Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Definisi
Menurut Balitbang (2007) isolasi sosial merupakan upaya menghindari suatu
hubungan komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan
akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran dan
kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan
dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada
perhatian, dan tidak sanggup berbagi pengalaman.
Isolasi sosial adalah kondisi ketika individu atau kelompok mengalami, atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untuk lebih terlibat dalam aktivitas
bersama orang lain, tetapi tidak mampu mewujudkannya (Lynda Juall C., 2009:
1045).
Isolasi sosial adalah keadaan seorang induividu yang mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain. pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain (Budi Keliat Anna, dkk., 2011: 131).
Etiologi
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi di antaranya
perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu
tidak percaya pada diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah,
pesimis, putus asa terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan,
dan merasa tertekan. Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin
berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari
orang lain, dan kegiatan sehari-hari terabaikan (Ade Herman S.D.,2011 : 123).
Manifestasi Klinis
Berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial :
a.
Kurang spontan
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Mengisolasi diri
h.
i.
j.
k.
l.
m.
Aktivitas menurun
Kurang energi (tenaga)
Rendah diri
n.
Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus atau janin (khususnya pada
posisi tidur)
Perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang menilai dirinya rendah,
sehingga timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak
dilakukan intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan perubahan persepsi
sensori : halusinasi dan risiko mencederai diri, orang lain, bahkan lingkungan.
Perilaku yang tertutup dengan orang lain juga bisa menyebabkan intoleransi
aktivitas yang akhirnya bisa berpengaruh terhadap ketidakmampuan untuk
melakukan perawatan secara mandiri.
Seseorang yang mempunyai harga diri rendah awalnya disebabkan oleh
ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah dalam hidupnya, sehingga
orang tersebut berperilaku tidak normal (koping individu tidak efektif). Peranan
keluarga cukup besar dalam mendorong klien agar mampu menyelesaikan
masalah. Oleh karena itu, bila sistem pendukungnya tidak baik (koping keluarga
tidak efektif) maka akan mendukung seseorang memiliki harga diri rendah (Ade
Herman S.D., 2011 : 125).
Rentang Respon
Pattern of
parenting (Pola
Asuh)
Ineffective
coping (Koping
Individu Tidak
Efektif)
Lack of
Development
task
(Gangguan
Tugas
Perkembanga
n)
Stessor
Internal and
External
Misal :
Misal :
Misal :
Misal :
Saat individu
menghadapi
kegagalan
menyalahkan
orang lain,
ketidakberdayaa
n, menyangkal
tidak mampu
menghadapi
kenyataan dan
menarik diri dari
lingkungan,
terlalu
tingginya self
idealdan tidak
mampu
menerima
realitas dengan
rasa syukur.
Kegagalan
menjalani
hubungan intim
dengan sesama
jenis atau lawan
jenis, tidak
mampu mandiri
dan
menyelesaikan
tugas, bekerja,
bergaul,
bersekolah,
menyebabkan
ketergantungan
pada orang tua,
rendahnya
ketahanan
terhadap
berbagai
kegagalan.
Stres terjadi
akibat ansietas
yang
berkepanjanga
n dan terjadi
bersamaan
dengan
keterbatasan
kemampuan
individu untuk
mengatasinya.
(Stres
Internal dan
Eksternal)
Ansietas
terjadi akibat
akibat
berpisah
dengan orang
terdekat,
hilangnya
pekerjaan atau
orang yang
dicintai.
Berikut ini akan dijelaskan tentang respon yang terjadi pada isolasi sosial :
a.
Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma,
sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain individu
tersebut masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah. Berikut ini
adalah sikap yang termasuk respon adaptif.
1)
Menyendiri, respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa
yang telah terjadi di lingkungan sosialnya
2)
Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
3)
Bekerja sama, kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama
lain.
4)
Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang lain
dalam membina hubungan interpersonal.
b.
Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang menyimpang dari norma sosial dan
kehidupan di suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon
maladaptif :
1)
Menarik diri, merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan
kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
2)
Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri
sehingga tergantung dengan orang lain.
3)
Manipulasi, seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu
sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam
4)
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada klien dengan isolasi sosial adalah sebagai berikut :
a.
Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah suatu jenis pengobatan dimana arus
listrik digunakan pada otak dengan menggunakan 2 elektrode yang ditempatkan
dibagian temporal kepala (pelipis kiri dan kanan). Arus tersebut menimbulkan
kejang grand mall yang berlangsung 25-30 detik dengan tujuan terapeutik.
Respon bangkitan listriknya di otak menyebabkan terjadinya perubahan faal dan
biokimia dalam otak.
Indikasi :
a)
Depresi mayor
(1) Klien depresi berat dengan retardasi mental, waham, tidak ada perhatian
lagi terhadap dunia sekelilingnya, kehilangan berat badan yang berlebihan dan
adanya ide bunuh diri yang menetap.
(2) Klien depresi ringan adanya riwayat responsif atau memberikan respon
membaik pada ECT.
(3) Klien depresi yang tidak ada respon terhadap pengobatan antidepresan atau
klien tidak dapat menerima antidepresan.
b)
Maniak
Klien maniak yang tidak responsif terhadap cara terapi yang lain atau terapi lain
berbahaya bagi klien.
c)
Skizofrenia
Terutama akut, tidak efektif untuk skizofrenia kronik, tetapi bermanfaat pada
skizofrenia yang sudah lama tidak kambuh.
2)
Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan bagian penting
dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan rasa
aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat empati,
menerima klien apa adanya, memotivasi klien untuk dapat mengungkapkan
perasaannya secara verbal, bersikap ramah, sopan dan jujur kepada klien.
3)
Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam
melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk
memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri
seseorang (Dalami, dkk., 2009 : hal.120).
b.
