Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Investasi untuk
Kesehatan dan
Gizi Sekolah di
Indonesia
51935
OKtober 2009
Daftar Isi
1. Ringkasan Eksekutif
Kesehatan dan Gizi Buruk pada Anak-anak Usia Sekolah di Indonesia
Keuntungan Potensial dari Perbaikan Kesehatan dan Gizi Anak Usia Sekolah
Tahapan untuk Investasi Kesehatan dan Gizi Sekolah di Indonesia
2. Ringkasan Rekomendasi dan Langkah Selanjutnya
3. Pendahuluan
KGS dan Tujuan Pembangunan Milenium
4. Dampak Buruknya Kesehatan dan Gizi pada Pendidikan
Penyakit Menular pada Anak Usia Sekolah
- Diare dan Tifus
- Infeksi Saluran Pernapasan Akut
- Malaria
- Infeksi Parasit Usus
Kelaparan dan Gizi Buruk pada Anak Usia Sekolah
- Gagal Tumbuh pada Anak Usia Sekolah
- Defisiensi Mikronutrien
> Defisiensi Zat Besi
> Defisiensi Yodium
Gangguan Pancaindera
Air dan Sanitasi
5. Potensi Keuntungan dari Perbaikan Kesehatan dan Gizi Anak Usia
Sekolah
Sektor Pendidikan
- Indikator Kunci Pendidikan
> Pendaftaran
> Kehadiran/Partisipasi dan Kemajuan
Sektor Kesehatan
6. Tahapan untuk Investasi KGS di Indonesia
Pendahuluan
Program UKS
- Struktur Institusional dari UKS
- Kekuatan dan Kelemahan UKS
Air dan Sanitasi di Sekolah
Klinik Kesehatan Dasar/Puskesmas dan Sekolah
Pemberian Makanan Tambahan di Sekolah
Layanan di Sekolah yang Didukung oleh Sektor Swasta dan LSM
7. Rekomendasi dan langkah Selanjutnya
Rekomendasi
Langkah Selanjutnya
8. Referensi
i
ii
iii
iv
v
1
2
3
4
6
8
10
11
12
12
13
14
14
16
16
20
20
21
22
22
23
24
24
24
25
26
27
27
28
29
29
30
31
31
31
32
34
35
36
I
INVESTASI UNTUK KESEHATAN & GIZI SEKOLAH DI INDONESIA
Daftar Isi
Daftar Tabel, Gambar, Kotak, dan Peta
Ucapan Terima Kasih
Akronim
Daftar Propinsi
Tabel 1:
Tabel 2:
10
Tabel 3:
15
Tabel 4:
20
Tabel 5:
22
Tabel 6:
24
Tabel 7:
26
Tabel 8:
30
Daftar Gambar
II
Gambar 1:
Prevalensi Diare pada Anak Sekolah Berusia 5-14 Tahun per Propinsi
12
Gambar 2:
13
Gambar 3:
13
Gambar 4:
14
Gambar 5:
17
Gambar 6:
17
Gambar 7:
18
Gambar 8:
18
Gambar 9:
19
Gambar 10: Tiga Pilar dan Aktivitas Utama dari Program UKS
19
Gambar 11: Tingkat Anemia karena Defisiensi Zat Besi Berdasarkan Usia, Gender
dan Waktu
21
Gambar 12: Tiga Pilar dan Aktivitas Utama dari Program UKS
28
28
Daftar Kotak
Kotak 1:
19
Kotak 2:
26
Kotak 3:
29
Daftar Peta
Peta 1:
21
Peta 2:
25
Dokumen in merupakan hasil dari kegiatan analisis situasional yang dilaksanakan untuk
melakukan penilaian atas situasi kesehatan dan gizi sekolah, berbagai kebijakan terkait,
mekanisme institusional, dan kegiatan/program kesehatan dan gizi sekolah yang tengah
berjalan di sektor pendidikan dasar; kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk
mengidentifikasi berbagai cara untuk memperkuat dan memperluas kesehatan dan
gizi sekolah di Indonesia. Analisis situasional itu sendiri dilaksanakan pada tahun 2009
oleh Joy Del Rosso (Manoff Group, Washington DC) dengan bantuan Rina Arlianti
(konsultan). Dalam melakukan tugasnya, kedua konsultan bekerja sebagai suatu tim
lintas-sektor untuk melakukan kunjungan lapangan, pertemuan-pertemuan, peninjauan
dan analisis atas berbagai dokumentasi terkait dengan kesehatan dan gizi sekolah di
Indonesia. Kunjungan lapangan itu sendiri dilaksanakan di Malang dan Batu.
