Você está na página 1de 29

DiSusun Oleh Kelompok I

1. Ilham hidayat
2. isnani
3. indah permatasari
4. iwansaputra
Dosen Mata Kuliah : Jhons veri S.Kep,NS

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat illahirobbi atas rahmatnya sehingga penulis


dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini penulis susun dalam
rangka memberikan Informasi mengenai Asuhan Keperawatan Penderita
Pneumonia
Materi dalam makalah ini menyajikan Tinjauan teoritis dan Asuhan
Keperawatan

untuk

mahasiswa dapat

penderita

Pneumonia

sehingga

diharapkan

memahaminya. Penulis mengharapkan segala

masukan baik berupa kritik maupun saran-saran demi perbaikan makalah


ini. dengan satu harapan tinggi agar makalah yang sederhana ini dapat
memberikan sumbangan pikiran sehingga dapat dimengerti.
Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak jhons veri
S.Kep, Ns Selaku dosen mata kuliah Keperawatan Dewasa yang telah
memberikan bimbingan demi penyempurnaan penulisan Makalah yang
berjudul Asuhan Keperawatan Penderita Pneumonia.

Palembang, Oktober 2011

Tim Penulis

ii

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I

PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................1
1.3 Metode Penulisan.............................................................................2
1.4 Tujuan Penulisan..............................................................................2
1.4.1

Tujuan Umum............................................................................2

1.4.2

Tujuan Khusus...........................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORITIS.......................................................................3


2.1 Defenisi.............................................................................................3
2.2 Etiologi.............................................................................................3
2.3

Patofisiologi................................................................................3

2.4

Stadium Pneumonia Bakterialis.................................................7

2.5

Manifestasi Klinis.......................................................................8

2.6

Pertimbangan Gerontologis........................................................8

2.7

Pemeriksaan Diangnosa..............................................................9

2.8

Penatalaksanaan Medis...............................................................10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA.....................................12


3.1

Pengkajian..................................................................................12

3.2

Diagnosa Keperawatan Intervensi dan Rasional........................13

BAB IV KESIMPULAN.....................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................iv

iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Radang paru-paru (bahasa Inggris: pneumonia) adalah sebuah penyakit pada

paru-paru dimana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab


menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Radang paruparu dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria,
virus, jamur, atau pasilan (parasite). Radang paru-paru dapat juga disebabkan oleh
kepedihan zat-zat kimia atau cedera jasmani pada paru-paru atau sebagai akibat
dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau berlebihan minum alkohol.
Gejala yang berhubungan dengan radang paru-paru termasuk batuk, sakit
dada, demam, dan kesulitan bernapas. Alat diagnosa termasuk Sinar-X dan
pemeriksaan dahak. Perawatan tergantung dari penyebab radang paru-paru;
radang paru-paru disebabkan bakteri dirawat dengan antibiotika.
Radang paru-paru adalah penyakit umum, yang terjadi di seluruh kelompok
umur, dan merupakan penyebab kematian peringkat atas di antara orang tua dan
orang yang sakit menahun. Vaksin untuk mencegah beberapa jenis radang paruparu bisa diperoleh. Prognosis perseorangan tergantung dari jenis radang paruparu, perawatan yang cocok, komplikasi lainnya, dan kesehatan orang tersebut.

1.2

Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :

1.

Apakah yang dimaksud dengan pneumonia ?

2.

Apa penyebab seseorang dapat menderita Pneumonia?

3.

Bagaimana Patofisiologi sampai akhirnya klien menderita


Pneumonia ?

4.

Bagaimana Manifestasi Klinis Penderita Pneumonia ?

5.

Bagaimana Diagnosis untuk penderita Pneumonia ?

6.

Bagaimana Asuhan Keperawatan yang diberikan pada


Klien yang mengalami Pneumonia ?

1.3

Metode Penulisan
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah yang berjudul

Asuhan Keperawatan Pendeita Pneumonia ini adalah Berdasarkan metode


literature (pustaka) dan mengintisarikan buku-buku pustaka.
1.4

Tujuan Penulis

Tujuan penelitian ini dibedakan menjadi dua yakni :


1.4.1

Tujuan umum
Tujuan penelitian ini secara umum adalah agar mahasiswa dapat

memahami penyakit Pneumonia sehingga mampu membuat Asuhan Keperawatan


pada penderita Pneumonia .
1.4.2 Tujuan khusus
Tujuan penelitian ini secara khusus adalah
1. Mahasiswa mampu memahami penyakit Pneumonia
2. Mampu membuat Asuhan keperawatan pada klien penderita pneumonia

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1

Definisi Pneumonia
Menurut Hudak (1998) dalam Asih & Effendy (2004), Pneumonia adalah

suatu proses inflamasi dimana kompartemen alveolar terisi oleh eksudat.


Pneumonia merupakan penyebab kematian yang cukup tinggi pada klien lanjut
usia.
Menurut Corwin (2001), Pneumonia adalah infeksi saluran nafas bagian
bawah, penyakit ini adalah infeksi akut jaringan paru oleh mikroorganisme.
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara primer
atau sekunder setelah infeksi virus.

