Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun oleh:
dr. Mohammad Satya Bhisma
Pembimbing:
dr. Hj. Setyorini
NIP. 19721004 200801 2 006
KATA PENGANTAR
Segala puji dipanjatkan hanya kepada Allah SWT, Tuhan pencipta semesta alam, yang
telah memberi petunjuk dan hidayah-Nya. Yang telah memberi setiap anugerah terindah,
kemudahan dan pertolongan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Mini Project untuk
program Dokter Interenship yang berjudul Gambaran Sanitasi Jamban dan Upaya
Peningkatan Pengetahuan Jamban Sehat Terhadap Warga Desa Banyuurip Kecamatan
Ujungpangkah Gresik.
Keberhasilan penulis dalam penulisan makalah mini project ini tentunya tidak lepas
dari berbagai pihak yang sangat membantu. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Puskesmas Ujung Pangkah Gresik dan Dinas Kesehatan
Gresik Jawa Timur dan semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Ketertarikan penulis dengan topik ini didasari oleh tingginya tingkat penderita diare di
kecamatan Ujung Pangkah ini dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang jamban sehat
Sehingga penulis ingin meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang jamban sehat.
Penulis menyadari bahwa makalah mini project ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua
pihak dan semoga Tugas mini project ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak lain.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..................................................................................................2
DAFTAR ISI .................................................................................................... ................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................5
1.1 Latar Belakang........................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................7
1.3 Tujuan...................7
1.4 Manfaat.....................................................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................8
2.1 Definisi.....................................................................................................................8
2.2 Jenis-jenis Jamban....................................................................................................9
2.3 Cara Memilih Jamban............................................................................................12
2.4 Tujuan Penggunaan Jamban...................................................................................12
2.5 Lokasi Pembuatan Jamban.....................................................................................13
2.6 Syarat Jamban Sehat...............................................................................................14
2.7 Penggunaan Septic Tank........................................................................................14
2.8 Cara Pemeliharaan Jamban....................................................................................17
2.9 Persyaratan Pembuangan Tinja..............................................................................17
2.10 Penggunaan Jamban di Indonesia.........................................................................18
2.11 Diare.....................................................................................................................18
BAB III METODE.................................................................................................................25
3.1.Jenis Metode .................25
3.1.1 Kuesioner Pengetahuan................................................................................27
3
BAB I
PENDAHULUAN
terjadi akibat terkontaminasi tinja adalah diare. Diare adalah gangguan buang air besar
(BAB) yang ditandai dengan BAB lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi cair,
dapat disertai dengan darah dan atau lendir.1
Di Indonesia, penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
utama. Masih tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare disebabkan karena
kesehatan lingkungan yang masih belum memadai disamping pengaruh faktor-faktor
lainnya seperti keadaan gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi, dan
perilaku masyarakat yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi
keadaan penyakit diare.1
Penyakit diare sampai saat ini masuk dalam urutan 10 penyakit terbanyak di Indonesia.
Walaupun terjadi penurunan kasus diare namun Puskesmas Ujungpangkah mencatat
penderita diare yaitu sebanyak .. kasus.5
Angka kejadian diare ini masih tinggi diperkirakan karena perilaku masyarakat yang
masih belum sesuai dengan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) yaitu belum
memiliki jamban sehat dan perilaku BAB di sungai. Hal ini terlihat dari rendahnya angka
penggunaan jamban sehat dari masyarakat Ujungpangkah pada tahun 2014. Dari rata-rata
semua kelurahan didapatkan persentase sebesar % yang memiliki jamban sehat dari
target minimal MDGs (Millenium Development Goals) sebesar 75%, hal ini tentu masih
sangat dibawah target.
Berdasarkan data inilah penulis tertarik untuk mengambil judul Plan of Action (PoA)
mengenai peningkatan penggunaan jamban sehat untuk menurunkan angka kejadian diare
di Kecamatan Ujungpangkah.
b. Tindakan apakah yang paling sesuai dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan para
warga desa Banyuurip tentang pentingnya penggunaan jamban sehat ?
