Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
DISUSUN OLEH:
NUR PURNAMA SARI
2013.03.019
KATA PENGANTAR
Ucapan syukur kepada Allah yang maha kuasa karena melalui rahmat
dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Selain itu, penulis
diberi kesempatan untuk lebih mengembangkan ilmu pengetahuan yang berwujud
makalah ini.
Ada beberapa pihak yang terkait dengan penyelesaian makalah ini. Oleh
karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada rektor AKPER
William Booth Surabaya, serta pembimbing yang telah memberi banyak
kemudahan sehingga makalah ini terselesaikan.
Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada staf karyawan di
AKPER William Booth Surabaya, para staf tata usaha dan staf perpustakaan
tersebut secara tidak langsung telah banyak membantu penulis dalam
memperlancar keadministrasian dan penyediaan sarana yang penulis butuhkan.
Akhirnya, penulis mengharapkan kritik dan saran pada makalah ini. Hal
itu tentunya sangat berguna untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman judul....................................................................................
Kata pengantar...................................................................................
Daftar isi............................................................................................
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar belakang.............................................................................
1.2 Rumusan masalah........................................................................
1.3 Tujuan..........................................................................................
Bab 2 Landasan Teori
2.1 Pengertian OMK .......................................
2.2 Etiologi OMK ..................................
2.3 Patofisiologi dan WOC OMK...
2.4 Manifestasi OMK......................
2.5 Komplikasi OMK.............
2.6. Pemeriksaan Diagnostik...................
2.6. Penatalaksanaan...............
Bab 3 Auhan Keperawatan Secara Teori
3.1 Pengkajian .......................
3.2 Diagnosa Keperawatan .......
3.3 Rencana Asuhan Keperawatan ...................................
Bab 4 Tinjauan Kasus
4.1 Pengkajian .......................
4.2 Diagnosa Keperawatan .......
4.3 Intervensi .....................................................................
23
Bab 5 Penutup
5.1 Kesimpulan...
5.2 Saran.....
Daftar pustaka
iii
Halaman
i
ii
iii
1
2
3
4
4
5
7
8
9
9
15
16
16
21
23
28
28
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Otitis media kronis adalah infeksi menahun pada telinga tengah. Kondisi
yang berhubungan dengan patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan
oleh episode berulang otitis media akut yang tak tertangani. Otitis media adalah
Proses peradangan di telinga tengah dan mastoid yang menetap > 12 minggu.
Otitis media kronik adalah perforasi pada gendang telinga. (warmasif, 2009)
Otitis media kronis merupakan penyakit THT yang paling banyak di
negara sedang berkembang. Di negara maju seperti Inggris sekitar 0, 9% dan di
Israel hanya 0, 0039%. Di negara berkembang dan negara maju prevalensi OMSK
berkisar antara 1-46%, dengan prevalensi tertinggi terjadi pada populasi di
Eskimo (12-46%), sedangkan prevalensi terendah terdapat pada populasi di
Amerika dan Inggeris kurang dari 1% (Lasminingrum L, 2000).
OMK disebabkan oleh multifaktor antara lain infeksi virus atau bakteri,
gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh, lingkungan, dan social ekonomi.
Fokus infeksi biasanya terjadi pada nasofaring (adenoiditis, tonsillitis, rhinitis,
sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Kadang-kadang
infeksi berasal dari telinga luar masuk ke telinga tengah melalui perforasi
membran timpani, maka terjadi inflamasi. Bila terbentuk pus akan terperangkap di
dalam kantung mukosa di telinga tengah. Bila terjadi perforasi membrane timpani
yang permanen, mukosa telinga tengah akan terpapar ke telinga luar sehingga
memungkinkan terjadinya infeksi berulang.
Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi.