Penatalaksanaan Keperawatan
a)
Pengertian
TAK merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama (Keliat,
2004 : hal.1)
b)
Tujuan
1)
Psikoterapeutik
a)
(1) Buat kontrak dengan pasien memperkenalkan nama perawat pada waktu
interaksi dan tujuan.
(2) Ajak klien bercakap-cakap dengan memanggil nama klien, untuk
menunjukan penghargaan yang tulus.
(3) Jelaskan pada klien bahwa informasi tentang pribadi klien tidak akan
diberitahukan kepada orang lain yang tidak berkepentingan.
b)
(1) Bicarakan dengan pasien tentang sesuatu yang nyata dan pakai istilah yang
sederhana.
(2) Bersama klien menilai manfaat dari pembicaraan dengan perawat.
(3) Gunakan komunikasi verbal dan non verbal yang sesuai, jelas dan teratur.
(4) Tunjukan sikap empati dan beri kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaannya.
c)
Tunjukkan dan cari penyelesaian masalah (koping) yang bisa digunakan klien,
cara menceritakan perasaannya kepada orang lain yang terdekat/dipercaya.
(1) Bahas dengan klien tentang koping yang konstruktif.
(2) Dukung koping klien yang konstruktif.
(3) Anjurkan klien untuk menggunakan koping yang konstruktif.
d)
(1) Batasi jumlah orang yang berhubungan dengan klien pada awal terapi.
Pendidikan kesehatan
a)
Jelaskan kepada klien cara mengungkapkan perasaan klien selain kata-kata
seperti menulis, menangis, menggambar, berolahraga atau bermain musik.
b)
c)
Jelaskan dan anjurkan pada keluarga untuk tetap mengadakan hubungan
dengan klien.
d)
Anjurkan kepada keluarga agar mengikutsertakan klien dalam kegiatan di
masyarakat.
3)
a)
Bantu klien dalam melaksanakan kebersihan diri sampai dapat
melaksanakan secara mandiri.
b)
c)
Batasi kesempatan untuk tidur, sediakan sarana informasi dan hiburan
seperti majalah, surat kabar, radio dan televisi.
d)
4)
Lingkungan terapeutik
a)
Pindahkan barang-barang yang dapat membahayakan klien maupun orang
lain di lingkungan.
b)
Cegah agar klien tidak berada di dalam ruang sendiri dalam jangka waktu
yang lama.
c)
Beri rangsangan sensorik seperti suara musik, gambar hiasan di
ruangan (Nursing Poltekes, 2012).
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Ruang rawat :
a.
Tanggal dirawat :
Identitas Klien :
Inisial
Umur
Informan
(L/P)
Tanggal Pengkajian :
No. Rekam Medik :
b.
Alasan Masuk :
1)
Faktor Predisposisi
a)
Tumbuh kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang
harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial.
Bila tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak terpenuhi maka akan
menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya akan menimbulkan
masalah.
Berikut adalah tahap perkembangan beserta tugas yang harus dijalani setiap
individu :
b)
Masa Kembang
Tugas
Bayi
Bermain
Pra sekolah
Sekolah
Pra remaja
Remaja
Dewasa muda
Tengah baya
Dewasa tua
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu
faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini
disebabkan oleh norma-norma yang salah yang dianut oleh keluarga, dimana
setiap anggota yang tidak produktif seperti usia lanjut, berpenyakit kronis, dan
penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.
d)
Faktor biologis
Faktor Presipitasi
Terjadinya gangguan hubungan sosial juga dapat ditimbulkan oleh faktor internal
dan eksterna seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
a)
Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditimbulkan oleh
faktor sosial budaya seperti keluarga.
b)
Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress terjadi akibat ansietas atau
kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat
tuntunan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya
kebutuhan individu (Ade Herman Surya D., 2011: 123-125).
3)
Sumber Koping
4)
Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang sering digunakan pada menarik diri adalah regresi,
represi dan isolasi.
5)
a)
Kognitif
b)
Afektik
c)
Perilaku
d)
Sosial
e)
fisiologis
Pohon Masalah
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa pada klien dengan gangguan isolasi sosial adalah sebagai berikut:
a.
Isolasi sosial
b.
c.
Halusinasi
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosis Keperawatan : Aplikasi Pada Praktis Klinis
Edisi 9. Jakarta : EGC.
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Keliat, Budi Anna. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 3. Jakarta :
EGC.
Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC
Nursing Poltekes. 2012. Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial. (Online),
(http:// keperawatanpoltekkes26.blogspot.com/2012/01/asuhan-keperawatanisolasi-sosial.html, diakses pada 19 Oktober 2013).
alusinasi (misal : saat berbicara dengan orang lain, saat melakukan kegiatan)
Beri kesempatan kepada klien untuk mencoba cara yang telah dipilihnya.
Sarankan kepada klien agar segera memberitahukan perawat bila halusinasinya timbul.
Bersama klien membuat rencana kegiatan yangsesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya.
Beri informasi kepada klien tempat dia minta bantuan apabila sulit mengendalikan diri saat
halusinasinya timbul.
2.2 Jelaskan kepada klien dan keluarga manfaat obat terhadap kesehatan,
efek
samping yang mungkin timbul serta cara-cara mengatasinya.
2.3. Jelaskan kepada keluarga tanda-tanda halusinasi, cara mengatasi serta
fasilitas
kesehatan yang dapat digunakan.
3. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
3.1. Bimbing klien memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan
Jelaskan kepada klien bahwa makan, minum yang cukup perlu untuk kesehatannya
Ijinkan klien mengganti makanan apabila dia mempunyai persepsi salah terhadap makanan terrentu.
3.2 Bimbing klien melaksanakan kebersihan diri
3.3 Bimbing klien melakukan kegiatan
4. Terapi Somatik
BAB IV
PELAKSANAAN PROSES KEPERAWATAN
Pelaksanaan proses keperawatan dalam bab ini disajikan dalam bentuk umum dan yang
telah dilakukan pada klien. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada lampiran.