2.2 Etiologi
Menurut Corwin (2001), Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah
bakteri positif-gram, streptococcus pneumonia yang menyebabkan pneumonia
steptrokokus. Bakteri staphylococcus aureus adalah streptokokus beta-hemolitikus
grup A yang juga sering menyebabkan pneumonia, demikian juga pseudomonas
aeroginosa. Pneumonia lain disebabkan oleh virus misalnya influenza. Pneumonia
mikoplasma, suatu pneumonia yang relative sering dijumpai yang disebabkan oleh
suatu organisme yang berdasarkan beberapa aspeknya berada diantara bakteri dan
virus.

2.3 Patofisiologi
Menurut Chirstman (1995) dalam Asih & Effendy (2004), Dari berbagai
macam penyebab pneumonia, seperti virus, bakteri, jamur, dan riketsia,

pneumonitis hypersensitive dapat menyebabkan penyakit primer. Pneumonia juga


dapat terjadi akibat aspirasi, yang paling jelas adalah pada klien
yang diintubasi, kolonisasi trachea dan terjadi mikroaspirasi sekresi saluran
pernafasan

atas

yang

terinfeksi,

namun

tidak

semua

kolonisasi akan

mengakibatkan pneumonia.
Menurut Asih & Effendy (2004), mikroorganisme dapat mencapai paru
melalui beberapa jalur, yaitu:
1) Ketika individu terinfeksi batuk, bersin atau berbicara, mikroorganisme
dilepaskan kedalam udara dan terhirup oleh orang lain.
2) Mikroorganisme dapat juga terinspirasi dengan aerosol (gas nebulasi) dari
peralatan terapi pernafasan yang terkontaminasi.
3) Pada individu yang sakit atau hygiene giginya buruk, flora normal orofaring
dapat menjadi patogenik
4) Staphylococcus dan bakteri gram-negatif dapat menyebar melalui sirkulasi
dari infeksi sistemik, sepsis, atau jarum obat IV yang terkontaminasi.
Pada individu yang sehat, pathogen yang mencapai paru dikeluarkan atau
bertahan dalam pipi melalui mekanisme perubahan diri seperti reflex batuk, kliens
mukosiliaris, dan fagositosis oleh makrofag alveolar. Pada individu yang rentan,
pathogen yang masuk ke dalam tubuh memperbanyak diri, melepaskan toksin
yang bersifat merusak dan menstimulasi respon inflamasi dan respon imun, yang
keduanya mempunyai efek samping yang merusak.
Reaksi antigen-antibodi dan endotoksin yang dilepaskan oleh beberapa
mikroorganisme

merusak

membrane

mukosa

bronchial

dan

membrane

alveolokapiler. Inflamasi dan edema menyebabkan sel-sel acini dan bronkiales


terminalisterisi

oleh

debris

infeksius

dan

eksudat,

yang

menyebabkan

abnormalitas ventilasi-perfusi. Jika pneumonia disebabkan oleh staphilococcuc


atau bakteri gram-negatif dapat terjadi juga nekrosis parenkim paru.
Pada pneumonia pneumokokus, organism S. pneumonia meransang respons
inflamasi, dan eksudat inflamsi menyebabkan edema alveolar, yang selanjutnya
mengarah pada perubahan-perubahan lain . sedangkan pada pneumonia viral

disebabkan oleh virus biasanya bersifat ringan dan self-limited tetapi dapat
membuat tahap untuk infeksin sekunder bakteri dengan memberikan suatu
lingkungan ideal untuk pertumbuhan bakteri dan dengan merusak sel-sel epitel
bersilia, yang normalnya mencegah masuknya pathogen ke jalan nafas bagian
bawah.

Patofisiologi Pathway
Menurut Meldawati (2009), Patofisiologi Pathway untuk klien penderita
Pneumonia adalah sebagai berikut.
Etiologi
Virus, bakteri, jamur/riketsia & aspirasi
Melalui system pernapasan
Masuk keparu
PNEUMONIA
Pengaktivan sel imun
Menstimulasi mediatorperadangan &
Sel-sel mast
Hipotalamus
Pelepasan histamine, bradikinin, &
prostaglandin

Mengacaukan
set-point suhu

Afferent
Medula Spinalis
Thalamus

Penurunan heat
loss & peningkatan
heat gain

Mengaktifkan jalur komplemen


Melemahkan otot polos vaskuler
Paru & permeabilitas kapiler

Demam

Kortek serebri
Efferent
nyeri

Perpindahan eksudat plasma ke


dalam ruang interstisium

Gangguan
thermoregulasi

Edema antara kapiler & alveolus


Meningkatkan jarak tempuh
O2 & CO2 untuk berdifusi

Pembentukan sputum
Batuk yang purulen

Penurunan kecepatan difusi gas


Gangguan pertukaran gas
Peningkatan
Ventilasi
Dispnea/takipnea

peningkatan kerja

Bersihan jalan
nafas inefektif
Gangguan pengikatan
O 2 oleh Hb

Hipermetabolisme tubuh
O 2 berkurang di jaringan
Malaise

Pola napas
inefektif

Sianosis
Intoleransi aktivitas
Menurunnya pefusi jar.