Salah satu narasumber utama dalam rangkaian kegiatan ini adalah dr. Widaninggar
Widjajanti, Kepala Pusat Pengembagan Kualitas Jasmani, Kementerian Pendidikan
Nasional. Narasumber dari Bappenas adalah Suharti, Kepala Sub Direktorat Pendidikan
Dasar dan Anak Usia Dini, dan Yosi Diani Tresna, Kepala Sub Direktorat Promosi
Kesehatan dan Gizi Masyarakat. Narasumber lainnya datang dari Kementerian
Kesehatan; Kementerian Dalam Negeri; Kementerian Agama; Direktorat Pengembangan
TK &SD dan Direktorat Pengembangan SMP; mitra donor utama di sektor Kesehatan
dan Gizi Sekolah, termasuk UNICEF, Program Pangan Dunia (WFP), Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO), Micronutrient Initiative (MI), Proyek Layanan Lingkungan
Hidup USAID, dan satu lembaga swadaya masyarakat yang bekerja di bidang kesehatan
dan gizi sekolah: Yayasan Kusuma Buana.
Dalam kegiatan ini, Kota Malang direkomendasikan sebagai salah satu kabupaten/
kota terbaik dalam pengelolaan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Di Malang, para
narasumber datang dari Dinas Pendidikan Kota, Puskesmas, serta kepala sekolah dan
guru dari beberapa SD dan SMP. Narasumber di Batu datang dari Dinas Pendidikan Kota,
Puskesmas, serta kepala sekolah dan guru dari beberapa SD dan SMP.
Bank Dunia menyediakan dukungan teknis dan keuangan di bawah pengawasan
Mae Chu Chang, Koordinator Sektor Pembangunan Manusia; Sheila Town, Petugas
Operasional; dan Claudia Rokx, Spesialis Kesehatan Utama. Dukungan keuangan
disalurkan melalui Dana Amanat Kapasitas Pendidikan Dasar (BEC-TF). Eko Setyo
Pambudi membantu membuat grafik dan diagram dari data yang ada.
Sebuah seminar di akhir studi diadakan oleh Bappenas, difasilitasi oleh Dr. Taufik Hanafi,
Direktur Urusan dan Pendidikan Agama.
III
INVESTASI UNTUK KESEHATAN & GIZI SEKOLAH DI INDONESIA
Daftar Tabel
Akronim
ARI
Singkatan
Nama Propinsi
BAPPENAS
Aceh
Planning Agency)
Sulut
Sulawesi Utara
BIAS
Sumbar
Sumatera Barat
Depag
Departemen Agama
Riau
Riau
Depdagri
Jambi
Jambi
Depdiknas
Sulsel
Sulawesi Selatan
Depkes
Departemen Kesehatan
Bengk
Bengkulu
DS
Lampung
Lampung
EPI
Babel
FRESH
Kepri
Kepulauan Riau
Jakarta
DKI Jakarta
IDD
Jabar
Jawa Barat
IQ
Intelligence Quotient
Jateng
Jawa Tengah
IRD
Yogya
DI Yogyakarta
ISPA
Jatim
Jawa Timur
KGS
Banten
Banten
LSM
Bali
Bali
MDG
NTB
MOU
NTT
NHHS
Kalbar
Kalimantan Barat
Tangga Nasional)
Kalteng
Kalimantan Tengah
SD
Kalsel
Kalimantan Selatan
SHN
Kaltim
Kalimantan Timur
SISWA
Sumut
Sumatera Utara
Sulteng
Sulawesi Tengah
SMA
Sumsel
Sumatera Selatan
SMP
Sultra
Sulawesi Tenggara
SPM
Goron
Gorontalo
UKS
Sulbar
Sulawesi Barat
UNESCO
Maluku
Maluku
UNICEF
Malut
Maluku Utara
USDA
Pabar
Papua Barat
USAID
Papua
Papua
WFP
WHO
YKB
V
INVESTASI UNTUK KESEHATAN & GIZI SEKOLAH DI INDONESIA
IV
Daftar Propinsi
1. Ringkasan Eksekutif
Intervensi Kesehatan dan Gizi Sekolah (KGS) atau
School Health and Nutrition (SHN) adalah investasi
yang penting untuk pendidikan karena kesehatan dan
gizi buruk pada anak usia sekolah dapat menghambat
tercapainya tujuan pendidikan. Dampak negatif dari
penyakit dan gizi buruk pada anak-anak dapat terasa
sepanjang masa pertumbuhan mereka. Selain itu
meskipun resiko kematian yang diakibatkan penyakit
dan gizi buruk pada anak usia sekolah cukup kecil,
penyakit dan gizi buruk dapat mempengaruhi partisipasi
dan kemajuan di sekolah serta proses belajar mereka.
