Você está na página 1de 8

LAPORAN PENDAHULUAN

KETUBAN PECAH DINI (KPD)

Disusun oleh :
Lauwana
13200064
Tingkat 3 Reguler 2

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN DIII KEPERAWATAN
2015

LAPORAN PENDAHULUAN
KETUBAN PECAH DINI (KPD)
A. PENGERTIAN
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal.
Persalinan adalah pelepasan dan pengeluaran produk konsepsi (janin, air ketuban,
plasenta dan selaput ketuban) dari uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan
normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (3740 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
kurang dari 24 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun bagi janin (Prawirohardjo,
S, 2005).
Ketuban pecah dini / Early Premature Rupture Of membrane (PROM) adalah
pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm
dan multipara kurang dari 5 cm (Prawirohardjo, 2005).
Sedangkan menurut Yulaikhah (2009), ketuban pecah dini adalah pecahnya
ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, kondisi ini merupakan penyebab terbesar
persalinan premature dengan segala akibatnya.
B. ETIOLOGI
Pada sebagian besar kasus, penyebabnya belum ditemukan. Faktor yang disebutkan
memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran prematur, merokok, dan
perdarahan selama kehamilan. Beberapa faktor risiko dari KPD :
1. Inkompetensi serviks (leher rahim) menyebabkan dindiing ketuban paling bawah
2.
3.
4.
5.
6.

endapatkan tekanan yang semakin tinggi.


Hidromnion (cairan ketuban berlebih >2000 cc)
Riwayat KPD sebelumya sebanyak 2 kali atau lebih
Kelainan letak janin yaitu sungsang
Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang.
Multipara, pada kehamilan yang sering mempengaruhi proses embriogenesis

sehingga selaput ketuban yang terbentuk lebih tipis.


7. Kehamilan kembar mengakibatkan kemungkinan

terjadinya

hidramnion

bertambah 10 x lebih besar


8. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu
9. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketubandalam
bentuk proteolitik sehingga memudahkan kulit ketuban dapat pecah,misalnya
aminonitis atau kasioaminionitis, infeksi genetalia
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Achadiat (2004) manifestasi ketuban pecah dini adalah:

1. Keluar air ketuban warna keruh, ,kuning, hijau, atau kecoklatan sedikit-sedikit
atau sekaligus banhyak
2. Dapat disertai demam bila sudah terjadi infeksi
3. Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban sudah tiadak ada, air ketuban sidah
kering.
4. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput keruban tidak ada dan air
ketuban sudah kering
5. Usia kehamilan vible (>20 minggu)
6. Buyi jantung bisa tetap normal
D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme ktuban pecah dini (KPD) menurut Manuaba (2009) yaitu diawali
dengan terjadi pembukaan premature serviks lalu selaput ketuban menjadi tidak kuat
sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi. Bila terjadi pembukaan
serviks, maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dan terjadi pengeluaran
air ketuban. Melemahnya daya tahan ketuban dapat dipercepat dengan infeksi yang
mengeluarkan enzim proteolitik dan kolegenase.
E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada KPD dapat terjadi pada ibu dan janinnya.
a. Terhadap Janin
Walaupun ibu belum menunjukkan gejala infeksi, tapi janin mungkin sudah
terkena infeksi, karena infeksi intra uteri lebih dulu terjadi (amnionitis,vaskulitis)
sebelum gejala pada ibu dirasakan.

b. Terhadap Ibu
Karena jalan telah terbuka antara lain akan dijumpai infeksi intrapartum apabila
terlalu sering dilakukan periksa dalam, infeksi puerperalis dan peritonitis dan
siptikemi.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang untuk KPD adalah :
1. Test Nitrozin, tes untuk memastikan pecahnya ketuban yaitu dengan kertas lakmus
cairan amnion memiliki PH 7,1 7, 3 hingga akan memberikan warna biru pada
kertas lakmus.
2. Ferning Test, untuk memastikan pecahnya ketuban dilakukan dengan pemeriksaan
mikroskopis dimana akan menggambarkan cairan amnion membentuk seperti
daun pakis atau paku- pakuan.
3. Pemeriksaan darah lengkap untuk menentukan adanya anemia dan infeksi

