Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Dasar Teori
Banyak tumbuhan obat yang mengandung saponin. Saponin adalah senyawa yang
dapat menyebabkan timbulnya busa yang dapat bertahan lama ketika bahan
tumbuhan tersebut direbus dalam air dan kemudian dikocok. Kemampuan
pembusaan rebusan air dari bahan tumbuhan dan ekstraknya diukur dengan istilah
indeks pembusaan.
Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi pada bagian-bagian
tertentu dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap pertumbuhan. Fungsi
dalam tumbuh-tumbuhan tidak diketahui, mungkin sebagai bentuk penyimpanan
karbohidrat, atau merupakan waste product dari metabolisme tumbuh tumbuhan.
Kemungkinan lain adalah sebagai pelindung terhadap serangan serangga (Liener
IE. (ed). Toxic constituents of plant foodstuffs. Academic Press, New York, 1969.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
diketahui dari minuman seperti bir yang busanya disebabkan oleh saponin.
Contoh glikosida lain adalah tioglikosida dan bensiltioglikosida. Bila dihidrolisa
dengan enzim menghasilkan tiosianat, isotiosianat dan bensilsianat yang
merupakan racun dan mempunyai sifat antitiroid. Zat-zat toksik tersebut ada pada
bawang, selada air, kacang-kacangan, seperti kacang tanah, kacang kedele dan
juga pada macam-macam kol. Toksisitasnya mungkin karena dapat merendahkan
tegangan permukaan (surface tension). Dengan hidrolisa lengkap akan dihasilkan
sapogenin (aglikon) dan karbohidrat (hexose, pentose dan saccharic acid) (Liener
IE. (ed). Toxic constituents of plant foodstuffs. Academic Press, New York, 1969.
Diakses tanggal 18 Oktober 2010). Berdasarkan atas sifat kimiawinya, saponin
dapat dibagi dalam dua kelompok :
1. Steroids dengan 27 C atom.
2. Triterpenoids, dengan 30 C atom.
Saponin diklasifikasikan menjadi 2 yaitu : saponin steroid dan saponin
triterpenoid. Saponin steroid tersusun atas inti steroid (C 27) dengan molekul
karbohidrat. Steroid saponin di hidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang
dikenal sebagai saraponin. Tipe saponin ini memiliki efek anti jamur. Pada
binatang menunjukkan penghambatan aktifitas otot polos. Saponin steroid
diekskresikan setelah konjugasi dengan asam glukoronida dan digunakan sebagai
bahan baku pada proses biosintesis dari obat kortikosteroid. Pada penetapan
indeks pembusaan yang mengandung saponin, tanaman atau simplisia yang
digunakan adalah Kacang Hijau
II.
Neraca analitis
Backer glass 500ml
Pemanas
Labu ukur 100 ml
Pipet ukur 10 ml
Stop watch
Corong
Penggaris
Simplissia (pati kacang hijau)
Aquadest
Bejana 1 L
Ikan seribu dengan ukuran 2,0-2,5 cm
III.
Prosedur
a. Penentuan indeks pembusaan
haluskan simplissia
dan timbang 2 gram
kocok ke arah
memanjang selama 15
detik dengan frekuensi
pengocokan 2 kali
kocokan/ detik
nilai hasilnya
IV.
masukkan hasil
seduhan pada
bejana sampai
konsentrasi simplisia
dalam larutan
0,01%, 0,1%, dan
1%
masukkan 10 ikan
seribu pada setiap
tabung
Tinggi Busa
9:1
8:2
7:3
6:4
5:5
4:6
3:7
2:8
1:9
10 : 0
Indeks busa
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
0,9
1
0,9
= 1000/a
= 1000/9
=111,11
24 jam
I
II
III
Kontrol
V.
4 ekor
-
Pembahasan
Pada praktikum kali ini, Pada percobaan kali ini kami melakukan
1 ml
2 ml
3 ml
4 ml
5 ml
6 ml
7 ml
8 ml
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
0,9
cm
cm
cm
cm
cm
cm
cm
cm
9 ml
1 cm
Di lihat dari hasil praktikum tersebut, pada kacang hijau menghasilkan busa.
Namun busa yang dihasilkan ini belum tentu berasal dari saponin. Untuk itu maka
dilakukan uji indeks ikan.
Pada 4 bejana berukuran 1 L, isi dengan 500 ml aquades. Pada 3 bejana
masing-masing isi dengan filtrat kacang hijau. Pada bejana 1 bersifat sebagai
kontrol, tanpa penambahan filtrat. Pada bejana 2 dibuat konsentrasi filtrat kacang
hijau menjadi 0,01 % dalam 500 ml. Pada bejana 3 dibuat konsentrasi filtrat
kacang hijau menjadi 0,1 % dalam 500 ml dan pada bejana 4 dibuat konsentrasi
kacang hijau menjadi 1 % dalam 500 ml. Pada keempat bejana diisi dengan
masing-masing 10 ekor ikan dengan ukuran dan jenis yang sama. Lalu amati
keadaan ikan setelah 6 jam, 12 jam dan 24 jam. Amati ikan yang mati pada jamjam tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan, ikan yang mati hanya pada konsentrasi 1%
pada waktu pengamatan 24 jam. hal ini disebabkan karena kandungan saponin
dalam kacang hijau tidak terlalu tinggi sehingga tidak menimbulkan kematian
yang signifikan pada ikan.
Kematian pada ikan, mungkin disebabkan oleh gangguan pernapasan. Ikan yang
mati karena racun saponin , tidak toksik untuk manusia bila dimakan.
Saponin merupakan senyawa dalam bentuk glikosida yang tersebar luas
pada tumbuhan tingkat tinggi. Saponin membentuk larutan koloidal dalam air dan
membentuk busa yang mantap jika dikocok dan tidak hilang dengan penambahan
10 ml
0,9
cm
asam (Harbrone,1996). Saponin bersifat racun bagi hewan yang berdarah dingin
seperti ikan. Saponin dapat menghancurkan butir darah merah lewat reaksi
hemolisis. Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin
bebas kedalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit
dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis
kedalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia
tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah
dll. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan
larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan lrt. NaCl) akan masuk ke
dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan
sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang
ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin
akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosi berada pada
medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium
luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat
dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar
eritrosit (plasma).
VI.
Kesimpulan
Dari hasil pengamatan indeks busa kacang hijau adalah 111,11 dan
Daftar Pustaka