Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Cytomegalovirus (CMV) seringkali disebut virus pengasuh anak. Namun
saat ini infeksi CMV merupakan infeksi kongenital yang sering terjadi di dunia.
Infeksi CMV dikelompokkan dalam infeksi TORCH yang merupakan singkatan
dari Toxoplasma, Other, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes simplex virus.
Infeksi CMV menjadi popular karena berdampak negatif terhadap janin atau fetus
dari wanita hamil yang terinfeksi. Infeksi CMV merupakan infeksi intrauterine
yang berhubungan dengan pertumbuhan janin dan tidak selalu bergabung dalam
infeksi TORCH, melainkan dapat berdiri sendiri. Hal ini dikarenakan selain pada
ibu hamil dan fetus, infeksi CMV dapat menyerang setiap individu. Pada infeksi
CMV, infeksi maternal atau ibu hamil kebanyakan bersifat silent, asimtomatik
tanpa disertai keluhan klinik atau gejala, atau hanya menimbulkan gejala yang
minim bagi ibu, namun dapat memberi akibat yang berat bagi fetus yang
dikandung, dapat pula menyebabkan infeksi kongenital, dan perinatal bagi bayi
yang dilahirkan1,2. Infeksi CMV juga dapat memicu berbagai macam penyakit
lain, antara lain keganasan, penyakit autoimun, bermacam inflamasi seperti
radang ginjal-saluran kemih, hati, saluran cerna, paru, mata, dan infertilitas. 2
Menurut lokasi geografisnya prevalensi CMV pada orang dewasa berkisar
dari 40% sampai lebih dari 70% yang beresiko pada janin bila ibu mendapatkan
infeksi CMV primer. Sekitar 40% dari kasus menjadi infeksi janin. Sebaliknya
hanya 1% janin yang mengalami infeksi bila wanita hamil mengalami infeksi
CMV berulang. Di Amerika Serikat, sekitar 1% dari semua bayi yang baru lahir
yaitu 30.000 sampai 40.000 bayi dalam setahun terinfeksi CMV. Sekitar 5 10%
kasus menunjukkan gejala sejak lahir dan 90 95% bersifat asimptomatik. 1
Oleh karena itu penting bagi kita sebagai dokter layanan primer untuk
dapat mendeteksi secara dini infeksi CMV pada neonatus sehingga dapat
ditatalaksana sesegera mungkin. Pembuatan makalah ini bertujuan secara umum
untuk mengetahui pengertian infeksi CMV pada neonatus, manifestasi klinis,
patofisologi, komplikasi yang dapat terjadi, pencegahan dan prognosis dari infeksi
sitomegalovirus pada neonates sehingga tujuan secara khusus untuk mengetahui
cara menegakkan diagnose dan penatalaksanaan yang tepat pada infeksi CMV.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1
Definisi
Cytomegalovirus (CMV) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
cytomegalo yang dapat terjadi secara kongenital saat bayi atau infeksi pada
masa kanak - kanak. Cytomegalovirus (CMV) merupakan 1 dari 8 virus herpes
manusia yang termasuk dalam anggota dari subfamili beta-virus herpes, yang
juga mencakup roseolaviruses, virus herpes manusia tipe 6, dan virus herpes
manusia tipe 7. Kadang-kadang CMV juga dapat menyebabkan infeksi primer
pada dewasa, tetapi sebagian besar infeksi pada usia dewasa disebabkan
reaktivasi virus yang telah didapat sebelumnya. Infeksi kongenital biasanya
disebabkan oleh reaktivasi CMV selama kehamilan3.