4. Pemeriksaan USG untuk melihat jumlah caira ketuban dan kavum uteri
(oligohidromnion), penipisan serviks dan kardiografi ( usia gestasi, ukuran janin,
gerakan jantung janin dan kakuatan kontraksi).
G. PENANGANAN
1. Konservatif
a. Rawat di rumah sakit
b. Berikan antibiotika bila ketuban pecah lebih dari 6 jam.
c. Jika umur kehamilan 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar
atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, berikan
tokolotik (salbutamol), dexamethasone, dan induksi dalam 24 jam.
e. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan
induksi.
f. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin).
g. Pada usia 32-34 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru
janin, dosis betamethasone 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari,
dexamethasone IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.

2. Aktif
a. Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio secarea.
Dapat pula diberikan misoprostol 50 ug intravaginal tiap 6 jam maksimal 4
kali.
b. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan
diakhiri bila skor pelvik < 5, dilakukan pematangan serviks kemudian induksi.
Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio secarea atau bila skor
pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.
H. PENATALAKSANAAN
KETUBAN PECAH
< 37 Minggu
>37 Minggu
Infeksi
Tidak ada infeksi
Infeksi
Tidak ada infeksi
Amoksisilin +
Lahirkan bayi
Berikan penisilin,
Berikan penisilin,
eritromisin untuk 7
gentamisin dan
gentamisin dan
hari
Metronidazole
metronidasole
Steroid untuk
Berikan penisilin dan
lahirkan bayi
lahirkan bayi
pematangan paru
ampisilin.
ANTIBIOTIKA SETELAH PERSALINAN

Profilaksis
Stop antibiotic

Infeksi
Lanjutkan untuk 24
48 jam setelah bebas
panas.

Tidak ada infeksi


Tidak perlu antibiotik

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas klien dan penanggung jawab
b. Keluhan utama
c. Pemeriksaan umum meliputi keadaan umum dan tanda vital
d. Riwayat obstetric
e. Pemeriksaan head to toe
1) Kepala: kulit kepala bersih atau tidak.
2) Muka: pucat atau tidak, oedem tidak.
3) Mata: apakah pucat atau tidak, oedem atau tidak, konjungtiva anemis
4)

atau tidak, sclera ikterik tidak, penglihatan baik atau tidak.


Hidung: bersih atau tidak, penciuman terganggu atau tidak, terdapat

5)

lender atau tidak, ada polip atau tidak.


Telinga bersih atau tidak, pendengaran baik atau tidak, terdapat cairanatau

6)

tidak.
Mulut: bibir kering atau tidak, mulut bersih atau tidak, terdapat stomatitis

7)

atau tidak.
Gigi: bersih atau tidak, terdapat caries atau tidak, gusi mudah berdarah

atau tidak.
8) Leher: terdapat pembesaran kelenjar tyroid atau tidak.
9) Ketiak: terdapat pembesaran kelenjar limfe atau tidak.
10) Dada: bentuknya bagaimana, terdapat retraksi

dinding

dada

tidak, pernafasan teratur atau tidak, bunyi jantung bagaimana.


11) Payudara: terdapat benjolan atau tidak.
12) Perut: terdapat luka bekas operasi atau tidak, terdapat pembesaran atau
nyeri tekan atau tidak.
13) Vulva:dari faktor predisposisi ketuban pecah dini adalah infeksi pada
genetalia.
14) Anus: terdapat hemoroid atau tidak.
15) Ekstremitas atas dan bawah: bentuk simetris atau tidak, terdapat kelainan
anatomi fisiologi tidak, kaki oedem tidak, varices atau tidak.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan dilatasi serviks dan kontraksi uterus
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 8 jam diharapkan
nyeri berkurang
Kriteria Hasil
- Ekspresi wajah klien rileks