1.3 Tujuan Penelitian
a. Untuk menambah pengetahuan warga mengenai jamban sehat dengan metode
penyuluhan, diskusi dan sesi tanya jawab kepada warga dan kader desa sehingga
dapat menyampaikan yang diketahuinya setelah penyuluhan ini kepada warga Desa
Banyuurip.
b. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai resiko bahaya penggunaan
jamban tidak sehat yang bisa menyebabkan berbagai penyakit dan untuk mendapat
gambaran kondisi sanitasi jamban
kecamatan
Ujungpangkah.
1.4 Manfaat
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk meningkatkan wawasan dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Millenium Development Goals (MDGs). Dalam nomenklatur ini buang air besar disebut
sebagai sanitasi yang meliputi jenis pemakaian atau penggunaan tempat buang air besar, jenis
kloset yang digunakan dan jenis tempat pembuangan akhir tinja. Dalam laporan MDGs 2010,
kriteria akses terhadap sanitasi layak adalah bila penggunaan fasilitas tempat BAB milik
sendiri atau bersama, jenis kloset yang digunakan jenis latrine dan tempat pembuangan akhir
tinjanya menggunakan tangki septik atau sarana pembuangan air limbah (SPAL). Kriteria
yang digunakan Joint Monitoring Program (JMP) WHO-UNICEF 2008, sanitasi terbagi
dalam empat kriteria, yaitu improved, shared, unimproved dan open defecation.
Dikategorikan sebagai improved bila penggunaan sarana pembuangan kotorannya milik
sendiri, jenis kloset latrine dan tempat pembuangan akhir tinjanya tangki septik atau SPAL.1,7
Pengertian lain terkait jamban menyebutkan bahwa jamban keluarga adalah suatu
bangunan yang digunakan untuk tempat membuang dan mengumpulkan kotoran/najis
manusia yang lazim disebut jamban atau WC sehingga kotoran tersebut disimpan dalam suatu
tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab atau penyebar penyakit dan mengotori
lingkungan pemukiman. Kotoran manusia yang dibuang dalam praktik sehari-hari bercampur
dengan air, maka pengolahan kotoran manusia tersebut pada dasarnya sama dengan
pengolahan air limbah. Oleh sebab itu pengolahan kotoran manusia, demikian pula syaratsyarat yang dibutuhkan pada dasarnya sama dengan syarat pembuangan air limbah.1,8
2.
5.
Septic tank
Jamban jenis septic tank merupakan jamban yang paling memenuhi syarat. Septic tank
merupakan cara yang memuaskan dalam pembuangan untuk kelompok kecil yaitu rumah
tangga dan lembaga yang memiliki persediaan air yang mencukupi, tetapi tidak memiliki
hubungan dengan sistem penyaluran limbah masyarakat. Septic tank merupakan cara
yang terbaik yang dianjurkan oleh WHO tapi memerlukan biaya mahal, tekniknya sukar
dan memerlukan tanah yang luas.1
Untuk mencegah penularan penyakit yang berbasis lingkungan digunakan pembagian
2.
Jamban Cemplung
Jamban ini tidak memerlukan air untuk menggelontor kotoran. Untuk mengurangi bau
serta agar lalat dan kecoa tidak masuk, lubang jamban perlu ditutup.
3.
Jamban Plengsengan
Jamban ini perlu air untuk menggelontor kotoran. Lubang jamban perlu juga ditutup
11
2.5.
13
terjadi secara langsung melalui saluran dalam tanah tanpa filtrasi alami ke sumur yang
jauh atau sumber penyediaan air minum lainnya
2.6.
memenuhi syarat9 :
1.
2.
3.
Membuang tinja manusia yang aman sehingga tidak dihinggapi lalat atau serangga vektor
lainnya termasuk binatang.
4.
5.
Konstruksi dudukan jamban dibuat dengan baik dan aman bagi pengguna
14
dalam bak pembusuk, selain itu juga berguna untuk mengalirkan gas yang terjadi
karena adanya proses pembusukan. Untuk menghindari bau gas dari septick tank
maka sebaiknya pipa pelepas dipasang lebih tinggi agar bau gas dapat langsung
terlepas di udara bebas.