Penatalaksanaan OMSK benigna tenang adalah tidak memerlukan pengobatan,
dan dinasehatkan untuk jangan mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga
sewaktu mandi, dilarang berenang dan segera berobat bila menderita infeksi
saluran nafas atas. Penatalaksanaan OMSK benigna aktif pembersihan liang
telinga dan kavum timpani, pemberian antibiotik topical. Pengobatan yang tepat
untuk OMK maligna adalah operasi. Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik
operasi yang dapat dilakukan pada OMK dengan mastoiditis kronis, baik tipe
benigna atau maligna, antara lain (Soepardi, 2001) mastoidektomi sederhana,
mastoidektomi radikal, mastoidektomi radikal dengan modifikasi (Operasi
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1. Definisi
Otitis media kronis adalah infeksi menahun pada telinga tengah. Kondisi
yang berhubungan dengan patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan
oleh episode berulang otitis media akut yang tak tertangani. Otitis media adalah
Proses peradangan di telinga tengah dan mastoid yang menetap > 12 minggu.
Otitis media kronik adalah perforasi pada gendang telinga. (warmasif, 2009)
Otitis media kronis adalah peradangan teliga tengah yang gigih, secara khas untuk
sedikitnya satu bulan.Orang awam biasanya menyebut congek. (Alfatih, 2007)
2.2. Etiologi
Otitis media kronis terjadi akibat adanya lubang pada gendang telinga
(perforasi) (Mediastore,2009). Perforasi gendang telinga bisa disebabkan oleh:
otitis media akut penyumbatan tuba eustakius cedera akibat masuknya suatu
benda ke dalam telinga atau akibat perubahan tekanan udara yang terjadi secara
tiba-tiba luka bakar karena panas atau zat kimia. Bisa juga disebabkan karena
bakteri, antara lain streptococcus, stapilococcus, diplococcus pneumonie,
hemopilus influens, gram positif (S. Pyogenes, S. Albus), gram negatif (proteus
spp, psedomonas spp, E. Coli), kuman anaerob (alergi, diabetes melitus, TBC
paru)
Penyebab OMK antara lain:
2.2.1. Lingkungan
Hubungan penderita OMK dan faktor sosioekonomi belum jelas, tetapi kelompok
sosioekonomi rendah memiliki insiden OMK yang lebih tinggi. Tetapi sudah
hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet, dan
tempat tinggal yang padat.
2.2.2. Genetik
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden
OMK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor
genetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi
belum diketahui apakah hal ini primer atau sekunder.
2.2.3. Riwayat otitis media sebelumnya
Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis
media akut dan/ atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa
yang menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya berkembang menjadi
keadaan kronis
3
2.2.4. Infeksi
Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak
bervariasi pada otitis media kronik yang aktif. Keadaan ini menunjukkan bahwa
metode kultur yang digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama dijumpai
adalah bakteri Gram (-), flora tipe usus, dan beberapa organisme lainnya.
2.2.5. Infeksi saluran nafas atas
Banyak penderita mengeluh keluarnya sekret telinga sesudah terjadi infeksi
saluran nafas atas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah
menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara
normal berada dalam telinga tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri.
2.2.6. Autoimun
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap
OMK.
2.2.7. Alergi
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi
dibanding yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian
penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteri atau toksintoksinnya, namun hal ini belum terbukti kemungkinannya.
2.2.8. Gangguan fungsi tuba eustachius
Pada otitis media kronis aktif tuba eustachius sering tersumbat oleh edema tetapi
apakah hal ini merupakan fenomena primer atau sekunder masih belum diketahui.
Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi
fungsi tuba eustachius dan umumnya menyatakan bahwa tuba tidak mungkin
mengembalikan tekanan negatif menjadi normal.
Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani yang
menetap pada OMK adalah:
a. Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan
produksi sekret telinga purulen berlanjut.
b. Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan
pada perforasi.
c. Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui
mekanisme migrasi epitel.
Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang
cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah
penutupan spontan dari perforasi
2.3. Patofisiologi dan WOC
Patofisiologi OMK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini
merupakan stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang
sudah terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang terus menerus. Terjadinya
OMK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang. OMK disebabkan oleh
multifaktor antara lain infeksi virus atau bakteri, gangguan fungsi tuba, alergi,
kekebalan tubuh, lingkungan, dan social ekonomi.