Epidemiologi
Infeksi CMV tersebar luas di seluruh dunia dan terjadi endemik tanpa
tergantung musim. Iklim tidak mempengaruhi prevalensi. Pada populasi
dengan keadaan sosial ekonomi yang baik, kurang lebih 60-70% orang
dewasa, menunjukkan hasil pemeriksaan laboratorium positif terhadap infeksi
CMV. Keadaan ini meningkat kurang lebih 1% setiap tahun. Pada keadaan
sosial ekonomi yang jelek, atau di Negara berkembang, lebih dari atau sama
dengan 80 - 90% masyarakat terinfeksi oleh CMV. Selain itu sangat banyak
masyarakat kita yang terinfeksi oleh CMV, dan sebagian besar sudah berjalan
kronik dengan hanya IgG seropositif, tanpa menyadari bahwa sudah terinfeksi
CMV.2
Cytomegalovirus (CMV) merupakan penyebab infeksi kongenital dan
2
s
r
i
V
m
j
u
M
y
n
e
k
a
b
perinatal paling umum di seluruh dunia. Prevalensi infeksi CMV kongenital
bervariasi luas di antara populasi yang berbeda, ada yang melaporkan sebesar
0,2 3%, ada pula sebesar 0,7 - 4,1%. Peneliti lain mendapatkan angka
Penularan CMV
(viremia) ibu menular ke janin. Kejadian transmisi seperti ini dijumpai pada
kurang lebih 0,5 1% dari kasus yang mengalami reinfeksi. Viremia pada ibu
plasenta, menuju ke fetus baik pada infeksi primer eksogen maupun pada
reaktivasi, infeksi rekuren endogen, yang mungkin akan menimbulkan risiko
tinggi untuk kerusakan jaringan prenatal yang serius. Risiko pada infeksi
primer lebih tinggi daripada reaktivasi atau ibu terinfeksi sebelum konsepsi.
Infeksi transplasenta juga dapat terjadi, karena sel terinfeksi membawa virus
dengan muatan tinggi. Transmisi tersebut dapat terjadi setiap saat sepanjang
lebih
besar
dan
penggunaan
susu
donor
sangat
relative
melalui kontak langsung atau tidak langsung, kontak seksual, transfusi darah,
transplantasi organ. Penyebaran endogen di dalam diri individu dapat terjadi
dari sel ke sel melalui celah diantara 2 membran atau dinding sel yang
berdekatan. Di samping itu, apabila terdapat pelepasan virus dari sel
terinfeksi, maka virus akan beredar dalam sirkulasi (viremia), dan terjadi
penyebaran per hematogen ke sel lain yang berjauhan, atau dari satu organ ke
organ lainnya.2
4
Gambar 2.3 Inklusi mata burung hantu yang tipikal (Pewarnaan hematoxylineosin pada potongan paru menunjukan)
Riwayat infeksi CMV sangat kompleks, setelah infeksi primer, virus
diekskresi melalui beberapa tempat dan ekskresi virus dapat menetap
beberapa minggu, bulan, bahkan tahun sebelum virus hidup laten. Infeksi
ulang sering terjadi, karena reaktivasi dari keadaan laten dan terjadi pelepasan
virus lagi. Infeksi ulang juga dapat terjadi eksogen dengan strain lain dari
CMV. Infeksi CMV dapat terjadi setiap saat dan menetap sepanjang hidup.
Sekali terinfeksi, tetap terinfeksi dimana virus hidup dormant dalam sel
inang tanpa menimbulkan keluhan atau hanya keluhan ringan seperti common
cold. Virus CMV dapat ditemukan dalam saliva, air mata, darah, urin, semen,
sekret vagina, air susu ibu, cairan amnion dan lain-lain cairan tubuh. Ekskresi
yang paling umum ialah melalui saliva, dan urin dan berlangsung lama,
sehingga bahaya penularan dan penyebaran infeksi mudah terjadi. Ekskresi
CMV pada infeksi kongenital sama seperti pada ibu, juga berlangsung lama.2
Reaktivasi, replikasi dan reinfeksi umum terjadi secara intermiten,
meskipun tanpa menimbulkan keluhan atau kerusakan jaringan. Replikasi
virus merupakan faktor risiko penting untuk penyakit dengan manifestasi
klinik infeksi CMV2.