2. Panjang pipa ventilasi 2m dengan diameter pipa 175mm dan pada lubang hawanya
diberi kawat kasa.
b. Dinding septic tank:
1. Dinding septic tank dapat terbuat dari batu bata dengan plesteran semen.
2. Dinding septic tank harus dibuat rapat air.
3. Pelapis septic tank terbuat dari papan yang kuat dengan tebal yang sama.
c. Pipa penghubung:
1. Septic tank harus mempunyai pipa tempat masuk dan keluarnya air.
2. Pipa penghubung terbuat dari pipa PVC dengan diameter 10 atau 15cm.
d. Tutup septic tank:
1. Tepi atas dari tutup septic tank harus terletak paling sedikit 0,3 meter di bawah
permukaan tanah halaman, agar keadaan temperatur di dalam septic tank selalu hangat
dan konstan sehingga kelangsungan hidup bakteri dapat lebih terjamin.
2. Tutup septic tank harus terbuat dari beton (kedap air).
15
a.
b.
c.
d.
e.
f.
2.9
a. Rumah Jamban: Berfungsi sebagai tempat berlindung dari lingkungan sekitar, harus
memenuhi syarat ditinjau dari segi kenyamanan maupun estetika. Konstruksi disesuaikan
dengan keadaan tingkat ekonomi rumah tangga.
b. Lantai Jamban: Berfungsi sebagai sarana penahan atau tempat pemakai yang sifatnya
harus baik, kuat dan mudah dibersihkan serta tidak menyerap air. Konstruksinya juga
disesuaikan dengan bentuk rumah jamban.
c. Tempat Duduk Jamban: Fungsi tempat duduk jamban merupakan tempat penampungan
tinja, harus kuat, mudah dibersihkan, berbentuk leher angsa atau memakai tutup yang
mudah diangkat.
d. Kecukupan Air Bersih: Jamban hendaklah disiram minimal 4-5 gayung yang bertujuan
menghindari penyebaran bau tinja dan menjaga kondisi jamban tetap bersih. Juga agar
menghindari kotoran tidak dihinggapi serangga sehingga dapat mencegah penularan
penyakit.
16
e. Tersedia Alat Pembersih: Tujuan pemakaian alat pembersih, agar jamban tetap bersih
setelah jamban disiram air. Pembersihan dilakukan minimal 2-3 hari sekali meliputi
kebersihan lantai agar tidak berlumut dan licin. Sedangkan peralatan pembersih
merupakan bahan yang ada di rumah jamban didekat jamban.
f.
Tempat Penampungan Tinja: Adalah rangkaian dari sarana pembuangan tinja yang
berfungsi sebagai tempat mengumpulkan kotoran/tinja. Konstruksi lubang harus kedap
air dapat terbuat dari pasangan batu bata dan semen, sehingga menghindari pencemaran
lingkungan.
g. Saluran Peresapan: Merupakan sarana terakhir dari suatu sistem pembuangan tinja yang
lengkap berfungsi mengalirkan dan meresapkan cairan yang bercampur tinja.
2.10
di daerah pedesaan) masih buang air besar sembarangan, seperti di sungai, kebun, sawah,
kolam dan tempat-tempat terbuka lainnya. Masyarakat pedesaan tersebut enggan untuk buang
air besar di jamban karena banyak yang beranggapan membangun jamban sangat mahal,
lebih enak BAB di sungai, tinja dapat digunakan untuk pakan ikan, dan alasan lain yang
dikatakan merupakan kebiasaan sejak dulu dan diturunkan dari nenek moyang. Perilaku
tersebut sangat merugikan kesehatan, karena tinja merupakan media tempat hidup bakteri coli
yang berpotensi menyebabkan terjadinya penyakit diare dan berisiko menjadi wabah penyakit
bagi masyarakat13.
