Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh:
Oleh:
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Dalam masa pembangunan saat ini yang paling terkait untuk
meningkatkan dan mengangkat taraf hidup manusia adalah dengan
peningkatan sumber daya manusia (SDM). Salah satu cara untuk
meningkatkan sumber daya manusia adalah dengan memperbaiki atau
meluruskan tingkah laku manusia agar manusia dapat hidup dengan
selaras. Sehingga, untuk mendapatkan peningkatan kualitas tingkah
laku perlu mendapatkan perhatian pada seluruh siklus kehidupan
manusia,
terutama
pada
masa
kanak-kanak
agar
tidak
ikut
Hyperactivity
Disorder)
sebagai
suatu
gangguan
2
Gejala
Dan di antara
tanda-tanda
kekuasaan-Nya
ialah
Dia
B. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan
permasalahan penelitian yaitu apakah ada pengaruh keakraban
orangtua terhadap prestasi belajar pada anak ADHD.
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh keakraban orangtua terhadap
prestasi belajar pada anak ADHD.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui kualitas keakraban orangtua yang memiliki
anak ADHD.
b. Untuk mengetahui prestasi belajar pada anak ADHD.
D. Manfaat penelitian
1. Dinas Kesehatan RI
Sebagai bahan kajian mengenai pengaruh keakraban
orangtua terhadap prestasi belajar pada anak ADHD.
2. Peneliti selanjutnya
Sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya.
3. Orangtua
Sebagai bahan informasi untuk peningkatan keakraban
orangtua yang berdampak positif pada prestasi belajar anak
ADHD.
4. Masyarakat
Sebagai bahan informasi masyarakat, khususnya lembaga
pendidikan agar memberikan penyuluhan kepada orangtua yang
mempunyai anak ADHD.
E. Keaslian penelitian
Keaslian
penelitian
mengenai
hubungan
antara
tingkat
keakraban orang tua dengan tingkat prestasi belajar pada anak ADHD
Siswa
Yogyakarta,
variabel
independennya
adalah
Keakraban
Suami
Istri
yang
Memiliki
Anak
pada
variabel
Bantul
Yogyakarta,
dan
peneliti
tersebut
maka
diharapkan
penelitian
ini
akan
membantu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keakraban orangtua
Orangtua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan
ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang
dapat membentuk keluarga. Menurut Depkes RI (1998) keluarga
adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Sedangkan
menurut WHO (1969) keluarga merupakan anggota rumah tangga
yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adaptasi atau
perkawinan.
Menurut Undang-Undang no. 1 tahun 1974 pengertian
pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa. Pernikahan dianggap sah apabila dilakukan menurut hukum
perkawinan masing-masing agama dan kepercayaannya serta tercatat
oleh lembaga yang berwenang menurut perundang-undangan yang
berlaku.
terdalam,
kecemasan-kecemasan,
harapan-harapan,
dan
impian-impian.
Nafsu merupakan komponen motivasional. Hal ini menunjuk
pada aspek romantis dan seksual dalam hubungan. Nafsu merupakan
gejolak fisiologis dan kebutuhan untuk bersatu dengan pasangannya.
Nafsu memiliki dua komponen, yaitu daya tarik dan daya negatif. Bila
salah satu pihak menolak, maka dapat terjadi withdrawl symptoms
(menarik diri) dan depresi.
Apabila dalam ikatan perkawinan ketiga komponen tersebut
tidak seimbang maka akan berpengaruh pada kehidupan rumah
tangganya. Hubungan yang didominasi oleh keakraban dengan
10
perhatian
di
antara
anggota
keluarga,
membina
11
memenuhi
kebutuhan
keluarga,
pengaturan
dan
penggunaan
dengan
menyekolahkan
anak
untuk
memberikan
dan
mendidik
anak
sesuai
dengan
tingkat-tingkat
perkembangannya.
Menurut Gunarsa (1995) dalam keluarga yang ideal (lengkap)
maka ada dua individu yang memainkan peranan penting yaitu peran
ayah dan peran ibu. Peran ibu adalah 1) memenuhi kebutuhan biologis
dan fisik, 2) merawat dan mengurus keluarga dengan sabar, mesra, dan
konsisten, 3) mendidik, mengatur dan mengendalikan anak, 4) menjadi
contoh dan teladan bagi anak. Sedangkan peran ayah adalah 1) ayah
sebagai pencari nafkah, 2) ayah sebagai suami yang penuh pengertian
dan memberi rasa aman, 3) ayah berpartisipasi dalam pendidikan anak,
4) ayah sebagai pelindung atau tokoh yang tegas, bijaksana, dan
mengasihi keluarga.
12
B. Prestasi belajar
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan suatu proses,
sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar.