Penyakit yang timbul melibatkan peran dari banyak molekul baik yang
dimiliki oleh CMV sendiri maupun molekul tubuh inang yang terpacu
aktivasi atau pembentukannya akibat infeksi CMV. CMV dapat hidup di
dalam bermacam sel seperti sel epitel, endotel, fibroblas, leukosit
jC
(v
o
E
g
ty
fk
ercsIn
b
alm
p
u
id
h
V
M
)
w
polimorfonukleus, makrofag yang berasal dari monosit, sel dendritik, limfosit
banyak macam organ antara lain kelenjar ludah, tenggorokan, paru, saluran
cerna, hati, kantong empedu, limpa, pankreas, ginjal, adrenal, otak atau sistem
syaraf pusat2.
virus yang telah menyebabkan infeksi. Pada kondisi kompetensi imun yang
baik (imunokompeten), infeksi CMV akut jarang menimbulkan komplikasi,
namun penyakit dapat menjadi berat apabila individu berada dalam keadaan
yang menderita penyakit keganasan. Pada kondisi tersebut, sistem imun yang
tertekan atau lemah, sehingga belum mampu membangun respons baik seluler
maupun humoral yang efektif dan dapat mengakibatkan nekrosis atau
kematian jaringan yang berat, bahkan berakibat fatal.2
Respons imun terhadap infeksi CMV sama seperti terhadap infeksi
terhadap virus pada umumnya, bersifat kompleks yang meliputi baik faktor
atau komponen yang berperan dalam respons imun seluler maupun humoral.
Kontrol yang cepat, segera pada infeksi akut dilakukan oleh sistem imun yang
diperantarai sel yaitu sel NK (natural killer), sel T CD8+ dan dengan bantuan
sel T CD4+. Sel NK, anggota limfosit nonT-nonB yang beredar dalam
sirkulasi darah dan jaringan, merupakan komponen nonspesifik dari sistem
imun bawaan, akan mengenal sel inang yang terinfeksi virus, kemudian
menghancurkan sel tersebut dengan cara lisis proteolitik. Pada awal infeksi
akut, dalam respons imun spesifik, antigen virus diproses oleh makrofag
antigen presenting cells (APC), dipresentasikan ke sel limfosit T CD4+ (T
helper) yang memproduksi sitokin dan memicu proliferasi klon tunggal sel T
sitotoksik atau sitolitik (CD8+) yang tersensitisasi. Sel T CD8+ yang
teraktivasi kemudian secara spesifik akan menghancurkan sel inang yang
mengekspresikan
antigen
virus
yang
berikatan
dengan
major
itu dengan mutasi somatik yang terjadi pada limfosit B yang terstimulasi
antigen, maka akan terjadi isotype switching dan terbentuk isotype
immunoglobulin yang lain seperti IgG, IgA., IgE, dan IgD. Antibodi yang
terbentuk pada awalnya memiliki kekuatan mengikat antigen yang masih
lemah, selanjutnya terjadi affinity maturation terhadap sebagian dari sel B,
sehingga menghasilkan antibodi yang mampu mengikat antigen dengan kuat.
Kekuatan ikatan antibodi terhadap antigen ini disebut high-affinity dan high
avidity. Antibodi IgG adalah yang paling utama melakukan neutralisasi dan
eliminasi terhadap CMV yang beredar dalam sirkulasi. IgG tersebut adalah
antibody anti-gB (anti-glikoprotein B) yang merupakan antibodi terhadap
antigen paling imunogenik dari amplop CMV.2
Respons imun seluler mulai dapat terdeteksi dengan baik pada umur
fetus 22 minggu. Aktivasi dan diferensiasi sel T CD4 + dapat terjadi, meskipun
kemampuan untuk menghasilkan IFN- masih lemah. Hasil suatu studi
menyatakan bahwa peran sel T CD4 + spesifik dengan frekuensi yang tinggi
pada neonatus memungkinkan terjadi stimulasi terhadap imunitas seluler,
sehingga infeksi CMV kongenital bersifat asimtomatik.2
Respons imun humoral dimulai pada 9 11 minggu kehamilan, namun
kadar antibodi dalam sirkulasi tetap rendah sampai pertengahan kehamilan,
kecuali terdapat virus dalam titer tinggi dan ada perkembangan reseptor
antigen di permukaan sel keadaan ini, kadar antibodi meningkat dengan
predominan IgM. Pada infeksi kongenital, IgG maternal dapat menembus
plasenta masuk ke sirkulasi fetus, sedangkan IgM atau IgA yang terdeteksi
pada darah tali pusat neonatus, menunjukkan bahwa antibodi tersebut
diproduksi oleh fetus atau bayi sendiri yang terinfeksi secara vertikal dari ibu.