2.4 Stadium Pneumonia Bakterialis


Menurut Meldawati (2009), Untuk pneumonia pneumokokus, terdapat
empat stadium penyakit, antara lain:
1) Stadium I disebut hyperemia
Mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung di daerah
paru yang terinfeksi. Hal ini ditandai oleh peningkatan aliran darah dan
permeabilitas kapiler ditempat infeksi. Hyperemia ini terjadi akibat pelepasan
mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun
dan sel cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup histamine dan
prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifan jalur komplemen.
Kompelen bekerja sama dengan histamine dan prostaglandin untuk
melemaskan oto polos vaskuler paru dan meningkatkan permeabilitas kapiler.
Hal ini menyebabknan perpindahan eksudat plasma kedalam ruang
interstisium sehingga terjadi penurunankecepatan difusi gas-gas. Karena
oksigen kurang larut dibandingkan dengan karbon dioksida, maka
perpindahan gas ini kedalam darah paling terpengaruh, yang sering
menyebabkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin. Dalam stadium
pertama pneumonia ini, infeksi menyebar kejaringan sekitarnya akibat
peningkatan aliran darah dan rusaknya alveolus dan membrane kapiler
disekitar tempat infeksi seiring dengan berlanjutnya proses peradangan.
2)

Stadium II disebut hepatisari merah


Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel-sel darah merah, eksudat, dan fibrin,
yang dihasilkan oleh pejamu sebagai bagian dari reaksi peradangan.

3) Stadium III disebut hepatisasi kelabu


Terjadi sewaktu sel-sel darah putih berkolonisasi bagian paru yang terinfeksi.
Pada saaat ini, endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan
terjadi fagositosis sisa-sisa sel

4) Stadium IV disebut resolusi


Terjadi sewaktu respons imun dan peradangan peradangan, mereda; sisa-sisa
sel, fibrin, dan bakteri telah dicerna; dan makrofag; sel pembersih pada reaksi
peradangan, mendominasi.

2.5 Manifestasi Klinis


Menurut Corwin (2001), gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis
pneumonia, tetapi terutama mencolok pada pneumonia yang disebabakan oleh
bakteri. Gejala-gejala mencakup:
1) Demam dan menggigil akibat proses peradangan
2) Batuk yang sering produktif dan purulen
3) Sputum berwarna merah karat (untuk streptococcus pneumoniae), merah
muda (untuk staphylococcus aureus), atau kehijauan dengan bau khas (untuk
pseudomonas aeruginosa)
4) Krekel (bunyi paru tambahan).
5) Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan edema.
6) Biasanya sering terjadi respons subyektif dispnu. Dispnu adalah peasaan
sesak atau kesulitan bernafas yang dapat disebabkan oleh penurunan
pertukaran gas-gas.
7) Mungkin timbul tanda-tanda sianosis
8) Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mucus, yang dapat
menyebabkan atelektasis absorpsi.
9) Hemoptisis, batuk darah, dapat terjadi akibat cedera toksin langsung pada
kapiler atau akibat reaksi peradangan yang menyebabkan kerusakan kapiler.

2.6Pertimbangan Gerontologis
Menurut Stanley & Beare (2007), tiga hal klasik pada pneumonia, seperti:
batuk, demam, dan nyeri pada pleura mungkin tidak terjadi pada lansia.

Sedangkan perubahan yang sering menyertai pneumonia pada lansia adalah


seperti peningkatan pernafasan (lebih dari25 kali per menit), peningkatan produk
sputum, konfusi pada lansia yang rapuh, hilangnya nafsu makan, dan hipotensi
(sistolik kurang dari 100 mmHg) mungkin merupakan petunjuk untuk diagnosis
pneumonia. Beberapa tanda dan gejala ini merupakan akibat sepsis yang pada
umumnya terjadi dengan pneumonia.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


Menurut Dinkes Provinsi Jawa Barat (2009), berikut ini untuk menegakkan
diagnostic penderita Pneumonia.
Diagnostik

pneumonia

ditegakkan

dengan

mengumpulkan

riwayat

kesehatan (terutama infeksi saluran pernafasan yang baru saja dialami diitujukan
untuk memperkirakan kemungkinan sumber infeksi berhubungan dengan faktor
resiko, seperti : (a) adanya penyakit sebelumnya : PPOK (penyakit paru obstruktif
kronis)-(H.influenzae),

kejang

tidak

sadar-(kuman

gram

negatif

dari

pencernaan), penurunan kemampuan pertahanan tubuh / kecanduan obat-obatan


terlarang (gram negatif, jamur), usia bayi (virus), muda (M. pneumoniae),
perjalanan penyakit cepat dengan dahak yang kotor berwarna kemerahan (S.
pneumoniae), perjalanan penyakit perlahan dengan dahak sedikit (M.
pneumoniae)
1.

Laboraorium
Peningkatan sel darah putih (leukositosis) umumnya didapatkan sebagai tanda
adanya infeksi oleh bakteri. kadar sel darah putih yang normal atau rendah
dapat menandakan infeksi terjadi akibat virus, atau pada infeksi yang sudah
berat sehingga kemampuan tubuh menjadi menurun. Kondisi ini pula dapat
terjadi pada penderita dengan gangguan sistem pertahanan tubuh (penderita
AIDS, pengguna steroid jangka panjang), dan juga pada orang tua.
Pemeriksaan analisa gas darah untuk mengetahui seberapa berat perjalanan
penyakit dan kondisi penderita saat itu.

Pemeriksaan perkembang biakan bakteri (kultur bakteri) perlu dilakukan


untuk mengetahui secara pasti bakteri yang berkembang sehingga
penggunaan

antibiotika dapat diberikan lebih tepat. Pengambilan bahan

untuk kultur dapat berasal dari sputum, darah, aspirasi sekret, aspirasi jarum
transtorakal, atau bronkoskopi.
2.