1.
2.
Diagnosa Keperawatan : Penampilan diri kurang adequat (kebersihan diri kurang) sehubungan
dengan kurangnya minat merawat diri.
Tujuan : Klien mau meningkatkan kebersihan diri dan menerima stimulus eksternal
Tindakan :
Menjelaskan pentingnya kebersihan diri, membantu klien dalam upaya kebersihan diri, menyediakan
sarana untuk kebersihan diri ; sabun mandi, sikat gigi, odol, handuk, pakaian, sandal, mendorong
klien untuk melaksanakan kebersihan diri secara mandiri, memotivasi klien untuk mempertahankan
kebersihan secara teratur dan terus menerus, memberi dorongan pada keluarga untuk memberikan
dukungan terhadap pemeliharaan kebersihan diri klien.
Evaluasi :
Klien mau mengerti tentang pentingnya kebersihan, dapat menyebutkan manfaat kebersihan
diri, mau melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat, mau melakukan kebersihan diri
secara mandiri, keluarga membantu dalam hal penyediaan fasilitas dan alat kebersihan; sabun
mandi, pasta gigi, serta memberikan dorongan pada saat kunjungan.
Tindak lanjut :
Ingatkan setiap ada kegiatan kebersihan diri dan kolaborasi dengan staf ruangan untuk penyediaan
fasilitas dan alat kebersihan diri dan pemberian stimulus secara kontinyu
3.
BAB V
PEMBAHASAN
Dalam bab pembahasan ini akan dijelaskan sejauh mana keberhasilan tindakan keperawatan
secara teoritis yang telah diaplikasikan pada kasus Tn. M, dimana proses terjadinya menarik diri pada
klien hampir sama dengan teori yang ada yakni disebabkan oleh harga diri yang rendah. Harga diri
rendah disebabkan beberapa kegagalan dan kekecewaan yang pernah dialami pada masa
lalu hingga menyebabkan klien mengisolasi diri dari lingkungan, tidak mau bergaul sesamanya, tidak
peduli segala aktivitas dan tidak memperhatikan penampilannya.
Adapun tindakan keperawatan menarik diri yang paling utama dan pertama adalah membina
hubungan saling percaya, meskipun tidak ada respon dari klien. Tindakan yang dilakukan perawat
antara lain : kontak sering dan singkat, memberi dukungan, mendengarkan ungkapan klien. Kontak
sering dan singkat pada klien hanya mampu 20 menit kemudian dilakukan modifikasi dengan
melakukan kontak selama 10 menit dengan jangka waktu 30 menit. Klien mau menerima tindakan
tersebut dan berhasil dengan baik.
Tindakan keperawatan tentang penampilan diri oleh karena kebersihan diri yang kurang
adalah membantu upaya kebersihan diri. Peran perawat adalah memberikan stimulasi yang terus
menerus dan menyiapkan fasilitas dan alat-alat kebersihan diri. Stimulasi yang kami lakukan adalah
memberikan dorongan, mengingatkan klien untuk mandi, menggosok gigi, cuci rambut dan memotong
kuku yang panjang. Modifikasi yang kami lakukan adalah kolaborasi dengan perawat ruangan dan
keluarga untuk memfasilitasi alat kebersihan diri dan memberikan stimulasi terus menerus pada klien.
Terapi aktivitas kelompok : gerak dan nyanyi yang dilakukan pada Tn M sangat membantu
klien untuk mengisi waktu luang. Hal ini karena, selama ini belum ada kegiatan yang terprogram
untuk klien menarik diri di ruangan. Kelompok juga mengenalkan klien kepada klien lain sebelum
mengikuti TAK. Klien ternyata mau memperkenalkan diri pada acara sosialisasi yang direncanakan.
Dari ketiga diagnosa keperawatan tersebut yang ditemukan pada Tn M dapat diselesaikan
seluruhnya.
BAB VI
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Setelah membandingkan teori dan pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Tn. M dengan
menarik diri, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Membina hubungan saling percaya pada klien menarik diri merupakan tindakan utama yang harus
dilakukan perawat dalam melakukan asuhan keperawatan klien menarik diri.
2. Terapi aktivitas kelompok : gerak, nyanyi yang terprogram dapat membantu memberikan kegiatan
pada klien menarik diri selama di Rumah Sakit.
3. Mengajarkan dan memberi stimulus yang terus menerus pada klien menarik diri diperlukan untuk
memelihara kebersihan diri secara bertahap.
1.
2.
3.
4.
B. Saran
Dari kesimpulan diatas kami menyarankan sebagai berikut :
Dalam memberikan asuhan keperawatan menarik diri hendaknya hubungan saling percaya dilakukan
secara bertahap, mulai dari perawat kemudian perawat lain serta pada klien lainnya
Kontrak yang dibuat bersama klien hendaknya dilakukan secara konsisten.
Terapi aktivitas kelompok dan stimulus hendaknya dilakukan secara teratur.
Memberikan reinforcement positip setiap melakukan kegiatan
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Fortinash, K.M. dan Worrest, H.A.P. (1991). Psychiatric Nursing Care Plans, St. Louis: Mosby Year Book.
Kumpulan Kuliah : Mata Ajaran Keperawatan Jiwa Dalam Konteks Keluarga. Disajikan di Fakultas Ilmu
Keperawatan -Universitas Indonesia, Jakarta: tidak dipublikasikan, 1997.
Rawlins, R.P, dan Heacock, P.E. (1993). Clinical Mannual of Psychiatric Nursing. St. Louis: Mosby Year Book.
Stuart, G.W, dan Sundeen, S.J. (1991). Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 4 th ed. St. Louis:
Mosby Year Book.