Tinja merupakan bentuk kotoran yang merugikan dan membahayakan kesehatan
masyarakat, maka tinja harus dikelola, dibuang dengan baik dan benar. Maka itu tinja harus
dibuang pada suatu tempat yaitu jamban. Jamban keluarga adalah suatu istilah yang
digunakan sebagai tempat pembuangan kotoran manusia dalam suatu keluarga. Semua
anggota keluarga harus menggunakan jamban untuk membuang tinja, baik anak-anak
(termasuk bayi dan balita) dan orang dewasa. Pembuatan jamban keluarga yang sehat,
17
sebaiknya mengikuti beberapa syarat, yaitu: tidak mengotori tanah maupun air permukaan di
sekeliling jamban tersebut, tidak dapat terjangkau oleh serangga, terutama lalat dan kecoak,
tidak menimbulkan bau, mudah dipergunakan dan dipelihara, sederhana serta dapat diterima
oleh pemakainya.10
2.11 Diare
a. Definisi
Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja, yaitu berak cair 3x atau lebih
dari sehari semalam.11
2.2.2 Epidemiologi
Sekitar lima juta anak diseluruh dunia meninggal karena diare akut. Di Indonesia pada
tahun 70 sampai 80 prevalensi penyakit diare sekitar 200-400 per 1000 penduduk per tahun,
setiap anak mengalami serangan diare sebanyak 1,6-2 kali setahun. Angka kesakitan dan
kematian akibat diare mengalami penurunan dari tahun ke tahun. 11
2.2.3 Etiologi
Penyebab diare dapat dikelompokan menjadi: 11
1. Virus : rotavirus (40-60%), adenovirus
2. Bakteri : eescherrichia coli (20-30%), vibrio cholera
3. Parasit : entamoeba histolytica (<1%)
4. Keracunan makanan
5. Malabsorbsi , karbohidrat, lemak, dan protein
6. Alergi, makanan, susu sapi
7. Imunodefisiensi, AIDS
18
b.
Penularan
Penyakit diare sebagian besar disebabkan oleh virus dan bakteri. Penularan penyakit
Faktor Risiko
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko diare adalah :
-
Bayi yang tidak diberi ASI, karena ASI banyak mengandung zat-zat kekebalan
terhadap infeksi.
Memberikan susu formula dalam botol kepada bayi.
Menyimpan makanan pada suhu kamar, kondisi tersebut akan menyebabkan
permukaan makanan mengalami kontak dengan peralatan makan yang merupakan
19
Gejala spesifik : 11
- Vibrio cholera : diare hebat, warna tinja seperti air cucian beras dan berbau amis.
- Disentri : tinja berlendir dan berdarah.
Derajat dehidrasi diare dibedakan menjadi tiga bagian yaitu : 11
- Tanpa dehidrasi, biasanya anak merasa normal, tidak rewel, masih bisa main seperti
biasa, anak masih mau makan dan minum.
- Dehidrasi ringan atau sedang, anak akan rewel dan gelisah, mata sedikit ditandai
dengan hilangnya cairan sampai 5 % dari berat badan sedangkan pada dehidrasi
sedang ditandai dengan kehilangan cairan 6-10 % dari berat badan.
- Dehidrasi berat, kesadaran menurun, mata cekung, turgor kulit kembali lambat, nafas
cepat, dan anak terlihat lemah.
e. Pengobatan
Pengobatan diare berdasarkan derajat dehidrasinya : 11
-
dapat dilakukan
dirumah
dengan
memberikan makanan dan minuman yang ada dirumah seperti air kelapa, larutan gula
garam, air tajin, air teh atau oralit.
Ada tiga cara pemberian cairan yang dapat dilakukan dirumah:
a.
b.
c.
Membawa ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam tiga hari.
20
Pengobatannya digunakan terapi B yaitu pada 3 jam pertama jumlah oralit yang
digunakan :
Tabel 2.1 : Jumlah oralit yang digunakan pada 3 jam pertama
Umur
<1 tahun
1-4 tahun
>5 tahun
Jumlah oralit
300 cc
600 cc
1200 cc
Umur
<1 tahun
1-4 tahun
>5 tahun
Jumlah oralit
100 cc
200 cc
400 cc
penyembuhan
2.
f.
Pencegahan
Penyakit diare dapat dicegah melalui promosi kesehatan, antara lain :11
-
Menggunakan air bersih, tanda-tanda air bersih yaitu tidak berwarna, tidak berbau,
dan tidak berasa.
Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan sebagian besar
21
kuman penyakit.
-
Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, sesudah makan, dan sesudah buang air
besar.
g.
Program Pemberantasan11
- Tujuan umum
Balita : menurunkan CFR dan prevalensi episode serangan
Semua umur : menurunkan prevalensi, menurunkan CFR dirumah sakit dan
menurunkan CFR pada KLB.
-
Kebijaksanaan
Meningkatkan kualitas dan pemerataan pelayanan dengan meningkatkan
kerjasama lintas program dan lintas sektoral
Strategi
a. Tatalaksana pasien dirumah
1.
2.
3.
