Você está na página 1de 45

CHAPTER 14

Siklus pendapatan perusahaan terdiri dari aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan


pertukaran barang dan jasa dengan pelanggan dan penagihan pendapatan dalam bentuk kas.
Kelompok transaksi yang termasuk dalam siklus pendapatan :
1. Transaksi penjulan kredit
2. Transaksi penerimaan kas
3. Transaksi penyesuaian penjualan
Transaksi pendapatan
Penjualan kredit
Penerimaan kas
Retur dan pot. Penjualan
Penyisihan piutang tak tertagih
Penghapusan piutang tak tertagih

Debit
Piutang usaha
HPP
Kas
Potongan penjualan
Retur penjualan dan pengurangan
harga
Beban piutang tak tertagih
Penyisihan piutang tak tertagih

Kredit
Penjualan
Persediaan
Piutang usaha
Piutang usaha
Penyisihan piutang tak tertagih
Piutang usaha

Tujuan Audit
1.
2.
3.

Transaksi (Occurrence, completeness, accuracy, cutoff, classification)


Saldo (Existence, completeness, Rights and obligations, valuation and allocation)
PPengungkapan (Occurrence and Rights and Obligations, Completeness, Classification and
Understandability, Accuracy and Valuation)

Penggunaan Pemahaman tentang Bisnis dan Industri Klien untuk Mengembangkan Strategi Audit
Pemahaman Bisnis dan Industri Klien
Auditor mengembangkan strategi audit berdasarkan risiko salah saji yang material. Langkah pertama dalam
menilai risiko itu adalah memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri klien karena hal tersebut juga
dapat membantu auditor dalam :

Mengembangkan ekspektasi tentang total pendapatan dengan memahami kapasitas klien, pasar, dan
pelanggan klien risiko pengakuan pendapatan
Mengembangkan ekspektasi tentang marjin kotor dengan memahami pangsa pasar dan keunggulan
kompetitif klien di pasar risiko volume penjualan dan marjin kotor, kemampuan u/ menjual
persediaan pd marjin kotor yg masuk akal.
Mengembangkan ekspektasi tentang piutang bersih berdasarkan periode penagihan rata-rata untuk
klien dan industry risiko penagihan piutang.

Risiko Inheren
Faktor-faktor yang dapat mendorong manajemen untuk mensalahsajikan asersi siklus pendapatan :

Memaksakan untuk menyatakan terlalu tinggi pendapatan dalam rangka melaporkan pencarian target
pendapatan/profitabilitas yang ditetapkan atau norma industri yang sebetulnya tidak terpenuhi karena
faktor-faktor seperti kondisi ekonomi global/buruknya manajemen perusahaan.
Memaksakan untuk menyatakan terlalu tinggi kas dan piutang kotor atau menyatakan terlalu rendah
penyisihan piutang tak tertagih dalam rangka melaporkan tingkat modal kerja yang lebih tinggi untuk
kebutuhan memenuhi akad (covenants) utang.

Faktor-faktor penyebab :

Volume penjualan, penerimaaan kas, dan transaksi penyesuaian penjualan seringkali tinggi, sehingga
mengakibatkan sejumlah kesalahan terjadi.
Penentuan waktu dan jumlah pendapatan yang akan diakui bertentangan dengan faktor-faktor seperti
standar akuntansi yang mendua, kebutuhan untuk membuat estimasi, dll.
Pada saat piutang difaktorkan dengan sistem recourse, klasifikasi yang benar atas transaksi tersebut
sebagai penjualan atau pinjaman sering rancu.
Piutang mungkin salah diklasifikasikan sebagai utang lancar/tidak lancar akibat kesulitan dalam
mengestimasi kemungkinan penagihannya di tahun mendatang atau sumber peristiwa di mana
penagihan bersifat kontinjen.
Transaksi penerimaan kas menghasilkan aktiva likuid yang rentan terhadap misapropriasi.
Transaksi penyesuaian penjualan mungkin digunakan untuk menyembunyikan pencurian kas yang
diterima dari pelanggan dengan menetapkan diskon terlalu tinggi, mencatat retur penjualan fiktif, atau
menghapus saldo pelanggan sebagai tak tertagih.

Risiko Prosedur Analitis


Prosedur analitis yang dapat dinilai auditor dalam siklus pendapatan antara lain :

Penjualan terhadap kapasitas yaitu volume penjualan maksimum yang dapat dihasilkan jika fasilitas
dan tenaga kerja dimanfaatkan secara penuh dalam proses produksi kelayakan pendapatan
Kecenderungan dalam marjin kotor dibandingkan dengan kecenderungan pangsa pasar, yaitu
membandingkan pendapatan klien dengan total pendapatan dari pasar produk-produk klien pangsa
pasar besar, marjin kotor besar
Penjualan terhadap total aktiva
Pertumbuhan piutang usaha terhadap pertumbuhan penjualan rasio >1 = masalah penagihan
AR turn days jika piutang tumbuh lebih cepat dari penjualan, artinya akan menghabiskan arus kas
operasi lebih banyak dan menimbulkan masalah likuiditas.
Pendapatan produk baru terhadap total pendapatan pend. Produk baru yg tinggi dapat
menghasilkan marjin kotor yg tinggi, karena inovasi meningkat.
Beban piutang tak tertagih terhadap penjualan kredit bersih rasio yg semakin kecil menunjukkan
penyisihan tidak memadai untuk piutang tak tertagih.
Beban piutang tak tertagih terhadap penghapusan piutang usaha rasio yg semakin kecil
menunjukkan penyisihan tidak memadai untuk piutang tak tertagih.

Mempertimbangkan Komponen Pengendalian Internal


1. Lingkungan Pengendalian

Adopsi manajemen dan ketaatan terhadap standar integritas dan nilai-nilai etika yang tinggi.

Berfungsi untuk mengurangi risiko penyajian pendapatan dan piutang terlalu tinggi. Aspek-aspek yang
berkaitan meliputi penghapusan insentif atas pelaporan yang tidak jujur seperti penekanan pada pemenuhan
pejualan atau target laba yang tidak realistis, serta penghapusan godaan seperti ketidaksesuaian/ketidakefektifan
dewan komisaris/komite audit.

Karakteristik filosofi manajemen dan gaya operasi

Meliputi pemilihan manajemen yang konservatif/agresif dari prinsip akuntansi alternatif dan kehati-hatiannya
serta konservatisme dalam mengembangkan estimasi akuntansi seperti penyisihan untuk piutang tak tertagih dan
retur penjualan.

Pemberian otoritas dan tanggung jawab

Manajemen senior harus menetapkan tingkat akuntabilitas yang tepat atas penggunaan sumber daya perusahaan
guna menghasilkan pendapatan dan marjin kotor, karena jika tekanan yang terlalu besar diberikan pada
pencapaian tujuan yang tidak realistis, maka manajemen mungkin akan memberi insentif untuk menyatakan
pendapatan/marjin terlalu tinggi.

Kebijakan dan praktik sumber daya manusia khusus

Sering diberlakukan pada karyawan yang menangani penerimaan kas. Salah satunya dengan cara melakukan
pengikatan/bonding (pembelian polis asuransi ketaatan atas kerugian akibat pencurian kas) terhadap karyawan
yang menangani penerimaan kas.
2. Penilaian Risiko
Upaya manajemen untuk mengidentifikasi jenis-jenis risiko yang berkaitan dengan saldo dan transaksi siklus
pendapatan dan bagaimana membuat prosedur untuk memperkecil risiko tersebut.
3. Informasi dan Komunikasi (Sistem Akuntansi)
Pemahaman atas sistem akuntansi pendapatan yang memerlukan pengetahuan tentang bagaiamana penjualan
diawali, barang dan jasa diberikan, piutang dicatat, kas diterima, dan penyesuaian penjualan dilakukan,
termasuk pemrosesan data.
4. Pemantauan (Monitoring)
Memberikan manajemen umpan balik tentang apakah pengendalian internal yang berkaitan dengan saldo dan
transaksi siklus pendapatan telah beroperasi seperti yang diharapkan.
5. Penilaian Awal atas Risiko Pengendalian dan Strategi Audit Pendahuluan
Saat auditor memperoleh bukti tentang keefektifan operasi pengendalian internal yang berkaitan dengan
prosedur untuk memperoleh pemahaman, auditor dapat mengevaluasi risiko pengendalian berdasarkan bukti
tersebut.Strategi audit tergantung pada sifat bisnis dan industri klien. Jika pendapatan klien terkonsentrasi pada
beberapa sumber, auditor dapat mengandalkan terutama pada prosedur analitis dan pengujian substantif
rincian. Dalam beberapa kasus, siklus pendapatan bersifat material dan pendapatan didistribusikan di antara
banyak pelanggan dan transaksi. Dalam kasus ini, merencanakan untuk menilai risiko pada tingkat yang rendah
dan mengembangkan strategi audit yang mencakup pengujian pengendalian yang signifikan adalah seringkali
dipandang lebih efisien.
AKTIVITAS PENGENDALIAN (TRANSAKSI PENJUALAN KREDIT)
Dokumen dan Catatan yang Umum
1.

Pesanan Pelanggan: Permintaan barang dagang oleh pelanggan yang diterima langsung dari pelanggan atau
melalui wiraniaga (salesperson). Pesanan ini dapat berupa formulir yang disiapkan oleh penjual atau
formulir pesanan pembelian yang dibuat oleh pembeli.
2. Pesanan Penjualan: Formulir yang menunjukkan deskripsi, kuantitas, dan data lainnya yang berkaitan
dengan pesanan pelanggan. Pesanan ini berfungsi sebagai dasar dimulainya transaksi dan pemrosesan
internal atas pesanan pelanggan oleh penjual.
3. Dokumen Pengiriman: formulir yang digunakan untuk menunjukkan rincian dan tanggal setiap
pengiriman. Dokumen ini dapat berupa bill of lading.
4. Faktur Penjualan: formulir yang menyatakan penjualan tertentu, termasuk jumlah yang terutang, syarat,
dan tanggal penjualan.
5. Daftar Harga yang Diotorisasi: Daftar atau file induk komputer yang berisi harga barang-barang yang
diotorisasi yang ditawarkan untuk dijual.
6. File Transaksi Penjualan: file komputer yang berisi transaksi penjualan yang telah diselesaikan.
7. Jurnal Penjualan: Daftar jurnal dari transaksi penjualan yang telah diselesaikan.
8. File Induk Pelanggan: File yang berisi informasi tentang pengiriman dan penagihan pelanggan serta batas
kredit pelanggan.
9. File Induk Piutang Usaha: File yang berisi informasi tentang transaksi dan saldo dari setiap pelanggan.
10. Laporan Bulanan Pelanggan: Laporan yang dikirimkan ke setiap pelanggan yang menunjukkan saldo awal,
transaksi selama bulan berjalan, dan saldo akhir.
Fungsi-Tungsi Terkait
1.

Otorisasi Penjualan
Penerimaan pesanan pelanggan
Pesanan pelanggan diterima hanya apabila sesuai dengan kriteria yang diotorisasi oleh manajemen.
Langkah selanjutnya adalah mendokumentasikan bukti (membuat formulir pesanan pelanggan) untuk
mendukung asersi manajemen (eksistensi dan keterjadian). Komputer akan mencocokkan pelanggan
pada pesanan penjualan dengan file induk pelanggan.

2.

3.

Persetujuan kredit
Persetujuan kredit diberikan oleh departemen kredit sesuai dengan kebijakan kredit manajemen dan
batas kredit yang diotorisasi untuk setiap pelanggan.
Pengendalian atas persetujuan kredit dirancang untuk mengurangi risiko pencatatan setiap transaksi
pendapatan pada pada jumlah yang melebihi jumlah kas yang diharapkan akan direalisasi dari
transaksi tersebut. Selain itu pengendalian ini memungkinkan manajemen membuat estimasi yang
lebih andal atas besarnya penyisihan yang diperlukan tersebut.
Pengiriman Barang dan Jasa
Pemenuhan pesanan penjualan
Komputer diprogram untuk mencocokkan seluruh barang yang ditarik dari persediaan perpetual
dengan pesanan penjualan yang disetujui. Gudang penyimpanan menerima salinan pesanan penjualan
yang telah disetujui sebagai otorisasi untuk memenuhi pesanan dan mengeluarkan barang ke
departemen pengiriman.
Pengiriman pesanan penjualan
Pengecekan independen oleh petugas pengiriman tentang kesesuaian barang yang diterima dari
gudang dengan pesanan penjualan yang disetujui.
Komputer akan mencocokkan dokumen pengiriman bernomor urut dengan pesanan penjualan yang
disetujui untuk setiap pengiriman. Komputer akan mencetak laporan seluruh pesanan penjualan yang
tidak dipenuhi.
Pencatatan Penjualan
Penagihan pelanggan
Perhatian utama auditor : penagihan telah ditagih u/ seluruh pengiriman, hanya pengiriman aktual,
dan pada harga yg telah diotorisasi.
Komputer mencocokkan informasi pada faktur penjualan dengan pesanan penjualan dan informasi
pengiriman. Komputer mencocokkan harga jual dengan daftar harga yang diotorisasi dan harga pada
pesanan penjualan ketika menyiapkan faktur penjualan. Komputer yang telah terprogram mengecek
keakuratan matematis dari faktur penjualan. Membandingkan total pengendalian pada dokumen
pengiriman dengan total yang dicatat pada faktur penjualan.
Pencatatan penjualan
Perhatian utama auditor : bahwa faktur penjualan telah dicatat secara akurat dalam periode yg benar.
Penjualan hanya dicatat berdasarkan faktur penjualan dan dengan mencocokkan dokumen pengiriman
serta pesanan penjualan yang membuktikan penjualan tersebut dan tanggal transaksi.
Akuntansi untuk seluruh faktur penjualan bernomor urut.
Mengulangi penjumlahan dengan mencocokkan jumlah saldo awal piutang, ditambah penjualan yang
telah diposting dengan saldo akhir piutang.
Melakukan pengecekan yang independen secara periodik atas kesesuaian buku pembantu piutang
usaha atau file induk dengan akun pengendali buku besar.

Sistem Ilustratif untuk Pemrosesan Penjualan Kredit


Dalam suatu sistem penjualan kredit harus mempunyai bagan arus yang mencakup informasi berikut dan
penting untuk mendokumentasikan pemahaman auditor atas pengendalian intern: (1) fungsi-fungsi kunci, (2)
dokumentasi jejak audit, (3) laporan utama yang dihasilkan oleh sistem, dan (4) program serta file komputer
yang tercakup dalam sistem akuntansi.
AKTIVITAS PENGENDALIAN (TRANSAKSI PENERIMAAN KAS)
Dokumen dan Catatan yang Umum
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Bukti penerimaan uang yaitu dokumen yang dikirim ke pelanggan bersama dengan faktur penjualan, yang
kemudian akan dikembalikan bersama pembayaran.
Pradaftar yaitu daftar penerimaan kas yang diterima melalui pos.
Lembar perhitungan kas yaitu daftar kas dan cek dalam register kas.
Ikhtisar kas harian yaitu laporan yang menunjukkan total penerimaan dengan total yang dicetak oleh
register kasir.
Slip deposit yang disahkan daftar yang dibuat oleh penyetor dan distempel oleh bank yang menunjukkan
tanggal serta total setoran yang diterima bank dan rincian penerimaan.
File transaksi penerimaan kas yaitu file komputer atas transaksi penerimaan kas yang telah disahkan yang
diterima untuk pemrosesan.

7.

Jurnal penerimaan kas yaitu jurnal yang berisi daftar penerimaan kas dari penjualan tunai dan penagihan
piutang usaha.

Fungsi-fungsi Terkait
1.

2.

3.

Menerima Penerimaan Kas


Penerimaan melalui kasir (over the counter receipts)
Penting untuk menggunakan register kas/point of sale terminal.
Kuitansi penerimaan yang dicetak atas nama pelanggan dan catatan internal atas transaksi pada file
komputer atau pita register yang terkunci. Supervisor menetapkan tanggung jawab untuk melakukan
pengecekan independen atas keakuratan lembar penghitungan kas, dan memverifikasi kesesuaian kas
di tangan dengan total yang dicetak oleh register tersebut. Kas, lembar perhitungan, dan register yg
dicetak diserahkan ke departemen kasir untuk disetorkan ke bank.
Penerimaan melalui pos
Perusahaan biasanya meminta pelanggan untuk membayar dengan cek u/ meminimalkan pengalihan
penerimaan mll pos. Selain itu, penggunaan Lockbox system/sist. kotak pos (dikendalikan oleh bank
perusahaan) mempercepat penyetoran cek, memungkinkan perusahaan menerima nota kredit atas
penerimaan tersebut lebih cepat, dan memberikan bukti eksternal mengenai eksistensi transaksi
tersebut. Hal ini juga mengeliminasi risiko pengalihan penerimaan oleh karyawan perusahaan dan
risiko salah catat.
Perusahaan yang tidak memakai lockbox system harus membatasi pengesahan cek hanya untuk
setoran dan membuat daftar cek-cek pada salinan pradaftar, kemudian menyiapkan pradaftar yang
menetapkan tanggung jawab atas penerimaan tersebut dan menyediakan total batch atau pengendalian
yang digunakan dalam pengecekan independen atas kelengkapan, dan keakuratan pemrosesan.
Menyetorkan Kas ke Bank
Semua penerimaan kas harus disetorkan secara utuh (pengeluaran kas tidak boleh dilakukan dengan
penerimaan yang belum disetorkan) setiap hari. Pengendalian ini mengurangi risiko bahwa penerimaan
tidak akan dicatat, dan menghasilkan catatan setoran bank yang menetapkan eksistensi /kejadian transaksi
tersebut.
Mencatat Penerimaan Kas
Pengendalian harus menjamin bahwa hanya penerimaan yang sah yang dimasukkan dan bahwa seluruh
penerimaan aktual telah dimasukkan pada jumlah yang benar. Untuk menjamin hal tersebut, akses fisik ke
catatan akuntansi harus dibatasi pada orang yang berwenang. Selain itu, rekonsiliasi bank secara periodik
harus dilakukan oleh karyawan yang tidak terlibat dalam melaksanakan atau mencatat transaksi kas.

AktivitasPengendalian TransaksiPenyesuaianPenjualan

Dokumen dan catatan umum yang diperlukan adalah :


(1) otorisasi re tur penjualan yaitu form yang menunjukkan deskripsi, jumlah, dan data lain yang
berkaitan dengan barang dimana pelanggan berwenang untuk melakukan retur.
(2) otorisasi untuk penghapusan piutang usaha yaitu form yang menunjukkan prosedur yang
diambil untuk penagihan dan otorisasi dokumen penghapusan piutang usaha.
(3) laporan penerimaan yaitu laporan yang disusun berdasarkan penerimaan barang dari pelanggan
yang menunjukkan jenis dan jumlah barang yang diterima.
(4) memo kredit yaitu formulir yang menyatakan keterangan kredit untuk piutang, termasuk item
tertentu yang kembali, harga, dan jumlah dikreditkan.
(5) jurnal yaitu sebuah dokumen yang digunakan untuk penyesuaian pencatatan seperti penghapusan
piutang di buku besar.
Fungsi-fungsi dan aktivitas kontrol meliputi :
(1) Pemberian potongan tunai
Pemberian potongan tunai biasanya diberikan pada saat tertentu ketika menerima pembayaran dari
pelanggan, misalnya diskon 1 persen diberikan jika kas diterima dalam waktu 10 hari dari tanggal
faktur.
(2) Pemberian retur penjualan dan pengurangan harga
Kemungkinan pencatatan transaksi penyesuaian penjualan fiktif adalah perhatian utama karena
dapat digunakan untuk menyembunyikan kecurangan dalam memproses penerimaan kas.
(3) Penentuan piutang tak tertagih
Pengendalian internal yang baik atas penghapusan dari akun tidak tertagih penting untuk
mencegah penghapusa yang digunakan untuk menyembunyikan kecurangan dalam memproses
penerimaan kas.