Lampiran
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
I. Identitas Klien
Nama klien
Umur
Jenis kelamin
Suku
Status
Pekerjaan
Agama
Alamat
MRS
Postur tubuh
Penampilan
Kebiasaan
Informasi
: Tn. M .
: 33 Tahun
: Laki-laki
: Jawa
: Belum kawin
: Tidak bekerja
: Islam
: Slipi Petamburan III/25 RT 05 / 04
Kelurahan Slipi
Jakarta Barat
: 10 Januari 1995
: Klien tampak kurus, TB: 176 cm, BB: 42,5 kg,
:Kulit kotor dan berbau dikurumuni lalat , gigi kuning,
mulut kotor dan bau, rambut acak-acakan dan kotor,
mata banyak kotoran, kuku panjang dan kotor
kehitaman disela-sela kuku, disela-sela jari tangan
terdapat luka bekas garukan , kedua kaki bersisik dan
terdapat luka-luka kecil bekas garukan.
Sering menyendiri di tempat tidur dan kadangkadang : tersenyum sendiri, mulut komat-kamit,
melakukan gerakan stereotipe dengan menggesekgesekkan jari-jari tangan kanan dan kiri, dan suka
merebut makanan dari klien lain saat makan.
Klien, keluarga dan perawat ruangan serta status klien.
c. Gaya komunikasi
Klien tidak suka berbicara, kadang-kadang bicara sendiri, tidak jelas, bicara bila
waktu makan untuk minta makanan.
d. Pola interaksi
Klien jarang berinteraksi dengan klien lain dan perawat. Klien lebih suka tiduran di
tempat tidur serta melamun. Didalam berinteraksi klien lebih suka diam, mendengarkan pembicaraan
orang lain atau mengalihkan perhatian kearah lain. Klien lebih mengharapkan kedatangan
keluarganya.
e. Pola pertahanan
Klien berespon pada perawat, bila ditanya, tidak mau berespon pada klien lain, apa yang dikatakan klien
tidak sesuai dengan reaksi non verbal klien.
IV. Pengkajian sosial
a. Pendidikan dan pekerjaan :
Pendidikan terakhir SMP tidak lulus, tidak bekerja.
b. Hubungan sosial
Klien tidak berinteraksi dengan klien lain dan suka menyendiri di pojok ruangan.
c. Faktor sosial budaya
Klien tidak aktif dalam mengikuti kegiatan keagamaan, kurang mengikuti kegiatan kemasyarakatan, klien
lebih dekat dengan kakak nomor satu.
d. Gaya hidup
Klien tinggal bersama keluarga, rumah permanen.
V. Pengkajian Keluarga
Genogram
3 x sehari
3 x sehari
Klien tidak ada riwayat alergi / gatal-gatal terhadap makanan atau obat-obatan.
B. Kebiasaan sekarang
1. Penampilan diri
Penampilan klien ; Badan kotor dan bau, rambut kotor dan tidak disisir, gigi kuning,
tidak pernah pakai baju,mulut kotor dan bau, serta kuku panjang dan hitam / kotor. Tidak pernah mandi,
cuci rambut dan tidak sikat gigi.
2. Rokok
Klien tidak merokok
3. Minuman keras
Klien mengatakan tidak pernah meminum minuman keras, seperti yang mengandung alkohol.
4. Pola tidur
Klien cenderung tidur terus atau bila ada yang mendekati pura-pura tidur, tidur tida terpola.
5. Pola makan
Klien makan tiga kali sehari menghabiskan porsi yang diberikan, kadang-kadang merebut makanan klien
lain. Klien makan bersama-sama temannya.
6. Pola eliminasi
Tidak terpola.
7. Tingkat aktifitas
Lebih banyak diam, menyendiri di sudut ruangan, tidak pernah mengikuti kegiatan ruangan.
8. Tingkat energi
Klien tampak malas, dan tiduran terus.
VIII Status atau Keadaan Mental
A. Kebenaran data:
Informasi yang diberikan oleh klien ada yang kurang sesuai dengan apa yang disampaikan oleh
keluarganya saat melakukan kunjungan rumah.
B. Status sensorik:
Penglihatan
Pendengaran
Penciuman
Pengecapan
Perabaan
Fungsinya baik.
:
Fungsinya baik.
:
Tak ada kelainan
: Tak ada kelainan
: Ada rasa gatal
C. Status persepsi
Klien berperilaku sesuai dengan stimulus yang diberikan
D. Status motorik
Motorik kasar:
Klien berjalan, berpakaian, dan dapat makan minum, mandi dan lain-lain.
Motorik halus :
Klien mampu menulis, menggenggam sesuatu, memasukan kancing ke dalam
lubang kancing tanpa tremor.
E. Afek
Emosi yang ditunjukan sesuai dengan apa yang diungkapkan.
Misalnya jika klien menceritakan hal-hal yang sedih, klien menangis.
F. Orientasi
Klien mengenal orang yang ada disekitarnya. Klien mengetahui berada di RSJ
Klien tidak mengetahui waktu.
G. Ingatan
Klien tidak dapat mengingat kejadian yang pernah dialami. Contoh ketika ditanya kapan
dibawah ke rumah sakit, klien mengatakan tidak tahu.[WORD1]
H. Daya tilik diri (insigt)
Klien tidak mengetahui penyebab di rawat di rumah sakit (insigt negatif)
DATA
DS :
Ibu mengatakan sejak mengalami gegar otak klien
lebih pendianm dan sering menyendiri dikamar.
DO :
Klien sering menyendiri dipojok ruangan, tidur
telanjang dengan posisi fetus, tidak berespon
terhadap sapaan perawat, tidak berinteraksi
dengan klien lain dan perawat, beranjak dari
tempatnya hanya saat pembagian makanan.
DS :
Ibu menyatakan sejak gegar otak klien mengeluh
sulit berkonsentrasi, mengatakan pelajaran
disekolah sulit dan takut tidak lulus sekolah, klien
tidak lulus SMP, menjadi pengangguran dan
mengatakan malu dan sering diejek temannya.
