Você está na página 1de 10

Ruptur Anterior Cruciate Ligament

pada Laki Laki 25 Tahun


Jesika Souhoka
Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510. tlp: (021)-56942061, fax: (021)5631731
Email: souhoka.jesika@gmail.com

Pendahuluan
Anterior cruciate ligament (ACL) adalah ligament yang menjaga kestabilan
sendi lutut. Cedera ACL sering terjadi pada olah raga high-impact, seperti
sepak bola, futsal, tenis, badminton, bola basket dan olah raga bela diri.
ACL adalah ligament yang paling sering mengalami cedera pada lutut.
Penyebab utama terjadinya ACL adalah aktivitas olah raga berat. Olah
raga yang sering menyebabkan cedera adalah olah raga dengan fisis foot
terfiksir dan badan berubah arah dengan cepat, misalnya pada pemain
sepak bola atau basket.
Insidensi cedera ACL berdasarkan AFL injury report: musim 2006 adalah
0,9 cedera baru/tim/musim dan cedera ini menyebabkan para pemain
sepak bola melewatkan 15.3 permainan/tim/musim. Setiap tahun di
Amerika serikat terjadi 250.000 cedera ACL, atau sekitar 1 dari 3000
populasi. Sekitar sepertiga dari pasien yang mengalami cederaACL
memerlukan pembedahan, dengan biaya 17.000 dollar amerika serikat.
Dengan demikian biaya yang dikeluarkan sangat besar sekali.

Pembahasan
Anamnesis
Anamnesis bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai penyakit
pasien dan membuat diagnosis banding. Anamnesis yang baik akan
sangat membantu dalam mengarahkan keluhan pasien ke diagnosis
penyakit tertentu.1
Pada kasus seperti ini dapat ditanyakan beberapa hal kepada pasien
untuk memastikan apa yang dialami oleh pasien. Pertanyaan yang dapat
diajukan antara lain:

Sejak kapan rasa sakit dialami?


1

Apakah ada aktivitas yang mendahului rasa sakit tersebut?


Apakah ketika berdiri pasien terasa goyah?
Apakah terdengar suara pop saat terjadinya cedera?

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menegakkan diagnosis. Pada kasus
seperti ini dicurigai adanya robekan pada ligamen cruciatum anterior.
Untuk memastikan kecurigaan dapat dilakukan beberapa metode
pemeriksaan untuk mengetahui apakah benar ada robekan pada ligamen
tersebut atau tidak. Metode pemeriksaan yang dilakukan antara lain
adalah anterior drawer test, pivot shift test, dan lachmans test.2
Pemeriksaan yang memberikan hasil paling akurat dalam menegakkan
diagnosis ruptur ligamen cruciatum anterior adalah tes lachman dengan
sensitivitas 87%-98% pada kasus akut. Sedangkan tes yang paling sering
dilakukan adalah anterior drawer test, akan tetapi anterior drawer test
hanya positif pada 50% kasus cedera ligamentum cruciatum anterior
(anterior cruciate ligamen/ACL) jika posterior horn dari meniscus medialis
dan kapsul posterior masih menempel.
Lachmans test dilakukan dengan cara memposisikan pasien berbaring
dengan keadaan femur sedikit eksorotasi dan lutut dalam keadaan sedikit
difleksikan untuk merelaksasikan otot otot hamstring. Pemeriksa
memegang femur dengan erat menggunakan satu tangan dan satu
tangan lagi memegang tibia di bawah persendian. Lalu pemeriksa
menarik tibia ke anterior dengan menahan femur pada posisi dengan
mendorongnya ke posterior. Jika terjadi ruptur pada ACL maka akan terjadi
pergeseran berlebihan dari tibia ke arah anterior jika dibandingkan
dengan keadaan normalnya.2
Anterior drawer test dilakukan dengan memposisikan pasien berbaring
dengan lutut difleksikan. Pemeriksa memegang tibia di atas caput medial
dan lateral dari musculus gastrocnemius dengan kedua tangan dengan
ibu jari diletakkan pada sisi dari ligamen patella. Pemeriksa harus
memastikan bahwa otot-otot hamstring dalam kondisi relaksasi sebelum
melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan dilakukan dengan menarik tangan
ke arah anterior sehingga tibia tertarik ke arah anterior. Jika terjadi
perpindahan abnormal dari tibia ke arah anterior maka tes dikatakan
positif yang menunjukkan bahwa ada cedera dari ACL.2,3
Pivot shift test dilakukan dengan mengangkan tungkai pasien dengan
posisi fleksi dengan sendi lutut ekstensi. Pemeriksa melakukan sedikit
rotasi internal pada kaki lalu memfelksikan lutut pasien. Jika terjadi