Pengujian Substantif Atas Piutang Usaha


Piutang merupakan jumlah yang harus dibayar oleh pelanggan, karyawan, dan afiliasi atas akun terbuka, wesel,
serta pinjaman, dan bunga akrual atas saldo semacam itu. Saat mengaudit piutang usaha, auditor dapat
mengaudit penjualan yang berkaitan. Penjualan yang paling mungkin membuat adanya salah saji adalah piutang
tak tertagih. Untuk merancang pengujian substantif atas akun ini, auditor harus mementukan tingkat resiko
pengujian rincian yang dapat diterima untuk setiap asersi yang berkaitan.
Penentuan Risiko Deteksi
Risiko pengujian rincian berhubungan terbalik dengan penilaian tingkat resiko inheren, resiko prosedur analitis,
dan resiko pengendalian. Faktor-faktor yang berkaitan dengan penilaian ini harus dipertimbangkan dalam
penentuan tingkat resiko pengujian rincian yang dapat diterima untuk setiap asersi piutang usaha. Penilaian
resiko inheren yang tinggi dapat berasal dari adanya resikp penjualan kredit yang ditetapkan terlalu tinggi dan
penyisihan piutang tak tertagih ditetapkan terlalu rendah.
Korelasi Komponen Resiko Dan Asersi Piutang Usaha
-

Eksistensi dan kejadian (exixtence or occurance)


Pengujian dilakukan untuk menguji apakah aktiva yang ada di neraca sesuai dengan yang benar-benar
terjadi. Keberadaan dan terjadinya asersi untuk penjualan dan piutang usaha merupakan risiko yang
melekat signifikan karena adanya potensi masalah pengakuan pendapatan.
Penilaian risiko gabungan kontrol untuk piutang adalah fungsi kontrol internal atas kejadian yang
berkaitan dengan penjualan kredit (rendah) dan kelengkapan penerimaan kas (rendah) dan transaksi
penyesuaian penjualan (rendah).Karena keberadaan piutang merupakan risiko yang melekat signifikan,
auditor tidak harus merencanakan untuk memperoleh keyakinan besar dari prosedur analitis. Jika
penilaian risiko kontrol gabungan rendah, auditor mungkin mengirim konfirmasi pada tanggal interim.
Kelengkapan (completeness)
Auditor seharusnya menilai resiko inheren untuk kelengkapan ditingkat sedang. Asersi ini berarti
semua transaksi dan peristiwa yang seharusnya dicatat, memang sudah dicatat. Kasus yang paling
banyak terjadi adalah resiko overstatement daripada understatement.
Ketika mempertimbangkan penilaian risiko kontrol gabungan untuk kelengkapan piutang, auditor harus
mengevaluasi asersi kelengkapan terkait dengan penjualan kredit (rendah), dengan keberadaan dan
terjadinya asersi untuk penerimaan kas (rendah) dan penyesuaian penjualan (moderat).
Prosedur analisis terkait dengan kelengkapan penjualan dan piutang akan melibatkan perbandingan
penjualan untuk bisnis fisik yang mendasari seperti penjualan dibandingkan dengan kapasitas,
penjualan ke tingkat produksi, pengembangan pemahaman yang mendalam tentang pangsa pasar
entitas, dan perbandingan penjualan terhadap total aktiva atau penjualan aktiva tetap.
Hak dan Kewajiban (Right and Obligations)
Penilaian risiko yang melekat untuk hak dan kewajiban tergantung pada kinerja suatu entitas. entitas
dengan arus kas operasi yang kuat jarang perlu menjual atau piutang . entitas dengan arus kas operasi
yang lemah, bagaimanapun, lebih cenderung untuk menjual piutang atau janji piutang agunan.
Prosedur analitis tidak terlalu efektif untuk mengidentifikasi penjualan hak untuk piutang, sehingga
auditor biasanya berencana untuk mendapatkan sebagian jaminan dari rincian uji substantif.
Penilaian dan alokasi (valuation or allocation)
Penilaian dan alokasi asersi sering ditetapkan tinggi atau maksimum untuk piutang karena sifat
subjektif dari penyisihan piutang tak tertagih. Kontrol atas penilaian dan alokasi asersi sehubungan
dengan perolehan melibatkan kontrol atas penilaian penjualan, penerimaan kas, dan penyesuaian
penjualan.
Prosedur analitis biasanya melibatkan perhitungan akun perputaran piutang suatu entitas. Auditor
sering dapat menguji penilaian biaya historis dengan mengirimkan konfirmasi kepada pelanggan.
Konfirmasi, tidak memberikan bukti yang valid tentang kolektibilitas piutang, auditor akan sering
menguji penyisihan dengan menggunakan perangkat lunak audit umum untuk menghitung ulang umur
klien dan untuk mengidentifikasi pelanggan dengan saldo yang telah jatuh tempo
Penyajian dan Pengungkapan (Presentation And Disclosure)
Dalam mengembangkan strategi audit pendahuluan penyajian dan pengungkapan asersi auditor
biasanya akan merencanakan pendekatan terutama substantif. pengungkapan berkaitan dengan piutang
sering tidak rumit, sehingga sangat tepat untuk mengatur risiko yang melekat tinggi

Perancangan Pengujian Substantive

Initial Prosedur
Hal pertama yang harus dilakukan setiap pengujian audit adalah memahami bisnis klien, memahami
kebijakan perusahaan mengenai pengakuan pendapatan, luas konsentrasi bisnis, penagihan dengan
klien dan industri dan lainnya. Prosedur awal yang penting untuk memverivikasi piutang usaha dan
akun penyisihan terkait adalah menelusuri saldo awal periode berjalan ke saldo akhir yang telah diaudit
dalam kertas kerja tahun sebelumnya. Selanjutnya direview untuk setiap jurnal yang signifikan, yang
jumlahnya tidak biasa.auditor juga harus membandingkan sampel saldo pelanggan, yang ditunjukkan
pada neraca saldo dengan yang ada di buku pembantu. Selain itu, auditor juga bisa membuat neraca
saldo piutang usaha secara langsung dari file induk klien dengan menggunakan perangkat lunak audit.

Analytical prosedur
Prosedur analitikal sebagai prosedur penilaian resiko membantu mengidentifikasi hal-hal yang
mempunyai implikasi terhadap laporan keuangan dan audit. Selain itu, prosedur analitikal bisa
digunakan sebagai prosedur audit selanjutnya dalam memperoleh bukti asersi laporan keuangan dan
melakukan review menyeluruh atas laporan keuangan menjelang akhir audit.

PENGUJIAN RINCIAN ATAS TRANSAKSI


Pengujian ini dilaksanakan selama interim bersama dengan pengujian pengendalian dalam bentuk dual
purpose test. Hal ini meliputi pengujian :

Memvouching catatan piutang ke transaksi pendukung

Melacak transaksi pendapatan

Melakukan pengujian cutoff untuk penjualan dan retur penjualan

Melakukan pengujian cutoff atas penerimaan kas

Memvouching/Menjamin Transaksi Pendapatan


Dalam pengujian ini, sampel debet ke akun pelanggan dapat divouching ke faktur penjualan pendukung
dan mencocokkan dokumen-dokumen itu untuk memberikan bukti yang berkaitan dengan asersi eksistensi, hak
kewajiban, serta penilaian atau alokasi. Kredit dapat divouching ke bukti penerimaan uang dan otorisasi
penyesuaian penjualan.Vouching artinya pemeriksaan bukti pendukung. File rekening nasabah yang dikelola
oleh klien harus berisi dokumen-dokumen seperti :

Pesanan Pelanggan,

Sales Order,

Dokumen pengiriman (Shipping Documents),

Faktur Penjualan (Sales Invoices)

Credit Memoranda

Correspondence.

Melacak Transaksi Pendapatan


Untuk menguji asersi kelengkapan, auditor sebaiknya melakukan tracing/melacak sampel penjualan,
penerimaan kas, dan transaksi penyesuaian penjualan (sales adjustment transaction) dalam catatan akuntansi
mereka. Untuk penjualan auditor harus memulai dari pengiriman dan melacak transaksi ke jurnal penjualan.
Untuk penerimaan kas auditor akan mengambil contoh item prelisting kas kemudian akan meneruskan
melacaknya pada jurnal penerimaan kas. Untuk return penjualan auditor secara normal akan memulai dengan
otorisasi return penjualan dan meneruskan melacak pada laporan penerimaan dan entri dalam catatan akuntansi
Melakukan Pengujian Cutoff Penjualan dan Retur Penjualan

Pengujian cutoff transaksi penjualan dirancang untuk memperoleh jaminan yang kuat dan untuk
memperoleh kepastian yang layak bahwa :
1.

Semua penjualan dan piutang dagang yang disajikan dalam neraca merupakan transaksi yang benarbenar terjadi selama periode akuntansi yang diaudit.

2.

Bahwasanya jurnal untuk persediaan dan harga pokok penjualan dicatat untuk periode yang sama.

Penjualan harus dicatat dalam periode ketika hak hukum atas barang telah berpindah ke pembeli. Pengujian
pisah batas retur penjualan adalah serupa dan terutama diarahkan langsung pada kemungkinan bahwa retur yang
dilakukan sebelum akhir tahun belum dicatat sampai setelah akhir tahun sehingga mengakibatkan piutang dan
penjualan ditetapkan terlalu tinggi.
Melakukan Pengujian Cutoff atas Penerimaan Kas
Pengujian pisah batas untuk penerimaan kas dirancang untuk memperoleh kepastian yang layak bahwa
penerimaan kas telah dicatat dalam periode akuntansi yang tepat. Pisah batas yang tepat pada tanggal neraca
merupakan hal yang penting untuk menyajikan secara benar baik kas maupun piutang usaha.
PENGUJIAN RINCIAN SALDO
Meliputi konfirmasi piutang dan prosedur tindak lanjut yang berkaitan serta prosedur untuk
mengevaluasi kecukupan penyisihan piutang.
Konfirmasi Piutang ISA 505
Merupakan komunikasi tertulis secara langsung antara pelanggan dan auditor. Sebelum meminta
konfirmasi ke pelanggan auditor harus mendapatkan surat ijin dari klien. Konfirmasi tersebut nantinya akan
dikirim langsung oleh pelanggan kepada auditor.

Penentuan Waktu dan Luas Permintaan Konfirmasi

Pengendalian atas Permintaan Konfirmasi

Disposisi Pengencualian

Prosedur Alternative untuk Konfirmasi yang Tidak Dijawab

Mengikhtisarkan dan Mengevaluasi Hasil

Aplikabilitas Asersi

Formulir Konfirmasi
Ada dua formulir permintaan konfirmasi yaitu konfirmasi positif yang mengharuskan debitor untuk
menjawab apakah saldo yang ditunjukkan benar atau tidak dan konfirmasi negative yang meminta debitor untuk
menjawab hanya apabila jumlah yang ditunjukkan tidak benar. Bentuk konfirmasi positif pada umumnya
menghasilkan bukti yang lebih baik karena dalam konfirmasi negative kelalaian untuk menerima jawaban
hanya akan menimbulkan anggapan bahwa saldo sudah benar sementara pelanggan mungkin mengabaikan
permintaan tersebut.
Bentuk konfirmasi positif akan digunakan apabila risiko deteksi adalah rendah atau saldo msing-msing
pelanggan relative besar. AU 330.20 menyebutkan bahwa bentuk konfirmasi negatif harus digunakan hanya
apabila semua dari ketiga kondisi berikut berlaku :
Tingkat risiko deteksi yang berlaku untuk asersi-asersi bersangkutan adalah sedang atau tinggi
Sejumlah besar saldo yang bernilai kecil terlibat
Auditor tidak memiliki alasan untuk percaya bahwa penerima permintaan konfirmasi tidak akan
memberikan pertimbangannya.
Penentuan Waktu dan Luas Permintaan Konfirmasi

Apabila tingkat risiko deteksi yang berlaku rendah maka auditor biasanya mengirimkan permintaan
konfirmasi piutang pada tanggal neraca. Sebaliknya, tanggal pengiriman konfirmasi dapat dipilih satu atau dua
bulan sebelumnya.
Pengendalian atas Permintaan Konfirmasi
Auditor harus mengendalikan setiap langkah dalam ptoses konfirmasi. Hal ini berarti:

Memastikan bahwa jumlah, nama, alamat pada konfirmasi telah sesuai dengan data terkait dalam akun
pelanggan

Menjaga penyimpanan konfirmasi sampai dikirimkan

Menggunakan amplop yang dilampirkan dengan logo perusahaan bersangkutan untuk menjwab
konfirmasi

Menangani sendiri pemasukan surat konfirmasi ke dalam amplop dan mengirimkannya melalui pos

Mewajibkan pengiriman jawaban langsung kepada auditor

Disposisi Pengecualian
Pengecualian tersebut dapat disebabkan oleh barang yang masih dalam perjalanan dari klien ke
pelanggan, barang yang dikembalikan, pembayaran dari pelanggan kepada klien yang masih dalam perjalanan,
item-item yang tidak sesuai, kesalahan, dan penyimpangan dll. Pengecualian tersebut harus diinvestigasi oleh
auditor dan penyelesaiaannya harus ditunjukkan dalam kertas kerja.
Prosedur Alternative untuk Konfirmasi yang Tidak Dijawab
Dua prosedur alternative yang utama adalah memeriksa penagihan berikutnya dan memvouching faktur
penjualan terbuka yang berisi saldo pelanggan. AU 330.31 menyatakan bahwa pengabaian prosedur semacam
itu dapat diterima apabila dua kondisi berikut berlaku :

Tidak ada faktor kualitatif yang tidak biasa atau karakteristik sistematik yang bersangkutan dengan
tidak menjawab konfirmasi, seperti semua jawaban yang diterima menyangkut transaksi akhir tahun.

Tidak adanya jawaban, yang diproyeksikan sebagai salah saji 100% terhadap populasi dan
ditambahkan ke jumlah semua perbedaan lainnya yang belum disesuaikan.

Bukti terbaik mengenai eksistensi dan ketertagihan piutang adalah penerimaan pembayaran dari pelanggan.
Dalam melakukan pengujian ini, auditor harus menyadari kemungkinan implikasi yang merugikan dari
penagihan yang tidak dapat dicocokkan dengan transaksi atau saldo tertentu.
Mengikhtisarkan dan Mengevaluasi Hasil
Kertas kerja audit harus berisi ikhtisar hasil dari mengkonfirmasi piutang usaha. Bukti gabungan yang
diperoleh dari konfirmasi, prosedur alternative yang dilaksanakan apabila konfirmasi tidak dijawab, dan
pengujian rincian serta prosedur analitis lainnya dievaluasi untuk menentukan apakah bukti yang cukup telah
diperoleh guna mendukung asersi manajemen tentang piutang usaha kotor. Ikhtisar tersebut harus memberikan,
pada tingkat minimum, data statistik mengenai :

Jumlah dan nilai dolar konfirmasi yang dikirimkan serta jawaban yang diterima

Proporsi dari totak yang dicakup oleh sampel

Hubungan antara nilai yang diaudit dengan nilai buku item yang tercakup dalam sampel.

Aplikabilitas Asersi
Konfirmasi piutang usaha merupakan sumber bukti yang utama dalam memenuhi asersi
eksistensi/kejadian. Pengakuan hutang oleh pelanggan memberikan bukti yang berkaitan dengan asersi hak dan

kewajiban. Apabila jawaban pelanggan menunjukkan kesesuian saldo pembukuan maka terdapat bukti bahwa
saldo itu telah lengkap.
Pengujian Rincian atas Estimasi Akuntansi
Estimasi akuntansi dalam siklus pendapatan meliputi penyisihan piutang tak tertagih. Tanggung jawab
auditor adalah menilai kelayakan penyisihan serta provisi yang berkaitan dengan beban piutang tak tertagih.

Penggunaan perangkat lunak audit tergeneralisasi untuk menjumlah secara vertikal dan menjumlah ke
samping neraca saldo umur piutang usaha serta mencocokkan totalnya dengan saldo buku besar

Pengujian penentuan umur atas jumlah yang tercantum pada kategori umur dalam neraca saldo.

Pertimbangan bukti yang berkaitan dengan ketertagihan jumlah yang telah jatuh tempo

Penilaian kelayakan persentase yang digunakan untuk menghitung komponen penyisihan yang
diperlukan pada setiap kategori umur dan kelayakan penyisihan secara keseluruhan.

Pengevaluasian estimasi sebelumnya atas piutang tak tertagih dengan pengalaman berikutnya dan
manfaat melihat kembali pengalaman sebelumnya.

Pengujian Rincian atas Pengungkapan


Auditor harus memiliki pengetahuan tentang cara penyajian laporan dan persyaratan pengungkapan
piutang dan penjualan menurut prinsip-prinsip akuntansi yang sesuai dengan IFRS
CHAPTER 15
SIKLUS PENGELUARAN
AUDIT SIKLUS PENGELUARAN
A. Sifat Siklus Pengeluaran
Siklus pengeluaran (expenditure cycle) terdiri dari aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan akuisis dan
pembayaran barang serta jasa. Adapun aktivitas utama dari siklus pengeluaran adalah : (1) membeli barang dan
jasa-transaksi pembelian, dan (2) melakukan pembayaran-transaksi pengeluaran kas. Pembelian dan
pengeluaran kas mempunyai pengaruh pervasif terhadap laporan keuangan seperti yang digambarkan dalam
gambar dibawah ini.
Gambar1. Pembelian dan Pengeluaran Kas

A.1. Tujuan Audit


Manajemen akan menetapkan asersi implisit atau eksplisit tentang transaksi dan saldo siklus pengeluaran
dalam laporan keuangan perusahaan. Asersi-asersi ini mendefinisikan tujuan audit spesifikasi dari program audit
siklus seperti terlihat pada Gambar 2. Kebanyakan audit atas siklus pengeluaran mencakup tujuan-tujuan utama
tersebut, tetapi tidak dimaksudkan untuk membahas semua situasi yang dihadapi klien. Untuk mencapai setiap
tujuan audit spesifikasi tersebut, auditor menggunakan bagian dari metode perencanaan dan pengujian.
A.2. Menggunakan Pemahaman tentang Bisnis dan Industri untuk Mengembangkan Strategi Audit.

Pemahaman tentang Bisnis dan Industri Klien


Sebelum merancang program audit pengeluaran, seorang auditor harus mempertimbangkan bisnis dari
klien tersebut, kekuatan pasar eksternal yang menggerakan sektor bisnis, dan bagaimana kekuatan tersebut
mempengaruhi siklus pengeluaran perusahaan. Setiap perusahaan menghadapi kekuatan pasar yang berbeda,
sehingga membuat permintaan atas arus kas perusahaan juga berbeda. Kita ketahui bahwa siklus operasi
perusahaan mencerminkan waktu mulai dari kas digunakan untuk membeli barang atau jasa hingga
penagihannya. Bagi sebuah perusahaan manufaktur, siklus operasi kotor diestimasi oleh jumlah hari rata-rata
yang dibutuhkan untuk memutar persedian dan menagih piutang.
Siklus operasi bersih adalah siklus operasi kotor dikurangi dengan hari perputaran hutang usaha (account
payable turn days), yaitu waktu yang diberikan pemasok untuk menggunakan kredit dagang sebelum barang dan
jasa harus dibayar. Pemahaman atas pemicu ekonomi dalam siklus pengeluaran biasanya sangat penting untuk
mengaudit perusahaan manufaktur, pedagang besar, dan perusahaan eceran. Bagi beberapa perusahaan yang
bergerak dalam industri jasa, hutang usaha mungkin tidak memiliki peran yang signifikan dan risiko terjadinya
salah saji yang material tidaklah besar.
Gambar2. Tujuan Audit Spesifik untuk Siklus Pengeluaran

Berikut ilustrasi mengenai pentingnya pemahaman atas siklus pengeluaran bagi kelima perusahaan yakni
grosir eceran, perusahaan manufaktur perlengkapan rumah tangaa, perusahaan manufaktur komputer elektronik,
hotel dan sekolah.
Sebuah grosir eceran yang besar membeli dan menjual kembali sejumlah besar produk seperti makanan
kaleng, makanan kering, buah segar, sayuran, ikan dan daging, serta produk-produk rumah tangga. Laba dalam
bisnis ini diperoleh dengan menjual barang-barang yang harganya kompetitif dalam volume yang besar. Secara
individual, sebenarnya setiap jenis barang berharga murah, tetapi secara agregat selama siklus operasi yang
normal, harga pokok penjual yang terlibat dalam perusahaan grosir adalah signifikan. Sebagian besar pembelian
dilakukan secara kredit sementara transaksi pembelian serta pembayaran melibatkan sejumlah besar pemasok.
Auditor juga berharap adanya hubungan yang erat antara saldo hutang usaha dengan persediaan. Perputaran
persediaan rata-rata selama 28 ahri, sementara untuk barang yang mudah rusak angkanya lebih kecil. dilain
pihak, perputaran hutang biasanya lebih cepat lagi, yaitu sekitar 15 hari atau kurang. Dalam industri ini, siklus
pengeluaran memegang peranan yang sangat penting.
Selanjutnya, pertimbangkan perusahaan pembuat peralatan rumah tangga seperti mesin cuci, lemari es, dan
sejenisnya. Perusahaan ini harus membeli bahan baku berupa lempengan baja, tembaga, aluminium, karet, serta
plastik, dan membeli komponen seperti motor, kompresor, klep, serta komponen lainnya. Baik membeli maupun
membuat sendiri merupakan proses inti yang penting bagi keberhasilan perusahaan. Rasio persediaan terhadap
hutang usaha harus stabil sepanjang waktu. Karena gaji dan biaya konversi merupakan bagian yang penting dari
harga pokok penjualan, maka hutang usaha tidak begitu erat berkaitan dengan harga pokok penjualan.
Perusahaan mungkin memerlukan waktu 45 hari untuk memproduksi dan memulihkan kembali persediannya,
sementara hutang harus dibayar dalam waktu sekitar 30 hari.