Pada reaktivasi, antibodi anti-CMV terbentuk adekuat, sebaliknya terjadi
defek imunitas yang diperantarai sel dengan penurunan jumlah sel NK dan T
CD8+.2
5
10
11
di
sekujur
tubuh,
serta
hambatan
perkembangan
otak
12
Diagnosis Klinis
Masa inkubasi infeksi perinatal bervariasi antara 4 sampai 12
minggu (rata-rata, 8 minggu). Jumlah virus pada bayi dengan infeksi
perinatal lebih sedikit dibandingkan yang berkembang di infeksi
kongenital, infeksi ini bersifat kronis, virus dapat bertahan selama
bertahun-tahun. Kebanyakan bayi dengan infeksi perinatal adalah
asimtomatik, karena bayi memiliki antibodi ibu (IgG) terhadap CMV.
Sebaliknya, 15-25% bayi prematur yang terinfeksi dapat menyebabkan
berbagai penyakit klinis, seperti pneumonia, hepatitis atau penyakit
sepsis dengan gejala apnea, bradikardia, hepatosplenomegali, distensi
usus, anemia, trombositopenia dan fungsi hati yang abnormal. Infeksi
CMV yang didapat karena tranfusi pada bayi prematur dengan bayi
lahir sangat rendah berat badan mungkin mengalami gejala-gejala
menyerupai DIC.7
Infeksi maternal lebih mungkin disebabkan reaktivasi virus laten
dan dengan demikian tidak menimbulkan gejala atau bermanifestasi
sebagai demam rendah, malaise dan mialgia. Infeksi primer CMV
biasanya
tanpa
gejala,
tetapi
nyata
bisa
sebagai
gambar
Diagnosis Banding
a
Toxoplasmosis
Gejala8 :
i First half of pregnancy : dapat menyebabkan malformation pada
CNS, mikrosefali, hidrosefalus dan kematian perinatal.
ii Second half of pregnancy : Ringan/asimtomatik, demam (flu like
syndrome, limpadenopati, servikal, aksila, namun tidak sakit.
Gejala-gejala ini muncul selama beberapa minggu s/d bulan.
Anemia,
lekopenia,
kadang
13
lekositosis.
Dapat
terjadi
Rubella
Gejala klinis Rubella bervariasi setiap orang dan sulit dikenali.
Gejalanya mirip dengan infection mononucleosis, drug induced
rashes. Pada wanita hamil dengan infeksi primer bisa menularkan
ke janin dengan masa inkubasi 2 3 minggu rata-rata 18 hari.
Kelainan kongenital tergantung pada saat mana terjadi infeksi pada
waktu hamil. Infeksi pada bulan pertama kehamilan dapat
menyebabkan fetal malformation 50% 80%, 25% pada bulan
kedua dan 17% pada bulan ketiga. Congenital Rubella Syndrome
dapat terjadi pada infeksi di trimester 1 kehamilan. Kelainan
lainnya adalah CHD (PDA dan VSD), katarak, chorioretinitis,
microcephaly, retardasi mental dan tuli. Namun pada bayi dengan
rubella biasa didapatkan ruam kulit yang berupa purpura ataupun
ptechiae8
Herpes Simplex
Gejala8 :
1.
HSV-1
Vesikel-vesikel di sekitar mulut, acute ginggivostomatitis.
Infeksi
HSV-1
primer
dapat
menyebabkan
follicular
14
Lesi
ulserativ,
pain
fever,
disuria,
dan
15
intravena
membawa
perkembangan
atau
stabilisasi
Gansiklovir
Gansiklovir terlisensi untuk terapi infeksi CMV. Nukleotida
asiklik sintetik secara struktural serupa dengan guanin. Resistensi
dapat terjadi pada penggunaan jangka panjang, secara umum terjadi
karena
mutasi
gen
ini.
Indikasi
obat
ini
untuk
anak
16
Sidofovir
Sidofovir adalah fosfanat nukleosid asiklik. Sidofovir adalah analog
nukleotida yang selektif menghambat produksi DNA virus pada CMV
dan infeksi virus herpes lainnya6.