1
Anak usia sekolah yang kelaparan dan bergizi buruk
memiliki kemampuan kognitif yang lebih rendah;
kemampuan kognitif yang hilang pada usia ini bisa
lebih besar daripada kemampuan kognitif yang hilang
yang diakibatkan oleh kekurangan gizi dan kesehatan
yang buruk yang dialami selama masa usia dini. Tidak
mengherankan bahwa anak usia sekolah dengan masalah
gizi seperti ini memiliki kinerja yang lebih rendah serta
berkemungkinan jauh lebih besar untuk mengulang kelas
dan putus sekolah dibandingkan anak-anak yang tak
pernah mengalami masalah serupa. Sering absennya
anak-anak yang bergizi buruk dan kurang sehat adalah
salah satu faktor kunci dari rendahnya kinerja mereka.
Data tentang laporan prevalensi diare and tifus nonspesifik di antara anak usia sekolah di Indonesia
menunjukkan bahwa proporsi anak-anak yang terkena
penyakit ini per propinsi berkisar antara 2 sampai 20
persen untuk diare dan antara kurang dari 1 persen
sampai sedikit lebih dari 3 persen untuk tifus. Ratarata
angka ISPA pada anak usia sekolah pada umumnya
cukup tinggi; 20 persen atau lebih di semua propinsi
dan 30 persen atau lebih di hampir setengah dari jumlah
propinsi. Malaria telah diidentifikasikan sebagai penyebab
utama ketidakhadiran di sekolah dan prestasi belajar yang
rendah. Sebenarnya malaria bukan merupakan masalah
yang universal di Indonesia karena sebagian besar daerah
tidak terpengaruh serius oleh penyakit tersebut. Namun
ada tiga propinsi di Indonesia (Papua, Papua Barat dan
NTT) dimana malaria merupakan masalah yang sangat
serius, dengan rata-rata angka anak usia sekolah yang
menderita malaria berkisar antara hampir 70 persen di
Papua sampai sekitar 15 persen di NTT.
Infeksi cacing telah dikenal dan dicatat memiliki angka
tertinggi pada anak usia sekolah di negaranegara yang
tidak dapat mengontrol infeksi tersebut karena buruknya
sistem air dan sanitasi. Infeksi cacing berperan penting
dalam status gizi dan kesehatan anak usia sekolah dan
berkontribusi terhadap angka ketidakhadiran. Hal ini
kemudian dapat mengurangi kapasitas belajar yang
menyebabkan menurunnya prestasi belajar. Indonesia
diidentifikasi oleh WHO sebagai salah satu negara
Potensi Keuntungan
dari Perbaikan
Kesehatan dan Gizi
Anak Usia Sekolah
Status pendidikan dan ekonomi sebuah negara berkaitan erat dengan status kesehatannya: dengan memperbaiki gizi dan kesehatan, maka pendidikan dan ekonomi akan menjadi lebih kuat. Memperbaiki gizi dan kesehatan
pada anak usia sekolah, sama seperti halnya usaha memperbaiki gizi dan
kesehatan pada bayi, merupakan elemen strategis dalam usaha membangun masyarakat. Anak yang lebih sehat dan bergizi lebih baik akan berada
di sekolah lebih lama, belajar lebih banyak dan akan menjadi orang dewasa
yang lebih sehat dan lebih produktif.