Pencitraan
Gambaran x-ray dapat ditemukan gambaran bercakan keras (infiltrat) pada
segmen apikal lobus bawah atau di daerah tengah paru, diperkirakan akibat
aspirasi kuman di saluran pencernaan. Infiltrat di lobus atas sering disebabkan
oleh Klebsiella sp, tuberkulosis atau amiloidosis. Infiltrasi pada lobus bawah
dapat disebabkan oleh Staphylococcus sp. ,
Gambaran lesi kista (seperti bola) dengan gambaran cairan-udara (air-fluid
level) curiga suatu abses (bisul) dalam paru, yang disebabkan oleh infeksi
anaerob, gram negatif atau amiloidosis. Terkumpulnya cairan pada rongga
pleura (efusi) sering diakibatkan oleh infeksi S. pneumoniae, dapat juga
disebabkan oleh kuman anaerob (S. pyogenes, E.coli dan Staphyllococcus sp).
Pada kasus-kasus ini diperlukan pengamatan yang ketat dan pemeriksaan xray dada berulang untuk melihat perkembangan dari penyakit.

2.8

Penatalaksanaan Medis

Menurut Meldawati (2009), Penatalaksaan untuk pneumonia tergantung


pada penyebab sesuai dengan yang ditemukan oleh pemeriksaan sputum
Pengobatan dan mencakup, antara lain:
1.

Antibiotik, terutama untuk pneumonia bakterialis pneumonia lain juga dapat


diobati dengan antibiotic untuk mengurangi resiko infeksi bakteri sekunder

2.

Istrahat

3.

Hidrasi untuk membantu melancarkan sekresi

10

4.

Tekhnik-tekhnik bernafas dalam untuk menningktakan ventilasi alveolus dan


mengurang resiko atelektasis.

5.

Juga diberikan obat-obat lain yang spesifik untuk mikroorganisme yang


diidentifikasi dari biakan sputum.

11

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PNEUMONIA
Menurut Meldawati (2009), berikut ini Pengkajian Asuhan Keperawatan
untuk pasien penderita Pneumonia:
3.1 Pengkajian
a.

b.

c.

Aktivitas / Istirahat
Gejala

Kelemahan, kelelahan dan insomnia

Tanda

letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas

Sirkulasi
Gejala

Riwayat adanya/ GJK kronik

Tanda

Takikardia penampilan kemerahan atau cepat

Integritas ego
Gejala

d.

Banyaknya stressor, masalah finansial

Makanan/cairan
Gejala

Kehilangan nafsu makan mual/muntah dan adanya


riwayat DM

Tanda

Distensi Abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit


kering dengan tugor kulit buruk dan penampilan
kakeksia (malnutrisi)

e.

f.

Neurosor
Gejala

Sakit kepala daerah frontal (Influenza)

Tanda

perubahan mental (bingung, samnolen)

Nyeri/Kenyamanan
Gejala

Sakit kepala, nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh


batuk, nyeri dada substernal (Influenza), mialgia dan
artalgia

Tanda

Melindungi area yang sakit (penderita biasanya tidur


pada sisi yang sakit untuk mengatasi pergerakan )

12

g.

Pernafasan
Gejala

Riwayat adanya / ISK Kronis, PPOM, merokok


sigaret. Takipnea, dispnea, progresif, pernafasan
dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal

Tanda

Sputum; merah muda, berkarat, purulen.

Perkusi

pekak diatas area yang konsolidasi

Pramitus

Taktil dan vocal terhadap meningkat konsilidasi


gesekan triksi pleura

Bunyi nafas

Menurun atau tidak ada diatas area terlibat, nafas


bronchial

Warna
h.

Pucat/sianosis bibir/kuku

Keamanan
Gejala

Riwayat gangguan system imun, misal SLE, AIDS,


penggunaan

steroid

atau

khemoterapi,

Insitusinalisai, ketikmampuan umum demam


Tanda

Berkeringat menggigil berulang, gemetar


Kemerahan mungkin pada kasus rubeola, Varisela

i.

Penyuluhan/pembelajaran
Gejala

riwayat

mengalami

alcohol kronis

pembedahan;

penggunaan

Pertimbangan DRG menunjukan

rerata lama dirawat : 6,8 hari


Rencana pemulangan bantuan dengan perawatan diri.
Oksigen mungkin diperlukan,bila ada kondisi pencetus.
3.2 Diagnosa Keperawatan Intervensi dan Rasional
Menurut Mutaqqin Arif (2008), berikut Diagnosa Keperawatan Intervensi
dan Rasional:

13

a.

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi


mucus yang kental, kelemahan, upaya batuk buruk, dan edema 14ystem14,
edema trakeal/ faringeal.
Tujuan: dalam waktu 2x 24 jam setelah diberikan intervensi kebersihan jalan
nafas kembali efektif
Kriteria Evaluasi:
-

Klien mampu melakukan batuk efektif

Pernafasan klien normal (16-20 x/menit) tanpa da penggunaan otot bantu


nafas.

Bunyi nafas normal, Rh -/- dan pergerakan pernafasan normal

Tabel 1.
Intervensi
Mandiri
Kaji fungsi pernafasan (bunyi nafas,
kecepatan, irama, kedalaman, dan
penggunaan otot bantu nafas).