Foscarnet ( Foscavir)
Foscarnet
adalah
analog
organik
pirofosfat
anorganik
yang
Immunoglobulin
Imunoglobulin digunakan sebagai imunisasi pasif untuk mencegah
penyakit CMV simtomatik. Strategi ini telah digunakan pada kontrol
penyakit CMV pada pasien immunocompromised pada era antivirus
prenuklosida. Bukti pada kehamilan menyarankan infus Ig CMV pada
wanita dengan infeksi primer dapat mencegah transmisi dan
memeperbaiki kondisi kelahiran.9 Immunoglobulin untuk infeksi CMV
antara lain :
Immune
globulin
intravenous
(Carimune,
Gamimune,
17
Valgansiklovir (VGCV)
Valgansiklovir (VGCV) adalah sebuah prodrug turunan valyl dari
gansiklovir. Setelah absorbsi di intestinum, moase valine cepat diurai
oleh hepar menghasilkan gansiklovir. Zat ini inaktif dan membutuhkan
trifosforilasi untuk aktivitas virostatis. 9
b. Pembedahan
Terapi operatif yang dibutuhkan seperti pada kejadian dengan cerebral
palsy yaitu dengan operasi ortopedik dan gastrotomy. Gastrotomy
dilakukan untuk mengganti nutrisi untuk ke enteral. 9
2.8.
tidak
ada
gejala
yang
muncul
saat
lahir,
tetapi
dapat
18
19
20
Deteksi pada ibu hamil dimana Ibu dengan seronegatif 6 bulan sebelum
konsepsi, berpeluang untuk terinfeksi primer saat hamil. Tes IgG perlu
dilakukan sekurang-kurangnya 2 x yaitu pada 2 bulan dan 4 bulan kehamilan.
Bila hasil negatif, maka tindakan lanjut dapat ditunda, bila didapatkan
serokonversi, maka diagnosis infeksi primer ibu dan prenatal bayi dapat
ditegakkan. Reinfeksi sering terjadi ketika hamil, penetapan muatan virus
dapat dipakai untuk mengetahui risiko transmisi vertikal2.
Sedangkan deteksi pada prenatal dilakukan Isolasi virus dari cairan
amnion dipakai untuk mendeteksi infeksi in utero, kombinasi dengan tes
darah fetus setelah 20 minggu kehamilan memberi hasil sensitivitas
diagnostik 80-100%2.
Pada deteksi congenital dilakukan Isolasi CMV dari darah tali pusat,
urin, saliva, darah atau serum pada minggu pertama setelah lahir atau sebelum
berumur 3 minggu, merupakan pemeriksaan penunjang untuk infeksi
kongenital. Ekskresi CMV tersebut dapat dideteksi dengan metoda PCR.
Penemuan dalam darah menunjukkan prognosis yang jelek. Hasil IgM positif
pada darah tali pusat yang diambil in utero atau saat lahir juga mempunyai
arti diagnostik untuk infeksi kongenital. Kecurigaan terhadap infeksi CMV
kongenital dapat dipikirkan, apabila ditemukan kelainan hematologik yang
menunjukkan
gambaran
limfositosis
reaktif,
anemia
hemolitik,
trombositopeni2
2.9.
imunisasi
dengan
plasma
hiperimun
dan
globulin
21
Waspada dan hati-hati pada waktu mengganti popok bayi, cuci tangan
dengan baik sesudah mengganti popok bayi dan buanglah kotoran bayi di
jamban yang saniter.
Wanita usia subur yang bekerja di rumah sakit (terutama yang bekerja
dikamar bersalin dan bangsal anak) sebaiknya memperhatikan prinsip
tindakan kewaspadaan universal; sedangkan pada tempat penitipan anak
dan anakprasekolah lakukan prosedur standar yang ketat tentang
kebersihan perorangan seperti kebiasaan mencuci tangan. Terhadap anakanak dengan retardasi mental diberikan perhatian lebih spesifik.
Hindari melakukan transfusi kepada bayi baru lahir dari ibu yang
seronegatif dengan darah donor dengan seropositif CMV.
22
BAB III
KESIMPULAN
Cytomegalovirus (CMV) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
cytomegalo yang dapat terjadi secara kongenital saat bayi atau infeksi pada masa
kanak kanak. Cytomegalovirus (CMV) merupakan penyebab infeksi kongenital
dan perinatal paling umum di seluruh dunia3.