Ketika kita menangani permasalahan gizi dan kesehatan
pada anak usia sekolah, manfaat yang diperoleh lebih
besar dari sekedar perbaikan tingkat kesehatan dan
kapasitas belajar dari kelompok yang ditangani tersebut;
manfaat gizi dan kesehatan yang diperoleh juga akan
terasa pada generasi berikutnya dan akan berujung pula
pada manfaat ekonomi jangka panjang. Sebagai contoh,
anak perempuan yang bersekolah lebih lama mempunyai
kecenderungan untuk menunda kehamilan; dengan
menunda kehamilan tersebut, akan diperoleh manfaat
antar generasi berupa penurunan angka kelahiran, proses
kelahiran yang lebih baik, dan kesehatan anak yang lebih
3
INVESTASI UNTUK KESEHATAN & GIZI SEKOLAH DI INDONESIA
Tahapan untuk
Investasi Kesehatan
dan Gizi Sekolah di
Indonesia
Kebijakan nasional mengenai kesehatan sekolah telah dimulai sejak tahun
1950an. Pada tahun 1970an, dibentuklah satuan tugas pendidikan dan
kesehatan untuk menjalankan program kesehatan di tingkat SD. Pada tahun
1984, sebuah kebijakan tentang kesehatan sekolah dan Keputusan Bersama
dibuat dengan melibatkan 4 kementerian: Departemen Pendidikan Nasional
(Depdiknas), Departemen Agama (Depag), Departemen Kesehatan (Depkes),
dan Departemen Dalam Negeri (Depdagri) untuk mewujudkan program
kesehatan sekolah yang disebut dengan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
5
INVESTASI UNTUK KESEHATAN & GIZI SEKOLAH DI INDONESIA
Rekomendasi
2. Ringkasan
Rekomendasi dan
Langkah Selanjutnya
Bentuk model yang terpisah untuk membendung naiknya angka kelebihan berat
badan dan obesitas Meskipun hal ini tidak langsung berhubungan dengan pendidikan,
seriusnya kenaikan dalam isu kelebihan berat badan anak-anak di Indonesia mengindikasikan
bahwa strategi untuk mempromosikan praktik gizi seimbang dan aktivitas fisik yang baik
harus menjadi sebuah elemen pada KGS dalam beberapa konteks tertentu.
Langkah Selanjutnya
Gunakan mekanisme praktik yang baik dalam pendidikan dasar yang sedang
berjalan untuk mengidentifikasi intervensi/program kesehatan dan gizi di sekolah
yang dilalukan oleh sektor swasta, LSM dan/atau didukung oleh pemerintah yang
menawarkan potensi untuk menciptakan model praktik yang baik dalam konteks
yang spesifik untuk KGS. Dokumentasikan dan kemaslah praktik yang baik ini dengan
mengaitkannya dengan konteks yang spesifik.
Buat sebuah tool kit KGS dan modul pelatihan yang dibangun dari praktik baik dan
pengalaman internasional. Tool kit ini dapat digunakan di tingkat kabupaten dan sekolah
untuk meningkatkan kesadaran dan membangun kapasitas dalam mengidentifikasi dan
menjawab permasalahan kebutuhan kesehatan dan gizi untuk anak usia sekolah dalam
konteks yang berbeda-beda.
Lakukan sebuah penilaian kapasitas institusi yang mendalam pada berbagai tingkatan
termasuk di tingkat nasional, kabupaten, kecamatan dan sekolah untuk mengidentifikasi
pendekatan dan kebutuhan untuk pembangunan kapasitas dalam mendukung promosi
tambahan dan pelaksanaan intervensi Kesehatan dan Gizi Sekolah.
7
INVESTASI UNTUK KESEHATAN & GIZI SEKOLAH DI INDONESIA
Perbaiki kualitas komunikasi yang berfokus pada pendidikan dan tingkah laku kesehatan
Kesehatan, kebersihan, gizi dan pendidikan lainnya yang efektif dibutuhkan untuk
mempromosikan praktikpraktik yang dihubungkan dengan layanan di sekolah (contohnya
air bersih, mencuci tangan, dll.) dan untuk membentuk tingkah laku sehat lainnya.