Fokus infeksi biasanya terjadi pada nasofaring (adenoiditis, tonsillitis,
rhinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Kadangkadang infeksi berasal dari telinga luar masuk ke telinga tengah melalui perforasi
membran timpani, maka terjadi inflamasi. Bila terbentuk pus akan terperangkap di
dalam kantung mukosa di telinga tengah. Dengan pengobatan yang cepat dan
adekuat serta perbaikan fungsi telinga tengah, biasanya proses patologis akan
berhenti dan kelainan mukosa akan kembali normal. Walaupun kadang-kadang
terbentuk jaringan granulasi atau polip ataupun terbentuk kantong abses di dalam
lipatan
mukosa
yang
masing-masing
harus
dibuang,
tetapi
dengan
penatalaksanaan yang baik perubahan menetap pada mukosa telinga tengah jarang
terjadi. Mukosa telinga tengah mempunyai kemampuan besar untuk kembali
normal. Bila terjadi perforasi membrane timpani yang permanen, mukosa telinga
tengah akan terpapar ke telinga luar sehingga memungkinkan terjadinya infeksi
berulang. Hanya pada beberapa kasus keadaan telinga tengah tetap kering dan
pasien tidak sadar akan penyakitnya. Berenang, kemasukan benda yang tidak
steril ke dalam liang telinga atau karena adanya focus infeksi pada saluran napas
bagian atas akan menyebabkan infeksi eksaserbasi akut yang ditandai dengan
secret yang mukoid atau mukopurulen
Perforasi marginal (lubang terdapat di pinggiran gendang telinga). Bisa terjadi tuli
konduktif dan keluarnya nanah dari telinga.
2.5. Komplikasi
2.5.1. OMK tipe benigna :
Omk tipe benigna tidak menyerang tulang sehingga jarang menimbulkan
komplikasi, tetapi jika tidak mencegah invasi (peristiwa masuknya bakteri ke
dalam tubuh) organisme baru dari nasofaring dapat menjadi superimpose otitis
media supuratif akut eksaserbsi akut dapat menimbulkan komplikasi dengan
terjadinya tromboplebitis vaskuler.
2.5.2. OMK tipe maligna :
Komplikasi dimana terbentuknya kolesteatom berupa :
1. erosi canalis semisirkularis
2. erosi canalis tulang
3. erosi tegmen timpani dan abses ekstradural
4. erosi pada permukaan lateral mastoid dengan timbulnya abses subperiosteal
5. erosi pada sinus sigmoid
Menurut Shanbough (2003) komplikasi OMK terbagi atas:
a. Komplikasi Intratemporal : perforasi membrane timpani, mastoiditis akut,
parese nervus fasialis, labirinitis, petrositis.
b. Komplikasi Ekstratemporal : abses subperiosteal.
c. Komplikasi Intrakranial : abses otak, tromboflebitis, hidrocephalus otikus,
empiema subdural/ ekstradura
2.6. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan telinga
denganotoskop. Untuk mengetahui organisme penyebabnya, dilakukan pembiakan
terhadap cairan yang keluar dari telinga. Rontgen mastoid atau CT scan kepala
dilakukan untuk mengetahui adanya penyebaran infeksi ke struktur di sekeliling
telinga. Tes Audiometri dilakukan untuk mengetahui pendengaran menurun. X ray
terhadap kolesteatoma dan kekaburan mastoid.
2.7. Penatalaksanaan
Penyebab penyakit telinga kronis yang efektif harus didasarkan pada
faktor-faktor penyebabnya dan pada stadium penyakitnya. Dengan demikian pada
waktu pengobatan haruslah dievaluasi faktor-faktor yang menyebabkan penyakit
menjadi kronis, perubahan-perubahan anatomi yang menghalangi penyembuhan
serta menganggu fungsi, dan proses infeksi yang terdapat ditelinga. Bila
8
didiagnosis kolesteatom, maka mutlak harus dilakukan operasi, tetapi obat -obatan
dapat digunakan untuk mengontrol infeksi sebelum operasi.
Menurut Nursiah, prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya
infeksi, dimana pengobatan dapat dibagi atas : Konservatif dan Operasi.