Rasional
Penurunan bunyi nafas menunjukan
atelektasis, ronkhi menunjukan
akumulsi secret dan ketidakefektifan
pengeluran sekresi yang selanjutnya
dapat menimbulkan penggunaan otot
batuan nafas dan peningkatan kerja
pernafasan

Kaji kemampuan klien mengleuarkan


sekresi. Lalu catat karekter dan
volume sputum
Berikan posisi semi/fowler tinggi dan
bantu klien latihan nafas dalam dan
batuk yang efektif

Pengeluaran sulit dirasakan sangat


kental (efek infeksi dan inhalasi)
yang tidak adekuat
Posisi fowler memaksimalkan
ekspansi paru dan menurunkan upaya
bernafas. Ventilasi maksimal
membuka are atelektsis dan
meningkatkan gerakan secret ke jalan
nafas besar untuk dikeluarkan

Pertahankan intake cairan sedikitnya


2500ml/hari kecuali tidak di indikasi

Hidrasi yang sadekuat membantu


mengencerkan secret dan
mengefektifkan pembersihan jalan
nafas

Bersihkan secret dari mulut dan trakea

Mencegah obstruksi dan aspirasi

14

bila perlu, lakukan penghisapan


(suction)

penghisapan diperlukan bila klien


tidak mampu mengeluarkan secret.
Eliminasi lender dengan section
sebaiknya dilakukan dalam jangka
waktu kurang dari 10 menit dengan
pengawasan efekt samping section.

Kolaborasi pemberian sesuiaindikasi


obat antibiotic

Pengobatan antibiotic yang ideal


berdasarkan pada test uji resistensi
bakteri terhadap Janis antibiotic
sehinggan lebih mudah mengobati
pneumonia

Agen mukolitik

Agen mukolitik menurunkan


kekentalan dan perlengketan secret
paru untuk memudahkan
pembersihan

Bronkodilator, jenis aminophilin, via


intravena

Bronkodilator meningkatkan diameter


lumen percabangan trakheabronkial
sehingga menurunkan tahan terhadap
aliran udara

Kortikosteroid
Kortikosteroid berguna pada
keterlibatan luas dengan hiposemia
dan bila reaksi inflamasi mengancam
kehidupan.

b.

Resiko tinggi gangguan pertukarangas yang berhubungan dengan penurunan


jaringan efektif paru, atelektasis, kerusakan membrane alveola-kapiler, edema
bronchial.
Tujuan;
Daslam waktu 2x24 jam setelah diberikan gangguan pertukaran gas tidak
terjadi
Kriteria Evaluasi;
-

Dilaporkan tidak adanya/penurunan dispnea

Klien menunjukan tidak ada gejala distres pernafasan

15

Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat dengan gas


darah arteri dalam rentang normal.

Tabel 2.
Rencana Intervensi
Mandiri
Kaji dispnea, takipnea, bunyi nafas,
peningkatan upaya pernafasan,
ekspansi thoraks dan kelemahan

Rasional
Pneumonia mengakibatkan efek luas
pada paru, bermula dari bagian kecil
bronchopneumonia sampai inflamsi
lifus yang luas, nekrosis, efusi pleura
dan fibrosis yang luas. Efeknya
terhadap pernafasan bervariasi dari
gejala ringan, dispnea berat, dan distres
pernafasan

Evaluasi perubahan tingkat


kesadaran, catat sianosis dan
perubahan pada kulit-termasuk
memdran mukosa dan kuku

Akumulsi secret dan berkurangnya


jaringan parut yang sehat dapat
mengganggu osigenasi oragan vital dan
jaringan tubuh

Ajarkan dan dukung pernafasan bibir


selama ekspirasi khususnya untuk
klien dengan fibrosis dan kerusakan
parenkhim paru

Memuat tahan melawan udara luar


untuk mencegah kolaps/penyempitan
jala nafas sehingga membantu
menyebarkan udara melalui paru dan
mengurang nafas pendek.

Tingkatkan tirah baring, batas


Menurunkan konsumsi oksigen selama
aktifitas dan kebutuha perawatan diri
periode penurunan pernafasa dan dapat
sehari-hari sesuai keadaan klien
menurunkan berat dan gejala.

16

Kolaborasi
Pemeriksaan AGD

Penurunan kadar oksigen (PO2) dan/


atau saturasi, peningkatan PCO2
menunjukan kebutuhan utnuk
intervensi/ perubahan program terapi.

Pemberian oksigen sesuai kebutuhan


tambahan

Terapi oksigen dapat mengoreksi


hipoksemia yang terjadi akibat
penurunan ventilasi/menurunnnya
permukaan alveolar paru

Kortikosteroid

Kortikosteroid berguna pada


keterlibatan luas dengan hipoksemia
dan bila reaksi inflamasi mengancam
kehidupan

c.

Hipertermi yang berhubungan dengan reaksi sistemis: bekteremia/piremia,


penigkatan laju metbolisme umum.
Batasan karakteristik: foto roncten thoraks menunjukan danya pleuritis, suhu
diatas 30OC, diaphoresis intermiten, leukosit diatas 10.000/mm 3, dan kultur
sputum positif.
Kriteri evaluasi:
Suhu tubuh normal (36-37OC)

Tabel 3.
Rencana Intervensi

Rasional

Kaji saat timbulnya demam

Mengidentifikasi pola demam

Kaji tanda-tanda vital tiap 3 jam atau


lebih sering

Acuan untuk mengetahui keadaan


umum klien

17

Berikan kebutuhan cairan ekstra

Peningkatan suhu tubuh


mengakibatkan pengupan cairan
meningkat, sehingga perlu diimbangi
dengan intake cairan yang banyak

Berikan kompres dingin

Konduksi suhu membantu


menurunkan suhu tubuh. Mandi
dengan air dingin dengan selimut yang
tidak terlalu tebal. Memungkinkan
terjadinya pelepasan panas secara
konduksi dan evaporasi (penguapan).
Antiseptik dapat mengontrol demam
dengan mempengaruhi pusat pengatur
suhu di hipotalamus. Cairan dapat
membantu mencegah dehidrasi karena
meningkatnya metabolism. Menggigil
menandakan tubuh memerlukan panas
lebih banyak.

