.
Velasquez, Business Ethics Consepts And Cares, London: Prentice Hall
International, 2002, Hlm. 8-13.
2

moral perusahaan tentu bisa diarahkan kepada banyak hal, kepada dirinya
sendiri, kepada para karyawan, kepada perusahaan lain, dan seterusnya.2
Sedangkan apabila yang dibicarakan adalah tanggung jawab sosial
perusahaan, maka yang disoroti adalah tanggung jawab moral perusahaan
terhadap masyarakat di mana perusahaan menjalankan kegiatannya, entah
masyarakat dalam arti sempit seperti lingkungan disekitar sebuah pabrik atau
masyarakat luas.
Dari tanggung jawab moral itulah lahir istilah CSR dalam kegiatan
perusahaan. Sebelum melangkah ke pembahasan selanjutnya, maka perlu
diketahui terlebih dahulu tentang defenisi CSR itu sendiri.Corporate Social
Responsibility atau biasa disebut CSR adalah sebuah komitmen dari
bisnis/perusahaan

untuk

berperilaku

etis

dan

berkontribusi

terhadap

pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, seraya meningkatkan kualitas hidup


karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas.3
SerupaMenurut Edi Suharto, CSR adalahkepedulianperusahaan yang
menyisihkan sebagian keuntungan (profit) bagi kepentingan pembangunan
manusia (people) dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan berdasarkan
prosedur (procedure) yang tepat dan professional. Definisi CSR menurut Ismail
Solihin, adalah salah satu dari bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap
pemangku kepentingan(stakeholders).4
Sehingga menurut Friedman tujuan utama korporasi adalah untuk
memperoleh profit semata semakin ditinggalkan. Sebaliknya konsep triple
bottom line (profit, planet, people) yang digagas oleh John Elkington makin
masuk ke dalam mainstream etika bisnis.5
CSR dalam sejarah modern di kenal sejak Howard R. Bowen
menerbitkan sebuah buku yang berjudul Social Resposibilities of The
Businessman pada era 1950-1960 di Amerika Serikat. Pengakuan publik terhadap
2Bertens K,Pengantar Etika Bisnis, Yogyakarta: Kanisius, 2000, Hlm.292.
3Definisi CSR Menurut, World Business Council on Sustainable
Development.
4Edi Suharto, PekerjaSosial di DuniaIndustri, Memperkuat CSR,
Bandung:CV. Alfabeta, 2009, Hlm. 105.
5Suharto, MemperkuatTanggungJawabSosial Perusahaan,
Bandung:RefikaAditama, 2008, Hlm. 106.
3

prinsip-prinsip tanggung jawab sosial yang beliau kemukakan membuat dirinya


dinobatkan secara aklamasi sebagai Bapak CSR. Bahkan dalam dekade 1960-an,
pemikiran Bowen terus di kembangkan oleh berbagai ahli sosialogi bisnis
lainnya seperti Keith Davis yang memperkenalkan konsep Iron Laws of
Responsibility.6
Belakangan ini wacanacorporate social responsibility atau CSR
memang sedang menjadi trend di Indonesia. Banyak orang berbicara tentang
CSR dan semuanya bagus serta perusahaan yang melakukan corporate social
responsibility (CSR) semakin banyak. Namun upaya sosialisasi harus terus
dilakukan

agar

lebih

banyak

perusahaan

menyadari

dan

memahami

esensipentingnya CSR.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang akan diangkat sebagai rumusan masalah dalam penulisan
ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah PengaturanPelaksanaan CSR di Indonesia?
2. Bagaimanakah InstitusiPerseroandalamMenjalankan CSR?