DO :
Klien tidak berani kontak mata, menghindar bila
didekati, bila di tanya klien menunduk dan
melakukan gerakan stereotipe dengan menggesekgesekkan jari tangan.
DS :
Ibu mengatakan saat dirumah klien hanya
menyendiri dan tiduran, tidak melakukan kegiatan
apa-apa.
DO :
Klien tidak perduli dengan lingkungan dan
aktivitas lingkungan, klien beranjak dari tempat
duduknya hanya waktu makan.
DS :
DO :
Badan kotor, berbau dan dikurumunin lalat,
rambut acak-acakan dan kotor, mulut kotor dan
berbau, gigi kuning, mata kotor, disela-sela jari
tangan terdapat luka kecil bekas garukan, kuku
tangan panjang dan kotor, kaki bersisik ada luka
kecil bekas garukan, kuku kaki panjang dan kotor.
DS :
Ibu mengatakan sebelum masuk rumah sakit
klien pernah bicara sendiri, tidak jelas dan tidak
dapat dimengerti.
DO :
MASALAH
Menarik diri
Potensial halusinasi
DS :
Ibu mengatakan sejak mengalami gegar
otak klien lebih pendianm dan sering
menyendiri dikamar.
DO :
Klien sering menyendiri dipojok ruangan,
tidur telanjang dengan posisi fetus, tidak
berespon terhadap sapaan perawat, tidak
berinteraksi dengan klien lain dan perawat,
beranjak dari tempatnya hanya saat
pembagian makanan.
DS :
Ibu menyatakan sejak gegar otak
klien mengeluh sulit berkonsentrasi,
mengatakan pelajaran disekolah sulit dan
takut tidak lulus sekolah, klien tidak lulus
SMP, menjadi pengangguran dan
mengatakan malu dan sering diejek
temannya.
DO :
Klien tidak berani kontak mata,
menghindar bila didekati, bila di tanya
klien menunduk dan melakukan gerakan
stereotipe dengan menggesek-gesekkan jari
tangan.
DS :
Ibu mengatakan saat dirumah klien hanya
menyendiri dan tiduran, tidak melakukan
kegiatan apa-apa.
DO :
Klien tidak perduli dengan lingkungan dan
aktivitas lingkungan, klien beranjak dari
tempat duduknya hanya waktu makan.
Menarik diri
DS :
DO :
Badan kotor, berbau dan dikurumunin lalat,
rambut acak-acakan dan kotor, mulut kotor
dan berbau, gigi kuning, mata kotor, diselasela jari tangan terdapat luka kecil bekas
garukan, kuku tangan panjang dan kotor,
kaki bersisik ada luka kecil bekas garukan,
kuku kaki panjang dan kotor.
DS :
Ibu mengatakan sebelum masuk rumah
sakit klien pernah bicara sendiri, tidak jelas
dan tidak dapat dimengerti.
Potensial halusinasi
DO :
Klien tampak komat-kamit, tertawa
sendiri.
DS :
Ketika dikenalkan dengan klien lain,
klien sering menyatakan saya mahasiswa
pajajaran.
Ibu menyatakan klien tidak lulus SMP
DO :
Klien tidak lulus SMP
No
1.
Tgl.
Dx. Keperawatan
17/4/97
Potensial Halusinasi
s/d peri-laku menarik
diri.
Data Obyektif:
klien menyendiri
dipojok
tidur telanjang dengan
posisi fetus
tidak berespon
terhadap sapan
perawat
tidak berinteraksi
dengan perawat dan
klien lain
beranjak dari
tempatnya hanya
waktu makan
Tujuan
Klien tidak
mengalami
halusinasi.
Tupen :
1.Klien dapat
membina hubungan
saling percaya.
Perencanaan
Kriteria Evaluasi
Tindaka
1. Sesudah 2 kali
1. Bina hub
pertemuan, klien dapat percaya :
berinteraksi dengan
sapa klien
perawat.
verbal mau
Klien mau membalas Perkenalka
sapaan perawat.
menyebut n
Klien mau
jelas.
berkomunikasi dengan Jelaskan m
perawat.
pertemuan.
Buat kontr
Selalu kon
interaksi
Tunjukkan
dan penuh
klien
Terima klie
Mulai inte
hal yang d
Data Subyektif:
Ibu mengatakan, sejak
mengalami gegar
otak, klien lebih
pendian dan sering
menyendiri di kamar
2 .Kontrol
perawat
- selalu siap
klien
- Jawab per
secara jujur
-perhatikan
sesuai oleh
seperti;sam
menggunak
trapeutik dl
klien.
- hindari po
yang mema
rahasia di d
tidak meng
2. Klien dapat
mengenal perasaan
1 Klien akan
mengekspresikan
1. Dorong k
mengungka
yang menyebabkan
perilaku menarik
diri dari lingkungan
sosial.
3.Klien
menunjukkan
penurunan perilaku
menarik diri
perasaannya setelah
pertemuan 2 kali.
2.Gunakan
terapeutik
3. Bersama
mengidenti
jika klien ti
dengan ora
4. Beri rein
atas kemam
mengungka
2. Klien akan
1.Dorong k
menyatakan
mengungka
kepuasannya atas
terhadap hu
hubungan
perawat.
dengan perawat
sesudah 2 kali
pertemuan.