Kenakan pakaian minimal

Pakaian yang tipis akan membantu


mengurangi penguapan tubuh.

18

Berikan tindakan untuk memberikan


rasa nyaman seperti mengelap bagian
punggung klien, mengganti alat tenun
yang kering setelah diaphoresis,
member minum hangat, lingkungan
yang tenang dengan cahaya yang
redup, dan sedatife ringan jika
dianjurkan serta memberikan
pelembab pada kulit dan bibir

Tindakan tersebut akan meningkatkan


relaksasi. Pelembab membantu
mencegah kekeringan dan pecahpecah dimulut dan bibir.

Berikan terapi cairan intravena RL


0,5 dan pemberian antipiretik

Pemberian cairan sangat penting bagi


klien dengan suhu tunggi. Pemberian
cairan merupakan wewenag dokter
sehingga perawat perlu kolaborasi
dalam hal ini.

Berikan antibiotic sesuai dengan


ajuran dan evaluasi kefektifannya.
Tinjau kembali semua obat-obatan
yang diberikan. Untuk menghindari
efek merugikan akibat interaksi obat .
jadwalkan pemberian obat dalam
kadar darah yang konsisten.

Antibiotic diperlukan untuk mengatasi


infeksi. Efek terapeutik maksimum
yang efektif dapat dicapai, jika kadar
obat yang ada dalam darah telah
konsisten dan dapat dipertahankan,
resiko akibat interaksi obat-obatan
yang diberikan meningkat denga
adanya efek farmakoterapi berganda.
Efek samping akibat interaksi satu
obat dengan yang lainnya dapat
mengurangi kefektifan pengobatan
dari dalah satu obat atau keduanya.

19

d. Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan kelemahan fisk peningkatan


metabolisme umum sekunder dari kerusakan pertukaran gas.
Batasan karakteristik: menyatakan sesak nafas dan lelah dengan ktifitas
minimal , diaphoresis, takikardia pada aktifitas minimal
Criteria evaluasi
-

Klien mendemostrasikan peningkatan toleransi terhadap aktivitas

Klien dapat melakukan aktivitas, dapat berjalan lebih jauh tanpa


mengalami nafas tersengal-sengal, sesak nafas dan kelelahan

Tabel 4.
Intervensi

Rasional

Monitor frekuansi nadi dan nafas


sebelum dan sesudah aktivitas

Mengidentifikasi kemajuan atau


penyimpangan dari sasaran yang
diharapkan

Tunda aktivitas jika frekuensi nadi


dan nafas meningkat secara cepat
daan klien mengeluh sesak nafas dan
kelelahan, tingakatkan aktivitas
secara bertahap untuk meningkatkan
toleransi

Gejala-gejala tesebut merupakan


tanda intoleransi aktivitas. Konsumsi
oksigen meningkat jka aktivitas
meningkat dan daya tahan tubuh klien
dapat bertahan lebih lama jika ada
waktu istirahat diantara aktivitas.

Bantu klien dalam emlaksanakan


aktivitas sesuai denga kebutuhannya.
Beri klien waktu istirahat tanpa
diganggu berbagai aktivitas

Membantu menurunkan kebutuhan


oksigen yang meningkat akibat
peningkatan aktivitas

20

Pertahankan terapi oksigen selama


aktivitas dan lakukan tindakan
pencegaha terhadap komplikasi akibat
imobilisasi jika klien dianjurkan tirah
baring lama

Aktivitas fisik meningkatkan


kebutuhan oksigen dan 21ystem tubuh
akan berusaha menyesuaikannya .
keseluruhan system akan berlangsung
dalam tempo yang lebih lambat saat
tidak ada aktivitas fisik(tirah baring).
Tindakan keperawata yang spesifik
dapat meminimalkan kompilkasi
imobisasi.

Konsultasikan dengan dokter jika


sesak nafas tetap ada atau bertambah
berat saat istirahat

Hal tersebut dapat merupakan tanda


awal dari komplikasi khususnya gagal
nafas

e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


peningkatan merabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder terhadap
demam
Batasan krakteristik : mengatakan anoreksia, makan kurang 40 % dari yang
seharusnya, penurunan BB dan mengeluh lemah
Criteria evaluasi :
-

Klien mendemonstrasikan intake mekanan untuk memenuhi kebutuhan


dan metabolisme tubuh

Intake makanan meningkat, tidak ada penurunan BB lebih lanjtu,


menyatakan perasaan sejahtera.

21

Tabel 5.
Intervensi

Rasional

Pantau : presentase jumlah makanan


yang dikonsumsi setiap kali makan.
Timbang BB tiap hari, hasil
pemeriksaan protein total, albumin dan
osmolalitas.
Memberikan perawatan mulut tiap 4
jam jika sputum berbau busuk.
Pertahankan kesegaran ruangan

Mengidentifikasi kemajuan atau


penyimpangan dari sasaran yang
diharapkan.