Sekarang, perhatikan perusahaan manufaktur komputer yang hanya melakukan produksi atas dasar pesanan
dan tidak memiliki outlet eceran. Perusahaan ini merakit komponen-komponen yang dibuat oleh pihak ketiga
menjadi barang jadi, dan kemudian mengirimkannya langsung ke pelanggan. Dalam perusahaan semacam ini,
rasio persediaan terhadap hutang usaha biasanya kecil. Persediaan berputar dengan cepat, dan hanya sedikit
persediaan yang dipertahankan. Hal ini menyebabkan perusahaan mempunyai banyak transaksi pembelian dan
pembayaran yang totalnya sangat berkorelasi dengan volume penjualan. Auditor mengharapkan rasio hutang
usaha terhadap harga pokok penjualan tetap stabil. Jadi, perusahaan harus mengandalkan pada aliran persediaan
just-in-time agar dapat bertahan hidup dan memiliki pemasok yang terbatas. Siklus hutang biasanya akan
menjadi konsisten dari periode ke periode apabila tidak ada perubahan jangka waktu kredit dan komposisi
pemasok. Industri ini sangat kompetitif serta dinamis, dan pembelian persediaan dikelola secara agresif untuk
meminimalkan dampak keusangan. Sebuah perusahaan komputer melaporkan bahwa perputaran persediaan
pada perusahaan tersebut 6 hari, piutang usaha 34 hari, dan hutang usaha 43 hari.
Industri perhotelan mempunyai profil keuangan yang sangat berbeda dibandingkan dengan perusahaan
grosir, perusahaan pakaian, atau perusahaan perakit komputer. Produk inti dari perusahaan industri perhotelan
adalah penginapan dan makanan bagi para tamu, ruang untuk rapat, serta konvensi. Industri ini memiliki
investasi yang besar dalam properti, bangunan dan peralatan, serta hanya melakukan pembelian dengan harga
pokok penjualan yang besar seperti pembelian bahan makanan untuk bisnis restoran dan konvensi. Beban
utamanya adalah upah dan bunga pinjaman. Hutang usaha industri ini cenderung kecil, yang mencerminkan
persentase yang konstan dari total aktiva perusahaan, sehingga mengurangi risiko terjadinya salah saji yang
material untuk siklus pengeluaran.
Terakhir, perhatikan sekolah umum. Pembelian yang dilakukan atas produk inti untuk pendidikan murid
bersifat insidentil. Pengeluaran utamanya adalah pembayaran gaji dan tunjangan karyawan. Pasokan persediaan
dapat diperkirakan rata-rata kurang 1% dari total aktiva. Proses inti dalam industri ini tidak akan terganggu oleh
meningkatnya harga beli secara mendadak. Hutang usaha adalah sekitar 3% dari total kewajiban dan kekayaan
bersih serta risiko terjadinya salah saji yang material dalam siklus ini adalah rendah
Pemahaman mengenai bisnis dan industri akan membantu auditor dalam memahami risiko bisnis klien.
Selain itu, pemahaman ini juga akan membantu auditor dalam membuat pertimbangan tentang :
1.

Materialitas siklus pengeluatan bagi pemakai laporan keuangan.

2.

Risiko inheren dalam siklus poengeluaran.

3.

Pengendalian internal kunci dimana auditor berharap dapat menentukan risiko pengendalian bisnis.

4.

Pemberian jasa bernilai tambah.

Materialitas
Siklus pengeluaran merupakan proses inti bagi banyak industri dan mencerminkan jumlah serta volume
transaksi dalam siklus ini dimana risiko terjadinya salah saji yang material adalah tinggi. Pada Gambar 1
mengilustrasikan fakta bahwa transaksi dalam siklus ini mempengaruhi lebih banyak akun laporan keuangan
dibandingkan dengan siklus lainnya. Beberapa dari akun itu, seperti persediaan, properti, pabrik, dan peralatan,
serta jenis beban utama yang secara individual dapat bersifat material terhadap laporan keuangan. Dalam situasi
ini, auditor berusaha mencapai tingkat risiko yang rendah bahwa transaksi siklus pengeluaran merupakan
sumber terjadinya salah saji yang material dalam laporan keuangan.
Pengalokasian materialitas ke akun-akun yang dipengaruhi oleh transaksi dalam siklus ini akan bervariasi
sesuai dengan pertimbangannya. Pentingnya siklus pengeluaran ini juga bervariasi menurut dengan jenis usaha
yang dijalankan. Pertimbangan lainnya tentang materialitas awal atas hutang usaha dapat menjadi tolok okur
pentingnya rasio ini secara signifikan. Pertimbangan sekunder berhubungan dengan biaya untuk mendeteksi
kesalahana. Sistem akuntansi yang terkomputerisasi harus mampu memilah pengeluaran menurut kelompok
beban dan besarnya transaksi, serta memudahkan perhitungan observasi, jumlah total, dan rata-ratanya. Karena
pemasok ingin segera memperoleh pembayaran, maka biaya untuk mendeteksi kesalahan hutang usaha tidaklah
sebesar biaya untuk mendeteksi kesalahan piutang usaha atau persediaan. Akibatnya jumlah materialitas yang
lebih kecil mungkin dialokasikan ke siklus pengeluaran dan hutang usaha.
Risiko Inheren

Dalam menilai risiko inheren, auditor harus mempertimbangkan faktor-faktor penting yang bisa
mempengaruhi asersi-asersi diseluruh laporan keuangan, serta faktor-faktor yang hanya berkaitan dengan asersi
spesifik dalam siklus pengeluaran. Faktor-faktor penting yang dapat memotivasi manajemen untuk
menyalahsajikan asersi-asersi pengeluaran meliputi :
1.

Tekanan untuk menetapkan terlalu rendah beban agar dapat membuat laporan yang memenuhi target
profitabilitas atau norma industri yang telah ditetapkan, yang dalam kenyataan tidak tercapai akibat
faktor-faktor seperti kondisi ekonomi, global, nasional, atau regional yang mempengaruhi biaya
operasi, dampak perkembangan teknologi terhadap produktivitas perusahaan, atau manajemen yang
tidak baik.

2.

Tekanan untuk menetapkan terlalu rendah hutang agar bisa membuat laporan yang menunjukkan
tingkat modal kerja yang lebih tinggi pada saat perusahaan sedang menghadapi masalah likuidasi atau
keraguan tentang kelangsungan usahanya.

Kedua faktor diatas cenderung menyebabkan tingginya risiko kurang saji daripada lebih saji pengeluaran
dan hutang.
Auditor juga harus mempertimbangkan faktor-faktor yang berkaitan dengan industri seperti ketersediaaan
dan volatilitas harga bahan baku serta produk yang dibutuhklan perusahaan untuk menjalankan bisnis. Sebagai
contoh, perusahaan grosir berhubungan dengan sejumlah besar pemasok dan harga, sementara persaingan pasar
yang ketat cenderung membuat harga menjadi stabil. Kurangnya pasokan atau naiknya harga setiap jenis barang
memiliki pengaruh yang kecil terhadap operasi industri ini. Pelanggan akan dengan segera beralih dari apel
hijau ke apel merah.
Siklus pengeluaran cenderung menanggung risiko kecurangan yang dilakukan karyawan melalui
pengeluaran kas yang tidak diotorisasi. Faktor-faktor lainnya yang dapat menimbulkan salah saji dalam asersi
siklus pengeluaran mencakup berikut ini :
1.

Volume transaksi dalam siklus ini biasanya tinggi.

2.

Pembelian dan pengeluaran klas bisa dilakukan tanpa otorisasi.

3.

Pembelian aktiva dapat diselewengkan.

4.

Pembayaran atas faktur penjual mungkin dilakukan dua kali.

5.

Masalah akuntansi yang tidak tepat mungkin terjadi berkaitan dengan hal-hal seperti apakah biaya
harus dibebankan atau dikapitalisasi.

Auditor harus mempertimbangkan setiap faktor diatas ketika menilai risiko inheren untuk siklus
pengeluaran.
Risiko Prosedur Analitis
Pengujian analitis merupakan hal yang efektif dalam mengidentifikasi akun-akun siklus pengeluaran yang
mengandung salah saji. Risiko prosedur analitis merupakan unsur risiko deteksi bahwa prosedur analitis tersebut
akan gagal mendeteksi kekeliruan yang material. Seperti telah disinggung sebelumnya, prosedur analitis adalah
prosedur yang sangat murah. Beberapa contoh prosedur analitis yang dapat diterapkan pada siklus pengeluaran
disajikan dalam gambar3.
Gambar3. Prosedur Analitis yang Umum Digunakan dalam Audit atas Siklus Pengeluaran

A.3. Mempertimbangakan Komponen Pengendalian Internal


Seperti dalam bagian audit lainnya, audit juga diwajibkan untuk memahami pengendalian internal yang
berlaku pada siklus pengeluaran yang mencakup lima komponen. Ingat kembali bahwa auditor memperoleh
pemahaman tentang komponen pengendalian internal melalui review atas pengalaman sebelumnya dengan
klien, jika berlaku, dan melalui tanya jawab dengan manajemen serta menginspeksi dokumen, catatan, buku
pedoman, dan sebagainya. Pemahaman tersebut harus didokumentasikan dalam formulir kuesioner yang
lengkap, bagan arus, atau memorandum naratif.
a.

Lingkungan Pengendalian

Adanya sejumlah peluang bagi karyawan untuk melakukan kucurangan dalam pemrosesan transaksi
pengeluaran kas serta pembelian, dan penipuan pelaporan keuangan oleh manajemen atas saldo akun siklus
pengeluaran, dapat menyebabkan faktor lingkungan pengendalian seperti integritas dan nilai etis menjadi sangat
penting dalam siklus pengeluaran. Agen pembelian mungkin mendapat tekanan dari penjual yang ingin,
termasuk menawarkan pembayaran kembali, melakukan transaksi bisnis yang lebih besar dengan pemasok
tersebut.
Komitmen terhadap kompetensi. Manajemen harus dicerminkan dalam proses perekrutan pegawai,
penugasan, dan pelatihan atas personil yang telibat dalam pemrosesan transaksi pembelian serta pengeluaran
kas, penyimpanan aktiva yang dibeli perusahaan, dan pelaporan aktivitas siklus pengeluaran. Manajemen juga
dpat mengharuskan para pegawai yang terlibat dalam pemrosesan pengeluaran kas atau penyimpanan aktiva
yang dibeli untuk mengikat kontrak kerja.
Struktur organisasi klien dan manajemen penetapan kewenangan serta tanggung jawab atas aktivitas siklus
pengeluaran harus dikomunikasikan secara jelas dan memberikan garis yang jelas tentang hubungan otoritas,
tanggung jawab, serta pelaporan. Sebagai contoh, hal yang sangat mendasar dalam mempelajari lingkungan
pengendalian adalah memahami bagaimana manajemen bertanggung jawab atas penggunaan sumber daya
perusahaan. Jika manajemen terlalu kaku dalam menetapkan target laba, maka hal itu dapat mendorong untuk
menyalahsajikan laporan keuangan. Di pihak lain, jika manajemen tidak bertanggung jawab atas penggunaan
sumber daya perusahaan, maka pegawai perusahaan tidak mungkin akan melaksanakan pengendalian internal
dengan serius. Pemahaman tentang bagaimana manajemen bertanggungjawab atas penggunaan sumber daya
perusahaan merupakan hal yang berguna untuk menentukan:
1.

Laporan yang digunakan manajemen untuk mengevaluasi review kinerja perusahaan.

2.

Seberapa sering dan seberapa cepat laporan manajemen direview.

3.

Keputusan yang didasarkan atas laporan itu.

4.

Kebijakan perusahaan untuk menindaklanjuti masalah yang berasal dari laporan utama.

b. Penilaian Risiko Manajemen

Penilaian risiko manajemen yang berkaitan dengan aktivitas siklus pengeluaran meliputi pertimbangan atas
hal-hal berikut :
1.

Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan arus kas untuk transaksi pembelian.

2.

Kontijensi kerugian yang berkaitan dengan komitmen pembelian.

3.

Terus tersedianya perlengkapan yang penting dan stabilitas pemasok yang penting.

4.

Pengaruh kenaikan biaya terhadap perusahaan.

5.

Atensi perusahaan terhadap risiko terjadinya pembayaran berganda.

6.

Atensi perusahaan terhadap risiko kecurangan yang dilakukan oleh pegawai.

Jika manajemen menunjukkan pertimbangan yang tepat atas risiko-risoko di atas bersama dengan
komitmen untuk menjalankan aktivitas pengendalian untuk menghadapi risiko tersebut, maka kemungkinan
salah saji yang berkaitan dengan situasi ini akan berkurang.
Informasi dan Komunikasi (Sistem Akuntansi)
Pemahaman atas sistem akuntansi memerlukan pengetahuan tentang metode pemrosesan data dan
dokumen serta catatan penting yang digunakan dalam pemrosesan transaksi siklus pengeluaran. Merupakan hal
yang penting untuk memahami aliran transaksi melalui sistem akuntansi mulai dari pemrakarsaan transaksi
hingga pencatatannya dalam buku besar dan pengikhtisarannya dalam laporan keuangan. Informasi penting
yang harus dipahami auditor meliputi :
1.

Bagaimana pembelian, pembayaran, dan retur diawali.

2.

Bagaimana transaksi pembelian diperhitungkan ketika barang dan jasa diterima atau dikembalikan.

3.

Catatan akuntansi, dukomen, akun, dan file komputer apa yang digunakan dalam akuntansi untuk
berbagai tahapan dari setiap transaksi siklus pembelian?

4.

Proses yang mengawali terjadinya pembayaran atas barang dan jasa.

Gambar dibawah ini adalah bagan arus peninjauan yang menunjukkan karakteristik dasar dari sistem yang
terkomputerisasi untuk melakukan pemorosesan transaksi pembelian dan pengeluaran kas. Perhatikan bahwa
bagan tersebut menyajikan penerimaan dan pemasukan dokumen pihak ketiga. Dengan langsung mentransfer
informasi melalui pertukaran data elektronik, dokumen-dokumen ini mungkin tidak tersedia. Bagan arus ini
tidak dimaksudkan untuk menunjukkan semua dokumen, catatan, proses, atau akun yang terkait.
Gambar4. Sistem yang Terkomputerisasi untuk Transaksi Pembelian dan Pengeluaran

Pemantauan
Beberapa jenis aktivitas pemantauan secara terus menerus atau periodik dalam komponen ini dapat
memberikan manajemen informasi tentang kefektifan komponen pengendalian internal lainnya dalam
mengurangi salah saji yang berkaitan dengan transaksi dan saldo siklus pengeluaran. Aktivitas pemantauan yang
mengharuskan auditor mendapatkan pengetahuan, apabila berlaku, mencakup (1) umpan balik yang terus
menerus dari pemasok perusahaan menyangkut setiap masalah pembayaran atau masalah pengiriman di masa
depan. (2) komunikasi dari auditor eksternal tentang kondisi yang dapat dilaporkan atau kelemahan yang
material atas pengendalian internal yang relevan yang ditemukan selama audit sebelumnya (3) penilaian
periodik oleh auditor internal tentang kebijakan serta prosedur pengendalian yang berhubungan dengan siklus
pengeluaran
Penilaian Awal atas Risiko Pengendalian
Telah dijelaskan bahwa prosedur yang digunakan auditor untuk memperoleh pemahaman mengenai
pengendalian internal, meliputi perancangan kebijakan dan prosedur serta apakah hal tersebut telah
dilaksanakan, tetapi bukan untuk menentukan keefektifan pengendalian semacam itu. Jadi, berdasarkan
informasi dari pemahaman semata, penilaian awal auditor atas risiko pengendalian haruslah maksimum.
Auditor dapat melaksanakan beberapa pengujian pengendalian secara berbarengan dengan prosedur untuk
mendapatkan pemahaman yang diperlukan. Dalam kasus ini auditor dapat memperoleh kepastian yang terbatas
mengenai keefektifan pengendalian bersangkutan. Bukti yang diperoleh dari pengujian pengendalian secara
berbarengan tersebut dapat mendukung penurunan penilaian awal atas risiko pengendalian untuk asersi-asersi
terkait tertentu sedikit dibawah maksimum atau tinggi. Dalam kasus lainnya, untuk asersi siklus pengeluaran di
mana auditor tidak merencanakan untuk menilai risiko pengendalian pada tingkat yang rendah, auditor harus
mempunyai pengetahuan yang dibutuhkan guna mengidentifikasi jenis-jenis salah saji potensial yang dapat
terjadi dan melangkah ke tahap perancangan pengujian substantif.
B. Aktivitas Pengendalian-Transaksi Pembelian
Sebenarnya hampir semua perusahaan yang memerlukan audit memiliki sistem akuntansi yang
terkomputerisasi. Oleh karena itu, pada bagian ini akan memfokuskan pada bagaimana manajemen akan
mengimplementasikan aktivitas pengedalian dengan menggunakan prosedur pengendalian yang terprogram. Ada
dua jenis pengendalian komputer :
1.

Pengendalian umum. Yang berkaitan dengan lingkungan komputer dan yang mempunyai pengaruh
pervasif terhadap aplikasi komputer

2.

Pengendalian aplikasi, yang berkaitan dengan setiap aplikasi akuntansi yang terkomputerisasi, seperti
siklus pengeluaran.

Jika pengendalian umum tidak efektif, maka pengendalian aplikasi jarang dapat diandalkan. Akhirnya,
pertimbangan akan diberikan pada prosedur yang digunakan auditor untuk (1) memperoleh dan
mendokumentasikan pemahaman atas pengendalian internal, serta (2) melakukan pengujian pengendalian yang
digunakan dalam membuat penilaian akhir atas risiko pengendalian untuk transaksi pembelian.
B.1. Dokumen dan Catatan yang Umum
Bagi perusahaan yang menggunakan sistem database, catatan transaksi akan disimpan dalam suatu
database dan auditor perlu memahami tabel-tabel utama yang menggerakkan akses ke informasi dalam sistem
ini, serta bagaimana tabel-tabel tersebut berkaitan satu sama lain. Meskipun demikian, dokumen dan catatan
berikut akan sering ditemukan dalam sebagian besar sistem akuntansi:
1.

Permintaan pembelian. Permintaan tertulis akan barang dan jasa yang diajukan oleh orang atau
departemen yang berwenang kepada departemen pembelian

2.

Pesanan pembelian. Penawaran tertulis dari departemen pembelian kepada penjual atau pemasok
untuk membeli barang atau jasa sebagaimana tertulis dalam pesanan tersebut.

3.

Laporan penerimaan. Laporan yang dibuat atas penerimaan barang yang menunjukkan jenis dan
kuantitas barang yang diterima dari pemasok.

4.

Faktur penjual. Tagihan dari pemasok yang menyebutkan jenis barang yang dikirim atau jasa yang
diberikan, jumlah yang harus dibayar, termin pembayaran, serta tanggal tagihan tersebut.

5.

Voucher. Suatu formulir internal yang manyebutkan nama pemasok, jumlah yang harus dibayar, dan
tanggal pembayaran untuk pembelian yang telah diterima. Formulir ini digunakan untuk mengotorisasi
pencatatan dan pembayaran kewajiban.

6.