2.7.1. OMK Benigna
2.7.1.1. OMSK Benigna Tenang
Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan
mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang
dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas
memungkinkan
sebaiknya
dilakukan
operasi
rekonstruksi
(miringoplasti,
e. Timpanoplasti
Dikerjakan pada OMK tipe benigna dengan kerusakan yang lebih berat
atau OMSK tipe benigna yang tidak bisa diatasi dengan pengobatan
medikamentosa.
Tujuan
operasi
adalah
menyembuhkan
penyakit
serta
dengan
pendekatan
ganda
(Combined
Approach
Tympanoplasty)
Dikerjakan pada kasus OMK tipe maligna atau OMK tipe benigna dengan
jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta
memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa
meruntuhkan dinding posterior liang telinga). Yang dimaksud dengan combined
approach di sini adalah membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di
kavum timpani melalui dua jalan, yaitu liang telinga dan rongga mastoid dengan
melakukan timpanotomi posterior. Namun teknik operasi ini pada OMK tipe
maligna belum disepakati oleh para ahli karena sering timbul kembali
kolesteatoma
13
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORI
3.1. Pengkajian
3.1.1. Pengumpulan Data
a. Identitas Pasien : Nama pasien, umur, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat
b. Riwayat Penyakit Sekarang : Riwayat adanya kelainan nyeri pada telinga,
penggunaan minyak, kapas lidi, peniti untuk membersihkan telinga
c. Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat infeksi saluran atas yang berulang,
riwayat
alergi,
riwayat
OMA
berkurang,
riwayat
penggunaan
14
NOC
KONTROL NYERI
Tindakan yang dilakukan
seseorang untuk mengontrol nyeri
Indikator :
1. mengenali faktor penyebab
2. menggunakan metode
NIC
MANAJEMEN NYERI
1. lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
nyeri
MANAJEMEN LINGKUNGAN :
KENYAMANAN
Indicator :
Aktifitas :
1. Mampu melaporkan
perkembangan fisik
2. Mampu mengekspresikan
perasaan dengan lingkungan
fisik sekitar
3. Mampu mengekspresikan
perasaan dengan hubungan
social
4. Mampu mengekspresikan
kepuasan dengan kontrol nyeri
Gangguan persepsi
a. Kontrol cemas
sensori pendengaran
Indikator :
Batasan karakteristik:
1. Berubahnya pola
prilaku
2. Berubahnya
kecemasan
3. Mencari informasi untuk
ketajaman panca
indra
3. Gagal penyesuaian
4. Distorsi
pancaindera
5. Pengintegrasian
panca indera yang
terganggu
6. Panca indera yang
terganggu
menurunkan cemas
4. Mempertahankan konsentrasi
5. Laporankan durasi dari
episode cemas
b. Kompensasi Tingkah Laku
Pendengaran
Indicator:
1. Pantau gejala kerusakan
pendengaran
2. Posisi tubuh untuk
menguntungkan pendengaran
3. Menghilangkan gangguan
4. Memperoleh alat bantu
pendengaran
5. Menggunakan layananan
pendukung untuk pendegaran
yang lemah
6. Memperoleh intervensi yang
berhubungan dengan
4. Perhatikan pengungkapan
pembedahan
Ansietas
a. Kontrol cemas
Batasan karakteristik:
Indikator :
1. Scaning dan
kewaspadaan
2. Kontak mata yang
buruk
3. Ketidakberdayaan
meningkat
kecemasan
3. Mencari informasi untuk
menurunkan cemas
4. Mempertahankan konsentrasi
5. Laporankan durasi dari
4. Kerusakan
perhatian
episode cemas
b. Koping
Indikator:
1. Memanajemen masalah
2. Melibatkan anggota keluarga
dalam membuat keputusan
3. Mengekspresikan perasaan
dan kebebasan emosional
4. Menunjukkan strategi
penurunan stress
5. Menggunakan support sosial
18
19
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian
3.1.1.Identitas
Nama
:Ny.Z
Umur
:35tahun
JenisKelamin :Perempuan
Pekerjaan
:IbuRumahTangga
Alamat
:Jl.HattaNo.56,Padang
3.1.2.RiwayatPenyakaitSekarang
3.1.2.1.KeluhanUtama:Sakitpadatelingakanan,disertaidemamtinggi
3.1.2.2.RiwayatPenyakitsekarang:Sejak1bulanyanglaluklienmengeluhkan
telingakanankeluarcairanyangberlebihdan kurangbisamendengar,telinga
sering berdenging dan kadang diikuti dengan pusing serta padangan yang
berputarputar.Namun,awalnyaklientidakmempedulikannyadanmenganggap
biasa.