Bau yang tidak menyenangkan dapat


memepengaruhi nafsu makan

Rujuk kepada ahli diet untuk


membantu memilih makanan yang
dapat memenuhi kebutuhan gizi
selama skit panas

Ahli diet adalah spesialisasi adalam


ilmu gizi yang dapat membantu klien
memilih makanan yang mememnuhi
kebutuhan kalori dan kebutuhan gizi
sesuia dengan keadaan sakitnya,
usia, tinggi dan BB nya .

Dukung klien untuk mengkonsumsi


makanan tiggi kalori, tinggi protein.

Peningkatan suhu tubuh


meningkatkan metabolism, intake
protein, vitamin, mineral, dan kalori
yang adekuat penting untuk aktivitas
anabolic dan sitesis antibody

Berikan makanan dengan porsi sedikit


tapi sering dan mudah dikunyah jika
ada sesak nafas berat

Makanan porsi sedikik tapi sering


memerlukan lebih sedikit energi

f. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan demam,


diaphoresis, dan masukan oral sekunder terhadap proses pneumonia
Batasan karakteristik : menyatakan haus, hipernatremia, membrane mukosa
kering, urine kental, turgor buruk, berat badan berkurang tiap hari, frekurnsi
nadi lemah, dan tekanan darah menurun
Criteria evaluasi :

22

Klien mampu mendemontrasikan perbaikan status cairan dan elektrolit.

Output urine lebih besar dari 30 ml/jam, berat jenis urine 1,005 1,025,
natrium serum dalam batas normal, membran lembab, turgor kulit
baik,tidak ada penurunan berat badan, dan tidak mengeluh kehausan.

Tabel 6.
Intervensi

Rasional

Pantau Intake dan output cairan setiap 8 Mengidentifikasikemajuan atau


jam, timbang BB tiap hari, hasil penyimpangandari sasaran yang
pemeriksaan analisis urin dan elektrolit diharapkan
serum, kondisi kulit dan membrane
mukosa tiap hari.

Berikan terapi intravena sesuai dengan


anjuran dan berikan dosis pemeliharaan,
selain itu berikan pola tindakan-tindakan
pencegahan

23

Selama fase akut, klien sering kali


berada dalam kondisi yang terlalu
lemah dan mengalami sesak napas
yang parah. Untuk meminum
cairan peroral secara adekuat dan
mempertahankan hidrasi yang
adekuat, jika ada demam, maka
kebutuhan cairan akan meningkat.
Saat demam, kehilangan cairan
akan meningkat karena karingat
yang berlebihan. Hal yang terjadi
jika demam membaik adalah
meningkatnya penguapan karena
vasodilatasi perifer, hal itu terjadi
sebagai mekanisme kompensasi
yang digunakan oleh tubuh untuk
mengeluarkan panas

Berikan cairan per oral sekurangkurangnya tiap 2 jam sekali. Dukung


klien untuk minum cairan yang bening
dan mengandung kalori.
Laporkan pada dokter jika ada tandatanda kekurangan cairan menetap atau
bertambah berat

Cairan membantu distribusi obatobatan


dalam
tubuh
serta
membantu menurunkan demam.
Cairan
bening
membantu
mencairkan
mucus.
Kalori
membantu
menanggulangi
kehilangan BB.
Ini
merupakan
tanda-tanda
kebutuhan cairan yang meningkat
atau mulai timbulnya komplikasi.

Monitor intake cairan dan output urine Output urine perlu dimonitor
tiap 6 jam
sebagai indicator akan fungsi
ginjal dalam melakukan filtrasi
cairan yang masuk.

24

BAB III
KESIMPULAN
Pneumonia merupakan proses Inflamasi parenkim paru yang terdapat
konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang disebabkan
oleh bak, vius, jamur, dan benda-benda asing (Arif muttaqin,2008).
Penatalaksanaan untuk

pneumonia tergantung

pada penyebab sesuai

dengan yang ditemukan oleh pemeriksaa sputum. Pengobatan dan mencakup yaitu
antibiotic terutama untuk pneumonia bakterialis pneumonia lain juga dapat diobati
dengan antibiotic untuk mengurangi resiko infeksi bakteri sekunder, Istirahat,
Hidrasi untuk membantu melancarkan sekresi, Tekhnik-tekhnik bernafas dalam
untuk meningkatkan ventilasi alveolus dan mengurangi resiko atelektasis, Jua
diberikan obat-obat lain yang spesifik untuk mikroorganisme yang diidentifikasi
dari biakan sputum.

25

DAFTAR PUSTAKA
Diskes,2009.http://www.diskes.jabarprov.go.id/index.php?
mod=pubInformasiPenyakit&idMenuKiri=56&idSelected=1&idInfo=33&pa
ge= Diakses pada tgl 4 April 2009.
Meldawati.2009. Asuhan Keperawatan Pada berbagai Gangguan Sistem Tubuh.
Palembang: Modul.
Mutaqqin, arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta :Salemba Medika.