Laporan pengecualian. Laporan yang berisi informasi tentang transaksi-transasksi yang diidentifikasi
untuk diinvestigasi lebih lanjut dengan pengendalian aplikasi komputer.

7.

Ikhtisar voucher. Laporan yang berisi seluruh voucher yang diproses dalam suatu batch atau selama
hari itu.

8.

Register voucher. Catatan akuntansi formal yang mencatat kewajiban yang telah mendapat persetujuan
untuk dibayar.

9.

File induk pemasok yang telah disetujui. File komputer yang berisi informasi tentang penjual dan
pemasok yang telah disetujui untuk membeli jasa dari serta melakukan pembayaran kepadanya.

10. File pesanan pembelian terbuka. File komputer tentang pesanan pembelian yang telah dikirim ke para
pemasok tetapi barang atau jasa belum diterima.
11. File penerimaan. File komputer yang berisi informasi tentang kuantitas persediaan yang diterima dari
pemasok
12. File transaksi pembelian. File komputer yang berisi data mengenai voucher yang telah disetujui atas
pembelian yang telah diterima. File ini digunakan untuk mencetak register voucher dan
memutakhirkan file hutang usaha, persediaan, serta buku besar.
13. File induk hutang usaha. File komputer yang berisi data mengenai voucher yang belum dibayar yang
telah disetujui. File ini dapat disusun oleh pemasok. File ini harus ditambahkan ke saldo dalam akun
pengendalian hutang usaha.
14. File suspensi atau penolakan. File komputer yang menahan transaksi-transaksi yang belum diproses
karena ditolak oleh program aplikasi komputer.
B.2. Fungsi-Fungsi
Pemrosesan transaksi pembelian mencakup fungsi-fungsi pembelian berikut:
1.

2.

3.

Pengajuan pembelian. Permintaan yang diajukan oleh perusahaan untuk melakukan transaksi dengan
perusahaan lain, yang meliputi:
a.

Pencantuman nama pemasok pada daftar pemasok yang telah disetujui.

b.

Pengajuan kembali permintaan barang dan jasa.

c.

Pembuatan pesanan pembelian.

Penerimaan barang dan jasa. Penerimaan atau pengiriman fisik barang dan jasa, yang mencakup:
a.

Penerimaan barang.

b.

Penyimpanan barang yang diterima untuk oersediaan.

c.

Pengembalian barang ke pemasok.

Pencatatan kewajiban. Pengakuan formal oleh perusahaan atas kewajiban hukum, yang meliputi:
a.

Pembuatan voucher pembayaran dan pencatatan kewajiban

b.

Pertanggungjawaban atas transaksi yang telah dicatat.

Setiap fungsi-fungsi penting ini harus diberikan kepada orang atau departemen yang berbeda. Hal ini
merupakan pemisahan tugas yang klasik dengan memisahkan otorisasi atas transaksi, penyimpanan akitiva, dan
pencatatan transaksi. Dengan struktur semacam ini pekerjaan seorang pegawai atau departemen dapat
menyediakan pengecekan yang independen atas ketepatan pekerjaan yang dilakukan oleh orang lain atau
departemen lainnya. Fungsi-fungsi, aktivitas pengendalian yang berlaku, dan asersi-asersi yang relevan serta
tujuan audit spesifik terkait akan dijelaskan dibawah ini.
Pengajuan Pembelian
Pada dasarnya, suatu transaksi diawali dengan proses pemberian persetujuan atas transaksi yang akan
dilakukan dengan pihak ketiga yang independen. Banyak perusahaan memisahkan subfungsi-subfungsi berikut
untuk transaksi dalam jumlah dollar tertentu. Untuk transaksi yang bernilai lebih kecil, suatu departemen
biasanya memiliki ruang gerak yang bebas dalam mengajukan permintaan dan memesan barang. Apabila
perusahaan memberikan kebebasan yang lebih besar pada suatu departemen dalam mengawali transaksi, maka
biasanya perusahaan itu berupaya menetapkan anggaran dan tanggung jawab pengendalian yang ketat atas
pengeluaran.
a.

Mencantumkan Nama Pemasok pada Daftar Pemasok yang telah Disetujui.

Proses menyetujui pemasok yang akan mengirimkan barang dan jasa yang dibutuhkan perusahaan
merupakan pengendalian yang penting, terutama dalam sistem akuntansi yang mengandalkan pada pengendalian
komputer. Jika manajemen, biasanya departemen pembelian, menetapkan pengendalian yang ketat atas
penentuan pemasok yang diotorisasi dalam daftar pemasok yang telah disetujui, maka karyawan akan sulit
melakukan pengajuan pembelian dengan pemasok fiktif.
b. Permintaan Barang dan Jasa.
Permintaan pembelian merupakan awal dari jejak transaksi yang mendokumentasikan bukti dalam
mendukung asersi manajemen seperti eksistensi atau kejadian transaksi pembelian. Permintaan pembelian
biasanya diajukan oleh bagian penyimpanan (gudang) untuk item-item persediaan atau setiap departemen untuk
item-item yang bukan ditujukan sebagai persediaan. Pengendalian penting yang harus dipertimbangkan adalah
bahwa seluruh permintaan memenuhi kebijakan otorisasi yang ditetapkan oleh perusahaan. Sebagian besar
perusahaan mengijinkan otorisasi umum untuk keperluan operasi rutin, seperti pembelian persediaan dan bahan
baku, apabila titik pemesanan kembali (reorder point) telah tercapai atau untuk item-item lainnya yang
tercantum dalam anggaran operasi departemen bersangkutan. Jumlah dollar yang diijinkan seringkali dikaitkan
dengan tingkat atau posisi pegawai dalam perusahaan. Sebaliknya, kebijakan perusahaan seringkali
mensyaratkan otorisasi khusus untuk pengeluaran modal dan kontrak lease. Pembelian yang bersifat tidak rutin
dan lebih tinggi dari segi jumlah dollar biasanya memerlukan otorisasi dari pejabat yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pembelian rutin dan kurang signifikan.
Formulir permintaan pembelian dapat dibuat secara manual atau elektronis. Supervisor yang bertanggung
jawab atas anggaran pembelian harus menyetujui setiap formulir permintaan. Dalam sistem komputerisasi yang
unik, harus digunakan sistem nomor urut dalam menetapkan nomor dokumen tanpa memperhatikan depertamen
yang mengajukan. Pesanan permintaan yang dibuat dengan komputer akan mensyaratkan pemasukan nomor
pegawai yang sah, yang akan digunakan komputer untuk mengecek apakah permintaan itu berada dalam batas
otorisasi dari pegawai bersangkutan. Selain itu juga komputer akan meyaring bahan masukan (input) dari
kemungkinan adanya kesalahan seperti bilangan negatif, karakter yang masuk ke field numerik, dan sebagainya.
Data yang ditolak dalam sistem on-line akan menghasilkan laporan yang salah yang perlu segera ditindaklanjuti,
atau harus diperbaiki oleh departemen pemakai dan diajukan kembali jika permintaan itu sudah sah. Laporan
kesalahan atau permintaan yang tidak urut harus dibuat secara rutin, dan setiap pengecualian harus segera
diinvestigasi.
c.

Pembuatan Pesanan Pembelian

Departemen pembelian mempunyai kewenangan utnuk menerbitkan pesanan pembelian hanya setelah
menerima permintaan pembelian yang disetujui dengan benar. Pembuatan pesanan pembelian merupakan
kelanjutan dari proses pemrakarsaan transaksi. Peran pembelian adalah memastikan sumber pasokan terbaik,
dan untuk barang-barang yang penting, mendapatkan harga penawaran yang paling kompetitif. Sistem yang
terkomputerisasi akan mempunyai daftar induk pemasok yang telah disetujui dan daftar harga terbaru dari
semua barang yang umumnya dibeli perusahaan. Pesanan pembelian akan dilengkapi dengan informasi dari
daftar tersebut.

Pesanan pembelian harus berisi uraian yang jelas mengenai barang dan jasa yang diinginkan, kuantitas,
harga, dan nama serta alamat pemasok. Pesanan pembelian juga harus diberi nomor dan ditandatangani oleh
agen pembelian yang berwenang (atau oleh orang yang berwenang apabila pesanan pembelian dibuat oleh suatu
departemen). Lembar yang asli dikirim kepada pemasok dan salinannya didistribusikan secara internal ke
departemen penerimaan (biasanya tanpa informasi mengenai kuantitas), departemen hutang usaha dan
departemen yang mengajukan permintaan itu. Kuantitas yang dipesan biasanya dihilangkan pada salinan yang
dikirimkan ke departemen penerimaan, sehingga klerk penerimaan dapat melakukan perhitungan yang hati-hati
ketika barang diterima. Tergantung pada luas sistem yang terkomputerisasi, hanya dokumen hard copy yang
akan menghasilkan pesanan pembelian yang dikirimkan ke pemasok. Beberapa perusahaan juga mengeliminasi
hall ini dengan menggunakan jaringan komputer on-line dengan pemasoknya.
Penerimaan Barang dan Jasa
Pesanan pembelian yang sah merupakan otorisasi bagi departemen penerimaan untuk menerima barang
yang dikirmkan oleh pemasok. Penerimaan barang atau jasa ini biasanya membuktikan bahwa suatu transaksi
dan penetapan kewajiban telah terjadi. Personil departemen penerimaan harus membandingkan barang yang
diterima dengan uraian yang tercantum pada pesanan pembelian. Menghitung barang, dan memeriksa
kemungkinan adanya barang yang rusak.
a.

Pembuatan Laporan Penerimaan

Laporan penerimaan bernomor urut harus dibuat untuk setiap pesanan yang diterima, untuk
mendokumentasikan bahwa barang telah diterima, dan bahwa kewajiban telah ditetapkan. Dalam sistem yang
terkomputerisasi, laporan penerimaan dapat dibuat dengan menggunakan informasi yang telah tersedia dalam
komputer dan menambahkan data penerimaan yang sesuai seperti kuantitas yang diterima. Sistem komputer
akan membandingkan kuantitas yang dipesan dengan yang diterima dan membuat laporan pengecualian agar
dapat ditindak lanjuti sebagaimana mestinya.
Laporan penerimaan merupakan dokumen yang penting dalam mendukung asersi eksistensi atau kejadian
untuk transaksi pembelian. Informasi yang ada dalam laporan penerimaan akan diteruskan ke bagian hutang
usaha melalui salinan laporan penerimaan atau secara elektronis. Laporan penerimaan jarang dibuat utnuk
penerimaan jasa. Dalam kasus ini, manajemen biasanya mendokumentasikan penerimaan jasa dengan
menyetujui salinan faktur pemasok atau penjual untuk segera dibayar.
b. Penyimpanan Barang yang Diterima sebagai Persediaan
Setelah menyerahkan barang ke gudang atau departemen yang mengajukan permintaan lainnya, klerk
permintaan harus meminta tanda terima. Pencantuman tanda tangan pada salinan laporan penerimaan memenuhi
tujuan ini dan memberikan bukti lebih lanjut mengenai asersi eksistensi atau kejadian untuk transaksi
pembelian. Tanda tangan pada salinan penerimaan ini juga menetapkan tanggung jawab selanjutnya atas barang
yang dibeli. Pemisahan fungsi penyimpanan barang yang diterima sebagai persediaan dari fungsi lainnya yang
terlibat dalam pembelian dapat mengurangi risiko terjadinya pembelian yang tidak diotorisasi atau
penyalahgunaan barang.
Gambar5. Pertimbangan Risiko Pengendalian-Transaksi Pembelian

Pencatatan Kewajiban
Penerimaan barang atau jasa biasanya menetapkan suatu kewajiban bagi perusahaan untuk menyelesaikan
transaksi. Akuntansi akrual mensyaratkan pencatatan kewajiban. Banyak perusahaan membuat voucher, yaitu
suatu dokumen internal, untuk mengakui kewajiban dan mencatatnya dalam jurnal pembelian atau register
voucher. Pengendalian atas pencatatan kewajiban dan asersi/ tujuan audit spesifik yang berkaitan meliputi halhal berikut:
1.

Menetapkan kesesuaian antara rincian dalam voucher dengan faktur penjual serta laporan penerimaan
dan pesanan pembelian yang bersangkutan.

2.

Membandingkan tanggal laporan penerimaan dengan tanggal pencatatan voucher. Kedua tanggal itu
harus berada pada periode akuntansi yang sama.

3.

Melaksanakan pengecekan yang independen atas keakuratan matematis dari setiap voucher dan faktur
pemasok pendukungnya.

4.

Menentukan bahwa semua voucher telah dibukukan dan diikhtisarkan secara tepat dalam catatan
akuntansi.

5.

Menetapkan bahwa voucher mencerminkan kewajiban perusahaan dengan cara menunjuk seseorang
untuk memberi persetujuan atas pembayaran voucher.

6.

Memberikan kode atas distribusi akun, dengan menunjukkan akun aktiva atau beban yang harus
didebet, ke voucher tersebut.

7.

Dokumen pendukung harus segera distempel, dilubangi, atau dibubuhi tanda lainnya agar dokumen
tersebut tidak digunakan lagi untuk mengajukan permintaan pembayaran.

Sebaian besar pengendalian itu akan membandingkan keakuratan pencatatan dengan data yang dimasukkan
ketika transaksi dimulai atau barang dan jasa diterima.
a.

Pembuatan Voucher dan Pencatatan Kewajiban

Voucher merupakan dokumen bernomor urut yang berhubungan dengan pencatatan kewajiban dalam jurnal
atau register voucher. Biasanya departemen hutang usaha bertanggung jawab untuk memastikan bahwa
pembelian telah dicatat secara akurat. Banyak pengendalian yang penting, seperti terlihat pada Gambar 5, terjadi
waktu mencatat pembelian.

Setelah menerima faktur dari penjual, biasanya personil departemen hutang usaha akan memasukkan data
transaksi melalui terminal. Program edit akan mengecek hal-hal seperti validitas nomor pemasok, kecocokan
antara kuantitas yang tercantum dalam voucher dengan kuantitas yang diterima, menguji keakuratan matematis
pada faktur penjual dan voucher, membandingkan periode akuntansi pencatatan dengan periode akuntansi
penerimaan barang atau jasa, atau membandingkan klasifikasi akun pada voucher dengan klasifikasi akun pada
pesanan pembelian. Setiap perbedaan harus diteruskan melalui pesan kesalahan yang ada pada terminal atau
melalui laporan pengecualian. Seorang Supervisor akuntansi harus melakukan pengecekan independen atas
kesesuaian total voucher yang dicatat dengan ikhtisar voucher harian, serta membandingkan saldo awal hutang
usaha, ditambah transaksi harian, sehingga dapat diperoleh saldo akhir transaksi. Informasi mengenai voucher
yang belum dibayar biasanya diselenggarakan dalam file voucher yang belum dibayar, atau file buku pembantu
hutang usaha, menunggu pembayaran berikutnya. Komputer secara teratur akan membandingkan saldo akun
pengendalian buku besar dengan jumlah buku pembantu hutang usaha. Di samping itu, laporan bulanan yang
diterima dari pemasok juga dapat direkonsiliasi dengan saldo pemasok yang dicatat. Seorang Supervisor
akuntansi harus memantau (1) ketepatan klasifikasi akun yang diperlihatkan dalam register voucher, dan (2)
ketepatan waktu pencatatan dengan membandingkan secara periodik tanggal ayat jurnal register voucher dengan
tanggal pada salinan voucher.
Manajemen harus menetapkan sistem pertanggungjawaban atas penggunaan sumber daya perusahaan.
Manajer departemen harus diminta untuk mereview secara teratur transaksi-transaksi yang dibebankan ke
akunnya. Manajer tersebut harus memahami alasan bisnis yang mendasari transaksi adalah sah, merupakan
kewajiban perusahaan, telah dinilai dengan tepat, dan harus dibebankan ke akunnya. Jika manjemen tidak
menetapkan pengendalian atas pertanggungjawaban terhadap penggunaan sumber daya, maka hal itu merupakan
bukti lemahnya pengendalian internal perusahaan.
B.3. Sistem Ilustratif untuk Transaksi Pembelian
Bagan arus dari sistem ilustratif untuk memroses transaksi pembelian dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar tersebut mengikhtisarkan informasi yang penting untuk mendokumentasikan pemahaman auditor
tentang pengendalian internal: (1) fungsi-fungsi kunci, (2) dokumentasi jejak audit, (3) laporan penting yang
dihasilkan oleh sistem, dan (4) program serta file komputer yang terdapat dalam sistem akuntansi.
Tidak semua salinan dokumen ini didokumentasikan dalam bagan arus itu, karena auditor hanya
memerlukan pemahaman yang mencukupi untuk merencakan audit. Bagan arus tersebut juga menunjukkan
tahapan yang dilalui transaksi mulai dari pemrakarsaan transaksi pada buku besar, yang mendukung laporan
keuangan.
B.4. Perolehan Pemahaman dan Penialain Risiko Pengendalian
Auditor harus memperoleh pemahaman tentang siklus pembelian yang mencukupi untuk merencanakan
audit. Yaitu, auditor perlu memiliki pemahaman yang cukup agar mampu mengidentifikasi jenis-jenis salah saji
yang potensial, mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko salah saji yang material, dan
merancang pengujian substantif. Jika auditor merencanakan untuk menilai risiko pengendalian pada tingkat
yang rendah utnuk suatu asersi, maka penting bagi dia untuk memperoleh pemahaman mengenai prosedur
pengendalian atas asersi tersebut.
Pengujian pengendalian adalah cara untuk menentukan keefektifan dari pengendalian semacam itu. Luas
pertimbangan auditor tentang faktor-faktor yang berkaitan dengan penilaian risiko pengedalian untuk setiap
asersi tergantung pada strategi audit. Risiko inheren untuk transaksi pembelian sering ditetapkan pada tingkat
maksimum atau tinggi, karena (1) siklus pembelian mempunyai pengaruh pervasif terhadap laporan keuangan,
dan (2) kerentanan aktiva terhadap penyalahgunaan. Auditor juga harus mempertimbangkan hasil prosedur
analitis untuk menentukan penilaian tingkat risiko pengendalian yang direncanakan dan risiko pengujian rincian.
Gambar 6. Pemrosesan Transaksi Pembelian

Jika auditor merencanakan untuk menilai risiko pengendalian pada tingkat sedang aatu tinggi, maka ia
dapat menggunakan pengetahuan tentang keefektifan pengendalian yang diperolehnya ketika memahami
pengendalian internal. Auditor juga dapat mengambil kesimpulan mengenai keefektifan operasi pengendalian
umum komputer, dan mengajukan pertanyaan serta menginspeksi dokumen yang berkaitan dengan prosedur
yang digunakan untuk menindaklanjuti laporan pengecualian yang dihasilkan oleh pengendalian terprogram.
Pada waktu menguji pengendalian umum komputer, auditor juga bisa mempelajari keefektifan prosedur untuk
mengotoriasi dan menguji perubahan program. Auditor juga dapat mempelajari apakah orang yang
menindaklanjuti laporan pengecualian mempunyai pemahaman yang cukup tentang siklus operasi untuk
mengantisipasi pengecualian yang dapat terjadi dalam laporan tersebut, dan apakah tindakan yang diambil untuk
memperbaiki kesalahan dilakukan atas dasar tepat waktu.
Auditor juga dapat menguji keefektifan pengendalian manajemen seperti pengendalian anggaran dan
mereview manajemen atas transaksi yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam sistem pengendalian internal
yang baik, manejemen bertanggungjawab atas penggunaan sumber daya perusahaan dan akun sering melakukan
berbagai langkah untuk menunjukkan bukti tentang review manajemen dan tindaklanjut manejemen atas
berbagai masalah yang ditunjukkan oleh laporan.
Jika auditor merencanakan untuk menilai risiko pengendalian pada tingkat rendah, maka ia biasanya harus:
(1) menguji keefektifan pengendalian umum, (2) menggunakan teknik audit berbantuan komputer untuk
mengevaluasi keefektifan pengendalian terprogram, dan (3) menguji keefektifan prosedur untuk
menindaklanjuti pengecualian yang diidentifikasi oleh pengendalian terprogram. Sebagai contoh, auditor dapat
menggunakan data pengujian untuk menentukan apakah hasil yang diharapkan akan muncul dalam laporan
pengecualian jika ia memasukkan:
1.

Kode otorisasi karyawan yang tidak sah.

2.

Pesanan pembelian yang melebihi batas yang telah terprogram.

3.