Untuk memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar
harus bertitik tolak kepada pengertian prestasi dan belajar itu sendiri.
Muray dalam Beck (1994) mendefinisikan prestasi sebagai
berikut: To overcome obstacle, to exercise power, to strive to do
something difficult as well and as quickly as possible. Yang memiliki
arti Kebutuhan untuk prestasi adalah mengatasi hambatan, melatih
kekuatan, berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan sebaik dan
secepat mungkin. Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit
yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. Sedangkan belajar
mengandung pengertian proses perubahan yang relative tetap dalam
perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman (Winataputra, 1995).
Winkel
(1996)
mengemukakan
bahwa
prestasi
belajar
belajar
menurut
Taksonomi
Bloom
dkk.,
kemampuan
menghafal,
memahami,
mengaplikasi,
afektif
adalah
kecenderungan
seseorang
untuk
untuk
menerima
atau
menolak
suatu
objek,
berdasarkan penilaian terhadap objek itu sebagai hal yang berguna atau
berharga (sikap positif) dan tidak berharga atau tidak berguna (sikap
negatif) (Sanjaya, 2006).
Aspek psikomotor adalah aspek yang berhubungan dengan
aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul,
dan sebagainya. Bloom (1979) berpendapat bahwa aspek psikomotor
berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui
keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan.
Adanya bentuk perubahan dalam proses belajar harus melalui
proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu
dan di luar individu. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses
dan hasil belajar, yaitu: 1) faktor internal, meliputi: kesehatan;
intelegensi; minat dan motivasi; serta cara belajar, 2) faktor eksternal,
meliputi: lingkungan keluarga; lingkungan sekolah; serta lingkungan
masyarakat.
Apabila kesehatan anak terganggu dengan sering sakit kepala,
pilek, demam dan lain-lain, maka hal ini dapat membuat anak tidak
bergairah untuk mau belajar. Secara psikologi, gangguan pikiran dan
perasaan kecewa karena konflik juga dapat mempengaruhi proses
belajar.
15
16
Motivasi
belajar
dikatakan
ekstrinsik
bila
anak
didik
sekolah
pun
memiliki
andil
yang
cukup
lingkungan
keluarga
dan
lingkungan
sekolah,
18
merupakan
singkatan
dari
Attention
Deficit
2)
impulsivitas
(impulsivity),
3)
hiperaktifitas
(hyperactivity).
ADHD ditandai oleh perhatian yang buruk atau ciri
hipeaktivitas dan impulsivitas atau keduanya yang tidak sesuai dengan
usianya (Kaplan dan Sadock, 1997).
Tingkat prevalensi anak ADHD bervariasi antara 3% sampai
5% (APA, 1994). Insidensi pada anak laki-laki lebih tinggi
dibandingkan dengan anak perempuan dengan rasio 3:1 sampai 5:1.
19
karena
adanya
rangsangan-rangsangan
luar
yang
Anak-anak
ADHD
rangsangan-rangsangan
kesadarannya.
Gejala
inattention,
mempunyai
kesulitan
untuk
tersebut
menjauh
dari
antara
lain
tidak
suka
20
Hiperaktivitas
menunjukan
genetik
memegang
peranan
terbesar
terjadinya
gangguan perilaku ADHD. Hal ini dapat terlihat pada sebagian besar
keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang berkelainan secara
psikopatologi, pada umumnya mempunyai anak hiperaktif. Kelainan
psikopatologi dalam hal ini termasuk adanya gangguan tingkah laku,
gangguan suasana hati, rasa ketakutan yang tidak menentu sebabmusababnya, dan penyalahgunaan pemakaian obat-obat penenang
(Delphie, 2009). Anak dengan orang tua yang menyandang ADHD
mempunyai
delapan
kali
kemungkinan
mempunyai
resiko
Pada
bagian
pre-frontal,
korpus
kalosum
yang
usia,
tetapi
tidak
terjadi
pada
orang
ADHD
(Paternotte,2010).
Menurut Paternotte (2010), pada anak ADHD terdapat
gangguan yang menyertainya, salah satunya yaitu kesulitan belajar.