Você também pode gostar

  • Surat Pernyataan Kelahiran
    Surat Pernyataan Kelahiran
    Documento3 páginas
    Surat Pernyataan Kelahiran
    Aprianto Guntur Irawan
    Ainda não há avaliações
  • Hubungan Nyeri dan Kecemasan Pasien Post Operasi
    Hubungan Nyeri dan Kecemasan Pasien Post Operasi
    Documento3 páginas
    Hubungan Nyeri dan Kecemasan Pasien Post Operasi
    Aprianto Guntur Irawan
    Ainda não há avaliações
  • Surat Kelulusan
    Surat Kelulusan
    Documento2 páginas
    Surat Kelulusan
    Aprianto Guntur Irawan
    Ainda não há avaliações
  • CV-Ners
    CV-Ners
    Documento2 páginas
    CV-Ners
    Aprianto Guntur Irawan
    Ainda não há avaliações
  • Tahapan Kehamilan
    Tahapan Kehamilan
    Documento5 páginas
    Tahapan Kehamilan
    Aprianto Guntur Irawan
    Ainda não há avaliações
  • Proposal Bab I
    Proposal Bab I
    Documento14 páginas
    Proposal Bab I
    Aprianto Guntur Irawan
    Ainda não há avaliações
  • PP Anemia
    PP Anemia
    Documento12 páginas
    PP Anemia
    Aprianto Guntur Irawan
    Ainda não há avaliações
  • Surat Pernyataan Kelahiran
    Surat Pernyataan Kelahiran
    Documento3 páginas
    Surat Pernyataan Kelahiran
    Aprianto Guntur Irawan
    Ainda não há avaliações
  • SPTMJ
    SPTMJ
    Documento1 página
    SPTMJ
    resa
    Ainda não há avaliações
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Documento16 páginas
    Bab Ii
    Aprianto Guntur Irawan
    Ainda não há avaliações
  • Sistem Pernapasan
    Sistem Pernapasan
    Documento31 páginas
    Sistem Pernapasan
    Aprianto Guntur Irawan
    Ainda não há avaliações
  • Endokrin
    Endokrin
    Documento5 páginas
    Endokrin
    Aprianto Guntur Irawan
    Ainda não há avaliações
  • Anak Seminar
    Anak Seminar
    Documento32 páginas
    Anak Seminar
    Aprianto Guntur Irawan
    Ainda não há avaliações
  • Tugaas
    Tugaas
    Documento21 páginas
    Tugaas
    Aprianto Guntur Irawan
    Ainda não há avaliações
  • Softcopy Skripsi
    Softcopy Skripsi
    Documento106 páginas
    Softcopy Skripsi
    Aprianto Guntur Irawan
    Ainda não há avaliações
  • Coronary Artery Disease
    Coronary Artery Disease
    Documento7 páginas
    Coronary Artery Disease
    Aprianto Guntur Irawan
    Ainda não há avaliações
  • AIDS
    AIDS
    Documento23 páginas
    AIDS
    Aprianto Guntur Irawan
    Ainda não há avaliações
  • Perkembangan Zamanyang Semakin Modern Memang Menuntut Bangsa Untuk Mengembangkan Generasinya
    Perkembangan Zamanyang Semakin Modern Memang Menuntut Bangsa Untuk Mengembangkan Generasinya
    Documento2 páginas
    Perkembangan Zamanyang Semakin Modern Memang Menuntut Bangsa Untuk Mengembangkan Generasinya
    Aprianto Guntur Irawan
    Ainda não há avaliações
  • Kesehatan Reproduksi Remaja
    Kesehatan Reproduksi Remaja
    Documento10 páginas
    Kesehatan Reproduksi Remaja
    Aprianto Guntur Irawan
    Ainda não há avaliações
  • Askep Kehamilan Normal
    Askep Kehamilan Normal
    Documento63 páginas
    Askep Kehamilan Normal
    Marcelino
    Ainda não há avaliações
  • Pengertian Dan Batasan Lansia Menurut para Ahli
    Pengertian Dan Batasan Lansia Menurut para Ahli
    Documento18 páginas
    Pengertian Dan Batasan Lansia Menurut para Ahli
    Aprianto Guntur Irawan
    Ainda não há avaliações
  • HERNIA SCROTALIS
    HERNIA SCROTALIS
    Documento15 páginas
    HERNIA SCROTALIS
    Aprianto Guntur Irawan
    Ainda não há avaliações
  • Askep Cad
    Askep Cad
    Documento21 páginas
    Askep Cad
    Febrian Romandika
    Ainda não há avaliações
  • Pengertian Dan Batasan Lansia Menurut para Ahli
    Pengertian Dan Batasan Lansia Menurut para Ahli
    Documento18 páginas
    Pengertian Dan Batasan Lansia Menurut para Ahli
    Aprianto Guntur Irawan
    Ainda não há avaliações
  • Askep Cad
    Askep Cad
    Documento15 páginas
    Askep Cad
    Hayu Tyas
    Ainda não há avaliações
  • Kesehatan Reproduksi Remaja
    Kesehatan Reproduksi Remaja
    Documento10 páginas
    Kesehatan Reproduksi Remaja
    Aprianto Guntur Irawan
    Ainda não há avaliações
  • Askep Cad
    Askep Cad
    Documento21 páginas
    Askep Cad
    Febrian Romandika
    Ainda não há avaliações
  • Material Bym
    Material Bym
    Documento15 páginas
    Material Bym
    Aprianto Guntur Irawan
    Ainda não há avaliações
  • Method Ingka M
    Method Ingka M
    Documento5 páginas
    Method Ingka M
    Aprianto Guntur Irawan
    Ainda não há avaliações
  • Carl Baru
    Carl Baru
    Documento4 páginas
    Carl Baru
    Aprianto Guntur Irawan
    Ainda não há avaliações