3.1.3.Riwayatkesehatandahulu:KetikadibangkuSD,pasienpernahmengeluh
sakitpadatelingakanannyadisertaidengankeluarcairanputihjernihyangterus
menerus namun tidak berbau. Sejak saat itu, keluhan sakit telinga kanan dan
keluarcairandaritelingaseringterjadidenganrentangwaktuyangtidakbegitu
lamatiapkeluhantimbul.
3.1.4.Riwayatkesehatankeluarga:Tidakadakeluargayangmengalamipenyakit
inisebelumnya
3.1.5.PemeriksaanFisik
Keadaanumum:Tampakkelelahan
Kesadaran:Normal
Tandavital:TD120/90mmHN90x/mS=380C
20
PengkajianPolafungsionalGordon
a.PolaPersepsiManajemenKesehatan
Klienawalnyatidakmenanggapipenyakitnya.PadahalsewaktuSDklienpernah
mengalamigejalayangsama.Klienbarudatangkerumahsakitsetelahnyeridi
telinganya bertambah. Klien tidak memiliki riwayat merokok dan konsumsi
alkohol.
b.PolaNutrisiMetabolik
Klien mengeluh susah makan karena nyeri yang dirasakannya. Porsi makanan
yang diberikan rumah sakit, dihabiskan klien 12 sendok makan. Klien alergi
terhadapikanlaut.Klienseharinyaminum34gelas.
c.PolaEliminasi
Sejakmasukrumahsakit,klienmelakukanBABdanBAKmasihdiWCtapi
dipapaholehkeluarga.Klienmengakulemahdanpusing.
d.PolaAktivitasdanLatihan
Dalamhaliniaktivitaspasienterganggukarnarasanyerihebatyangterjadipada
telinga kanan dan disertai demam tinggi kadang diikuti dengan pusing serta
padanganyangberputarputar. Inimenyebabkanklientergantungpadabantuan
keluargadanperawat.
e.Polaistirahatdantidur
Pasientergangguistirahatdantidurnyakarenarasanyeripadatelingadansering
berdengingdenging.Padamalamhariklienseringterbangun.
f.Polakognitifpersepsi
Klien mengalami gangguan pada sistem pendengarannya. Klien sering merasa
berdenging pada telinganya dan pusing. Sistem indra klien yang lain tidak
mengalami gangguan. Klien mengeluh nyeri di telinganya dan menganggu
aktifitasklien.
g.Polaperandanhubungan
Hubungankliendengankeluargadanmasyarakatatauinteraksisosialklientidak
mengalamigangguan.Keluargabergantianuntukmenjagakliendirumahsakit.
21
h.Polakonsepdiri
Pasienmengalamihargadirirendahkarenapenyakityangdideritanyadandalam
haliniperlunyadukungandarikeluargaterdekat.Klienmengakumaludantaku
mengalamiketergantunganpadakeluarganya.
i.Polaseksualreproduksi
Klienadalahiburumahtanggayangmasihproduktifdanmemiliki3oranganak.
Kasihsayangdarikeluargatidakberkurang.
j.Polakopingdantoleransistress
Penderitamengalamistresdanketakutanakibatnyeriyangdirasakan.Klientakut
menjaditulidanmenjadibebanbagiorangtuanya.
k.Polakeyakinandankepercayaan
Penderitamengalamigangguanpadasaatberibadah,diharapkanhubunganklien
dansangpenciptanyaharuslebihdekatdanterjadinyapeningkatanibadahpada
klien.
3.2.DiagnosaKeperawatan
3.2.1.Gangguanpersepsipancaindera:au/.mditoriusb.d.gangguanpenghantaran
bunyipadaorganpendengaran
3.2.2.NyeriKronikberhubungandenganagencedera(biologis)
3.2.3.Kurangpengetahuan(kebutuhanbelajar)tentangkondisi,prognosis,dan
pengobatanberhubungandengankurangterpajan/takmengenalsumber,kurang
mengingat,sertasalahinterpretasi.