3. Pendahuluan
Tabel 1:
Imunisasi Plus
12-30
20-34
20-150
30-100
30-100
35-55
* Masa Hidup yang disesuaikan dengan ketidak-mampuan (Disability Adjusted Life Year, DALY) - sebuah unit yang
digunakan untuk mengukur beban global dari penyakit dan efektivitas dari intervensi kesehatan, seperti yang
diindikasikan dengan pengurangan dalam beban penyakit. (World Development Report, 1993)
**Termasuk perawatan infeksi cacing, kekurangan mikronutrien dan pengadaan kesehatan.
Sumber: Bobadilla, et al., 1994
2 Memposisikan
Intervensi
4. Dampak Buruknya
Kesehatan dan Gizi
pada Pendidikan
Tabel 2:
11
10
Gambar 2:
Papua
NTT
Maluku
Aceh
Goron
NTB
Sulteng
Lampung
Sultra
Bengk
Jatim
Jateng
Sulsel
Yogya
Sulbar
Sulut
Sumsel
Jabar
Malut
Kalbar
Sumbar
Riau
Sumut
Kepri
Kaltim
Babel
Jambi
Banten
Kalteng
Bali
Kalsel
0
Jakarta
* Propinsi ditampilkan dari kiri (terendah) ke kanan (tertinggi) berdasarkan tingkat kemiskinan
Gambar 1:
12
13
Gambar 3:
20
15
10
70
60
Pabar
Papua
NTT
Maluku
Goron
NTB
Aceh
Sulteng
Lampung
Sultra
Bengk
Jatim
Jateng
Sulsel
Yogya
Sulbar
Sulut
Sumsel
Jabar
Malut
Kalbar
Sumbar
Riau
Sumut
Kepri
Kaltim
Babel
Jambi
Kalsel
Kalteng
Bali
Banten
0
Jakarta
50
40
30
20
Riskesdas, 2007
Pabar
Papua
NTT
Maluku
Goron
Aceh
NTB
Sulteng
Lampung
Sultra
Bengk
Jateng
Jatim
Sulsel
Yogya
Sulbar
Sumsel
Sulut
Jabar
Kalbar
Malut
Sumbar
Sumut
Riau
Kepri
Kaltim
Babel
Jambi
Banten
Kalteng
10
Kalsel
* Propinsi ditampilkan dari kiri (terendah) ke kanan (tertinggi) berdasarkan tingkat kemiskinan; lihat Annex 1 untuk nama lengkap dari Propinsi
Bali
Jakarta
25
Malaria
dengan 70 persen (Papua) anak usia sekolah menderita
Malaria (lihat Gambar 4). Malaria dapat dicegah melalui
penggunaan kelambu tidur yang telah diberi pestisida
dan dapat disembuhkan dengan obat anti-malaria, yang
kadang-kadang diberikan kepada anak-anak sekolah
melalui sekolah.
Gambar 4:
70.0
60.0
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
Tabel 3:
Lokasi/Sampel
14
www.dewormtheworld.org
80%
<5%
96%
50%
Sumatra (2000+siswa)
20-48%
NA
www.who.int/neglected_diseases/preventive_chemotherapy
10
15
INVESTASI UNTUK KESEHATAN & GIZI SEKOLAH DI INDONESIA
Pabar
Papua
NTT
Maluku
Goron
NTB
Aceh
Sulteng
Lampung
Sultra
Bengk
Jatim
Jateng
Sulsel
Yogya
Sulbar
Sulut
Sumsel
Jabar
Malut
Kalbar
Sumbar
Riau
Sumut
Kepri
Kaltim
Babel
Jambi
Banten
Kalteng
Bali
Kalsel
Jakarta
0.0
Gambar 5:
Gagal Tumbuh pada Anak Berusia 6-15 tahun (tinggi badan berdasarkan usia < 2 DS) per Propinsi
60
40
30
20
10
11
12
13
14
15
16
17
Anderson, 1999
18
19
20
Pabar
Papua
NTT
Maluku
Goron
NTB
Aceh
Sulteng
Lampung
Sultra
Bengk
Jatim
Jateng
Sulsel