- Skala nyeri 2
- Rr : 16 24x/ menit
- Klien dapat melakukan relaksasi / distraksi nyeri
Intervensi
a. Pantau tanda vital klien (RR)
R: ambang nyeri yang meningkat diiringi dengan peningkatan respirasi
rate
b. Kaji karakteristik nyeri verbal dan non verbal
R : untuk mengetahui karakteristik nyeri dan menentukam intervensi
nyeri selanjutnya
c. Berikan posisi nyaman
R : meningkatkan relaksasi klien, member rasa nyaman
d. Hitung frekuensi, intensitas dan durasi kontraksi uterus
R : memantau persalinan dan memberikan informasi untuk klien
e. Ajarkan dan bantu melakukan teknik relaksasi dan distraksi
R : dapat memblok impuls nyeri dalam korteks serebral
f. Anjurkan klien berkemih tiap 1 2 jam
R : mempertahankan kandung kemih bebeas ditensi yang dapat
menyebabkna ketidaknyamanan
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan kurangnya pengetahuan
tentang proses persalinan
Tujuan : setelelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 8 jam diharapkan
ansietas berkurang
Kriteria hasil :
- Klien melaporkan ansietas berkurang
- Klien dapat menggunakan teknik relaksasi / distraksi
- Wajah klien tampak rileks
- Kooperatif dalam setiap tindakan
- TD : 120/ 80 mmhg
Intervensi :
a. Kaji tingkat ansietas melalui isyarat verbal dan non verbal
R : mengidentifikasi tingkat ansietas dan intervensi tindakan yang
perlu silakukan selanjtnya.
b. Berikan dukungan intrapartal secara kontinyu, yakinkan bahwa klien
selalu didampingi
R : membantu menurunkan ketegangan klien
c. Anjurkan relaksasi nafas dalam/ distraksi
R : membantu menurunkan ansietas dan meningkatkan koping klien
d. Bimbing klien berdoa
R : meningkatkan keyakinan klien dalam menghadapi prosedur
persalinan
e. Pantau tekanan darah klien

R : stress dapat meningkatkan TD


f. Pantau pola kontraktilitas uterus, laporkan disfungsi persalinan
R : pola kontraksi hipertonik/ hiponik dapat terjadi bila stress menetap
dan memperpanjang pelepasan katekolamin.
g. Anjurkan klien mengungkapkan kecemasannya
R :stress, ansiatas dan rasa takut mempunyai efek yang dalam pada
proses persalinan.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan terbukanya jalan lahir dengan ekstrauteri
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan klien tidak mengalami infeksi
KH :
- Bebas tanda infeksi (tumor, kalor, dolor, rubor, fungsio laesa)
- Suhu tubuh normal (363oC 375 0C )
- Kadar leokosit normal (4,5 11 ribu/dl)
- Cairan amnion jernih, hamper tidak berwarna dan berbau
Intervensi
a. Pantau tanda tanda vital klien
R : peningkatan suhu tubuh mengindikassikan terjadinya infeksi
b. Kaji gejala infeksi (tumor, kalor, dolor, rubor, fungsio laesa)
R : pembesaran/ pmbengkakan, panas, nyeri, kemerahan dan kelainan
fungsi jaringan adalah indikasi dari terjadinnya infeksi
c. Pantau gambaran dan karakteristik dari cairan amniotic
R : pada infeksi, cairan amnion lebih kental dan kuning pekat dengan
bau yang tidak sedap
d. Gunakan teknik aseptic selama melakukan pemeriksaan vagina /
tindakan keperawatan
R : mencegah terjadinya infeksi silang
e. Kolaborasi dalam pemantauan kadar leokosit klie
R : meningkatnya sel leokosit mengindikasikan terjadinya infeksi

DAFTAR PUSTAKA
Achadiat, 2004, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta
: EGC.
Herdman, Heather T. 2010. NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 20122014. Jakarta : EGC.
Manuaba. 2009. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu kebidanan. Jakarta : FKUI.


Yulaikhah, 2009. Panduan Lengkap Kebidanan. Yogyakarta : Pallmall.
Varney, Helen. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Ed. 4, Vol. 1. Jakarta : EGC. 2007.
Wilkinson, M. Judith. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 7. Jakarta : EGC.

Você também pode gostar