22
3.3.Intervensi
Gangguanpersepsipanca
PerubahanSensoriPersepsi; a. PeningkatanKomunikasi:Defisit
indera:au/.mditoriusb.d.
Pendengaran
gangguanpenghantaran
KriteriaHasil:
bunyipadaorgan
1. Pasienakanberpartisipasi 1. Memfasilitasipenggunaanalatbantu
pendengaran
dalamprogrampengobatan
2. Pasienakan
Pendengaran
Aktivitas:
sewajarnya
2. Beritahupasienbahwasuaraakan
Defenisi:perubahandalam
mempertahankan
terdengarberbedadenganmemakai
jumlahmaupunpola
kemampuanpendengaran
alatbantu
rangsanganyangditerima
3. Tidakadanyasakitkepala
3. Jagakebersihanalatbantu
yangdisertaidengan
4. Mendengardenganpenuhperhatian
penyusutan,pelebihan,
5. Menahandiridariberteriakpada
penyimpangan,atau
pasienyangmengalamigangguan
gangguantanggapan
komunikasi
terhadaprangsangan
tersebut.
6. Memfasilitasilokasipenggunaan
alatbantu
7. Memfasilitasiletakteleponbagi
gangguanpendengaransebagaimana
mestinya
b. Pembentukankognisi
Aktivitas:
1. Bantupasienuntukmenerima
kenyataanbahwastatemendiri
beradaditengahtengahtimbulnya
emosi
2. Bantupasienmemahamiakan
23
ketidakmapuannyauntukmenggapai
perilakuyangdiinginkansering
disebabkanolehstatemendiriyang
tidakmasukakal
3. Tunjukkanbentukbentukkelainan
fungsiberpikir(misal,pikiranyang
bertentangan,terlalubanyak
menggeneralisasi,penguatan,dan
personalisasi)
4. Bantupasienmengenaliemosiyang
menyakitkanyangiarasakan
5. Bantupasienmengenalpemicuyang
diterima(misal,situasi,kejadian,
daninteraksidenganoranglain)
yangmembuatstress
6. Bantupasienuntukmengenal
interpretasipribadiyangsalah
mengenifaktorpemicuyang
diterima
7. Bantupasienuntukmengganti
interpretasiyangsalahdenganyang
lebihrealistisberdasarkansituasi
yangmembuatstres,kejadian,dan
interaksi
ManajemenNyeri:
1. Kontrollingkunganyangdapat
TingkatKenyamanan
mempengaruhinyerisepertisuhu
NyeriKronikberhubungan Tujuan:Nyerihilangatau
ruangan,pencahayaandan
denganagencedera
berkurang
kebisingan
(biologis)
Kriteriahasil:
Defenisi:
1. Mampumengontrolnyeri 3. Ajarkantehnikrelaksasi
2. Kurangifaktorpresipitasinyeri
24
pengalamanemosionaldan
(tahupenyebabnyeri,
berhubungandengan
mampumenggunakan
perasaantakenaktimbul
tekniknonfarmakologi
darikerusakanjaringan
untukmenguranginyeri, 6. Kolaborasikandengandokterjika
nyataataupotensialatau
mencaribantuan)
uraikandalamkaitan
2. Melaporkanbahwanyeri
dengansepertikerusakan
berkurangdengan
Analisadata:
menggunakanmanajemen
DS:klienmengeluhkan
nyeri
nyeripadatelinga,yang
(skala,intensitas,frekuensi
danhilangtimbul.
dantandanyeri)
aktifitasnyadanmringis
nteri,S=380C
nyeri
5. Evaluasikeefektifankontrolnyeri
adakeluhandantindakannyeritidak
berhasil
3. Mampumengenalinyeri
telahdirasakansejakSD
DO:klienterbatas
4. Berikananalgetikuntukmengurangi
4. Menyatakanrasanyaman
setelahnyeriberkurang
5. Tandavitaldalamrentang
normal
Knowledge:HealthBehavior
Tujuan:Klienmengetahui
Teaching:HealthBehavior
tentangkondisi,prognosisdan 1. Berikanpenilaiantentangtingkat
Kurangpengetahuan
pengobatannya.