Yogya
Sulbar
Sulut
Sumsel
Jabar
Malut
Kalbar
Sumbar
Riau
Sumut
Kepri
Kaltim
Babel
Jambi
Banten
Gagal Tumbuh (< 2 DS tinggi badan berdasarkan usia) Berdasarkan Usia dan Tempat Tinggal
Presentase
Kalteng
* Propinsi ditampilkan dari kiri (terendah) ke kanan (tertinggi) berdasarkan tingkat kemiskinan
16
Bali
0
Kalsel
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
17
10
11
12
Umur
13
14
15
Perkotaan Pedesaan
Tipe Tempat Tinggal
Jakarta
Gambar 7:
Tren Gagal Tumbuh, Tahun 1993-2007 (< 2 DS tinggi badan berdasarkan usia) Berdasarkan Usia
Kotak 1:
Beban Ganda Gizi Buruk pada Anak Usia Sekolah; Kekurangan Gizi dan Kelebihan Berat Badan
50
1993
20
2000
10
2007
0
Total
Gambar 8:
Gambar 9:
Tren Gagal Tumbuh (<2 DS tinggi badan berdasarkan usia) Tahun 1993-2007 Berdasarkan Tempat Tinggal
60
18
Pabar
Papua
NTT
Maluku
Goron
NTB
Aceh
Sulteng
Sultra
Bengk
Jatim
Jateng
Sulsel
Yogya
Sulbar
Sulut
Sumsel
Jabar
19
Gambar 10:
Tren pada BMI > +1 DS Anak Berusia 5-19 tahun Berdasarkan Tempat Tinggal Tahun 1993-2007
12
10
8
6
1993
2000
2007
0
Perkotaan
Pedesaan
21
Total
Total
Lampung
Pedesaan
Presentase
Perkotaan
Malut
Kalbar
2007
Sumbar
2000
10
Riau
1993
20
Sumut
30
Bali
Presentase
40
Kepri
30
25
20
15
10
5
0
50
Kaltim
16-<19
Babel
13-<16
Kelompok Umur
Jambi
6-<13
Banten
5-<6
Kalteng
30
Kalsel
Presentase
40
Defisiensi Mikronutrien
Gambar 11:
Tingkat Anemia karena Defisiensi Zat Besi Berdasarkan Usia, Gender dan Waktu
Zat Besi
Yodium
Seng
X
X
X
Sumber Kunci: Jukes, Drake and Bundy, SHN and Education for All, 2008; Del Rosso and Marek, Class Action, 1996
20
Laki-laki 1995
30
20
Perempuan 1995
10
L+P 2001
0-4 tahun
5-9 tahun
10-14 tahun
SUMATERA
SUMATER
MA
ATER
R UTARA
RA
RIAU
KALIMANTAN BARAT
KEPULAUAN RIAU
N
MALUKU UTARA
MA
SULAWESI
SI UTARA
IRIAN JAYA BARAT
JAMBI
JAM
KEPULAUAN
KEP
KEPULAUA
KEPU
ULA
AUA
A BANGKA BELITUN
TU
UN
UNG
PAPUA
SUMATERA BARAT
SULA
SU
ULAWESI
LA
TENGAH
A
KALIMANTAN TENGAH
SULAWESII B
BA
AR
R
RAT
DKI JAKARTA
SUMATERA SELATAN
AT
SULA
ULA
LAW
WESI
W
ES TENGGARA
KALIMANTAN SELATAN
JAWA
A
TENGAH
EN
LAMPUNG
SULAWESI
SI SELATAN
BENGKULU
BANTEN
JAWA BARAT
JAWA TIMUR
< 30%
30 - 49%
50-69%
70-89%
> 90%
23 Survei
GORONTALO
SULA
LA
AWESI TENGAH
BALI
24 Data
Evaluasi IDD Nasional tahun 2003, yang dikutip dari Atmarita. 2005
MALUKU
22
Wanita Hamil
Vit A
50
40
Tabel 4:
Akibat
60
21
INVESTASI UNTUK KESEHATAN & GIZI SEKOLAH DI INDONESIA
Gangguan Pancaindera
Data mengindikasikan bahwa kemampuan penglihatan
rendah (20/60) berkisar antara kurang lebih 2 sampai
10 persen dan dengan penglihatan kurang dari 20/60
adalah dari 0,3 sampai 2,6 persen di seluruh propinsi.