Di Amerika Serikat, sekitar 1% dari semua bayi yang baru lahir yaitu 30.000
sampai 40.000 bayi dalam setahun terinfeksi CMV. Sekitar 5 10% kasus
menunjukkan gejala sejak lahir dan 90 95% bersifat asimptomatik 2. Penularan
dapat terjadi melalui 3 hal, yaitu2 :
23
membesar ini sangat berarti untuk menunjukkan replikasi virus, yaitu apabila
mengandung inklusi intranukleus berukuran besar seperti mata burung hantu (owl
eye)2.
Gejala yang timbul tidak spesifik, yaitu: demam, lesu, sakit kepala, sakit otot
dan nyeri tenggorok. Wanita hamil yang terinfeksi CMV akan menyalurkan pada
bayi yang dikandungnya, sehingga bayi yang dikandungnya akan mendapatkan
kelainan kongenital. Selain itu wanita yang hamil dapat mengalami keguguran
akibat infeksi CMV.6 Sedangkan gejala infeksi pada bayi baru lahir bermacammacam, dari yang tanpa gejala apa pun sampai berupa demam, kuning (jaundice),
gangguan paru, pembengkakan kelenjar limfe, pembesaran hati dan limpa, bintik
merah di sekujur tubuh, serta hambatan perkembangan otak (microcephaly). Hal
ini bisa menyebabkan buta, tuli, retardasi mental bahkan kematian.
Pilihan terapi terbaik dan pencegahan penyakit CMV yaitu gansiklovir dan
valgansiklovir. Pilihan lainnya merupakan lini kedua antara lain foscarnet dan
cidofovir. Gansiklovir adalah sebuah analog nukleosida asiklik, sedangkan
cidofovir adalah fosfanat nukleosid asiklik. Asiklovir per oral dan pernteral juga
telah sukses digunakan untuk profilaksis organ padat transplantasi (penerima
seronegatif). Meskipun demikian, asiklovir tidak pernah digunakan untuk terapi
penyakit Cytomegalovirus yang aktif. Pada balita, terapi antiviral dengan
gansiklovir mungkin berguna menurunkan prevalensi sekuel perkembangan
neural, umumnya tuli sensorineural.Imunoglobulin digunakan sebagai imunisasi
pasif untuk mencegah penyakit CMV simtomatik. Valgansiklovir (VGCV) adalah
sebuah prodrug turunan valyl dari gansiklovir.. Zat ini inaktif dan membutuhkan
trifosforilasi untuk aktivitas virostatis. Terapi operatif yang dibutuhkan seperti
pada kejadian dengan cerebral palsy.. 9
Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan gejala spesifik yang muncul pada
kehamilan dengan infeksi CMV. Kebanyakan bayi dengan infeksi CMV bawaan,
tidak ada gejala yang muncul saat lahir, tetapi dapat mengembangkan sekuel di
kemudian hari2. Infeksi CMV di diagnose banding dengan toxoplasmma, rubella
dan herpes simplex.
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan antara lain ialah isolasi virus
dari cairan tubuh (saliva, urin, cairan tubuh lain), kadar antibodi, peningkatan
24
enzim hepar dan petanda laboratorik lain dari organ yang terinfeksi. Interpretasi
terhadap hasil pemeriksaan tersebut diperlukan agar dengan tepat dapat diterapkan
sesuai dugaan klinik. Hasil pemeriksaan CMV positif menunjukkan adanya
infeksi, bukan penyakit. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara
lain : ELISA, kultur virus, Polymerase Chain Reaction (PCR), antigen CMV
pp65, dan pemeriksaan leukosit darah tepi2
BAB IV
HASIL DISKUSI
1. Pilihan obat utama untuk CMV dan efek sampingnya?
Gancyclovir 6 mg/kgBB/dosisIV drip dalam satu jam, diberikan setiap 12
jam selama 6 minggu. Efek sampingnya menyebabkan sumsum tulang dan
atrofi testis13
2. Bagaimana penanganan pada ibu dengan CMV?
Umumnya >90% infeksi CMV pada ibu hamil asimpomatik, tidak
terdeteksi secara klinis. Gejala yang timbul tidak spesifik, yaitu: demam, lesu,
sakit kepala, sakit otot dan nyeri tenggorok. Wanita hamil yang terinfeksi
CMV akan menyalurkan pada bayi yang dikandungnya, sehingga bayi yang
dikandungnya akan mendapatkan kelainan congenital, sehingga akan lebih
baik ibu melakukan screening pada awal kehamilan agar bila terinfeksi dapat
segera di obati2.