Nomor pemasok hilang atau keliru.

4.

Informasi penerimaan tidak sesuai dengan pesanan pembelian.

5.

Informasi dalam faktur penjual tidak sesuai dengan informasi penerimaan.

6.

Faktur penjualan yang mengandung kesalahak aritmatik.

7.

Jumlah dollar dalam faktur penjual hilang atau tidak wajar.

8.

Faktur penjual yang tidak memuat tanggal jatuh tempo atau termin pembayaran.

9.

Faktur penjual yang tidak memuat nomor kode klasifikasi akun atau salah kodenya.

10. Periode akuntansi penerimaan barang berbeda dengan periode pencatatan transaksi.
11. Faktur penjual yang sama diajukan lebih dari satu kali.
Beberapa pengujian pengendalian dapat dilakukan secara bebarengan dengan perolehan pemahaman pada
tahap perencanaan audit. Sementara hal-hal lainnya dapat dilakukan selama pekerjaan lapangan interim. Sifat
dan luas pengujian pengendalian akan bervariasi secara terbalik dengan tingkat risiko pengendalian yang
direncanakan auditor. Penilaian risiko pengendalian yang rendah akan membutuhkan bukti yang lebih kompeten
daripada penilaian risiko pengendalian yang lebih tinggi. Sebagaimana dicantumkan diatas, penilaain risiko
pengendalian yang rendah berdasarkan prosedur pengendalian terprogram biasanya akan melibatkan CAATs.
C. Aktivitas Pengendalian-Transaksi Pengeluaran Kas
C.1. Dokumen dan Catatan yang Umum
Dokumen dan catatan penting yang digunakan dalam pemrosesan transaksi pengeluaran kas meliputi halhal beriktu:

1. Cek. Perintah resmi kepada bank untuk membayar sejumlah uang yang ditunjukkan pada perintah
tersebut kepada payee

2. Ikhtisar cek. Laporan total cek yang diterbitkan dalam batch atau selama hari bersangkutan.
3. File transaksi pengeluaran kas. Informasi tentang pengeluaran dengan cek kepada pemasok dan pihak
lainnya.

4. Jurnal pengeluaran kas arau register cek. Catatan akuntansi formal mengenai cek yang diterbitkan
kepada pemasok dan pihak lainnya.
C.2. Fungsi-Fungsi
Fungsi pengeluaran kas (Cash distursement function) adalah proses dimana perusahaan akan memebrikan
pertimbangan atas penerimaan barang dan jasa. Fungsi pengeluaran kas biasanya meliputi pembayaran
kewajiban secara simultan dan pencatatan pengeluaran kas. Contoh prosedur pengendalian ikhtisar dalam
Gambar 7 berikut.
Pembayaran Kewajiban dan Pencatatan Pengeluaran
Biasanya bendahara atau fungsi manajemen kas bertanggungjawab untuk menentukan voucher yang belum
dibayar agar diproses pembayarannya pada tanggal jatuh temponya. Semua pembayaran harus dilakukan dengan
cek. Komputer dapat diprogram untuk memilih voucher-voucher yang jatuh tempo setiap hari dari file induk
hutang usaha dan laporan ini akan direview untuk menentukan hutang mana yang harus dibayar, dengan
mempertimbangkan posisi kas perusahaan.

Gambar7. Pertimbangan Risiko-Transaksi Pengeluaran Kas

Setelah voucher tertentu diidentifikasi sebagai voucher yang harus dibayar, maka komputer akan
mencocokkan informasi tentang cek dengan infromasi pendukung, melaksanakan pengendalian aplikasi
terprogram, memberi tanda bahwa voucher telah dibayar, dan mencatat transaksi dalam file transaksi
pengeluaran kas. Seringkali cek di bawah jumlah dollar tertentu dapat ditandatangani dengan mesin, sedangkan
untuk jumlah diatasnya harus ditandatangani secara manual oleh pejabat tertentu yang ditunjuk perusahaan.
Pengendalian atas pembuatan dan penandatanganan cek serta tujuan audit spesifik terkait mencakup hal-hal
berikut :
1.

Pejabat yang berwenang di departemen keuangan harus bertanggungjawab atas penandatanganan cek
bernilai besar.

2.

Pengendalian yang terprogram atas cek untuk menentukan bahwa setiap cek telah dicocokkan secara
tepat dengan voucher yang belum dibayar yang disetujui dan nama penerima pembayaran serta jumlah
dalam cek telah sesuai dengan voucher.

3.

Pengendalian yang terprogram akan membatalkan nomor voucher setelah voucher tersebut dibayar,
dan mereview file voucher yang telah dibayar untuk mencegah voucher tersebut dibayar dua kali.

4.

Untuk mengurangi risiko pencurian atau perubahan, departemen pengendali produksi cek harus
mengendalikan pengiriman cek tersebut.

5.

Tidak ada cek yang diterbitkan berupa cek tunai atau cek atas unjuk dan tidak ada blanko cek
yang harus diterbitkan.

6.

Cek bernomor urut harus digunakan dan dipertanggungjawabkan.

7.

Akses ke blanko cek dan cap tandatangan harus dibatasi kepada pejabat yang diotorisasi.

File transaksi pengeluaran kas dibuat ketika cek yang telah dibuat digunakan untuk memutakhirkan file
induk hutang usaha dan akun buku besar. Program pemutakhiran ini juga menghasilkan jurnal pengeluaran kas
dan ikhtisar buku besar yang akan diteruskan ke akuntansi. Pengendalian atas pengeluaran kas meliputi hal-hal
berikut:
1.

Total run-to-run membandingkan saldo awal file pengeluaran kas ditambah transaksi, dengan saldo
akhir yang diperkirakan dalam file transaksi pengeluaran kas yang telah dimutakhirkan serta file induk
hutang usaha.

2.

Pengecekan yang independen atas kesesuaian total cek yang diterbitkan dengan total batch voucher
yang diproses.

3.

Pengecekan yang independen oleh Supervisor akuntansi atas kesesuaian jumlah yang dijurnal dan
dibukukan ke hutang usaha dengan ikhtisar cek yang diterima dari bendahara.

4.

Rekonsiliasi bank secara independen.

C.3. Sistem Ilustratif untuk Transaksi Pengeluaran Kas


Gambar 8 dibawah merupakan kelanjutan dari tahapan yang telah didokumentasikan pada Gambar 6 yang
dilalui transaksi pengeluaran mulai dari awal transaksi, melalui proses pertimbangan, hingga buku besar, yang
mendukung laporan keuangan. Setiap salinan dokumen ini tidak didokumentasikan dalam bagan arus itu,
karenan auditor hanya memerlukan pemahaman yang cukup untuk merencanakan audit.
C.4. Memperoleh Pemahaman dan Menilai Risiko Pengendalian
Pengujian pengendalian merupakan cara untuk menilai keefektifan pengendalian internal. Sifat dan luas
pengujian pengendalian akan bervariasi secara terbalik dengan penilaian tingkat risiko pengendalian yang
direncanakan auditor. Penilaian tingkat risiko pengendalian yang lebih rendah akan membutuhkan bukti yang
lebih kompeten tentang keefektifan operasi pengendalian internal. Bukti mengenai keefektifan pengendalian
internal dapat diperoleh ketika auditor memperoleh pemahaman atau melalui pengujian pengendalian spesifik.
Berdasarkan asimilasi bukti-bukti yang diperoleh dari prosedur untuk meperoleh pemahaman atas bagian yang
relevan dari kelima komponen pengendalian internal dan pengujian pengendalian terkait, penilaian akhir atas
risiko pengedalian dapat dibuat dan didokumentasikan untuk setiap asersi signifikan yang berkaitan dengan
pengeluaran kas.
Gambar8. Transaksi Distribusi Kas.

D. Pengujian Substantif atas Saldo Hutang Usaha


Hutang usaha biasanya merupakan kewajiban lancar terbesar dalam neraca dan merupakan faktor yang
signifikan dalam mengevaluasi solvensi jangka pendek perusahaan. Seperti halnya dengan piutang usaha,
hutang usaha biasanya juga dipengaruhi oleh volume transaksi yang tinggi dan karenanya sangat rentan terhadap
salah saji. Akan tetapi, bila dibandingkan dengan audit atas saldo aktiva, audit atas hutang lebih ditekankan pada
asersi kelengkapan daripada asersi eksistensi atau kejadian. Alasannya adalah bahwa jika manejemen
termotivasi untuk memanipulasi hutang, maka ia cenderung menetapkan hutang terlalu rendah agar dapat
melaporkan posisi keuangan yang lebih menguntungkan.
D.1. Penentuan Risiko Deteksi untuk Pengujian Rincian
Hutang usaha dipengaruhi baik oleh transaksi pembelian yang menambah saldo maupun oleh transaksi
pengeluaran kas yang menurunkan saldo tersebut. Jadi, risiko pengujian rincian untuk asersi hutang usaha

dipengaruhi oleh risiko inheren, risiko prosedur analitis, dan faktor-faktor risiko pengendalian yang berkaitan
dengan kedua kelompok transaksi tersebut. Perhatikan Gambar 9. Tingkatan risiko spesifik dalam matriks ini
hanya bersifat ilustratif karenanya bervariasi menurut situasi yang dihadapi klien. Gambar ini juga menunjukkan
perlunya bukti yang lebih meyakinkan untuk asersi kelengkapan dan penyajian serta pengungkapan daripada
untuk asersi-asersi lainnya.
D.2. Perancangan Pengujian Substantif
Daftar pengujian substantif yang mungkin, yang dapat dimasukkan dalam program audit yang
dikembangkan dapat terlihat pada Gambar 10. Perhatikan bahwa setiap pengujian dalam gambar tersebut
diarahkan pada satu atau lebih tujuan audit atas saldo akun spesifik untuk hutang usaha dari gambar 2. Juga
perhatikan bahwa pengujian berganda diarahklan ke setiap tujuan audit atas saldo akun.
Gambar9. Korelasi Komponen Risiko-Asersi Hutang Usaha

a.

Prosedur Awal

Titk awal bagi setiap pengujian audit adalah mendapatkan pemahaman tentang bisnis dan industri klien.
Pemahamn tentang signifikansi siklus pembelian dalam perusahaan menyediakan konteks untuk penilaian risiko
yang penting. Pemahaman atas pemicu atau penggerak ekonomi perusahaan, termin perdagangan standar, dan
seberapa luas konsentrasi bisnis dengan pemasok tertentu menyediakan konteks untuk mengevaluasi hasil
prosedur analitis, pengujian pengendalian, dan pengujian substantif.
Prosedur awal lainnya untuk pengujian substantif atas saldo hutang usaha adalah menelusuri saldo kertas
kerja tahun sebelumnya, dan menggunakan perangkat lunak audit tergeneralisasi dalam memeriksa akun buku
besar untuk melihat setiap ayat jurnal yang tidak biasa, serta untuk mengembangkan daftar jumlah yang terutang
pada tanggal neraca. Biasanya klien mempunyai daftar file voucher yang belum dibayar, buku pembantu hutang
usaha, atau file induk dalam bentuk elektronik. Auditor juga dapat menggunakan perangkat lunak audit
tergeneralisasi untuk menentukan ketepatan matematis dari daftar tersebut dengan cara menjumlah ulang total
dan dengan memverifikasi bahwa jumlah telah sesuai dengan saldo akun buku besar.
Gambar 10. Pengujian Substantif yang Mungkin atas Asersi Hutang Usaha.

b. Prosedur Analitis
Arti penting prosedur analitis telah dibahas sebelumnya. Tujuan auditor menetapkan prosedur ini adalah
untuk mengembangkan ekspektasi atas saldo akun hutang dan hubungan antara hutang usaha dengan akun-akun
kunci lainnya seperti pembelian atau persediaan. Beberapa prosedur analitis yang dapat dilakukan untuk
mendapatkan bukti mengenai hutang usaha. Suatu penurunan yang abnormal atas rasio lancar dapat menjadi
indikator bahwa kewajiban telah ditetapkan terlalu rendah. Prosedur analitis akan dilakukan pada tahap akhir
penugasan untuk memastikan bahwa bukti yang dievaluasi dalam pengujian rincian telah konsisten dengan
gambaran menyeluruh yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
c.

Pengujian Rincian Transaksi

Dalam melaksanakan pengujian tersebut, auditor terutama akan menitikberatkan pada pendeteksian kurang
saji hutang yang dicatat serta hutang yang belum tercatat. Seberapa luas setiap pengujian itu dilakukan akan
bervariasi menurut tingkat risiko deteksi spesifik yang dapat diteima untuk asersi-asersi terkait.
1.

Menelusuri hutang yang dicatat ke dokumentasi pendukung

Dalam pengujian ini, ayat jurnal kredit pada hutang usaha akan ditelusuri ke dokumentasi pendukung
dalam file pembelian. Pendebetannya akan ditelusuri ke dokumen transaksi pengeluaran kas, seperti buku
pengeluaran cek, atau memo dari penjual menyangkut retur pembelian dan pengurangan harga. Beberapa
penelusuran mungkin telah dilakukan selama pekerjaan interim, yaitu sebagai bagian dari pengujian bertujuan
ganda bersama dengan penelusuran dari dokumen sumber ke catatan akuntansi. Luas penelusuran ini
berhubungan langsung dengan kesimpulan auditor mengenai risiko inheren, risiko prosedur analitis, dan risiko
pengendalian.
2.

Melaksanakan pengujian pisah batas pembelian

Pengujian pisah batas pembelian mencakup penentuan bahwa transaksi pembelian yang terjadi mendekati
tanggal neraca telah dicatat pada periode yang tepat. Hal ini dapat dilakukan dengan menelusuri tanggal-tanggal
laporan penerimaan ke ayat jurnal register voucher dan menvouching ayat jurnal yang dicatat ke dokumentasi
pendukungnya. Pengujian ini biasanya mencakup periode antara 5 sampai 10 hari bisnis sebelum dan sesudah
tanggal neraca. Bukti yang diperoleh dari pengujian ini berkaitan dengan asersi eksistensi atau kejadian dan
kelengkapan untuk hutang usaha.
Dalam memeriksa dokumentasi sebagai bagian dari pengujian ini, pertimbangan khusus harus diberikan
atas barang yang masih dalam perjalanan per tanggal neraca. Barang yang dikirimkan dengan syarat FOB
shipping point harus dimasukkan dalam persediaan dan hutang usaha pemebli. Sebaliknya, barang dalam
perjalanan yang dikirim dengan syarat FOB destination harus tetap diperlakukan sebagai persediaan penjual
serta dikeluarkan dari persediaan dan hutang usaha pembeli hingga barang tersebut tiba di departemen
penerimaan pembeli. Dalam melakukan pengujian ini, auditor harus menentukan bahwa pisah batas yang tepat
telah dicapai ketika perhitungan fisik persediaan.
3.

Melaksanakan pengujian pisah batas pengeluaran kas.

Pisah batas yang tepat atas transaksi pengeluaran kas pada akhir tahun adalah sangat penting untuk
penyajian kas dan hutang yang benar pada tanggal neraca. Bukti tentang pengujian pisah batas pengeluaran kas
dapat diperoleh melalui observasi langsung dan review atas dokumentasi internal. Apabila auditor dapat
menyajikan pada tanggal neraca, maka ia secara langsung dapat menyaksikan lembar cek terakhir yang ditarik
klien. Penelusuran selanjutnya atas bukti ini ke catatan akuntansi akan dapat memverivikasi keakuratan pisah
batas. Selain itu, auditor juga dapat menelusiri cek-cek yang dibayar dalam periode beberapa hari sebelum dan
sesudah tanggal neraca ke tanggal cek tersebut dicatat.
4.

Melakukan pencarian hutang yang belum tercatat.

Pencarian hutang usaha yang belum tercatat terdiri dari prosedur yang dirancang secara khusus untuk
mendeteksi kewajiban signifikan yang belum dicatat pada tanggal neraca. Dengan demikian, prosedur ini
berkaitan dengan asersi kelengkapan untuk hutang usaha.
Pembayaran Kemudian
Pemeriksaan atas pembayaran kemudian terdiri dari pemeriksaan dokumen untuk cek-cek yang diterbitkan
atau voucher yang dibayar setelah tanggal neraca. Apabila dokumentasi ini menunjukkan bahwa pembayaran
tersebut adalah untuk membayar kewajiban yang ada pada tanggal neraca, maka auditor harus menelusuri ke
daftar hutang usaha guna menentukan apakah hal tersebut sudah termasuk dalam daftar hutang usaha. Pengujian
ini dilakukan hingga akhir pekerjaan lapangan untuk memperbesar peluang memperoleh bukti tentnag hutang
yang secara sengaja atau karena kurang teliti tidak dimasukkan dalam daftar hutang pada tanggal laporan
keuangan. Dengan demikian, pengujian ini melebihi periode yang digunankan dalam pengujian pisah batas yang
telah diuraikan diatas.
Prosedur Lainnya
Dokumentasi pendukung hutang yang telah dicatat, tetapi masih belum dibayar sampai tanggal terakhir
pekerjaan lapangan, juga harus diperiksa atas dasar pengujian. Hal ini juga dapat mengungkapkan kewajiban
yang ada tetapi belum dicatat pada tanggal neraca. Prosedur lainnya yang dapat mengungkapkan hutang yang
belum dicatat meliputi: (1) menginvestigasi pesanan pembelian, laporan penerimaan, dan faktur penjual yang
tidak sesuai pada akhir tahun. (2) mengajukan pertanyaan kepada personil akuntansi dan pembelian tentang
hutang yang belum dicatat, serta (3) mereview anggaran moral, perintah kerja, dan kontrak konstruksi untuk
mecari bukti adanya hutang yang belum dicatat.
d. Pengujian Rincian Saldo
Dua pengujian yang termasuk dalam kategori ini adalah (1) konfirmasi hutang saldo usaha, dan (2)
rekonsiliasi hutang yang belum dikonfirmasi dengan laporan bulanan yang diterima oleh klien dari penjual atau
pemasok.
1.

Konfirmasi hutang usaha.

Prosedur ini bersifat opsional karena (1) konfirmasi ini tidak dapat menjamin bahwa hutang yang belum
dicatat akan dapat ditemukan, dan (2) bukti eksternal berupa faktur dan laporan bulanan penjual harus tersedia
untuk mendukung saldonya. Konfirmasi hutang usaha direkomendasikan apabila risiko deteksi rendah, terdapat
kreditor individual dengan saldo yang relatif besar, atau perusahaan mengalami kesulitan dalam memenuhi
kewajibannya.
Apabila konfirmasi akan dilakukan, maka akun dengan saldo nol atau kecil harus ada diantara pilihan
untuk konfirmasi karena saldo itu mungkin ditetapkan terlalu rendah daripada akun dengan saldo yang besar.
Selain itu, konfirmasi juga harus dikirimkan kepada pemasok utama yang (1) telah digunakan pada tahun
sebelumnya, tatapi tidak dalam tahun berjalan, dan (2) tidak mengirimkan laporan bulanan. Konfirmasi bentuk
positif harus digunakan dalam melakukan permintaan konfirmasi seperti diilustrasikan pada gambar 11. Dapat
diobservasi bahwa konfirmasi hutang usaha, auditor menghendaki agar direkonsiliasi dengan catatan klien.
Gambar 11. Konfirmasi Hutang Usaha

2.

Merekonsiliasi hutang yang belum dikonfirmasi dengan laporan pemasok.

Dalam banyak kasus, para pemasok biasanya mengirimkan laporan bulanan yang bisa dijumpai dalam file
klien. Dalam kasus ini, jumlah yang terutang kepada pemasok menurut daftar hutang klien dapat direkonsiliasi
dengan laporan tersebut. Bukti yang diperoleh dari prosedur ini juga berlaku untuk asersi yang sama seperti
konfirmasi, tetapi kurang dapat diandalkan karena laporan pemasok telah dikirimkan kepada klien, dan bukan
langsung kepada auditor. Selain itu, laporan ini mungkin tidak tersedia dari pemasok tertentu.
e.