Rata-rata 5 persen dari anak-anak menunjukkan adanya
kemampuan penglihatan yang rendah dan hanya 1
persen yang memiliki gangguan penglihatan yang lebih
serius.25
22
Tabel 5:
Akses akan Air Bersih dan Sanitasi - Perbandingan Antar Beberapa Negara (WHO, 2009)
Negara
25
Indonesia
80
52
Thailand
98
96
Sri Lanka
82
86
China
88
65
Viet Nam
92
65
Philippines
93
78
Cambodia
65
28
5. Potensi
Keuntungan dari
Perbaikan Kesehatan
dan Gizi Anak
Usia Sekolah
23
Sektor Pendidikan
Sektor pendidikan di Indonesia merupakan yang
keempat terbesar di dunia dengan lebih dari 40 juta
siswa, 2,6 juta guru dan lebih dari 200.000 sekolah.
Dua kementerian bertanggung jawab untuk mengelola
sektor pendidikan, yaitu Departmen Pendidikan Nasional
(Depdiknas) dan Departemen Agama (Depag). Sekolah
swasta juga merupakan bagian penting dalam sistem
pendidikan di Indonesia khususnya pada tingkat sekolah
menengah pertama dan sekolah menengah atas dimana
mereka bertanggung jawab atas 56 dan 67 persen dari
jumlah sekolah dalam sistem. Sub-sektor pendidikan
Islam memberikan pelayanan pendidikan dasar melalui
madrasah dan pesantren (madrasah dengan fasilitas
asrama) dan terdapat sekitar 40.000 madrasah di
Indonesia yang terdaftar di Depag, dengan 4.000
di antaranya merupakan madrasah negeri. Secara
keseluruhan, sekolah-sekolah ini mengakomodasi sekitar
6 juta anak usia sekolah. Di sekolah Islam, tingkat
SUMATE
M TE
ERA
E
R UTARA
RIAU
KALIMANTAN BARAT
KEPULAUAN RIAU
GORONTALO
SUL
ULLAWESI TENGAH
N
MALUKU UTARA
M
SULAWESI
S UTARA
IRIAN JAYA BARAT
JAMBI
JA
KEP
KEPULAU
PULLLAU
UAN BANGKA BELIT
U
TU
TU
TUNG
UN
N
PAPUA
SUMATERA BARAT
SU
SU
ULAWESI
UL
TENGAH
A
KALIMANTAN TENGAH
SULAWESI
SI BA
ARAT
A
RAT
DK
KI JAKARTA
K
SUMATERA SELATAN
LA
SULAWESI
SULAW
LAW
WE TENGGARA
KALIMANTAN SELATAN
JJAWA TE
TENGAH
LAMPUNG
SULAWESI
S SELATAN
BENGKULU
U
Tabel 6:
46,5 juta
2,78 juta
Laki-laki
Perempuan
95,4%
97,1%
93,7%
98,8%
98,7%
98,9%
686.000
142.000
544.000
BANTEN
JAWA BARAT
JAWA TIMUR
25
BALI
MALUKU
Sumber: World Bank EdStats, berdasarkan tahun yang terakhir yang tersedia, 2005-2007
26
28
27
Data dari Susenas 2006 dan Depdiknas 2006-07 dikutip dari dokumen
proyek BOS-KITA World Bank
29
Ibid
24
Sektor Kesehatan
Anak usia sekolah bukan kelompok beresiko tinggi untuk
kematian dan anak perempuan dalam usia sekolah,
biasanya, belum termasuk dalam tahapan mengandung
anak yang dianggap sangat beresiko. Dari pandangan
sektor kesehatan, hal ini menjadikan populasi anak usia
sekolah tidak diprioritaskan dalam kebanyakan intervensi
sektor kesehatan dengan beberapa pengecualian. Untuk
anak usia sekolah, terutama di masa remaja, kaum muda
mulai membuat keputusan mandiri mengenai kesehatan
mereka serta membentuk dan mengadopsi perilaku
yang akan mempengaruhi kesehatan mereka pada saat
tersebut dan di masa depan, demikian juga dengan
kesehatan calon anak-anak mereka. Anak perempuan,
khususnya anak perempuan remaja, merupakan kunci
kesehatan dari generasi mendatang. Perkembangan
fisiologis yang baik selama masa remaja mempersiapkan
anak-anak perempuan untuk masa kehamilan, melahirkan
anak serta menjadi ibu. Menjamin bahwa anak-anak
perempuan tersebut mendapatkan gizi yang baik dan
sehat terutama mengingat terus meningkatnya
kebutuhan mereka akan zat besi dan akan nutrisi untuk
pertumbuhan sebelum tahun-tahun reproduksi mereka
dimulai akan mengurangi terjadinya kelahiran anak
6. Tahapan untuk
Investasi KGS
di Indonesia
Tabel 7:
26
Siswa yang...