1. Setelah 5 kali
1.Secara bert
pertemuan klien dapat
dalam kelo
berhubungan dengan
menghadirk
perawat dan klien lain
dengan klie
yang ada di ruangan
berkomunik
2.Usahakan p
non verbal
jelas dan ko
komunikas
3.Lakukan pe
interaksi se
sering
4.Beri reinfo
atas apa ya
klien
5.Gunakan te
peran untuk
mengenal p
serta respon
2. Setelah 6-8 kali
dalam men
pertemuan klien dapat
berhubunga
mengembangkan
lain
hubungan melalui;
Keikutsertaan dalam
aktifitas di ruangan
1.Motivasi k
Keikutsertaan dalam
mengikuti a
kelompok terapi
ruangan;
Inisiatip berinteraksi
2.membersih
menyapu, m
membersih
3.Beri penjel
tindakan da
reinforcem
keikutserta
kelompok
4.Keluarga dapat
berpar-tisipasi diri
dalam perawatan
klien
4.Beri penjel
Keluarga dapat
keikutserta
menyebutkan hal-hal
kelompok d
yang harus dilakukan
jadwal hari
selama klien di rawat di dilakukan u
rumah sakit Menjenguk waktu luan
klien minmal satu kali
seminggu
5.Anjurkan k
Ikut terlibat dalam
secara man
perawatan dan
berhubunga
pengobatan
lain.
Diskusikan
keluarga :
perilaku kli
penyebab p
diri dan car
menghadap
menarik dir
2
17/4/97
Tupan:
Klien mampu
berpenampilan diri
secara adequat
Tupen:
Setelah 3-4 kali
pertemuan
klien dapat mengerti
tentang
pentingnya
kebersihan diri
1. Klien dapat
Motivasi k
menyebutkan kembali
mengemuk
pengertian kebersihan
kebersihan
diri;
bersih dan
badan bersih dan tidak
berbau
rambut bersih dan rapi Dorong ang
gigi bersih
untuk mem
kuku pendek dan tidak kepada klie
kotor
berkomunik
baju yang dipakai
lain
bersih dan rapi
2.Klien mampu
Motivasi k
menyebutkan kembali
menyebutk
pentingnya kebersihan
dan kotor
diri yaitu;
mencegah penyakit
kulit
menjaga kebersihan
gigi dan mulut
mencegah masuknya
kuman melalui kuku
yang kotor
memberi perasaan segar
kebersihan
menggali p
yang berhu
kebersihan
3.Klien dapat
jelaskan ca
menjelaskan cara
kebersihan
menjaga kebersihan diri mandi 2 ka
antara lain;
gosok gigi
mandi 2 kali sehari
ganti pakai
pakai sabun
cuci rambu
menggosok gigi 2 kali
gunting kuk
sehari dengan pasta gigi
mengganti pakaian 2
2.Klien mampu
kali sehari
melakukan usaha
mencuci rambut 2 kali
mencapai kebersihan seminggu
diri dengan bantuan memotong kuku bila
perawat setelah 3-4
panjang
kali pertemuan
Ajarkan kli
sesuai pros
1.Klien mampu
mendemonstrasikan c Bimbing kl
ara memelihara
menggosok
kebersihan diri yaitu;
mandi pakai sabun,
Beri kesem
bilas sampai bersih,
mendemon
menggosok gigi, ganti
menggosok
pakaian, mencuci
rambut, memotong
Ingatkan da
kuku
untuk meng
Ajarkan ca
secara bena
Beri kesem
untuk menc
Ingatkan un
rambut dua
Amjurkan
mengganti
Anjurkan u
mempertah
diri setiap h
Kolaborasi
ruangan ten
fasilitas dan
diri seperi :
mandi, sabu
dan pakaian
Bekerja sam
keluarga da
fasilitas dan
diri : sabun
3.Klien dapat
melaksanakan
kebersihan diri
secara mandiri
1.Klien dapat
Monitor kl
melaksanakan
melaksanak
kebersihan diri secara
secara terat
rutin dan teratur
sesudah 5 kali
Beri doron
pertemuan :
klien agar k
mandi , gosok gigi,
melaksanak
ganti pakaian 2 kali
teratur.
sehari, mencuci rambut
2 kali seminggu,
Ajarkan da
menggunting kuku.
unuk melak
sebagai ber
gigi, dan ga
mencuci ra
seminggu,
4.Klien dapat
mempertahankan
kebersihan diri
secara teratur dan
terus menerus.
5.Keluarga dapat
memberikan
1.Keluarga selalu
mengingatkan klien
Beri reinfo
berhasil me
kegiatan d
Kolaborasi
perawat un
kebersihan
Jelaskan pa
tentang pen
dorongan terhadap
perkembangan
kesehatan klien
dalam hal menjaga
kebersihan diri
hal-hal yang
berhubungan dengan
kebersihan diri
minat menj
Diskusikan
tentang keg
rumah saki
kebersihan
Jelaskan pa
tentang ma
kebersihan
2.Keluarga menyiapkan
sarana untuk membantu Anjurkan p
klien dalam menjaga
menyiapka
kebersihan diri
menjaga ke
Diskusikan
cara memb
kebersihan
D. Pohon masalah
E.
1.
a.
b.
c.
2.
a.
1)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
2)
a)
b)
c)
d)
2) Data subyektif:
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab
dengan singkat, ya atau tidak.
c. Gangguan konseps diri: harga diri rendah
1) Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri.
2) Data subyektif:
Klien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh / tidak tahu apa apa,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri.
F. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi . berhubungan dengan
menarik diri.
2. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
G. RENCANA TINDAKAN.
Diagnosa Keperawatan 1: Resiko perubahan persepsi sensori:
halusinasi. Berhubungan dengan menarik diri
1. Tujuan umum:
Tidak terjadi perubahan persepsi sensori: halusinasi .
2. Tujuan khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien jika mungkin perawat
yang sama.
klien
melalui
DAFTAR PUSTAKA
Azis R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino
Gondoutomo. 2003
Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric nursing : contemporary practice. Philadelphia :
Lipincott-Raven Publisher. 1998
Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999
Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC.
1998
Stuart, G.W and Sundeen. Principle and practice of psychiatric nursing. 5thed.
St Louis Mosby Year Book.1995
DEFINISI
1.