Pembahasan
6Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility, Jakarta:
SinarGrafika, 2008,Hlm. 37.
4

A. PengaturanPelaksanaan CSR di Indonesia


Penerapan kegiatan CSR di Indonesia baru dimulai pada awal tahun
2000,

walaupun

kegiatan

esensi

dasar

yang

sama

telah

berjalan

jauhsebelumpascareformasitersebut. Pengaturan yuridis CSR di Indonesia


dengan sendirinya memberikan kepastian hukum bagi setiap stakeholders terkait.
Dengan adanya kepastian hukum dalam sistem hukum nasional maka
tercapailah keseimbangan dan harmonisasi antara perusahaan dengan masyarakat
sekitar dan masyarakat luas pada umumnya. Terbangunnya pola saling
menguntungkan dan mendukung kemajuan bersama, dan tak tangung-tanggung
implementasi dari tanggung jawab sosial dari sebuah perusahaan melalui prinsip
CSR yang tidakterlepas dari penerapan konsep good corporate governance di
dalam perusahaan itu sendiri.
Penerapan good corporate governance akan mendorong managemen
perusahaan itu untuk terus mengelola perusahaan secara banar, termasuk
mengimplementasikan tanggung jawab sosialnya. Bila CSR benar-benar
dijalankan secara efektif maka dapat memperkuat atau meningkatkan akumulasi
modal sosial dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Negara Indonesia sebagai Negara hukum modern bertujuan untuk
mencapai masyarakat adil dan makmur, merata material dan spiritual. Negara
tidak hanya bertugas memelihara ketertiban masyarakat, akan tetapi lebih luas
dari pada itu yakni kewajiban turut serta dalam semua sektor kehidupan
masyarakat.7
Keikutsertaan Negara dalam segala sektor kehidupan masyarakat
ditetapkan sebagai tujuan Negara. Alinea keempat Pembukaan Undang-undang
Dasar (UUD) 1945 menyebutkan: Kemudian dari pada itu untuk membentuk
suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap Bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdasakan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial
Pengaturan CSR di Indonesia, telah diatur sejak lama hal ini dibuktikan
dengan banyak pengaturan yang mengatur dari program CSR, sehingga
7Ibrahim R, Prospek BUMN dan Kepentingan Umum, Bandung: Penerbit
PT. Citra Aditya Bakti, 1996, Hlm. 1.
5

pengaturan CSR di Indonesia telah memiliki konsekuensi secara yuridis dan


sanksi yang tegas dalam pelaksanaanya, yaitu :
1. Undang-Undang Dasar Tahun 1945, pada Pasal 33.
2. Undang-Undang Perseroan Terbatas (UUPT) No. 40 Tahun 2007, pada bab I
ayat (3), bab IV Pasal 66 ayat (2), bab V Pasal 74 ayat (1) sampai ayat (4).
3. Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
4. Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2003 tentang Badan
Usaha Milik Negara.
5. Undang-Undang Pasar Modal (UUPM) No.25 Tahun 2007, terdapat pada
Pasal 15,16,17, dan 34.
6. Undang-Undang Pengelolan Lingkungan Hidup No.23 Tahun 1997, pada
Pasal 67, Pasal 68, dan Pasal 87 ayat (1).
7. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
8. Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, pada
Pasal 13 ayat (3).
Adapun Rincian Pengaturan CSR dalam UU Perseroan Terbatas dapat
kita lihat sebagai berikut :
1. Pasal 1 ayat (3), Tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen
perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan
guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat,
baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada
umumnya.
2. Pasal 66 ayat (2c), Laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan
lingkungan.
3. Pasal 74 ayat (1), Perseroan yang menjalankan usahanya di bidang dan/atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab
sosial dan lingkungan.
4. Pasal 74 ayat (2), Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana yang
dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan
dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yangpelaksanaanya dilakukan
dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
5. Pasal 74 ayat (3), Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) akan dikenakan sanksi
sebagaimana yang telah diatur dalam UU.
6. Pasal 74 ayat (4), Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan
lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah.
Selain diatur dalam UU di atas, konsep CSR juga telah diatur pada dan
diwajibkan pada Undang-Undang Pasar Modal No. 25 Tahun 2007, yaitu :
1. Pasal 15, Setiap penanam modal berkewajiban : menerapkan prinsip tata
kelola perusahaan yang baik; melaksanakan tanggung jawab sosial
perusahaan; membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan
melaporkan kepada badan koordinasi penanaman modal; menghormati tradisi
budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal;
mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Pasal 16, Setiap penanam modal bertanggung jawab : menjamin tersedianya
modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan dengan peraturan
6

3.