pergeseran tibia ke arah lateral akibat rusaknya ligamen, tes dikatakan


positif.2,4

.
Gambar 1. Lachmans test

Gambar 2. Anterior drawer test

Gambar 3. Pivot shift test

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang bertujuan untuk memperkuat temuan yang
didapat pada pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan pada kasus cedera ligamen adalah:2,4

Foto rontgen 4 posisi untuk peninjauan lebih lanjut dari cedera yang
dialami
MRI untuk melihat kerusakan jaringan lunak
3

Pada dasarnya pemeriksaan penunjang tidak diperlukan untuk


mendiagnosis cedera ACL karena diagnosis dapat ditegakkan hanya dari
hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan.

Gambar 4. MRI ACL normal

Gambar 5. MRI ACL yang ruptur

Working Diagnosis
Diagnosis dari kasus ini adalah ruptur dari ligamentum cruciatum anterior
pada genu sinistra. Dimana ruptur dari ligamen ini umumnya disebabkan
karena gerakan berputar yang mendadak.

Differential Diagnosis
Diagnosis banding untuk kasus ini adalah ruptur dari ligamentum colateral
medial dan ruptur dari ligamentum cruciatum posterior.
Ruptur dari ligamentum colateral medial biasa terjadi jika terjadi trauma
kontak dengan objek dari arah lateral. Trauma dari arah lateral yang kuat
juga dapat mengakibatkan robekan ACL yang disertai dengan robekan
MCL dan meniscus medialis yang dikenal dengan terrible triad
ODonaughue.
Ruptur dari ligamentum cruciatum posterior (PCL) dapat terjadi jika terjadi
dorongan yang kuat dari depan tibia ke arah posterior. Pemeriksaan yang
dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis dari ruptur PCL adalah
posterior drawer test yang merupakan kebalikan dari anterior drawer
test.2

Etiologi dan Patofisiologi


Articulatio genu diperkuat oleh beberapa ligamen untuk mencegah
pergeseran posisi dari tulang-tulang pada persendian tersebut.
Ligamentum Cruciatum Anterior merupakan ligamen yang berfungsi untuk
4

mempertahankan kedudukan tibia agar tidak bergeser ke depan pada


articulatio genu.Ligamentum cruciatum posterior mempertahankan
kedudukan tibia agar tidak bergeser ke belakang. Ligamentum collateral
medial mempertahankan posisi tibia agar tidak bergeser ke arah medial
dan ligamentum collateral lateral mempertahankan fibula agar tidak
bergeser.5
Cedera pada ligamentum cruciatum anterior(anterior cruciate ligament /
ACL) dapat terjadi pada rotasi yang berlawanan arah dari femur dan tibia
akibat dari gerakan berputar atau mendarat dari sebuah lompatan.
Robekan pada ligamen ini mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan pada
sendi lutut. Robekan yang terjadi akan menimbulkan perdarahan dan
oedem. Ruptur ligamen cruciatum anterior ini dapat disertai kerusakan
pada meniscus medialis dan pada beberapa kasus yang parah dapat
disertai dengan ruptur dari ligamentum colateral medial.4

Gambar 6. Cedera ACL


Sekitar 70 persen dari kejadian cedera ACL terjadi melalui mekanisme
non-kontak dan 30 persen merupakan mekanisme karena kontak dengan
objek lain. Mekanisme yang tersering pada kejadian cedera ACL adalah
gerakan memutar yang disertai dengan perlambatan.2,6