Pada beberapa anak ADHD yang mempunyai tingkat IQ normal atau
tinggi sekalipun tetap mempunyai masalah dalam pelajaran membaca
dan berhitung. Pada penelitian terdapat 20-30% dari anak ADHD
22
perhatian
tampak
tidak
mendengarkan
bila
23
meninggalkan
tugas-tugas
yang
sekolah
dan
pekerjaan
rumah);
kehilangan
barang-barang
yang
24
berlari-lari
tidak
pada
tempatnya,
berkelilingan, atau mengerjakan yang tidaktidak (yang pada orang dewasa dapat tetap diam
hingga dapat memunculkan peranan subjektif
dari ketenangan);
d) Sulit untuk bermain atau kegiatan lain secara
tenang;
e) Sering melakukan suatu hal terus menerus;
Impulsivitas
25
26
D. Kerangka teori
Faktor eksternal:
-
Lingkungan
keluarga
Lingkungan
sekolah
Lingkungan
masyarakat
kurang
Keakraban orangtua:
-
Komitmen
Keakraban
Nafsu
Proses pendidikan
cukup
(nilai rapor)
baik
Faktor internal:
-
Kesehatan
Intelegensi
Minta dan
motivasi
Cara belajar
27
E. Hipotesis
Keakraban orangtua mempengaruhi prestasi belajar pada anak
ADHD.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
Penelitian ini bersifat analitik non-eksperimental dengan
pendekatan cross-sectional (potong lintang).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada keluarga yang mempunyai anak
ADHD yang bersekolah di SD Pujokusuman 1 Yogyakarta. Penelitian
dilakukan pada bulan Mei 2011 hingga selesai.
C. Subyek Penelitian
1. Populasi
Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
keluarga dan anak ADHD yang bersekolah di SD Pujokusuman 1
Yogyakarta.
2. Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada SD Pujokusuman 1
Yogyakarta. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 responden,
yaitu keluarga yang mempunyai anak ADHD.
Kriteria inklusinya, yaitu:
29
30
orangtua.
Instrumen
keakraban
orangtua
ini
31
Gangguan
Pemusatan
Perhatian/Hiperaktivitas
selama masa tertentu itu, yaitu selama empat atau enam bulan.
(Suryabrata, 1989).
Prestasi belajar dikategorikan kurang (x < (-1,0)); cukup ((1,0) x < (+1,0)); baik ((+1,0) x) (Aswar, 2003). Aplikasi
pada tingkat prestasi dengan = 8,1 dan = 2,1 diperoleh kategori
skor sebagai berikut:
x < 6 dengan kategori kurang
6 x < 10 dengan kategori cukup
10 x
dengan kategori baik
G. Alur Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam beberapa tahap, yaitu: 1) tahap
persiapan, 2) tahap pelaksanaan, 3) tahap akhir.
Kegiatan dalam tahap persiapan ini adalah telaah masalah,
penetapan topik penelitian, telaah pustaka, penyusunan proposal,
penyusunan instrument, dan penyelesaian ijin penelitian. Tahap
persiapan ini terlaksana pada bulan Maret-Mei 2011.
Pada tahap pelaksanaan dilakukan pemberian surat ijin
penelitian kepada pihak sekolah yang akan diteliti. Pengumpulan data
dilakukan pada jam-jam sekolah dengan cara peneliti datang ke SD
Pujokusuman 1 Yogyakarta dan menemui ayah atau ibu yang sedang
menunggui anak sekolah. Setelah peneliti memperkenalkan diri,
memberi penjelasan tentang penelitian yang dilakukan, pengisian
34
dilakukan,
peneliti
menyusun
laporan
penelitian
dan
35
DAFTAR PUSTAKA
Abror, A.R. 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Ahmadi, A., Supriyanto, W. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Beck, J. 1994. Kunci Sukses Meningkatkan Kecerdasan Anak. Jakarta:
Delaprasta.
Beck, J. 2003. Meningkatkan Kecerdasan Anak. Jakarta: Delaprasta.
Dalyono, M. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, S.B. 1999. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta.
Djamarah, S.B. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Gunarsa, S.D. 1995. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta:
BPK Gunung Mulia.
Hamalik, O. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Kasijan, Z. 1994. Psikologi Pendidikan. Jilid 1. Surabaya: Bina Ilmu.
36
Nama anak
Alamat tinggal:
Petunjuk :
Berilah tanda silang (X) pada kolom jawaban yang sesuai.
Berilah skor:
0=bila tidak pernah terjadi atau sangat jarang terjadi
38
DAFTAR PERISTIWA/KEADAAN
Jawaban
0 1 2 3 4
Jawaban
1 2 3 4 5
39
Lampiran 2.
SKALA PENILAIAN PERILAKU ANAK HIPERAKTIF (SPPAHI)
Dr. dr. Djiwo Putro, Sp.KJ
No id. :
Nama Anak
: ......................................................................................
Umur
: ......................................................................................
Tanggal lahir
: ......................................................................................
Kelas
: ......................................................................................
Jenis Kelamin
:(L/P)
Nama Sekolah
: ......................................................................................
Alamat Sekolah
: ......................................................................................
Pengisi Kuisioner
Usia
: .................. Th.
Jenis Kelamin
:(L/P)
40
41