4.

5.
6.

perundang-undangan; menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan


kerugian jika penanam modal menghentika atau meninggalkan dan
menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan; menjaga kelestarian lingkungan hidup;
menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteran pekerja.
Pasal 17, Penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak
terbaharukan wajib mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan
lokasi yang memenuhi standard kelayakan lingkungan hidup, yang
pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 34 ayat (1), Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 5 yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana
ditentukan dalam pasal 15 dapat dikenai sanksi administrative, berupa:
Pertama, Peringatan tertulis; Kedua, pembatasan kegiatan usaha; ketiga,
pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; keempat,
pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.
Pasal 34 ayat (2), Sanksi administratif sebagaimana yang dimaksud dalam
ayat (1) diberikan oleh instansi atau lembaga yang berwenang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 34 ayat (3), Selain sanksi administratif badan usaha atau usaha
perseorangan dapat dikenai sanksi lainnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Dari Pengaturan-pengaturan di atas, dapat kita simpulkan bahwa

kewajiban dan tanggung jawab perusahaan telah ditambah, bukan lagi kepada
pemilik modal semata, melainkan juga kepada lingkungan hidup, karyawan dan
keluarganya, dan masyarakat sekitar.
B. Institusi Perseroan dalam Menjalankan CSR
Faktanya, kemampuan perusahaan untuk bersaing sangat tergantung
pada keadaan lokasi dimana perusahaan itu beroperasi. Oleh karena itu, piramida
CSR yang dikembangkan Archie B. Carrol harus difahami sebagai satu kesatuan.
Sebab, CSR merupakan kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar
yang dikenal dengan istilah triple bottom lines, yaitu profit, people dan planet
(3P).8
Profit; Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan
ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang.
People; Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan
manusia. Beberapa perusahaan mengembangkan program CSR seperti pemberian
beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan
8Porter, Michael E. dan Mark R. Kramer.The Competitive Advantage of
Corporate Phiilantropy, dalam Harvard Business Review, December,
2002,Hlm. 5.
7

kesehatan, penguatan kapasitas ekonomi lokal, dan bahkan ada perusahaan yang
merancang berbagai skema perlindungan sosial bagi warga setempat.
Planet; Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan
keragaman hayati. Beberapa program CSR yang berpijak pada prinsip ini
biasanya berupa penghijauan lingkungan hidup, penyediaan sarana air bersih,
perbaikan permukiman, pengembangan pariwisata (ekoturisme).
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi tanggung
jawab sosial perusahaan. Menurut Prince of Wales Foundation ada lima hal
penting yang dapat mempengaruhi implementasi CSR, Pertama; menyangkut
human capital atau pemberdayaan manusia. Kedua; environments yang berbicara
tentang

lingkungan.Ketiga;

adalah

Good

Corporate

Governance.