Pembandingan Penyajian Laporan dengan GAAP

Hutang usaha haru diidentifikasikan dan diklasifikasikan secara tepat sebagai kewajiban lancar. Jika saldo
hutang usaha mencakup pembayaran di muka yang material kepada beberapa pemasok untuk pengiriman barang
dan jasa dimasa depan, maka jumlah semacam itu harus direklasifikasikan sebagai uang muka kepada pemasok
dan dicatat sebagai aktiva. Selain itu, pengungkapan juga perlu dilakukan atas penjaminan dan hutang pihak
yang mempunyai hubungan instimewa, komitmen pembelian, serta kewajiban kontijensi. Jadi, penyajian dan
pengungkapan manaejmen harus dibandingkan dengan persyaratan GAAP.
E. Jasa Bernilai Tambah.
Standar audit yang berlaku umum tidak mensyaratkan bahwa auditor harus melakukan jasa bernilai
tambah. Meskipun demikian, apabila auditor telah menyelesaikan suatu audit, maka biasanya mereka sangat
mengetahui tentang bisnis dan praktik bisnis klien, hasil operasi dan arus kasnya, serta pengedalian internal
perusahaan. Manajemen dan dewan komisaris biasanya ingin secara penuh memanfaatkan pengetahuan auditor
tersebut.

CHAPTER 16
SIKLUS PRODUKSI
Siklus produksi bersinggungan dengan tiga siklus, yaitu siklus pengeluaran dalam hal pembelian bahan
baku dan berbagai pengeluaran biaya overhead, siklus personalia dalam hal terjadi pengeluaran biaya tenaga
kerja produksi, siklus pendapatan dalam hal penjualan barang jadi. Perlu dicatat bahwa:
(1) kredit untuk bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead manufaktur,
(2) debit untuk persediaan barang dalam proses,
(3) entri berikutnya untuk merekam transfer biaya produksi selesai dari barang dalam proses untuk barang
jadi, hasil dari transaksi manufaktur dalam siklus produksi.
Akhirnya, walaupun biasanya dianggap sebagai transaksi siklus pendapatan, transfer biaya dari barang
jadi yang diproduksi untuk biaya pokok penjualan didasarkan pada data biaya akumulasi dalam siklus produksi.
Tujuan Audit
Ada dua tujuan audit yaitu yang pertama tujuan audit atas kelompok transaksi yang berkaitan dengan
transaksi-transaksi produksi, dan tujuan audit atas saldo rekening harga pokok penjualan.
Pemahaman Entitas dan Lingkungannya

Pemahaman tentang bisnis dan industri klien akan membantu auditor dalam merancang program audit
yang efektif dan efisien.
Prosedur Analitis
Prosedur analitis adalah prosedur yang murah dari segi biaya dan dapat membuat auditor waspada
terhadap potensi terjadinya salah saji. Jika laporan keuangan disajikan untuk audit menunjukkan kecenderungan
profit margin meningkat dikombinasikan dengan peningkatan jumlah hari perputaran persediaan, persediaan
mungkin dilebih-lebihkan.
Risiko Inheren
Risiko bawaan dari terjadinya salah saji dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh transaksi
persediaan pada jaringan hotel atau distrik sekolah relatif rendah, karena persediaan bukan merupakan bagian
yang material dari proses inti entitas itu. Dengan produsen, grosir, atau pengecer, bagaimanapun,
persediaan dapat dinilai pada alasan berikut:
Volume pembelian,
manufaktur, dan
transaksi penjualan yang
mempengaruhi account
tersebut umumnya tinggi, meningkatkan peluang untuk salah saji terjadi.
Hal ini juga sering mengandung isu-isu seputar identifikasi, pengukuran, dan alokasi biaya
persediaan seperti bahan langsung, tenaga kerja, dan overhead manufaktur, biaya produk bersama,
dan disposisi dari varians biaya, akuntansi untuk pembatalan, dan masalah biaya akuntansi lainnya.

Keragaman macam barang persediaan terkadang memerlukan penggunaan prosedur khusus untuk
menentukan jumlah persediaan, seperti volume geometrik stok, foto udara, dan perkiraan kuantitas oleh
para ahli.

Persediaan sering disimpan di beberapa tempat, menambah kesulitan yang berhubungan


dengan mempertahankan kontrol fisik atas pencurian dan kerusakan, dan akuntansi yang tepat
untuk barang dalam perjalanan antar tempat.

Keragaman macam barang persediaan dapat menimbulkan masalah khusus dalam menentukan kualitas
dan nilai pasar.

Persediaan rentan terhadap pembusukan, usang, dan faktor lainnya seperti kondisiekonomi secara
umum yang dapat mempengaruhi permintaan dan salability, dan dengan demikian penilaian yang tepat
dari persediaan.

Persediaan dapat dijual tergantung pada hak kembali dan kesepkatan dibeli kembali.

Mempertimbangkan Komponen Pengendalian Internal


Dokumen dan Catatan Umum
Order produksi
Laporan produksi yang sudah selesai
Laporan kebutuhan bahan
File induk biaya standar
Slip pengeluaran bahan
File induk persediaan bahan baku
Tiket waktu
File induk persediaan barang dalam proses
Tiket perpindahan
File induk persediaan barang jadi
Laporan aktivitas produksi harian
Fungsi-fungsi dan Pengendalian yang Terkait
Memulai produksi
Memproduksi persediaan
Mengeluarkan bahan baku
Merencanakan
dan
mengendalikan
Memproses barang dalam produksi
produksi
Melindungi persediaan
MENCATAT TRANSAKSI PABRIKASI DAN PERSEDIAAN
Menentukan dan mencatat biaya-biaya pabrikasi
Fungsi ini melibatkan berikut: (1) Pengisian bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung bekerja dalam
proses, (2) Menyerahkan overhead manufaktur ke pekerjaan dalam proses, (3) Mentransfer biaya antara
departemen produksi (di sistem biaya proses), (4) Mentransfer biaya produksi selesai ke barang jadi

Kontrol tambahan atas pencatatan biaya produksi meliputi: (1) Cek independen dalam perjanjian entri
untuk alokasi biaya produksi ke bekerja dalam proses dengan data bahan dan penggunaan tenaga kerja dalam
laporan kegiatan produksi harian, (2) Cek independen dalam perjanjian entri untuk trasfer barang dalam proses
ke barang jadi dengan data dalam laporan produksi selesai, (3) Sebuah laporan dari semua slip pengeluran
bahan, tiket waktu, dan tiket persediaan langkah yang tidak termasuk dalam laporan produksi harian.
Menjaga kebenaran saldo-saldo persediaan mencakup tiga kegiatan. Pertama, harus ada jumlah independen
periodik persediaan di tangan dan perbandingan dengan jumlah yang dicatat per catatan persediaan perpetual.
Kedua, harus ada pemeriksaan independen periodik perjanjian dolar jumlah tercatat untuk bahan baku, barang
dalam proses, dan arsip induk persediaan barang jadi dengan rekening kontrol masing-masing buku besar.
Ketiga, melalui inspeksi periodik pada kondisi persediaan dan review manajemen pada laporan aktivitas
persediaan, penyesuaian untuk mengurangi persediaan membawa nilai-nilai ke pasar harus dilakukan bila
diperlukan
Kontrol manajemen. Ketika manajemen yang bertanggung jawab atas penggunaan sumber daya pada setiap
tahap produksi, kemungkinan kesalahan yang tidak disengaja menurun
Pengendalian persediaan tambahan. Kontrol atas biaya pokok penjualan bervariasi dengan sifat dari sistem
akuntansi. Banyak perusahaan menggunakan sistem persediaan perpetual hanya untuk melacak jumlah
persediaan. Ketepatan harga pokok penjualan tergantung pada kontrol atas (1) akumulasi niaya produksi dan (2)
penilaian persediaan akhir. Dalam sistem pengendalian internal yang kuat biasanya ada sebuah kajian
independen dari varians manufaktur.
STRATEGI AUDIT PENDAHULUAN
Jika kontrol internal yang kuat, auditor sering berpikir tentang pindah waktu pengamatan persediaan untuk
tanggal interim dan mereka dapat mengurangi tingkat pengamatan persediaan. Jika pengendalian intern adalah
lemah, pengamatan persediaan harus dilakukan pada akhir tahun dan sejauh pengamatan persediaan harus
ditingkatkan.
UJI SUBSTANTIF YANG DIPERBOLEHKAN DALAM ASERSI PERSEDIAAN
Prosedur awal. Prosedur awal yang penting melibatkan memperoleh pemahaman tentang bisnis entitas dan
industri. Hal ini memungkinkan auditor untuk mengembangkan perspektif yang luas tentang entitas dan
mengatur konteks untuk evaluasi prosedur analitis dan pengujian rincian. Prosedur analitis. Penerapan
prosedur analitik terhadap persediaan menggunakan pengetahuan auditor dari entitas dan lingkungan untuk
mengembangkan harapan tentang laporan keuangan. Perspektif berpengetahuan efektif dalam mengidentifikasi
account yang mungkin salah saji.
Uji detail transaksi. Tes ini melibatkan prosedur vouching dan pelacakan untuk mendapatkan bukti tentang
pengolahan transaksi individual yang mempengaruhi saldo persediaan. Pertimbangan khusus diberikan untuk
menentukan kapatuhan dari cutoff transaksi persediaan pada akhir periode akuntansi. Uji entri akun
persediaan. Contoh vouching entri yang tercatat dalam akun persediaan meliputi vouching dari: (1) Debit pada
barang dagangan atau bahan baku persediaan ke faktor vendor, laporan penerimaan dan pesanan pembelian,
pekerjaan dalam proses atau persediaan barang jadi ke catatan biaya produksi dan laporan produksi, (2) Kredit
untuk barang dagangan dan persediaan barang jadi untuk penjualan dokumen dan catatan, untuk bahan baku dan
barang dalam proses persediaan ke catatan biaya produksi dan laporan produksi. Uji penghapusan pembelian,
pabrikasi, dan transaksi penjualan. Dalam perusahaan manufaktur, juga harus ditentukan bahwa entri dicatat
pada periode yang tepat untuk transfer biaya untuk barang bergerak antara (1) toko dan departemen produksi,
(2) satu departemen produksi lainnya, atau (3) departemen produksi barang jadi dan auditor harus memastikan
melalui pemeriksaan dokumen dan pengamatan fisik yang cutoff dokumen dan cutoff fisik untuk inventarisasi
dikoordinasikan. Bukti dari tes cutoff berhubungan dengan baik keberadaan atau kejadiaan dan asersi
kelengkapan untuk saldo persediaan dan harga pokok penjualan.
Uji detail saldo. (1) Observasi penghitungan fisik persediaan klien, (2) Waktu dan luasnya pengujian, (3)
Rencana pengambilan persediaan, (4) Melakukan tes, (5) Persediaan ditentukan oleh sampling statistik, (6)
Pengamatan persediaan awal
Pengujian Klerikalatas Akurasi Daftar Persediaan
Pengujian klerikal atas akurasi meliputi perhitungan kembali total yang tampak dalam daftar
persediaan dan memverifikasi akurasi perkalian antara kuantias dengan harga per unit atas dasar pengujian.

Pengujian Penetapan Harga Persediaan


Pengujian ini mencakup pemeriksaan atas dokumentasi pendukung baik untuk harga pokok maupun
nilai pasar persediaan.
Pengujian Harga Pokok Persediaan Yang Diproduksi
Sifat dan luas pengujian penetapan harga barang dalam proses dan barang jadi yang dilakukan auditor
tergantung pada realibilitas catatan akuntansi biaya klien dan metode yang digunakan oleh klien dalam
mengakumulasikan biaya biaya tersebut.
Mengkonfirmasi Persedian Pada Lokasi Lokasi Di Luar Entitas
Apabila persediaan klien disimpan di gudang atau pada jasa penyimpan (custodian) luar, maka auditor
harus memperoleh bukti mengenai eksistensi persediaan itu melalui komunikasi langsung dengan si penyimpan.
Memeriksa Perjanjian Dan Kontrak Konsinyasi
Auditor juga harus mengajukan pertanyaan kepada manajemen tentang semua barang yang disimpan
atas dasar konsinyasi. Jika barang disimpan atas dasar konsinyasi, maka syarat syarat dalam perjanjian itu
harus diperiksa.
Pengujian Rincian Saldo: Estimasi Akuntansi
Tanggung jawab auditor atas kualitas terbatas hanya sebagai pengamat yang telah cukup memperoleh
informasi yang beralasan. Auditor memperoleh bukti mengenai kondisi umum atau keusangan dengan
Mengamati perhitungan persediaan yang dilakukan klien; Melakukan scanning atas catatan persediaan perpetual
untuk mengetahui barang barang yang lambat bergerak; Menelaah laporan produksi pengendalian mutu.
Auditor juga dapat menggunakan pengalamannya menelaah penjualan persediaan setelah akhir tahun untuk
menentukan kewajaran harga pokok dibandingkan dengan harga jual sesudahnya.
Komparasi Pelaporan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum
Dalam laporan perlu diungkapkan metode harga pokok yang digunakan, penjaminan persediaan dalam
rangka penarikan utang, dan adanya komitmen pembelian. Bukti tentang penyajian dan pengungkapan diperoleh
melalui pengujian substantif. Bukti selanjutnya bisa diperoleh melalui review atas notulen rapat dewan
komisaris
Jasa - Jasa Bernilai Tambah dalam Siklus Produksi
Pada saat mengevaluasi masalah masalah seperti nilai realisasi bersih persediaan, auditor harus
memperhitungkan risiko bisnis klien, risiko adanya produk pengganti atau perebutan pangsa pasar oleh pesaing,
serta harus berbagi pengetahuan dan pemahaman tentang hal ini dengan klien.
CHAPTER 17
SIKLUS INVESTASI DAN PENDANAAN
SIFAT SIKLUS INVESTASI DAN PEMBIAYAAN
Penelahaan Atas Siklus Investasi Dan Pembiayaan
Secara teratur manajemen mengambil keputusan tentang bagaimana cara menggunakan sumber daya
untuk mencapai tujuan-tujuanya. Auditor biasanya ingin memperoleh jawaban terhadap pertanyaan-peranyaan
berikut ketika mengaudit siklus investasi dan pembiayaan.
Aktiva apa yang diperlukan untuk mendukung operasi entitas, dan apakah rencana jangka panjang
manajemen untuk menumbuhkan dasar aktiva entitas?
Aktiva apa yang diakuisisi. Atau dilepaskan selama periode berjalan?
Bagaimana altiva yang baru diakusisi dibiayai dan apakah rencana jangka panjang manajemen untuk
membiayai pertumbuhan entitas?
Aktivitas investasi (investing activieties) adalah pembelian dan penjualan tanah, bangunan, peralatan,
serta aktiva lain yang umumnya tidak ditahan untuk dijual kembali. Aktiva investasi juga mencangkup
pembelian dan penjualan instrumen keuangan yang tidak dimaksudkan untuk tujuan perdagangan. Sedanglan
aktivitas pembiayaan (financing acitvities) mencakup transaksi dan peristiwa dimana kas diperoleh dari atau
dibayarkan kembali kepada kreditor atau pemilik.
SIKLUS INVETASI
Pembahasan berikut akan membahas pada property, pabrik, dan peralatan (aktiva tetap). Logika yang
diterapkan pada audit atas aktiva tetap ini pada dasarnya sama dengan logika yang akan diterapkan atas aktiva
jangka panjang seperti sumber daya alam atau good will yang mungkin dihasilkan dalam suatu merger atau
akuisisi.
Tujuan Audit
Kategori Asersi
Tujuan Audit atas Kelompok Transaksi Tujuan Audit Saldo Akun
Keberadaan

atau

Akuisisi yang tercatat dari transaksi aktiva

Aktiva tetap yang tercatat merupakan

Keterjadian

tetap (EO1),

Kelengkapan

Semua transaksi akuisisi aktiva tetap (C1)


dan pelepasan aktiva tetap (C2)

Hak dan Kewajiban

Penilaian
Alokasi

atau

Penyajian
dan
Pengungkapan

Transaksi untuk beban penyusutan dan


penurunan nilai aktiva tetap telah dinilai
dengan tepat (VA1).
Transaksi penyusutan, reparasi, dan
pemeliharaan serta lease operasi telah
diidentifikasi
dengan
benar
dan
diklasifikasikan dalam laporan keuangan
(PD1).

aktiva produktif yang digunakan


pada tanggal neraca (EO4)
Saldo aktiva tetap mencakup
pengaruh semua transaksi yang
terjadi selama periode berjalan (C4).
Entitas
itu
memiliki
atau
mendapatkan hak atas semua aktiva
tetap yang dicatat pada tanggal
neraca (RO1).
Aktiva tetap dicatat pada harga
pokok
dikurangi
akumulasi
penyusutan (VA2)
Aktiva tetap dan lease modal telah
diidentifikasi
dalam
laporan
keuangan (PD2).

Prosedur Analitis
Prosedur analitis bersifat efektif dari segi biaya dan hal itu dapat membantu auditor dalam mengavaluasi
kelayakan laporan keuangan. Aktiva tetap secara relative harus stabil agar prosedur analitis dapat memberikan
keyakinan tentang kewajaran penyajian laporan keuangan.
Risiko Inheren
Risiko Inheren pada aset jangka panjang adalah masalah yang kompleks. Misalnya risiko inheren yang berkaitan
dengan asersi eksistensi/keberadaan seringkali rendah. Karena aktiva tetap tidak mudah dicuri.
Pertimbangan Pengendalian Internal
Aspek yang sama dari pengendalian internal yang menetapkan kesadaran pengendalian tingkat tinggi seperti
pengendalian lingkungan yang kuat, penilaian risiko yang efektif, akuntabilitas yang efektif untuk penggunaan
sumber daya, dan pemantauan sistem pengendalian yang penting dalam konteks akuntansi aset tetap.
MERANCANG PENGUJIAN SUBSTANTIF
PROSEDUR ANALITIS
Suatu bagian yang penting dari siklus investasi adalah menentukan bahwa informasi keuangan yang akan
diaudit konsisten dengan ekspektasi auditor. Jika hasil prosedur analitis konsisten dengan ekspektasi auditor,
maka strategi audit dapat dimodifikasi untuk mengurangi luas pengujian rincian transaksi dan saldo.
PENGUJIAN RINCIAN TRANSAKSI
Pengujian substantive ini mencakup tiga jenis transaksi yang berkaitan dengan aktiva tetap: (1) penambahan,
(2) pelepasan, dan (3) reparasi serta pemeliharaan.
Memvouching Penambahan Aktiva Tetap
Semua penambahan yang normal harus didukung oleh dokumentasi berupa otorisasi dalam notulen rapat,
voucher, faktur, kontrak dan cek-cek yang dibatalkan. Vouching atas penambahan memberikan bukti tentang
asersi eksistensi/keberadaan atau keterjadian, hak dan kewajiban dan penilaian atau alokasi.
Memvouching Pelepasan Aktiva Tetap
Bukti-bukti tentang penjualan, penarikan, dan tukar-tambah harus tersedia bagi auditor dalam bentuk nota
pembayaran kas, otorisasi tertulis, dan perjanjian penjualan.
Mereview Ayat Jurnal Beban Reparasi dan Pemeliharaan
Tujuan auditor dalam melaksanakan pengujian ini adalah untuk menentukan kelayakan dan konsistensi
pembebanan ke beban reparasi. Kelayakan meliputi pertimbangan mengenai apakah klien telah melakukan
pembebanan yang tepat antara pengeluaran modal dan pendapatan.
PENGUJIAN RINCIAN SALDO
Tiga prosedur dalam kategori pengujian substantif ini adalah: (1) menginspeksi aktiva tetap-eksistensi, dan (2)
memeriksa dokumen dan kontrak hak kepemilikan.
Memeriksa Dokumen dan Kontrak Hak Kepemilikan
Kepemilikan atas kendaraan dapat ditetapkan dengan memeriksa sertifikat hak (BPKB), sertifikat pendaftaran
(STNK), dan polis asuransi. Untuk peralatan, perabotan, dan furniture, faktur yang telah dibayar mungkin
merupakan bukti terbaik mengenai kepemilikan.
PENGUJIAN RINCIAN SALDO: ESTIMASI AKUNTANSI
1. mereview penyisihan penyusutan
Dalam pengujian ini, auditor mencari bukti tentang kelayakan, konsistensi, dan ketepatan beban
penyusutan.
2. mengevaluasi penurunan nilai aktiva tetap

Auditor harus mengevaluasi apakah klien telah memperhitungkan secara layak penurunan nilai
(impairment) aktiva tetap apabila terjadi perubahan yang material bagaimana suatu aktiva digunakan,
atau apabila terjadi perubahan yang material dalam lingkungan bisnis.
PENGUJIAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
Kebutuhan penyajian laporan keuangan dalam aset tetap cukup ektensif. Seperti contohnya laporan keuangan
harus menunjukkan beban depresiasi dalam satu tahun, dll.
SIKLUS PEMBIAYAAN
Siklus pembiayaan (financing cycle) mencakup dua kelompok transaksi utama sebagai berikut:
Transaksi utang jangka panjang
Transaksi ekuitas pemegang saham
TUJUAN AUDIT
Untuk masing-masing dari kelima kategori asersi laporan keuangan yaitu Keberadaan atau Keterjadian,
Kelengkapan, Kelengkapan, Penilaian atau Alokasi, Penyajian dan Pengungkapan.
PERTIMBANGAN PERENCANAAN AUDIT
Materialitas
Ekuitas pemegang saham jelas merupakan komponen neraca yang material.
Risiko Inheren
Risiko salah saji dalam melaksanakan dan mencatat transaksi siklus pembiayaan biasanya rendah.
Risiko Prosedur Analitis
Prosedur analitis ini memberikan indikator tentang kebutuhan entitas akan pembiayaan, kemampuannya, untuk
melunasi utang, dan kelayakan biaya bunga (termasuk baik beban bunga maupun bunga yang dikapitalisasi).
Risiko Pengendalian
Aplikabilitas komponen pengendalian internal untuk transaksi dan saldo siklus pembiayaan serupa dalam
banyak hal dengan yang telah diuraikan sebelumnya untuk siklus investasi.
DOKUMEN DAN CATATAN
Sejumlah dokumen yang ada pasa siklus pendanaan sama seperti siklus investasi, seperti sertifikat saham dan
serifikat obligasi, namun sudut pandangnya dibalik menjadi sudut pandang penerbit (issuer). Selain itu,
transaksi-transaksi pada siklus pendanaan menyangkut ayat-ayat dalam jurnal umum dan jurnal penerimaan dan
pengeluaran kas untuk penerbitan dan penghentian utang serta sekuritas saham, pembayaran dan bunga, dan
pengumuman serta pembayaran dividen.
FUNGSI-FUNGSI DAN PENGENDALIAN YANG BERSANGKUTAN
Fungsi-fungsi siklus pendanaan dan aktivitas pengendalian yang berkaitan dengan siklus pendanaan, yaitu:

Pemberian otorisasi atas obligasi dan modal saham.