Persen
11.1
5.8
Meminum paling tidak satu minuman yang mengandung alkohol pada 30 hari terakhir
2.6
Satu kali atau lebih diserang secara fisik pada 12 bulan terakhir
39.8
45.9
Tidak pernah atau jarang sekali mencuci tangan mereka sebelum makan pada 30 hari terakhir
4.1
Pendahuluan
27
Program UKS
Nasional
UU Kesehatan
dan Layanan
melalui
Puskesmas
Kotak 2:
KGS
Kasus kejadian HIV/AIDS pada orang dewasa di Indonesia adalah rendah (0,16 persen) dengan pengecualian
Tanah Papua yang mempunyai tingkat prevalensi 2,4
persen pada orang dewasa dilihat sebagai sebuah
epidemi umum yang rendah dan lebih terkonsentrasi
pada kelompok beresiko, yaitu pengguna obat-obatan
terlarang dan wanita pekerja seks. Tetapi Indonesia juga
mengalami perkembangan epidemi tercepat di Asia.
Pemberian
Makanan
Tambahan dari
Pemerintah atau
Donor
Layanan
Kesehatan
Sekolah oleh
LSM dan
Perusahaan
Perilaku Anak Remaja yang Beresiko di Indonesia - Hasil dari Survei Global Kesehatan Siswa yang Berpusat di Sekolah WHO, 2007
Program UKS
Gambar 12:
Pendidikan Kesehatan
- Diintegrasikan ke dalam
kurikulum
- Pelatihan bagi guru UKS
- Dokter kecil
- Kampanye mencuci tangan
- Pemeriksaan kesehatan
- Pengukuran tinggi dan berat badan
- Ruang UKS
- Kantin yang sehat
- Rujukan ke Puskesmas atau
rumah sakit
- Imunisasi
- Pemberantasan cacing
- Tablet zat besi untuk anak perempuan
Gambar 13:
28
Lingkungan Sekolah
- Pemberantasan cacing
- Pengobatan untuk Malaria
- Pemberian suplemen mikronutrien (zat besi) atau pemberian suplemen
(fortifikasi) pada makanan sehari-hari
- Peralatan P3K
- Makanan sekolah atau makanan kecil yang telah difortifikasi
- Rujukan ke pelayanan puskesmas
- Bimbingan atau bantuan psikososial
30
Intervensi
Kotak 3:
29
INVESTASI UNTUK KESEHATAN & GIZI SEKOLAH DI INDONESIA
Tabel 8:
30
31
Institusi
Proyek/Kegiatan
Depdiknas
Depkes
UNICEF
USAID
IRD
Plan Indonesia
32
31
INVESTASI UNTUK KESEHATAN & GIZI SEKOLAH DI INDONESIA
32
33
33
INVESTASI UNTUK KESEHATAN & GIZI SEKOLAH DI INDONESIA
7. Rekomendasi
dan Langkah
Selanjutnya
Komitmen yang besar dari pemerintah Indonesia dan rekan mitra kerjanya
untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas pendidikan dasar di Indonesia
merupakan landasan yang baik untuk mengarahkan dan meningkatkan
investasi bagi Kesehatan dan Gizi Sekolah. Analisis situasi Kesehatan dan
Gizi Sekolah yang didokumentasikan di dalam laporan ini mengarah pada
kesimpulan utama yang merupakan panduan untuk langkah-langkah
selanjutnya menuju program KGS yang lebih meningkat.
34
Langkah Selanjutnya
Ada beberapa kesempatan yang mungkin dapat digunakan untuk memulai
tindakan berdasarkan rekomendasi ini. Beberapa ide awal termasuk :
35
INVESTASI UNTUK KESEHATAN & GIZI SEKOLAH DI INDONESIA
Rekomendasi
8. Referensi
36
37
INVESTASI UNTUK KESEHATAN & GIZI SEKOLAH DI INDONESIA
38