2.
b.
4.
5.
tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang
lain (DepKes, 1998).
6.
7.
8.
Menarik Diri adalah suatu tindakan melepaskan diri dari alam sekitarnya,
individu tidak ada minat dan perhatian terhadap lingkungan sosial secara
langsung. (Petunjuk teknis Askep pasien gangguan skizofrenia hal
53).
9.
2.
Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma
norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku di masyarakat.
Respon adaptif terdiri dari :
1.
1.
2.
2.
3.
4.
B.
Respon maladaptive
1.
2.
pada individu yang menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut
tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
3.
3.
4.
5.
6.
tidak percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan
dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan
keinginan dan meresa tertekan.
Sedangkan faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena
menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan fakto
psikologis seperti berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan
orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga
sehingga menyebabkan klien berespons menghindar dengan menarik diri
dari lingkungan (Stuart and Sundeen, 1995).
Penyebab dari Menarik Diri
Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah. Harga
diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga
diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan
yang diekspresikan secara langsung maupun tak langsung.
Tanda dan gejala harga diri rendah :
Ada 10 cara individu mengekspresikan secara langsung harga diri
rendah (Stuart dan Sundeen, 1995)
a.
b.
c.
d.
Manisfestasi fisik : tekanan darah tinggi, psikosomatik, dan
penyalahgunaan zat.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Kebencian dan penolakan terhadap diri sendiri. Tanda Dan Gejala
Harga Diri Rendah
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit (rambut botak karena terapi)
2.
3.
4.
5.
Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
Pohon Masalah
Data Subjektif :
Sukar didapati jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa data subjektif
adalah menjawab pertanyaan dengan singkat, seperti kata-kata tidak ,
iya, tidak tahu.
Data Objektif :
Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan :
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
Menghindari orang lain (menyendiri), klien nampak memisahkan diri dari
orang lain, misalnya pada saat makan.
Komunikasi kurang / tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan
klien lain / perawat.
Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
Berdiam diri di kamar / tempat terpisah. Klien kurang mobilitasnya.
Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan
atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pengkajian
Identitas klien
Pada umumnya idetitas klien yang dikaji pada klien dengan masalah
utama Kerusakan Interaksi Sosial Menarik Diri adalah : biodata yang
meliputi nama, umur, terjadi pada umur atara 15 40 tahun, bisa terjadi
pada semua jenis kelamin, status perkawinan, tangggal MRS , informan,
tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien. dan agama
pendidikan serta pekerjaan dapat menjadi faktor untuk terjadinya
penyakit Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri.
2)
Faktor predisposisi
Keluhan fisik
Aspeks psikososial
Hubungan sosial
Status mental
a)
Penampilan: Pada klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial : Menarik
Diri berpenampilan tidak rai, rambut acak-acakan, kulit kotor, gigi kuning,
tetapi penggunaan pakaian sesuai dengan keadaan serta klien tidak
mengetahui kapan dan dimana harus mandi.
b)
Pembicaraan: Pembicaraan klien dengan Kerusakan interaksisosial
Menarik Diripada umumnya tidak mampu memulai pembicaraan, bila
berbicara topik yang dibicarakan tidak jelas atau kadang menolak diajak
bicara.
c)
Aktivitas motorik: Klien tampak lesu, tidak bergairah dalam
beraktifitas, kadang gelisah dan mondar-mandir.
d)
Alam perasaan: Alam perasaan pada klien dengan Kerusakan
Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri biasanya tampak putus asa
dimanifestasikan dengan sering melamun.
e)
Afek: Afek klien biasanya datar, yaitu tidak bereaksi terhadap
rangsang yang normal.
f)
Interaksi selama wawancara: Klien menunjukkan kurang kontak
mata dan kadang-kadang menolak untuk bicara dengan orang lain.
g)
Persepsi
Isi pikir
Proses pikir
Kesadaran
Memori
n)
Kemampuan penilaian
Klien tidak mengalami gangguan dalam penilaian
Daya tilik diri
7)
a) Makan
Klien mengalami gangguan daya tilik diri karena klien akan mengingkari
penyakit yang dideritanya.
b) BAB / BAK
Kemampuan klien menggunakan dan membersihkan WC kurang.
c) Mandi
Klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri bisanya
tidak memiliki minat dalam perawatan diri (mandi)
d) Istirahat dan tidur: Kebutuhan istirahat dan tidur klien biasaya
terganggu
8)
Mekanisme koping
Koping yang digunakan klien adalah proyeksi, menghindar dan kadangkadang mencedrai diri.
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakannya
pada orang orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri).
Mekanisme koping yang sering digunakan pada klien menarik diri
adalah regresi, represi, dan isolasi.
9)
Meliputi diagnosa medis dan terapi obat-obatan yang
digunakan oleh klien selama perawatan.
1.
Status Mental
ASPE MEDIK
PENATALAKSANAAN
Menurut Keliat, dkk.,(1998), prinsip penatalaksanaan klien menarik diri
adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Lindungi klien
i.
Rekreasi
j.
k.
l.
1. Clorpromazine (CPZ)
Indikasi: Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma
sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi -fungsi mental:
waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau,
tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari -hari, tidak
mampu bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
Mekanisme kerja: Memblokade dopamine pada reseptor paska sinap di
otak khususnya sistem ekstra piramidal.
Efek samping:Sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/
parasimpatik,mulut kering, kesulitan dalam miksi, dan defikasi, hidung
tersumbat,mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama ja
ntung),gangguan ekstra piramidal (distonia akut, akatshia,
sindromaparkinson/tremor, bradikinesia rigiditas), gangguan endokrin,
metabolik, hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka
panjang.
