Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
A. Pendahuluan.
Transaksi-transaksi atau hubungan dagang banyak bentuknya, dari
berupa hubungan Jual Beli, pengiriman dan penerimaan barang, produksi
barang dan jasa berdasarkan suatu Kontrak. Semua transaksi tersebut sarat
dengan potensi melahirkan sengketa. Umumnya sengketa-sengketa Dagang
kerap didahului oleh penyelesaian oleh Negosiasi. Jika cara penyelesaian ini
gagal atau tidak berhasil, barulah ditempuh cara-cara lainnya seperti
penyelesaian melalui Pengadilan atau Arbitrase.1
Praktek Perdagangan Internasional Potensial Menimbulkan Sengketa
Perdata Internasional dan Antisipasi Penyelesaiannya Penyerahan sengketa,
baik kepada Pengadilan maupun ke Arbitrase, kerap kali berdasarkan pada
suatu Perjanjian di antara para pihak. Langkah yang biasa ditempuh adalah
dengan
membuat suatu
antara Pengadilan
Misalnya: badan peradilan di Amerika Serikat dan Inggris kerap kali selalu
menerima sengketa yang para pihak diserahkan ke hadapannya meskipun
hubungan atau keterkaitan sengketa dengan badan peradilan sangatlah kecil.
Pihak termohon memiliki usaha di Amerika atau dalam Kontrak tersebut
secara tegas atau diam-diam mengacu kepada salah satu negara bagian
Amerika Serikat atau Hukum Inggris.2
Disamping Badan Peradilan atau Badan Arbitrase, para pihak dapat
pula menyerahkan sengketanya kepada cara Alternatif
Penyelesaian
Dispute
akan
menyelesaikan
sengketa,
para
pihak
dalam
Kontrak
B. PERUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah Prinsip-prinsip Penyelesaian Sengketa dalam Perdagangan
Internasional ?
mengenai
Penyelesaian
Sengketa
Perdagangan
Internasional.4
1. Prinsip Kesepakatan Para Pihak (Konsensus).
Prinsip Kesepakatan para pihak merupakan prinsip fundamental dalam
Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional. Prinsip inilah yang
menjadi dasar untuk dilaksanakan atau tidaknya suatu proses Penyelesaian
Sengketa. Prinsip ini pula dapat menjadi dasar apakah suatu proses
Penyelesaian Sengketa yang sudah berlangsung diakhiri. Jadi prinsip ini
sangat esensial, Badan-badan Peradilan (termasuk Arbitrase) harus
menghormati apa yang para pihak Sepakati. Termasuk dalam lingkup
pengertian kesepakatan ini adalah: a. Bahwa salah satu pihak atau kedua
belah pihak tidak berupaya menipu, menekan atau menyesatkan pihak
lainnya. b. Bahwa perubahan atas Kesepakatan harus berasal dari
Kesepakatan kedua belah pihak artinya pengakhiran Kesepakatan atau revisi
terhadap muatan Kesepakatan harus pula berdasarkan pada Kesepakatan
kedua belah pihak.5
2. Prinsip Kebebasan Memilih Cara-cara Penyelesaian Sengketa.
Prinsip penting kedua ini adalah prinsip di mana para pihak memiliki
Kebebasan penuh untuk menentukan dan memilih cara atau mekanisme
bagaimana sengketanya diselesaikan (principle of free choice of means).
Prinsip ini termuat antara lain dalam Pasal 7 The UNCITRAL. Model Law
4 Cindawati, Asas Keseimbangan Hukum Kontrak Bisnis
Internasional (Menyongsong Era Perdagangan Bebas 2020),
Disertasi Doktor Ilmu Hukum Uupar , 2008, hlm 76
5 Cf,,,,,,,,,,,Pasal 1338 KUH Perdata Indonesia.
Pasal ini
memuat definisi
dalam menyelesaikan
sengketanya.
Dalam menyelesaikan sengketa, prinsip ini tercermin dalam dua tahap.
Pertama,
prinsip itikad
prinsip ini
1999
Penyelesaian
Sengketa
dalam
Hukum
Perdagangan
Internasional pada prinsipnya juga sama dengan forum yang dikenal dalam
Penyelesaian Sengketa Internasional pada umumnya. Forum tersebut adalah
Negosiasi, penyelidikan fakta-fakta (inquiry), Mediasi,
Konsiliasi,
Arbitrase, Penyelesaian melalui Hukum atau Pengadilan, atau caracara penyelesaian sengketa lainnya. yang dipilih dan disepakati para pihak.