Keempat;social cohesion, artinya, dalam melaksanakan CSR jangan sampai


menimbulkan kecemburuan sosial. Kelima; adalah economic strength atau
memberdayakan lingkungan menuju kemandirian di bidang ekonomi.9
Program CSR merupakan komitmen perusahaan untuk mendukung
terciptanya pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Sebagai
suatu institusi yang juga sebagai subjek hukum perusahaan mutlak berhubungan
dengan masyarakat atau subjek hukum lainnya, sehingga perusahaan tidak dapat
begitu saja melepaskan diri dari masyarakat. Mengingat eratnya hubungan antara
perusahaan dan masyarakat, maka idealnya harus selalu tercipta hubungan yang
serasi dan harmonis antara perusahaan dengan masyarakat, terutama dengan
masyarakat sekitarnya.10
Dibutuhkan penciptaan hubungan harmonis antara perusahaan dengan
masyarakat sekitar yang menjadi tanggung jawab sosial perusahaan atau sering
disebut CSR. Melalui prinsip CSR perusahaan akan meningkatkan investasi
sosialnya, yang akan berdampak positif terhadap kinerja perusahaan. Apabila
perusahaan meningkatkan investasi sosialnya, berbagai keuntungan finansial
yang diperolehnya juga semakin tinggi, sebuah prinsip yang dikenal dalam dunia
usaha sebagai doing well by doing good.11
Selanjutnya Sri Redjeki Hartono menyatakan, walau bagaimanapun
interaksi antara sebuah perusahaan dengan masyarakat tidak dapat dihindari
9Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility, Jakarta: Sinar
Grafika, 2008, Hlm. 11-12.
10Yoserwan,Hukum Ekonomi Indonesia dalam Era Reformasi dan
Globalisasi, Padang: Andalas University Press, 2006, Hlm. 215.
8

sama sekali keduanya saling berhubungan dan membutuhkan. Di satu pihak


perusahaan dalam berbagai aktivitasnya serta dalam usaha mencapai tujuannya
akan selalu membutuhkan masyarakat sementara masyarakat dipihak lain juga
akan selalu membutuhkan perusahaan, baik itu dalam rangka memenuhi
kebutuhannya dari produk suatu perusahaan ataupun dalam penyediaan lapangan
kerja atau kegiatan lain yang secara tidak langsung berhubungan dengan
perusahaan. Perusahaan sebagai suatu organisasi ekonomi, selalu berada dan ada
ditengah masyarakat. Perusahaan tidak mungkin berada diluar masyarakat,
karena ia hidup, tumbuh dan berkembang serta dikembangkan oleh masyarakat.12
Tanggung Jawab Sosial Lingkungan merupakan kewajiban perusahaan
yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perusahaan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
Perusahaan yang tidak melaksanakan kewajiban kewajiban tanggung jawab
sosial dan lingkungan dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundangundangan. Tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan merupakan
tanggung jawab moral perusahaan baik terhadap karyawan di perusahaan itu
sendiri (internal) maupun di luar lingkungan perusahaan (eksternal).13 Perusahaan
sebagai suatu aktivitas yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang
besar sudah selayaknya memikirkan kepentingan masyarakat di sekitarnya,
karena perusahaan sebenarnya juga merupakan bagian dari masyarakat.
Menurut Mas Achmad Daniri, program yang dilakukan oleh suatu
perusahaan dalam kaitannya dengan tanggung jawab sosial di Indonesia dapat
digolongkan dalam dua bentuk, yaitu:14
a. Public Relations, yakni usaha untuk menanamkan persepsi positif kepada
komunitas tentang kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.
11Lihat Opini Koran Tempo, Tanggungjawab Sosial Perusahaan di
Indonesia.Selasa, 26 September 2006.
12Sri Redjeki Hartono, Kapita Selekta Hukum Perusahaan,Bandung: PT.
Mandar Maju, 2000, Hlm. 103.
13Binoto Nadapdap, Hukum Perseroan Terbatas: Berdasarkan UndangUndang No. 40 Tahun 2007, Edisi Revisi, Jakarta: Aksara, 2013, Hlm. 144.
14Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan: Tentang Perseroan Terbatas,
Cetakan Ketiga, Bandung: Nuansa Aulia, 2012, Hlm.208.
9

b. Strategic Definisif, yakni usaha yang dilakukan perusahaan guna menangkis


anggapan negatif komunitas yang sudah tertanamterhadap kegiatan
perusahaan, dan biasanya untuk melawan serangan negatif dari anggapan
komunitas
Bahkandi tengah masyarakat yang semakin kritis dan peduli terhadap
keberlangsungan lingkungan dalam jangka panjang CSR menjadi suatu
keharusan bagi perusahaan. Apalagi sebenarnya perusahaan sendiri pun
memperoleh manfaat dari CSR ini, yang terutama yaitu mengenai manajemen
reputasi perusahaan. CSR yang awalnya hanya sebagai suatu kegiatan filantropik
sudah menjadi suatu strategi perusahaan.15
Masyarakat tidak sekedar menuntut perusahaan untuk menyediakan
barang yang diperlukannya, melainkan juga menuntut untuk bertanggung jawab
secara sosial. Karena selain terdapat ketimpangan ekonomi antara pelaku usaha
dengan masyarakat sekitarnya, kegiatan operasional perusahaan umumnya juga
memberikan dampak negatif, misalnya eksploitasi sumber daya dan rusaknya
lingkungan disekitar operasi perusahaan.
Sehingga dalam teknik dan tata cara untuk melakukan kegiatan itu
diserahkan kepada perusahaan dan masyarakat untuk merumuskannya.
Perencanaan program pengembangan masyarakat harus melibatkan masyarakat
sekitarnya.

Metode

dalam

pengembangan

masyarakat

sekitar

wilayah

kegiatanperusahaan adalah melalui metode partisipatif. Begitu juga dalam


pemantauan dan evaluasi harus melibatkan masyarakat sekitarnya.
Karena pada dasarnya mereka yang disebut sebagai penerima CSR
adalahpihak yang menikmati atau menerima adalah perusahaan, masyarakat,
serta lingkungannya untuk berkontribusi bagi pembangunan berkelanjutan.

Referensi :

15A.B. Susanto, A Strategic Management Approach Corporate Social


Responsibility, Jakarta: The Jakarta Consulting Group, 2007,Hlm. 8.
10

A.B. Susanto, A Strategic Management Approach Corporate Social Responsibility,


Jakarta: The Jakarta Consulting Group, 2007.
Bertens K,Pengantar Etika Bisnis, Yogyakarta: Kanisius, 2000.
Binoto Nadapdap, Hukum Perseroan Terbatas: Berdasarkan Undang-Undang No.
40 Tahun 2007, Edisi Revisi, Jakarta: Aksara, 2013.
Bismar Nasution, Aspek Hukum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Makalah,
Disampaikan pada,Semiloka Peran dan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan terhadap Masyarakat Lokal Wilayah Operasional
Perusahaan Perspektif Hak Asasi Manusia, Diselenggarakan Oleh Komisi
Hak Asasi Manusia Riau Pekanbaru Tanggal 23 Februari 2008, Lihat
Manuel G. Velasquez, Business Ethics Consepts And Cares, London:
Prentice Hall International, 2002.
Edi Suharto, PekerjaSosial di DuniaIndustri, Memperkuat CSR, Bandung:CV.
Alfabeta, 2009.
Definisi CSR Menurut, World Business Council on Sustainable Development.
Ibrahim R, Prospek BUMN dan Kepentingan Umum, Bandung: Penerbit PT. Citra
Aditya Bakti, 1996.
Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility, Jakarta: SinarGrafika, 2008.
Koran Tempo, Tanggungjawab Sosial Perusahaan di Indonesia.Selasa, 26
September 2006.
Porter, Michael E. dan Mark R. Kramer.The Competitive Advantage of Corporate
Phiilantropy, dalam Harvard Business Review, December, 2002.
Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan: Tentang Perseroan Terbatas, Cetakan
Ketiga, Bandung: Nuansa Aulia, 2012.
Sri Redjeki Hartono, Kapita Selekta Hukum Perusahaan,Bandung: PT. Mandar
Maju, 2000.
Suharto, MemperkuatTanggungJawabSosial Perusahaan, Bandung:RefikaAditama,
2008.
Yoserwan,Hukum Ekonomi Indonesia Dalam Era Reformasi dan Globalisasi,
Padang: Andalas University Press, 2006.

11

Você também pode gostar