Gejala Klinis
Pasien pada umumnya akan mendengar suara pop saat cedera terjadi
dan diikuti dengan ketidakstabilan lutut (goyah) secara mendadak.4
Pembengkakan lutut pada beberapa jam pertama dapat merupakan tanda
adanya perdarahan dalam sendi. Gerakan sendi akan terbatas karena
bengkak dan rasa nyeri.
5

Cedera pada ligamen dapat digolongkan menjadi beberapa tingkatan


sesuai dengan derajat keparahan dari cedera yang dialami. Penggolongan
tingkat keparahan cedera dapat digolongkan sebagai:2,3,4

Tingkat I
Pada tingkat ini terdapat sedikit hematom dan hanya beberapa
serabut dari ligamen yang putus yang disertai dengan nyeri yang
ringan dan bengkak.

Tingkat II
Pada tingkatan ini lebih banyak serabut ligamen yang putus dan
ligamen tertarik dan diperpanjang disertai dengan rasa sakit yang
lebih dan memar. Ligamen biasanya akan pulih tanpa perlu operasi
dengan penurunan kekuatan dengan sedikit ketidakstabilan.
Tingkat III
Ligamen tertarik hingga sobek menjadi dua seringkali disertai
dengan rasa nyeri yang tidak begitu hebat akan tetapi sendi
menjadi sangat tidak stabil.

Penatalaksanaan
Pada kasus cedera ACL penatalaksanaan dapat dilakukan dengan tindakan
bedah maupun tidak tergantung dari seberapa parah cedera yang dialami.
Pada kasus ruptur total dari ACL diperlukan tindakan pembedahan untung
mengganti ACL yang sobek agar kestabilan sendi lutut dapat kembali
dipertahankan seperti keadaan semula.4
Untuk penanganan cedera ACL tepat setelah terjadinya cedera yang
bertujuan untuk mengurangi nyeri dan bengkak. Selain itu penanganan
yang tepat setelah mengalami cedera dapat mengurangi komplikasi yang
timbul setelah operasi dilakukan. Tindakan yang dapat dilakukan setelah
cedera adalah:7

Rest
Lutut diistirahatkan dan tidak digunakan sampai bengkak hilang
Ice
Lutut dikompres dengan es atau air dingin yang bertujuan untuk
mengurangi pembengkakan dan rasa nyeri
Compression
Lutut dibalut dengan compression bandage untuk mengurangi
bengkak
Elevation
Pasien berbaring dengan posisi tungkai lebih tinggi dari jantung
yang bertujuan untuk mengurangi pembengkakan

Untuk tindakan pembedahan, kebanyakan sobekan pada ACL tidak boleh


dijahit dan disambung ke keadaan semula. Untuk melakukan tindakan
rekonstruksi ACL yang bertujuan untuk mengembalikan kestabilan lutut
diperlukan sebuah graft atau transplan. Transplan yang digunakan untuk
rekonstruksi ACL biasanya berupa autograft atau transplan yang diambil
dari organ tubuh sendiri. Transplan untuk rekonstruksi ACL yang paling
sering digunakan adalah graft dari ligamentum patella atau dari tendon
hamstring.

Gambar 7. Struktur persendian lutut


Pada penggunaan transplan dari ligamentum patella langkah-langkah
yang dilakukan adalah:2

ACL yang rusak dibuang lalu dibuat lubang sedikit pada femur
bagian distal.
Insisi dilakukan pada lutut dari patella sampai ke tibia
Melakukan pengeboran pada bagian femur distal dan tibia.
Pengeboran ini bertujuan untuk melakukan penanaman transplan
yang akan dijadikan pengganti ACL yang rusak.
Graft diambil dari ligamentum patella.
Graft yang sudah diambil dimasukkan ke dalam lubang yang sudah
di bor di femur dan tibia lalu difiksasi.