pengetahuanpasiententangproses
KriteriaHasil:
penyakityangspesifik
(kebutuhanbelajar)tentangPasiendankeluarga
2. Jelaskanpatofisiologidaripenyakit
kondisi,prognosis,dan
menyatakanpemahaman
danbagaimanahaliniberhubungan
pengobatanberhubungan
tentangpenyakit,kondisi,
dengananatomidanfisiologi,
dengankurangterpajan/tak prognosisdanprogram
mengenalsumber,kurang pengobatan
mengingat,sertasalah
Pasiendankeluargamampu
interpretasi.
melaksanakanproseduryang
Defenisi:
dijelaskansecarabenar
Tidakadanyaatau
Pasiendankeluarga
dengancarayangtepat.
3. Gambarkantandadangejalayang
biasamunculpadapenyakit,dengan
carayangtepat
4. Gambarkanprosespenyakit,dengan
carayangtepat
25
kurangnyainformasi
mampumenjelaskankembali 5. Identifikasikemungkinanpenyebab,
kognitifsehubungan
apayangdijelaskan
dengantopikspesifik.
perawat/timkesehatanlainnya. 6. Diskusikanperubahangayahidup
dengnacarayangtepat
Analisadata:
yangmungkindiperlukanuntuk
DS:Klienmenganggap
mencegahkomplikasidimasayang
biasapenyakitnyadan
akandatangdanatauproses
membiarkannya.
pengontrolanpenyakit
DO:Klientidak
melakukanperawatanyang
tepatpadatelinganya
26
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Otitis media adalah proses peradangan di telinga tengah dan mastoid yang
menetap
telinga. (warmasif, 2009). Otitis media kronis adalah peradangan teliga tengah
yang gigih, secara khas untuk sedikitnya satu bulan.Orang awam biasanya
menyebut congek. (Alfatih, 2007)
Manifestasi klinis pada OMK tipe benigna adalah gangguan pendengaran
konduktif, discharge mukoid yang tidak terlalu berbau busuk, perforasi membrane
timpani sentral sering berbentuk seperti ginjal tapi selalu meninggalkan sisa pada
bagian tepinya, membrane mukosa menjadi berbentuk garis dan tergantung derajat
infeksi membrane mukosa dapt tipis dan pucat atau merah dan tebal, kadang suatu
polip didapat tapi mukoperiosteum yang tebal dan mengarah pada meatus.
Manifestasi klinis pada OMK tipe maligna dengan kolesteatoma adalah sekret
yang sangat bau dan berwarna kuning abu-abu, kotor purulen dapat juga terlihat
keeping-keping kecil, berwarna putih mengkilat, gangguan pendengaran tipe
konduktif.
Intervensi pada diagnosa nyeri akut b.d stimulus nyeri adalah lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi, observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan, gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien. Intervensi pada diagnosa gangguan persepsi sensori
pendengaran adalah Beritahu pasien bahwa suara akan terdengar berbeda dengan
memakai alat bantu, mendengar dengan penuh perhatian, menahan diri dari
berteriak pada pasien yang mengalami gangguan komunikasi.
5.2. Saran
5.2.1. Dapat dijadikan sebagai saran dalam proses pembelajaran
5.2.2. Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan dan apabila tidak terjadi
perubahan maka perlu menentukan tindakan selanjutnya yang berbeda.
27
DAFTAR PUSTAKA
http://bangeud.blogspot.co.id/2011/11/asuhan-keperawatan-pada-klienotitis_4271.html (Diunduh pada tanggal 12 September pukul 17.30 WIB)
http://cupdate1.blogspot.co.id/2014/10/pathway-otitis-media-kronik-omk.html
(Dinduh pada tanggal 12 September pukul 14.00 WIB)
http://windarisabella.blogspot.co.id/2013/09/askep-otitis-media.html (Diunduh
pada tanggal 12 September pukul 17.50 WIB)
28