Penerbitan obligasi dan modal saham.
Pembayaran bunga dan obligasi dan dividen tunai.
Pelunasan dan pembelian kembali obligasi dan modal saham.
Pencatatan transaksi pembelanjaan.

PROSEDUR ANALITIS
Bagian terpenting pengauditan utang jangka panjang panjang adalah penentuan bahwa informasi
keuangan yang akan diaudit konsisten dengan prakiraan auditor. Pemahaman auditor atas bisnis dan bidang
usaha klien serta risiko prosedur analitis bisa mengarahkan pada prosedur-prosedur yang bisa dilakukan auditor
untuk menetapkan kewajaran informasi keuangan yang berkaitan dengan utang jangka panjang dan biaya bunga.
Auditor juga harus menilai pengungkapan tentang saat jatuh tempo dan hal-hal penting lainnya sesuai dengan isi
perjanjian. Sebagai bagian dari pertanggungjawaban auditor untuk menilai kelangsungan hidup perusahaan
klien, auditor harus mengevaluasi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan aliran kas yang cukup untuk
membayar bunga, utang yang jatuh tempo,dan hal-hal lain sesuai dengan perjanjian. Pada waktu melaksanakan
prosedur analitis,auditor harus selalu bersikap skeptis professional dan menyelidiki hal-hal yang tidak normal.
PENGUJIAN DETAIL TRANSAKSI
Dalam pengujian obligasi, auditor harus mendapatkan bukti mengenai nilai nominal obligasi dan hasil
bersih yang diperoleh dari penerbitan obligasi. Penerbitan surat-surat utang harus ditelusur ke penerimaan kas
yang dibuktikan dengan tanda terima pembayaran dari broker. Pembayaran pokok pinjaman utang jangka
panjang dapat diverifikasi dengan memeriksa voucher atau bukti pengeluaran kas. Pembayaran untuk pelunasan
utang dapat diperiksa juga dengan menginspeksi sertifikat wesel atau sertifikat obligasi untuk memastikan

bahwa sertifikat-sertifikat tersebut telah diberi tanda LUNAS atau telah dibatalkan. Apabila pembayaran
pokok utang dilakukan secara angsuran, maka ketepatan pengangsuran harus diperiksa juga ke daftar angsuran.
maka ketepatan pengangsuran harus diperiksa juga kedaftar angsuran. Obligasi mungkin juga dikonversi
menjadi saham. Apabila hal ini terjadi, maka auditor harus memeriksa transaksi konversi tersebut dengan
menginspeksi sertifikat obligasi yang dibatalkan dan sertifikat saham yang bersangkutan. Apabila bunga
obligasi dibayar melalui pajak luar yang independen, maka auditor harus memeriksa laporan pembayaran bunga
yang dibuat agen. Pencocokan ayat-ayat jurnal yang diposting ke dalam rekening utang jangka panjang ke
dokumen pendukungnya akan memberi bukti mengenai 4 asersi yaitu: (1) keberadaan atau keterjadian (2)
kelengkapan (3) hak dan kewajiban (4) penilaian atau pengalokasian
PENGUJIAN DETAIL SALDO

Review otorisasi dan kontrak.


Konfirmasi utang.
Menghitung kembali biaya bunga.

PENGUJIAN SUBSTANTIF SALDO MODAL SAHAM


Akuntan petama kali harus menentukan tingkat resiko deteksi yang diterima masing-masing asersi terkait
signifikan.
PERTIMBANGAN PROGRAM AUDIT
Auditor dapat merancang program audit untuk mencapai tingkat resiko deteksi yang dapat diterima untuk
masing-masing asersi.
a.

b.
c.

d.

Penerapan Prosedur Analitis


Hubungan keuangan yang dinyatakan dalam rasio-rasio ini dapat bermanfaat untuk mengevaluasi
kelayakan saldo-saldo ekuitas pemegang saham.
1. Earning per share, yaitu laba bersih dibagi jumlah tertimbangan saham yang beredar
2. Divident pay out ratio, yaitu deviden kas dibagi dengan laba bersih
Pengujian Detail Transaksi
1. Vouching ayat jurnal ke akun modal disetor
2. Vouching ayat juranl ke laba ditahan
Pengujian Detail Saldo
1. Menelaah anggaran dasar dan anggaran rumah tangga perusahaan klien
2. Menelaah otorisasi dan termin saham dikeluarkan
3. Konfirmasi saham beredar dengan register dan agen transfer
4. Inspeksi buku sertifikat saham
5. Inspeksi sertifikat saham setinggi treasury stock
6. Vouching penjurnalan ke rekening modal saham
Pembandingan
Penyajian
dengan
Prinsip
Akuntansi
yang
Berterima
Umum
Pengungkapan yang diperlukan antara lain:
1. Rencana stock option
2. Rencana pembagian deviden

JASA BERNILAI TAMBAH DALAM SIKLUS INVESTASI DAN PEMBIAYAAN


Setelah menyelesaikan audit atas aktivitas investasi, auditor dapat mengevaluasi investasi entitas
dibandingkan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama. Auditor juga dapat memberikan dua jasa
bernilai tambah yang penting, yaitu :
1. mengevaluasi seberapa efektif entitas telah memanfaatkan aktivanya untuk menghasilkan penjualan, laba,
dan arus kas, serta mencapai tujuan entitas itu
2. memberikan jasa independen dengan mengevaluasi aktiva investasi yang direncanakan dapat menjadi
pendukung yang penting untuk mencapai sasarannya

CHAPTER 18

AUDIT INVESTASI DAN SALDO KAS


AUDIT ATAS INVESTASI
Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya
Auditor perlu memahami mengenai pemicu-pemicu ekonomi yang mendorong perusahaan melakukan
aktivitas investasi, seperti kebijakan perusahaan untuk melakukan investasi dari kelebihan kasnya, aktivitas
pembelanjaannya, dan kemampuan untuk menghasilkan aliran kas bebas.(ISA 315 - Pengidentifikasian dan
Penilaian Risiko Salah saji Material Melalui Pemahaman Atas Entitas dan Lingkungannya)
Selanjutnya, auditor juga perlu melakukan proses dokumentasi dan pemahaman atas sistem, dengan dua cara:

Memeriksa dan meneliti kembali struktur pengendalian internal perusahaan.


Memeriksa dan meneliti kembali sistem informasi perusahaan

Selain itu, auditor perlu mengukur risiko baik risiko bisnis terutama masalah going concern (ISA 570 Going Concern (Not Converged)), risiko fraud terutama corporate governance, dan risiko akuntansi serta
menentukan materialitas.Penetapan Batas Materialitas (ISA 320 - Materiality in Planning and Performing an
Audit) misal, Materiality level = 1% x Revenue per General Ledger.
Tujuan Audit atas Investasi
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Existence : Investasi memang benar keberadaanya dan merupakan aset perusahaan yang digunakan untuk
kegiatan operasional perusahaan.
Completeness : Semua transaksi investasi telah tercatat secara lengkap di laporan posisi keuangan
Accuracy : Pendapatan atas investasi dan laba/rugi investasi yang direalisasi tela disajikan dengan akurat
Rights and Obligation : Investasi memang dimiliki oleh perusahaan dan segala ketentuan, batasan, dan
jaminan atas investasi telah diidentifikasi dan dilampirkan keterangannya secara lengkap pada laporan
keuangan
Valuation : Investasi telah dinyatakan sebesar biaya perolehan atau penilaian kembali (PSAK 55 :
Instrumen Keuangan - Pengukuran)(ISA 540 - Auditing Accounting Estimates, Including Fair Value
Accounting Estimates, and Related Disclosures)
Presentation and disclosure : Investasi telah diklasifikasikan dan dijabarkan dengan lengkap pada laporan
keuangan

Bukti Audit (ISA 500 Audit Evidence) Prosedur yang dilakukan oleh auditor untuk memperoleh buktitentang
keberadaan, kepemilikan, dan kelengkapan investasi akan bervariasi menurut tipe investasi dan penilaian auditor
mengenai risiko audit. Prosedur tersebut harus mencakup satu atau lebih prosedur berikut ini:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Inspeksi fisik
Konfirmasi dengan penerbit (issuer)
Konfirmasi dengan kustodian
Konfirmasi dengan pialang mengenai transaksi yang belum diselesaikan.
Konfirmasi dengan counterparty
Membaca perjanjian pelaksanaan kemitraan atau perjanjian sejenis

MELAKUKAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS INVESTASI (ISA 330 - Respon Auditor Terhadap
Risiko yang Dinilai)
Prosedur Analitik. Auditor perlu membandingkan rasio saldo investasi akhir tahun sekarang dengan awal tahun
untuk mengetahui dimana letak kenaikan atau penurunan yang signifikan pada akun investasi, sehingga auditor
dapat memfokuskan proses auditnya.
PENGUJIAN RINCIAN TRANSAKSI
Pengujian rincian transaksi secara khusus akan dapat menjadi efektif sebagai suatu pendekatan audit apabila
entitas tersebut mempunyai volume transaksi yang rendah, yang terdiri dari vouching ke masing-masing ayat
debet dan kredit dalam berbagai akun investasi. Pengetahuan tentang akuntansi yang tepat untuk aktivitas
investasi yang mempengaruhi saldo investasi lainnya dapat memberitahu auditor mengenai sumber dari mana
debet dan kredit itu dapat di vouching

PENGUJIAN RINCIAN SALDO

Memeriksa dan Menghitung Sekuritas yang Ada di Tangan

Pengujian ini biasanya dilaksanakan secara serentak dengan perhitungan auditor atas kas dan instrumen lainnya
yang dapat dinegosiasikan. Dalam melaksanakan pengujian ini, (1) petugas yang menyimpan sekuritas harus
hadir sepanjang perhitungan, (2) suatu tanda terima harus diperoleh dari petugas tersebut ketika sekuritas
dikembalikan, (3) semua sekuritas harus berada di bawah kendali auditor sampai perhitungan selesai. Dalam
memeriksa sekuritas, auditor harus mengamati hal-hal seperti nomor sertifikat pada dokumen, nama pemilik
( yang harus nama klien, baik secara langsung maupun melalui endorsemen), uraian tentang sekuritas itu,
jumlah saham ( atau obligasi ), dan nama penerbitnya. Pengujian substantif ini memberikan bukti tentang asersi
keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, hak dan kewajiban, serta penyajian dan pengungkapan.

Mengkonfirmasi Sekuritas yang Disimpan oleh Pihak Lain

Sekuritas yang disimpan oleh pihak luar untuk menjaga keamanannya harus dikonfirmasi. Konfirmasi ini harus
diminta pada tanggal sekuritas yang ditahan oleh klien itu sedang dihitung. Konfirmasi atas sekuritas yang
ditahan oleh pihak ketiga dapat memberikan bukti mengenai asersi keberadaan atau keterjadiaan serta hak dan
kewajiban. Konfirmasi ini juga akan memberikan bukti tentang asersi kelengkapan jika konfirmasi tersebut
menunjukkan lebih banyak sekuritas yang ditahan daripada yang dicatat

Menghitung Kembali Pendapatan Investasi yang Dihasilkan

Laba dan investasi dapat diverifikasi dengan bukti dokumenter dan dihitung ulang. Dividen atas semua saham
yang terdaftar pada bursa saham dan banyak lainnya termasuk dalam buku catatan dividen yang diterbitkan oleh
jasa investasi. Auditor dapat secara independen memverifikasi pendapatan dividen dengan merujuk pada tanggal
pengumuman, jumlah, dan tanggal pembayaran yang diperlihatkan dalam buku catatan itu. Verifikasi
pendapatan dividen biasanya digabungkan ke dalam skedul investasi.
Bunga yang dihasilkan dan bunga yang dipungut atas investasi dalam obligasi dapat diverifikasi dengan
menelaah surat berharga dan tanggal pembayaran yang ditunjukkan pada sertifikat obligasi. Di samping itu,
auditor juga menelaah skedul-skedul amortisasi klien untuk di premi dan diskonto obligasi serta menghitung
kembali jumlah yang diamortisasi, jika ada.
Verifikasi terhadap bagian investor atas laba investee menurut investasi dengan metode ekuitas telah dibahas
sebagai bagian dari vouching ayat jurnal dalam bagian terdahulu mengenai pengujian rincian transaksi.
Rekalkulasi saldo pendapatan investasi terutama bersangkutan dengan asersi penilaian atau alokasi.
PENGUJIAN RINCIAN SALDO : ESTIMASI AKUNTANSI

Klasifikasi Investasi yang Tepat

Kelayakan penerapan FASB No.115, accounting for investment in debt and securities, oleh klien, akan
tergantung pada klasifikasi sekuritas oleh entitas sebagai: (1) sekuritas yang ditahan-sampai-jatuh tempo, yang
dilaporkan pada biaya amortisasi, (2) sekuritas yang diperdagangkan, yang dilaporkan pada nilai wajar, dengan
keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi dimasukkan dalam laba, (3) sekuritas yang tersedia untuk
dijual, yang dilaporkan pada nilai wajar dengan keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi tidak termasuk
dalam laba serta dilaporkan dalam akun ekuitas terpisah.

Mengaudit Nilai Wajar Investasi

Jika investasi dicatat pada nilai wajarnya, maka auditor harus mendapatkan bukti yang mendukung nilai wajar
itu. Sumber yang umum untuk mendukung nilai wajar sekuritis adalah harga pasar kutipan yang diperoleh dari
pialang-dealer serta sumber pihak ketiga lainnya. Contoh faktor-faktor yang dapat menunjukkan kondisi
penurunan nilai yang bersifat tidak sementara adalah sebagai berikut : (1) nilai wajar secara signifikan berada
dibawah harga pokok, (2) penurunan nilai berasal dari kondisi buruk yang spesifik yang mempengaruhi
investasi tertentu, (3) suatu sekuritas hutang telah dinilai menurunkan peringkatnya oleh lembaga penyusunan
peringkat, (4) kondisi keuangan penerbit sedang memburuk, (5) dividen telah dikurangi atau dihilangkan, atau
skedul pembayaran bunga atas sekuritas hutang belum dibuat
SALDO KAS

Saldo kas meliputi penerimaan ditangan yang belum disetor, kas di bank, pada rekening giro umum dan
rekening tabungan, serta akun impres seperti kas kecil dan rekening di bank untuk gaji.
Hubungan Saldo Kas dengan Siklus Transaksi
Lima siklus transaksi berkaitan langsung dengan saldo kas umum. Kelima siklus itu adlah siklus pendapatan,
pengeluaran, pembiayaan, investasi, dan jasa personalia. Siklus produksi tidak mempunyai transaksi yang
berkaitan langsung dengan kas. Siklus pembiayaan dan siklus investasi keduanya dapat menaikkan dan
menurunkan kas, sementara siklus pendapatan akan menaikkan kas, dan siklus pengeluaran serta siklus jasa
personalia akan menurunkan kas.
Prosedur Analitis. Prosedur analitis yang efektif mencakup pembandingan saldo kas dengan peramalan atau
anggaran, atau dengan kebijakan perusahaan mengenai saldo kas minimum dan investasi atas kelebihan kas.
Risiko Bawaan (ISA 315) Volume transaksi yang tinggi dapat menimbulkan tingkat risiko inheren yang
signifikan untuk asersi saldo kas tertentu, terutama keberadaan dan keterjadian serta kelengkapan. Asersi tentang
hak dan kewajiban, penilaian atau alokasi dan penyajian serta pengungkapan untuk kas tidak terlalu tinggi.
Risiko Pengendalian Internal (ISA 315) Berkaitan dengan Penerimaan Kas dan Pengeluaran Kas
Pengujian Substantif atas Saldo Kas
Prosedur Analisis (ISA 520) Pemahaman auditor tentang anggaran atau peramalan kas, kebijakan perusahaan
mengenai investasi kelebihan kas akan mengurangi jumlah bukti yang diperlukan saat pengujian ini. Apabila
data tidak sesuai dengan harapan auditor maka dapat dilakukan uji subtantif lainnya.
Tes Detail Transaksi

Pengujian Pisah-Batas, terdapat 2:

pada penerimaan kas

pada pengeluaran kas

Pengujian ini menunjukkan asersi keuangan keterjadian dan kelengkapan


Menghitung Kas di Tangan
Hal-hal yang dilakukan Auditor untuk melaksanakan perhitungan kas secara tepat:

Mengendalikan semua instrumen kas dan yang dapat dinegosiasikan yang ditahan oleh klien sampai
semua uang telah dihitung

Meminta agar petugas kas hadir sepanjang perhitungan itu

Mendapatakan tanda terima yang ditandatangani dari petugas pada waktu mengembalikan uang kepada
klien

Memastikan bahwa semua cek yang belum disetor dapat dibayarkan kepada klien, baik secara langsung
atau melalui pengesahan

Pengujian Rincian Saldo


Menghitung kas di tangan
Penerimaan kas yang yang belum disetorkan dan uang kembalian biasanya dipandang sebagai kas di
tangan. Auditor harus mengendalikan semua instrumen kas, meminta petugas kas hadir sepanjang
perhitungan, mendapatkan tanda terima dan memastikan bahwa semua cek yang belum disetor dapat
dibayarkan kepada klien. Auditor juga nantinya akan memastikan bahwa jumlah tersebut telah
dimasukkan dalam saldo kas. (ISA 330, Respon Auditor terhadap Risiko yang dinilai)
Mengkonfirmasi saldo kas dan pinjaman di bank
Merupakan hal yang biasa bagi auditor untuk mendapatkan konfirmasi bank mengenai saldo kas dan
pinjaman di bank pada tanggal neraca. Konfirmasi setoran kas terutama memberikan bukti mengenai
asersi keberadaan atau keterjadian serta hak dan kewajiban. Konfirmasi saldo pinjaman memberikan

bukti pada asersi keberadaan atau keterjadian, hak dan kewajiban serta penilaian atau alokasi. (ISA
505, Konfirmasi Eksternal)
Mengkonfirmasikan perjanjian lain dengan bank seperti lini kredit, perjanjian saldo kompensasi, dan
jaminan pinjaman atau pihak lainnya.
Pengaturan untuk membangun jalur kredit dengan bank memerlukan pihak peminjam untuk
mempertahankan saldo kas dengan bank. Jika sesudah menilai risiko inheren dan pengendalian, auditor
merasa yakin bahwa perjanjian tersebut ada, maka ia harus mengirimkan surat konfirmasi kepada bank.
(ISA 505, Konfirmasi Eksternal)
Melakukan scan, mereview atau menyiapkan rekonsiliasi bank
Melakukan scan, menelaah, atau menyiapkan rekonsiliasi bank bertujuan untuk menetapkan kas yang
benar dalam saldo bank pada tanggal neraca. Apabila tingkat risiko deteksi yang dapat diterima tinggi,
auditor dapat menscan rekonsiliasi bank yang disiapkan klien dan memverifikasi ketepatan matematis
dari rekonsiliasi itu. Jika risiko deteksi sedang, maka auditor dapat menelaah rekonsiliasi bank klien.
Jika risiko deteksi rendah, maka auditor dapat menyiapkan rekonsiliasi bank dengan menggunakan data
bank di tempat klien (ISA 330, Respon Auditor terhadap Risiko yang dinilai).
Mendapatkan dan menggunakan laporan pisah batas bank
Laporan pisah batas bank adalah suatu laporan bank pada tanggal sesudah tanggal neraca. Setelah
menerima laporan pisah-batas, auditor harus menelusuri semua cek, setoran dalam perjalanan dan
melakukan scan atas laporan pisah-batas dan data terlampir. Hal ini berfungsi untuk memverifikasi pospos rekonsiliasi bank, mendeteksi semua cek yang belum dicatat yang telah dikliring oleh bank, dan
mencari bukti tentang window dressing. Window dressing yaitu suatu upaya yang disenngaja untuk
melebihsajikan solvensi jangka pendek perusahaan. Auditor harus menelurusi cek cek yang belum
dikliring ke register cek serta dokumentasi pendukung dan jika perlu, meminta keterangan kepada
bendaharawan. (ISA 330, Respon Auditor terhadap Risiko yang dinilai)
Pengujian Rincian Penyajian dan Pengungkapan
Kas harus dengan tepat diidentifikasi dan diklasifikasi ke dalam neraca. Misalnya seperti kas di tangan
masuk dalam aset lancar. Kemudian juga harus ada pengungkapan yang sesuai dengan bank seperti lini kredit,
saldo kompensasi dan kewajiban kontijensi (PSAK 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan). Auditor
menentukan kelayakan penyajian laporan dari review draft laporan klien dan bukti yang diperoleh dari
pengujian substantif terdahulu. Di samping itu, auditor harus meninjau rapat dewan direksi dan membuat
penyelidikan manajemen untuk bukti pembatasan penggunaan saldo kas.
CHAPTER 19
RESPONSIBILITY
PENYELESAIAN PEKERJAAN LAPANGAN
Dalam menyelesaikan pekerjaan lapangan, auditor melaksanakan prosedur-prosedur audit tertentu guna
memperoleh bukti tambahan. Meliputi: (1) Melakukan review atas peristiwa kemudian. (2) Membaca notulen
rapat.(3) Mendapatkan bukti mengenai litigasi, klaim, dan penilaian. (4) Mendapatkan surat representasi klien.
(5) Melaksanakan prosedur analitis
MELAKUKAN REVIEW PERISTIWA-PERISTIWA KEMUDIAN
Tanggung jawab auditor untuk menilai kewajaran laporan keuangan klien tidak terbatas pada
pemeriksaan atas peristiwa dan transaksi yang terjadi hinggatanggal neraca. AU 560 Subsequent Events,
menyatakan bahwa auditor jugamempunyai tanggung jawab spesifik atas peristiwa dan transaksi yang: (a)
Mempunyai pengaruh material terhadap laporan keuangan. (b) Merupakan peristiwa penting dan bersifat luar
biasa. (c) Terjadi sesudah tanggal neraca tetapi sebelum penerbitan laporan keuangan serta laporan auditor
TIPE PERISTIWA KEMUDIAN
Berikut adalah dua jenis peristiwa kemudian menurut AU 560.03 dan .05 : (1) Peristiwa Kemudian
Tipe 1. Memberikan bukti tambahan berkenaan dengan kondisi yang ada pada tanggal neraca dan
mempengaruhi estimasi yang inheren dalam proses penyusunan laporan keuangan. Peristiwa tipe 1 tersebut
memerlukan penyesuaian atas laporan keuangan. (2) Peristiwa Kemudian Tipe 2. Memberikan bukti berkenaan
dengan kondisi yang tidak ada pada tanggal neraca tetapi muncul setelah tanggal tersebut. Peristiwa tipe 2
tersebut memerlukan pengungkapan dalam laporan, atau dalam kasus yang sangat material, menyertakan data
pro-forma pada laporan keuangan.
PROSEDUR PENGAUDITAN DALAM PERIODE KEMUDIAN
Auditor harus mengidentifikasi dan mengevaluasi peristiwa kemudian sampai tanggal laporan auditor.
Tanggung jawab tersebut dapat dilaksanakan dalam dua cara berikut: (a) Mewaspadai peristiwa kemudian dalam
melaksanakan pengujian substantif akhir tahun seperti pengujian pisah batas dan mencari kewajiban yang belum

tercatat. (b) Melaksanakan prosedur audit yang ditetapkan dalam AU 560.12 atau mendekati akhir pekerjaan
lapangan. (a) Membaca laporan keuangan interim akhir yang tersedia serta membandingkannya dengan laporan
yang sedang dilaporkan dan melakukan perbandingan lainnya yang sesuai dalam situasi-situasi itu. (b)
Menanyakan kepada manajemen yang bertanggung jawab atas hal-hal keuangan dan akuntansi mengenai: Setiap
kewajiban kontinjen atau komitmen besar yang ada pada tanggal neraca atau tanggal pertanyaan itu
diajukan.Setiap perubahan yang signifikan pada modal saham, hutang jangka panjang atau modal kerja sampai
tanggal pertanyaan diajukan.Status saat ini dari pos-pos yang sebelumnya dipertanggungjawabkan atas dasar
data sementara, pendahuluan, atau tidak konklusif. Apakah setiap penyesuaian yang tidak biasa telah dilakukan
sejak tanggal neraca. (c) Membaca notulen rapat dewan komisaris, pemegang saham, dan komite lainnya yang
sesuai. (d) Menanyakan ahli hukum klien mengenai litigasi, klaim, dan penilaian. Mendapatkan surat
representasi dari klien mengenai perisiwa kemudian yang menurut pendapatnya akan memerlukan penyesuaian
atau pengungkapan. (e) Melakukan tanya-jawab tambahan atau melaksanakan prosedur tambahan yang
dipandang perlu dalam situasi-situasi itu.
PENGARUH ATAS LAPORAN AUDITOR
Kegagalan untuk mencatat atau mengungkapkan secara tepat peristiwa kemudian dalam laporan
keuangan akan menimbulkan penyimpangan dari laporan standar auditor.
MEMBACA NOTULEN RAPAT
Notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, dan subkomitenya, seperti komite keuangan dan
komite audit, dapat memuat hal-hal yang mempunyai signifikansi audit. Contohnya: dewan komisaris dapat
mengotorisasi penerbitan obligasi baru, pembelian saham treasuri, dan lain lain. Pembacaan notulen rapat
biasanya dilakukan segera setelah hal itu tersedia, guna memberikan auditor kesempatan maksimum untuk
menilai signifikansi auditnya. Misalnya: informasi yang dipelajari dari catatan tersebut menyebabkan auditor
untuk mengubah pengujian substantif. Dan pembacaan notulen rapat oleh auditor harus didokumentasikan
dalam kertas kerja
MENDAPATKAN BUKTI TENTANG TUNTUTAN HUKUM, KLAIM, DAN KEPUTUSAN
PENGADILAN
Dalam FASB nomor 5, mendefinisikan kontinjensi sebagai kondisi, situasi, atau serangkaian situasi yang ada
yang melibatkan ketidakpastian mengenai kemungkinan keuntungan (kontinjensi keuntungan) dan kerugian
(kontinjensi kerugian). Kontinjensi keuntungan hanya akan menimbulkan masalah yang relatif kecil, sedangkan
kontinjensi kerugian seringkali merupakan masalah yang signifikan bagi auditor. Kontinjensi kerugian meliputi
kewajiban yang potensial dari perselisihan pajak penghasilan, klaim, dan lain-lain mempersyaratkan bahwa
kontinjensi kerugian harus: 1. Dicatat sebagai utang bersyarat. 2. Diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan. 3. Diabaikan
PERTIMBANGAN AUDIT
Audit harus mendapatkan bukti tentang: 1. Adanya suatu kondisi, situasi, atau sejumlah keadaan yang
mengindikasikan ketidakpastian tentang kemungkinan kerugian terhadap perusahaan yang berasal dari tuntutan
hokum, klaim, atau keputusan pengadilan. 2. Periode di mana penyebab yang mendasari tindakan hukum terjadi.
3. Tingkat probabilitas hasil yang tidak menguntungkan. 4. Jumlah atau rentang kerugian yang potensial.
SURAT KEPADA PENASEHAT HUKUM KLIEN
AU 337.08 menunjukkan bahwa surat pertanyaan audit kepada ahli hukum klien merupakan sarana
utama bagi auditor untuk mendapatkan informasi pendukung tentang LCA yang diserahkan oleh manajemen.
Surat tersebut harus dikirimkan oleh manajemen kepada setiap ahli hukum yang telah ditugaskan oleh klien.
PENGARUH JAWABAN TERHADAP LAPORAN AUDITOR
Jawaban ahli hukum mungkin tidak mempunyai pengaruh terhadap laporan auditor. Yaitu, auditor dapat
mengeluarkan suatu laporan standar dengan pendapat wajar tanpa pengecualian. Hal ini dapat terjadi apabila
jawabannya menunjukkan bahwa berdasarkan penyelidikan yang layak atas masalah yang dihadapi, terdapat: 1.
Probabilitas yang tinggi atas hasil yang menguntungkan. 2. Masalah yang dihadapi adalah tidak material
MENDAPATKAN SURAT PERNYATAAN DARI KLIEN
Untuk memenuhi standar pekerjaan lapangan ketiga, Auditor diwajibkan untuk mendapatkan
representasi tertulis tertentu dari manajemen dalam memenuhi sandar ketiga pekerjaan lapangan. Hal ini dapat
dicapai melalui surat representasi klien, yang umumnya dikenal sebagai surat rep. AU 333,Management
Representations, menjelaskan bahwa representasi merupakan bagian dari barang bukti tetapi bukan pengganti
penerapan prosedur audit yang diperlukan untuk mendapatkan dasar yang layak atas suatu pendapat.
Representasi manajemen harus dapat : 1. Mengkonfirmasikan representasi lisan yang diberikan kepada auditor.
2. Mendokumentasikan kelayakan yang berkelanjutan dari representasi tersebut. 3. Mengurangi kemungkinan
kesalahpahaman mengenai representasi manajemen
ISI SURAT PERNYATAAN MANAJEMEN
Menurut AU 333.06 terdapat empat kategori utama dari representsi spesifik yang harus termasuk dalam
surat rep. Surat representasi itu harus mencakup representasi mengenai : 1. Laporan keuangan. 2. Kelengkapan
informasi. 3. Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan 4. Peristiwa kemudian

PENGARUH TERHADAP LAPORAN AUDITOR


Apabila auditor menerima surat rep dan mampu mendukung representasi manajemen, maka suatu
laporan audit standar dapat dikeluarkan. Tetapi, jika ada keterbatasan pada lingkup audit jika auditor tidak
dapat : 1. Memperoleh surat rep. 2. Mendukung representasi
MELAKSANAKAN PROSEDUR ANALITIS
Prosedur analitis disyaratkan dalam penyelesaian audit sebagai review keseluruhan atas laporan keuangan. SAS
56 (AU 329.22) menyatakan bahwa tujuan dari review keseluruhan adalah untuk membantu auditor
menilai kesimpulan yang dicapai dalam audit dan dalam mengevaluasi penyajian laporan keuangan secara
keseluruhan. Dalam melakukan review keseluruhan, auditor membaca laporan keuangan dan catatan serta
mempertimbangkan kelayakan bukti yang diperoleh dalam menanggapi saldo dan hubungan yang tidak biasa
serta tidak terduga yang : 1. Diantisipasi dalam perencanaan audit. 2. Diidentifikasi selama audit dalam
pengujian substantive. Dalam melakukan reviewe keseluruhan atas kewajaran penyajian laporan keuangan, data
perusahaan dapat dibandingkan dengan (1) hasil yang diharapkan entitas berdasarkan dinamika bisnis yang
mendasarinya, (2) data yang tersedia mengenai kinerja industri, dan (3) data nonkeuangan yang relevan seperti
unit yang diproduksi atau dijual serta jumlah karyawan.
MENGEVALUASI TEMUAN
Membuat Penilaian Akhir tentang Materialitas dan Risiko Audit
Prasyarat yang esensial dalam memutuskan suatu pendapat yang akan dikeluarkan adalah penilaian
akhir atas materialitas dan risiko audit. Titik tolak untuk melakukan proses ini adalah menjumlahkan salah sajisalah saji yang ditemukan ketika memeriksa semua akun yang belum dikoreksi oleh klien. Penentuan auditor
atas salah saji dalam suatu akun dapat mencakup komponen berikut : 1. Salah saji yang belum dikoreksi yang
secara spesifik diidentifikasi melalui pengujian substantive atas rincian transaksi dan saldo. 2. Proyeksi salah
saji yang belum dikoreksi yang diestimasi melalui teknik sampling audit. 3. Estimasi salah saji yang dideteksi
melalui prosedur analitis dan dikuantifikasi oleh prosedur audit lainnya
Mengevaluasi Going Concern (Kelanjutan Usaha)
AU 341 menetapkan tanggung jawab auditor untuk mengevaluasi apakah ada keraguan yang
substansial tentang kemampuan klien untuk mempertahankan kelanjutan usahanya selama suatu periode waktu
yang layak, yaitu tidak melebihi satu tahun di luar tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit. Biasanya,
informasi yang akan menimbulkan keraguan yang substansial tentang asumsi kelanjutan usaha berkaitan dengan
ketidakmampuan entitas untuk terus memenuhi kewajibannya ketika jatuh tempo tanpa diposisi aktiva yang
besar di luar arah bisnis yang biasa, merestrukturisasi hutang, merevisi operasinya yang dipaksa dari luar, atau
melakukan tindakan yang serupa.
Melakukan Review Teknis atas Laporan Keuangan
Sebelum mengeluarkan laporan audit atas klien yang merupakan perusahaan terbuka, review teknis
juga harus dilakukan atas laporan itu oleh partner yang bukan anggota tim audit. Daftar periksa tersebut
mencakup hal-hal yang berkenaan dengan bentuk dan isi dari masing-masing laporan keuangan dasar termasuk
pengungkapan yang disyaratkan.
Merumuskan Pendapat dan Membuat Naskah Laporan Audit
Dalam penyelesaian audit, auditor perlu memisahkan temuan-temuan dengan mengikhtisarkan dan
mengevaluasinya untuk tujuan menyatakan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan. Tanggung
jawab akhir atas langkah-langkah ini terletak pada partner yang melakukan penugasan itu. Sebelum mengambil
keputusan akhir tentang pendapat, biasanya diadakan suatu konferensi dengan klien. Pada pertemuan ini, auditor
melaporkan semua temuannya secara lisan dan berusaha memberikan dasar pemikiran untuk melakukan
penyesuaian yang diusulkan dan / atau pengungkapan tambahan.
Melakukan Review Akhir atas Kertas Kerja
Review ini dilakukan untuk mengevaluasi pekerjaan yang dilakukan, bukti yang diperoleh, dan
kesimpulan yang dibuat oleh penyusun kertas kerja. Review tambahan atas kertas kerja dapat dilakukan pada
akhir pekerjaan lapangan oleh anggota tim audit. Tingkatan review yang dapat dilakukan dalam penyelesaian
audit yaitu :
a. Manajer, mereview kertas kerja yang disiapkan oleh auditor senior dan mereview beberapa atau semua
kertas kerja yang direview oleh auditor
b. Partner yang bertanggung jawab atas penugasan, mereview kertas kerja yang disiapkan oleh manajer
dan mereview kertas kerja lainnya atas dasar selektif
BERKOMUNIKASI DENGAN KLIEN
Mengkomunikasikan Hal-hal tentang Struktur Pengendalian Internal
AU 325 mempersyaratkan auditor untuk menyampaikan kondisi-kondisi yang dapat dilaporkan, yang
didefinisikan sebagai hal yang merupakan kekurangan yang signifikan dalam perancangan atau operasi
pengendalian internal, yang dapat berpengaruh buruk terhadap kemampuan organisasi untuk mencatat,
memproses, mengikhtisarkan, dan melaporkan data keuangan yang konsisten dengan asersi manajemen dalam

laporan keuangan. AU 325.11 menyatakan bahwa setiap laporan yang diterbitkan mengenai kondisi yang dapat
dilaporkan harus :
a. Menunjukkan bahwa tujuan audit adalah melaporkan tentang laporan keuangan dan bukan memberikan
kepastian tentang pengendalian internal
b. Menyertakan definisi tentang kondisi yang dapat dilaporkan
c.

Menyertakan pembatasan pembagian

Mengkomunikasikan Hal-hal yang Bersangkutan dengan Pelaksanaan Audit


AU 380 mempersyaratkan auditor untuk menyampaikan hal-hal tertentu berkenaan dengan pelaksanaan
audit kepada mereka yang bertanggung jawab mengawasi proses pelaporan keuangan. AU 380.06-14
menyatakan bahwa komunikasi dengan komite audit dapat mencakup hal-hal berikut :
a. Tanggung jawab auditor menurut GAAS
b. Kebijakan akuntansi yang signifikan
c.

Pertimbangan auditor tentang mutu prinsip akuntansi entitas

d.

Pertimbangan manajemen dan estimasi akuntansi

e.

Penyesuaian audit yang signifikan

f.

Ketidak sepakatan dengan manajemen

g.

Konsultasi dengan akuntan lain

h.

Masalah penting yang dibahas dengan manajemen sebelum penarikan diri

i.

Kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan audit

Menyiapkan Surat Manajemen


Ketika menyelesaikan suatu audit, banyak auditor menganggap bermanfaat untuk menulis surat kepada
manajemen, yang dikenal sebagai surat manajemen, yang memuat rekomendasi yang tidak termasuk dalam
komunikasi yang disyaratkan dengan komite audit. Surat manajemen dapat mencakup komentar tentang :
a. Hal-hal yang berkaitan dengan pengendalian internal yang tidak dipertimbangkan sebagai kondisi yang
dapat dilaporkan
b. Rekomendasi mengenai pengelolaan sumber daya dan jasa bernilai tambah yang tercatat selama audit
c.

Hal-hal yang bersangkutan dengan pajak

TANGGUNG JAWAB SETELAH AUDIT


Peristiwa Kemudian Di Antara Tanggal Neraca dan Penerbitan Laporan
SAS 1 (AU 530) menyatakan bahwa auditor tidak mempunyai tanggung jawab untuk mengajukan
pertanyaan atau melaksanakan suatu prosedur audit apapun selama periode waktu antara akhir pekerjaan
lapangan dan penerbitan laporan audit guna menemukan peristiwa kemudian yang material.
Penemuan Fakta yang Ada pada Tanggal Laporan
Auditor tidak mempunyai tanggung jawab untuk menemukan fakta yang ada setelah audit pada laporan
keuangan. Namun, SAS 1 (AU 561.04), menunjukkan bahwa juka (1) auditor menyadari adanya fakta tersebut
dan (2) fakta itu mungkin mempengaruhi laporan yang telah dikeluarkan, maka auditor diwajibkan untuk
memastikan reliabilitas informasi itu.
Penemuan Prosedur yang Dihilangkan
Ketika menemukan suatu prosedur yang telah dihilangkan, auditor harus menilai kepentingan hal itu
bagi kepentingan hal itu bagi kemampuannya saat ini untuk mendukung pendapat yang dinyatakan atas laporan
keuangan. AU 390.05 menunjukkan jika auditor memutuskan bahwa pendapatnya tidak dapat didukung dan ia
yakin bahwa orang-orang saat ini mengandalkan pada laporan itu, maka auditor harus segera melaksanakan
prosedur yang dihilangkan atau prosedur alternative yang akan memberikan dasar yang memuaskan atas
pendapatnya.

Você também pode gostar