Membawa pasien ke sarana kesehatan jika buang air besar makin sering dan
banyak, makin kehausan, tidak dapat makan atau minum, demam, ditemukan
darah pada tinja, kondisi makin memburuk dalam 24 jam.
22
Rehidrasi oral.
2.
3.
4.
c. Pencegahan penyakit
1.
2.
3.
23
BAB III
METODE
24
3.1.1
Kuesioner Pengetahuan
2. Manakah dari berikut ini yang merupakan pilihan jamban paling sehat
A. Jamban empang di kolam
C. Terdapat air
6. Manakah gejala yang bisa ditimbulkan akibat pemakaian jamban tidak sehat
A. Penyakit kulit
B. Penyakit Pencernaan
B. Tidak
B. Tidak
25
10. Berapakah jarak yang aman antara resapan jamban dengan sumber air
A. 2 meter
B. 5 meter
C. 10 meter
Dari data kuisioner diatas terdapat 10 nomer yang pada setiap nomernya mempunyai skor 10.
Jika semua benar mempunyai skor 100. Sistem penilaian ini menunjukkan tingkat
pengetahuan para kader tentang pengetahuan tentang penyakit kusta yang dibagi menjadi 3
kategori, yaitu :
3.1.2
1. Baik
: nilai 70
2. cukup
: nilai 50-69
3. kurang
: nilai <50
I. DATA UMUM
1. Lokasi Puskesmas
2. Nama Pemilik Sarana
3. Jumlah pemakai
4. Pekerjaan
...
5. Alamat
...
:
:
:
:
......................................
......................................
...................................... jiwa
.................................................................................
: .................................................................................
.................................................................................
...
6. Tanggal kunjungan
: ......................................
Pertanyaan
Ya
Tidak
2.
4.
5.
6.
7.
Tingkat resiko Sedang (S)= Bila jumlah jawaban Ya : 1 4, tapi tidak terdapat pada nomor 1 &
2
Tingkat resiko Rendah (R)= Bila jumlah jawaban Ya : 0
3.2 Sasaran
Sasaran pada mini project pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan tentang
jamban sehat ini adalah para warga yang hadir pada penyuluhan dan para kader desa
Banyuurip di Kecamatan Ujung Pangkah Gresik. Yang dengan harapan dengan memberikan
pengetahuan kepada kader maka diharapkan ilmu tersebut bisa ditularkan kepada masyarakat
Desa Banyuurip.
27
3.3 Media
Media penyuluhan yang digunakan adalah menggunakan slide power point yang
disampaikan menggunakan laptop dan juga dilakukan diskusi maupun sesi tanya jawab.
28
BAB IV
HASIL
4.1 Profil Komunitas Umum
Kabupaten Gresik merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki luas
1.191,25 km2. Kecamatan Ujung Pangkah merupakan salah satu kecamatan dari 18
kecamatan yang berada di Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Kecamatan Ujung
Pangkah terdiri dari 7 desa dengan nama sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Desa Pangkahkulon
Desa Pangkahwetan
Desa Banyuurip
Desa Ngemboh
Desa Karangrejo
Desa Ketapanglor
Desa Tanjangawan
Luas wilayah UPT Puskesmas Ujung Pangkah sendiri sebesar 5.108,72 M 2. Batas Wilayah
Kerja Puskesmas Ujung Pangkah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Sebelah Utara
Sebelah Timur
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
: Laut Jawa
: Puskesmas Sidayu
: Puskesmas Sekapuk
: Puskesmas Panceng
29
: 32.054 Jiwa
- Laki laki
: 15.930 Jiwa
- Perempuan
: 16.153 Jiwa
557 Jiwa
255 Jiwa
4. Piramida Penduduk
31
BAB V
PEMBAHASAN
Dari data yang dipaparkan pada BAB IV tampak bahwa berdasarkan data desa
Ujung Pangkah selama tahun 2014 dan diawal tahun 2015 total jumlah kepala keluarga desa
Banyuurip adalah sebanyak 1415 KK, dari angka tersebut sebanyak 786 KK menggunakan
jamban yang termasuk kategori sehat, 505 KK menggunakan jamban semi permanen, 8 KK
masih berbagi penggunaan jamban, dan 116 KK tidak memiliki jamban sama sekali.
Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis pada para warga Desa Banyuurip
diperoleh bahwa pentingnya meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap pentingnya
penggunaan jamban sehat. Untuk membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
penyakit kusta ini, penulis telah melakukan penyuluhan dan melakukan diskusi umum beserta
sesi tanya jawab yang dilakukan pada tanggal 26 Januari 2015, pukul 09.00 selesai yang
bertempat di balai desa banyuurip. Penyuluhan dihadiri 29 peserta yang sudah termasuk
kader kesehatan desa banyuurip. Sebelum dilakukan intervensi dengan cara penyuluhan dan
melakukan diskusi umum beserta sesi tanya jawab, maka penulis membagikan tentang
kuisioner tentang pengetahuan seputar jamban sehat. Setelah dilakukan penyuluhan dan
diskusi umum beserta sesi tanya jawab, para kader diberikan kuisioner lagi untuk mengetahui
peningkatan pengetahuan kader sekaligus untuk mengevaluasi keberhasilan penyuluhan
beserta diskusi ini. Dari nilai pre-test didapatkan 6 peserta mendapatkan nilai kurang, 9 orang
mendapat nilai cukup, dan 14 orang mendapat nilai baik. Kemudian dari hasil data nilai
kuisioner yang dibagikan setelah penyuluhan (post test) tidak didapatkan peserta mendapat
nilai kurang, 4 peserta mendapat nilai cukup, dan 25 peserta mendapat nilai baik. Hal ini
menunjukkan peningkatan pengetahuan para kader tentang jamban sehat.
32
Gambaran kondisi jamban warga menunjukkan nilai tingkat resiko rendah 7 orang,
resiko sedang 15 orang, resiko tinggi 3 orang, dan 4 orang tidak memiliki jamban.
33
Bila dibandingkan nilai pre-test dimana hampir 50% peserta mendapat nilai baik, hal
ini mengindikasikan pengetahuan & kesadaran tidak berbanding lurus dengan kepemilikan
jamban sehat dirumah
Dengan adanya penyuluhan ini, diharapkan para kader yang menghadiri penyuluhan
ini lebih memahami tentang pentingnya penggunaan jamban sehat dan meningkatkan
kewaspadaan dan pengetahuan kepada masyarakat yang belum memahaminya. Sehingga
diharapkan dapat tercipta deklarasi desa banyuurip ODF (Open Defecation Free).
34
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
a) Dari nilai pre-test didapatkan 6 peserta mendapatkan nilai kurang, 9 orang mendapat
nilai cukup, dan 14 orang mendapat nilai baik
b) Dari nilai post-test tidak didapatkan peserta mendapat nilai kurang, 4 peserta
mendapat nilai cukup, dan 25 peserta mendapat nilai baik.
c) Gambaran kondisi jamban warga menunjukkan nilai tingkat resiko rendah 7 orang,
resiko sedang 15 orang, resiko tinggi 3 orang, dan 4 orang tidak memiliki jamban
d) Bila dibandingkan nilai pre-test dimana hampir 50% peserta mendapat nilai baik, hal
ini mengindikasikan pengetahuan & kesadaran tidak berbanding lurus dengan
kepemilikan jamban sehat dirumah.
e) Penyuluhan yang telah dilaksanakan memberikan dampak positif terhadap
pengetahuan para kader
35
Revisi
Buku
Pedoman
Penyelidikan
dan
Penanggulangan
at
http://environmentalsanitation.wordpress.com/category/septic-tank/
13. Widyati Y. Hygiene dan Sanitasi Umum. Jakarta: Gramedia Wdiasarana; 2002.
14. Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik. Laporan kesehatan keluarga. 2014.
15. Puskesmas Ujungpangkah. Laporan tahunan kesling. 2014.
LAMPIRAN
36
LAPORAN PENYULUHAN
Nama Peserta
Tanda tangan :
Nama Pendamping
: dr. Setyorini
Tanda tangan :
Nama Wahana
Tema Penyuluhan
Tujuan Penyuluhan
penyuluhan
ini
Banyuurip.
Untuk
meningkatkan
kepada
kesadaran
warga
Desa
masyarakat
desa
Banyuurip
kecamatan
Ujungpangkah.
Hari / Tanggal
Waktu
Tempat
Jumlah Peserta
: 29 peserta
38
Peserta
Pendamping
39