Deteksi pada ibu hamil, dimana ibu dengan seronegatif 6 bulan sebelum
konsepsi, berpeluang untuk terinfeksi primer pada saat hamil. Tes IgG perlu
dilakukan sekurang kurangnya 2 x, yaitu pada 2 bulan dan 4 bulan
kehamilan. Bila hasil negatif, maka tindakan lanjut dapat ditunda. Bila
didapatkan serokonversi, maka diagnosis infeksi primer ibu dan prenatal bayi
dapat ditegakkan2.
3. Efek seperti apa yang dapat terjadi apabila infeksi CMV terjadi pada trimester
1, 2 dan 3?
Tidak seperti rubella, CMV dapat menginfeksi hasil konsepsi setiap saat
dalam kehamilan. Bila infeksi terjadi pada masa organogenesis (trimester I)
atau selama periode pertumbuhan dan perkembangan aktif (trimester II) dapat
25
26
3. Hindari melakukan transfusi kepada bayi baru lahir dari ibu yang
seronegatif dengan darah donor dengan seropositif CMV.
4. Hindari transplantasi jaringan organ dari donor seropositif CMV kepada
resipien yang seronegatif. Jika hal ini tidak dapat dihindari, maka
pemberian
immunoglobulin
hiperimun
atau
pemberian
antivirus
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman; Kliegman; Arvin. 1999. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Ed. 15 Vol 1.
Jakarta : EGC p. 647
2. Budipardigdo S, Lisyani. 2007. Kewaspadaan Terhadap Infeksi
Cytomegalovirus Serta Kegunaan Deteksi Secara Laboratorik. Universitas
Diponegoro: Semarang
3. Karger, Freiburg. 2001. Cytomegalovirus (CMV). Diunduh dari:
http://www.cdc.gov/cmv/transmission.html. Diakses pada 13 November 2014
4. Akhter, Kauser dan Wills, Todd S. 2010. Cytomegalovirus. eMedicine
Infectious
Disease.
Diunduh
dari
http://emedicine.medscape.com/article/215702-overview.
Diakses
13
November 2014.
5. Dwindra, Mayenru. 2009. Infeksi Cytomegalovirus. Universitas Riau : Riau
6. Kauser,
Akhter.
2010.
Cytomegalovirus.
Diunduh
dari:
http://emedicine.medscape.com/article/215702-overview. Diakses pada 13
November 2014
7. Kim CS. 2010. Congenital and Perinatal Cytomegalovirus Infection. Korean
Journal of Pediatrics. 53(1): 14-20.
8. Marino T, B Laartz, SE Smith, SG Gompf, K Allaboun, JE Marinez, et al.
2010.
Viral
Infections
and
Pregnancy.
Diunduh
dari:
http://emedicine.medscape.com/article/235213-overview. Diakses pada 14
November 2014
9. Schleiss, M.R., 2010. Cytomegalovirus Infection: Treatment & Medication.
Diunduh
dari: http://emedicine.medscape.com/article/963090treatment.
Diakses pada 14 November 2014
10. Pass, R F; Karen, B; Fowler,S B; Boppana; Britt, W J; Stagno S. 2005.
Congenital cytomegalovirus infection following first trimester maternal
infection: Symptoms at birth and outcome. USA : Department of Pediatrics,
University of Alabama at Birmingham
11. Revello, M G; Gerna G. 2002. Diagnosis and Management of Human
Cytomegalovirus Infection in the Mother, Fetus, and Newborn Infant. USA :
American Society For Microbiology
12. Kosim M.S; Yunanto A; Dewi R; Sarosa G I; Usman A. 2014. Buku ajar
Neonatologi. Jakarta : IDAI
13. Saharso D. 2008. Pedoman Diagnosis dan Terapi BAG/SMF ILMU
KESEHATAN ANAK Buku Dua. Surabaya : RSUD DOKTER SOETOMO
28
29