Gambar 8. Proses rekonstruksi ACL

Pada tindakan rehabilitasi pasca operasi, tindakan yang dilakukan


bertujuan untuk mengembalikan Range of Motion (ROM) dari sendi yang
dilakukan rekonstruksi ACL. Tindakan pertama yang dilakukan setelah
operasi adalah melakukan pergerakan dari sendi lutut di ruang operasi.
Biasanya dilakukan anestesi lokal pada lutut agar pasien tidak merasakan
nyeri ketika memfleksikan lutut. Proses ini bertujuan untuk melihat
apakah graft yang ditanam berada pada kondisi yang baik, tidak terlalu
kencang maupun tidak terlalu kendur.2
Proses berikutnya adalah dengan memicu pertumbuhan transplan dengan
memberikan tahanan beban dengan memfleksikan tungkai kontralateral.
Hal ini bertujuan agar transplan dapat cepat tumbuh sehingga keadaan
lutut dapat digunakan seperti pada kondisi normal.
Proses rehabilitasi ini merupakan suatu tindakan wajib dilakukan agar
hasil operasi yang dilakukan dapat optimal tanpa mengurangi fungsi dan
pergerakan dari sendi tersebut.

Edukasi
Cedera ACL merupakan cedera yang sering dialami oleh atlet-atlet
maupun orang-orang yang menekuni bidang olahraga tertentu seperti
sepak bola. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari
terjadinya cedera pada ACL antara lain adalah:2

Melakukan pemanasan sebelum melakukan olahraga. Hal ini


bertujuan agar otot-otot sudah siap digunakan saat berolahraga
sehingga tidak terjadi kaget pada otot sehingga meningkatkan
resiko cedera
Hindari melakukan gerakan yang tiba-tiba.
Gerakan yang dilakukan secara mendadak cenderung akan
memberikan gaya yang timbul secara mendadak pada bagian
tubuh. Gerakan memutar tiba-tiba misalnya, mengakibatkan
pergerakan abnormal dimana tibia masih berada pada posisi awal
sedangkan femur sudah melakukan rotasi. Hal ini akan
menimbulkan gaya yang besar pada ACL sehingga ACL dapat
mengalami ruptur.
Usahakan untuk melakukan pergerakan memutar menggunakan
kaki, bukan menggunakan lutut
Melatih otot-otot dan persendian dengan latihan yang teratur
Otot-otot dan persendian yang terlatih akan meningkatkan kekuatan
dari komponen-komponennya dimana hal tersebut akan mengurangi
resiko cedera.

Prognosis
Prognosis untuk kasus ACL umumnya baik. Penanganan yang tepat dalam
kasus cedera ligamen dapat mengembalikan ligamen yang rusak kembali
ke kondisi yang optimal dengan tindakan pembedahan sehingga
tercapainya tujuan stabilisasi lutut dan pengembalian fungsi normal.
Umumnya penggunaan optimal kembali ligamen yang cedera untuk
berolahraga dapat dilakukan enam bulan setelah tindakan bedah
dilakukan.2

Penutup
Kesimpulan
Jika kita lihat dari kegiatan dan juga kejadiannya pasien tersebut
kemungkinan besar terkena rupture anterior cruciate ligament, karena ia
mengalami sakit setelah melakukan putaran ketika hendak menendang
bola. Tetapi tidak menutup kemungkinan juga ia terkena rupture pada
ligament lutut lainnya sehingga pemeriksaan penunjang penting dilakukan
untuk memperkuat diagnosis.

Daftar Pustaka
1. Supartondo, Setiyohadi B. Anamnesis. Dalam: Setiadi S, Alwi I,
Sudoyo AW, Simadibarata M, Setiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Ed ke-6. Jakarta: Interna Publishing; 2014.h.125-7.

2. Johnson DH, Pedowitz RA. Practical orthopaedic: sports medicine &


arthroscopy. Philadelphia: Lippincott Williams &Wilkins; 2007.h.80827.
3. Szendroi M, Skaliczki G, Bartha M. Knee. Dalam: Szendroi M, Sim FH.
Color atlas of clinical orthopedics. Springer; 2009.h.425-7.
4. McRae R. Clinical orthopaedic examination. Elsevier; 2005.h.206-9.
5. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Gramedia:
Jakarta: Gramedia; 2009. h.97.
6. Boden BP, Sheehan FT, Torg JS, Hewett TE. Non-contact acl injuries:
mechanisms and risk factors. Diunduh dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3625971/.
7. http://www.rumahsakitmitrakemayoran.com/rekonstruksi-kerusakananterior-cruciate-ligament-acl-dengan-arthroskopi/.

10

Você também pode gostar