Cara-cara sengketa di atas telah dikenal dalam berbagai negara dan Sistem
Hukum di dunia. Cara-cara tersebut dipandang sebagai bagian integral dan
penyelesaian sengketa yang diakui dan Sistem Hukumnya. Misalnya,
Hukum Nasional RI yang dapat ditemukan dalam Pasal 6 UU Nomor 30
Thun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, negara
lainnya adalah Amerika Serikat, Inggris dan Australia.
1. Negosiasi
Negoisasi adalah cara penyelesaian sengketa yang paling dasar dan
yang paling tua digunakan Penyelesaian melalui Negosiasi merupakan cara
yang paling penting. Banyak sengketa diselesaikan setiap hari oleh
Negosiasi ini tanpa adanya publisitas atau menarik perhatian publik. Alasan
utamanya adalah
berkedudukan
tidak
seimbang. Salah satu pihak kuat, yang lain lemah. Dalam keadaan ini,
salah satu pihak kuat berada dalam posisi untuk menekan pihak lainnya.
Kelemahan kedua adalah proses berlangsungnya Negosiasi acap kali
lambat dan bisa memakan waktu lama. Ini terutama karena sulitnya
permasalahan-permasalahan yang timbul di antara para pihak. Selain itu,
jarang sekali ada persyaratan penatapan batas waktu bagi para pihak untuk
menyelesaikan sengketanya melalui Negosiasi.
Kelemahan ketiga adalah ketika suatu pihak terlalu keras dengan
pendiriannya. Keadaan ini dapat mengakibatkan proses Negosiasi ini
menjadi tidak produktif.
digunakan ketika
kesamaan dengan
oleh
Arbitrase.
Mengapa Arbitrase dipilih? Arbitarse adalah penyerahan sengketa
secara sukarela kepada pihak ketiga yang netral. Pihak ketiga ini
individu,
bisa
Badan Arbitrase dewasa ini sudah semakin populer. Dewasa ini Arbitrase
semakin banyak digunakan dalam menyelesaikan sengketa-sengketa Dagang
Nasional maupun Internasional. Adapun alasan utama mengapa Badan
Arbitrase ini semakin banyak dimanfaatkan adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan penyelesaian Sengketa melalui Arbitrase yang pertama dan
terpenting adalah penyelesaiannya yang relatif lebih cepat daripada
proses berpekara melalui Pengadilan, dalam Arbitrase tidak dikenal
upaya banding, kasasi atau peninjauan kembali seperti yang kita kenal
dalam Sistem Peradilan. Putusan Arbitrase sifatnya final dan mengikat.
Kecepatan penyelesaian ini sangat dibutuhkan oleh dunia usaha.
b. Keuntungan lainnya dari Penyelesaian Sengketa melalui Arbitrase ini
adalah sifat kerahasiannya, baik kerahasiaan mengenai persidangannya
maupun kerahasiaan putusan Arbitrasenya.
c. Dalam penyelesaian melalui Arbitrase, para pihak memiliki kebebasan
untuk memilih hakimnya (arbiter) yang menurut mereka netral dan ahli
atau spesialis mengenai pokok sengketa yang mereka hadapi. Pemilihan
arbiter sepenuhnya berada pada kesepakatan para pihak. Biasanya
arbiter yang dipilih adalah mereka yang tidak saja ahli, tetapi juga ia
tidak selalu harus ahli hukum. Bisa saja ia menguasai bidang-bidang
lainnya. Ia bisa insinyur, pimpinan perusahaan (manajer), ahli asuransi,
ahli perbankan.
d. Keuntungan lainnya dari Badan Arbitrase ini adalah dimungkinkannya
para arbiter untuk menerapkan sengketanya berdasarkan kelayakan dan
kepatutan (apabila memang para pihak menghendakinya)
Badan
Pengadilan memiliki
sengketa.
tentang Arbitrase
dan
10
(SCC).
mana yang
akan dipakai
12
The proper law theory, teori ini dipraktekkan di Inggris. Menurut teori ini,
Pengadilan akan melakukan analisis daripada ketentuan-ketentuan dan
fakta-fakta sekitar Kontrak yang bersangkutan, untuk menetapkan hukum
yang sebenarnya. Telah dipikirkan oleh para pihak, hukum yang the
parties had in mind.
2)
Teori lex loci contractus, menurut teori ini suatu Kontrak ditentukan oleh
Hukum di mana tempat itu dibuat, di mana ia diciptakan, dilahirkan.
Teori ini merupakan teori kuno. Teori ini muncul pada awal mulainya
manusia mengadakan Kontrak yang waktu itu dilakukan secara langsung
atau secara tradisional.
3)
The lex loci solution, menurut teori ini, dalam hal tidak adanya Pilihan
Hukum maka Pengadilan akan menentukan hukum yang berlaku
berdasarkan tempat dimana Perjanjian dilaksanakan.
Menurut Sudargo
Gautama, penggunaan teori ini tidak selalu tepat karena dapat terjadi
pelaksanaan suatu Kontrak ternyata dilakukan di beberapa tempat. Masalah
lain yang dapat timbul apabila teori ini diterapkan adalah bahwa dapat
terjadi situasi di mana kadang-kadang para pihak tidak dapat memastikan
waktu mereka menandatangani Kontrak, pada tempat manakah kewajibankewajiban harus dilaksanakan.
4)
Teori lex fori, menurut teori ini hukum yang berlaku terhadap suatu Kontrak
adalah hukum dari pihak Pengadilan (hakim). Keunggulan teori ini adalah
menerapkan hukum dan hakim, maka Penyelesaian Perkara menjadi lebih
singkat dan lebih murah.
5)
13
penerbit
berupa
tempat
dilakukan
penerbitan
L/C,
tempat
dilakukannya perubahan L/C, tempat dilaksanakannya penelitian dokumendokumen L/C dan tempat dilaksanakannya pembayaran L/C.
Namun,
pembayaran
L/C,
penelitian
dokumen-dokumen
dan
pembayaran L/C
14
(world trade
sengketa
ke
Internasional,
menurut
hasil
ilustrasi
adalah
International Court of
menyelesaikan
peranan
Justice).
sengketa-sengketa
Mahkamah
Internasional
(The
(termasuk
perdagangan).
Menurut Mann, 14 sangatlah suram selama berdiri sejak tahun 1945 sampai
tulisan ini dimuat, Mahkamah International hanya mengadili dua kasus di
bidang ekonomi internasional, yakni the ELSI Case antara Amerika Serikat
melawan Italia. Kemudian The Barcelona Traction Case
melawan Spanyol. Contoh kasus
sengketa
antara Belgia
15
dengan dalil bahwa Belgia tidak memiliki dasar hukum yang sah (locus
standi) untuk membawa kasus
kurang adanya
Kedua, kurangnya keahlian atau kemampuan Manakah pada permasalahanpermasalahan bidang (hukum) ekonomi atau perdagangan internasional.
Selain itu, Pengadilan-pengadilan permanen Internasional ini juga
yurisdiksinya kadangkala terbatas hanya kepada negara saja, misalnya
Mahkamah Internasional. Sementara itu kegiatan-kegiatan atau hubunganhubungan Perdagangan Internasioanl dewasa ini peranan Subyek-subyek
Hukum Perdagangan Internasional non negara juga penting.
Bentuk kedua
16
D. KESIMPULAN
1. Penyelesaian sengketa Hukum Perdagangan Internasional dengan
Prinsip-prinsip:
a. Prinsip Kesepakatan
Para
Pihak
(Konsensus).
Prinsip
para pihak
dalam menyelesaikan
17
mengenyampingkan
penyelesaian
secara
ligitasi
di
Pengadilan Negeri
d. Prinsip Exhaustion of Local Remedies, prinsip ini sebenarnya lahir
dari Hukum Kebiasaan Internasional. Menurut prinsip ini, Hukum
Kebiasan Internasional menetapkan bahwa:
langkah-langkah
Internasional
Pada prinsipnya juga sama dengan
disepakati
para
pihak.
Metode
yang
memungkinkan
untuk
mana yang
Karena Arbitrase
18
ini
semakin banyak
19