TerapiFarmakologi:
PENGERTIAN
Psikofarmaka adalah obat-obatan yang digunakan untuk klien dengan
gangguan mental. Psikofarmaka termasuk obat-obatan psikotropik yang
bersifat neuroleptika (bekerja pada sistem saraf). Pengobatan pada
gangguan mental bersifat komprehensif, yang meliputi:
1.
2.
Psikoterapeutik
3.
Terapi modalitas
Terapisomatis
Terapi somatis adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan
gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif
menjadi perilaku adaptif dengan melakukan tindakan yang ditujukan pada
kondisi fisik klien. Walaupun yang diberikan perlakuan fisik adalah fisik
klien, tetapi target terapi adalah perlakuan klien. Jenis terapi somatik
adalah meliputi pengikatan, ECT, isolasi, dan fototerapi1.
1.
Pengikatan
Isolasi
Fototerapi
Terapi deprivasi tidur adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan
mengurangi jumlah jam tidur klien sebanyak 3,5 jam. Cocok diberikan
pada klien dengan depresi.
c.
Terapi Modalitas
Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Tetapi ini
diberikan dalam upaya mengubah perilaku klien dari perilaku yang
maladaptif menjadi perilaku adaptif. Jenis-jenis terapi modalitas antara
lain1 :
1.
Aktifitas Kelompok
Terapi keluarga
Terapi Rehabilitasi
Terapi Psikodrama
Terapi Lingkungan
2.
3.
4.
5.
KONSEP PSIKOFARMAKOLOGI
1.
Sawar darah otak melindungi otak dari fluktuasi zat kimia tubuh,
mengatur jumlah dan kecepatan zat yang memasuki otak
2.
3.
4.
ECT:
Psikomotor:
Terapi okupasional:
TAK:
Rehabilitas:
III. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah identifikasi atau penilaian pola respons baik
aktual maupun potensial (Stuart and Sundeen, 1995)
Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari
pengkajian adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Intoleransi aktifitas.
7.
A.
Masalah Utama
Faktor Predisposisi
1)
Faktor perkembangan
Faktor biologis
1)
Stresor psikologis
5.
7.
No
.
1.
DAFTAR MASALAH
Data Fokus
Masalah
Etiologi
DO :Berbicara dan
tertawa sendiri
Perubahan
Persepsi
sensori
halusinasi
Isolasi sosial
Bersikap seperti
mendengar atau melihat
sesuatu.
Berhenti berbicara di
tengah kalimat seperti
mendengar sesuatu.
Disorientasi.
DS :
Pasien mengatakan :
Mendengar suara suara,
melihat gambaran tanpa
adanya stimulasi yang
nyata, mencium bau tanpa
stimulasi.
DO:-
Tidur berlebihan
Tidak memeprdulikan
lingkungan.
Kegiatan menurun,
mobilitas kurang
2.
3,
Klien mengatakan
lebih suka sendiri daripada
berhubungan dengan orang
lain.
DO :Klien tampak
lebih suka menyendiri,
bingung bila disuruh memilih
alternative tindakan,
menciderai diri/mengakhiri
kehidupan.
DS :
KLien mengatakan
saya tidak bisa, saya tidak
mampu, bodoh tidak tau apa
apa, mengkritik diri sendiri,
mengungkapkan rasa malu
Gangguan
isolasi sosial
: menari diri
Harga diri
rendah
Harga diri
rendah
Mekanisme
koping tidak
adekuat
2.
a.
Masalah Keperawatan
1)
2)
3)
b.
1)
a)
Data Subjektif
b)
Data Objektif
Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan
sesuatu
Disorientasi
2)
a)
Data obyektif
Data subyektif
a)
Data obyektif
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri
b)
Data subyektif
Klien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh / tidak tahu apa
apa, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri.
3.
Diagnosa Keperawatan
a.
b.
c.
Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak
efektifnya koping individu : koping defensif.
4.
Fokus Intervensi
a.
Perubahan persepsi sensori : halusinasi. berhubungan dengan
menarik diri
Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi
halusinasi
Tujuan Khusus :
1)
klien
2)
Tindakan :
a)
Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
berhubungan dengan orang lain
orang lain
Rasional :
biasa dilakukan.
b)
Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain
melalui tahap :
KP
: Klien Perawat
K P P lain
: Klien Keluarga/Kelompok/Masyarakat
c)
d)
e)
Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu
f)
g)
Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan
ruangan
5)
Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan
dengan orang lain
Rasional : Dapat membantu klien dalam menemukan cara yang dapat
menyelesaikan masalah
Tindakan :
a)
Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan
dengan orang lain
b)
Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan
dengan orang lain
c)
Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain
6)
jelaskan tujuan
buat kontrak
b)
c)
Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien
untuk berkomunikasi dengan orang lain
d)
Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk
klien minimal satu kali seminggu
e)
Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh
keluarga
7)
b.
Tujuan umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
Tujuan khusus :
1)
c)
d)
Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien
e)
f)
g)
h)
2)
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
Rasional :
b)
c)
3)
Rasional :
4)
Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
Rasional :
sendiri
melaksanakan kegiatan
Tindakan :
a)
Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan
Kegiatan mandiri
b)
c)
5)
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuannya
Rasional :
c)
6)
Rasional :
Tindakan :
a)
Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien dengan harga diri rendah
b)
c)
DAFTAR PUSTAKA
1.
Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3.
Jakarta : EGC. 1998
2.
Budi Anna Keliat. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik
Diri. Jakarta : FIK UI. 1999
3.
Townsed, Mary C. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada
Keperawatan Psikiatri:pedoman untuk pembuatan rencana keperawatan.
Edisi ketiga. Alih Bahasa: Novi Helera C.D. Jakarta. EGC. Jakarta1998.
4.
Daftar Pustaka
Townsend M. C, (1998). Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan
Psikiatri, Pedoman untuk Pembuatan Rencana Keperawatan , Jakarta :
EGC.
Anna Budi Keliat, SKp. (2000). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial
Menarik Diri, Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia..