Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TRAY DRIER
Disusun Oleh:
KELOMPOK 02
M. Hafiz Al Rasyid
1206219161
Reynaldi Rachmat
1206263300
1206220636
Titen Pinasti
1306482054
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .............................................................................................................. i
BAB I - PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Percobaan ................................................................................................ 2
BAB II - TEORI DASAR .......................................................................................... 3
2.1 Definisi dan Mekanisme Pengeringan ................................................................. 3
2.2 Kurva Pengeringan .............................................................................................. 5
2.3 Psychrometric Chart ............................................................................................ 9
BAB III - PERCOBAAN ........................................................................................... 13
3.1. Alat dan Bahan .................................................................................................... 13
3.2 Variabel-Variabel dalam Percobaan .................................................................... 13
3.3 Prosedur Percobaan .............................................................................................. 13
BAB IV - DATA DAN PENGOLAHAN DATA ...................................................... 15
4.1 Pengaruh diameter partikel terhadap pengeringan ............................................... 15
4.2 Pengaruh laju alir udara terhadap pengeringan .................................................... 22
4.3 Pengaruh Perubahan Temperatur terhadap Pengeringan .................................... 29
BAB V - ANALISIS .................................................................................................. 37
5.1 Analisis Percobaan ............................................................................................... 37
5.2 Analisis alat dan bahan......................................................................................... 39
5.3 Analisis Hasil Percobaan ..................................................................................... 40
5.4 Analisis Perhitungan ............................................................................................ 41
5.5 Analisis Grafik ..................................................................................................... 43
5.6 Analisis Kesalahan ............................................................................................... 46
BAB VI - KESIMPULAN ......................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 48
LAMPIRAN ............................................................................................................... 49
Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
Mengurangi
perkembangan
kadar
air
bahan
mikroorganisme
sampai
dan
batas
kegiatan
dimana
enzim
terjadinya
yang
dapat
Universitas Indonesia
Lebih ringan karena volume air dalam bahan makin sedikit, sehingga
memudahkan pengangkutan.
Praktikan
Universitas Indonesia
BAB II
TEORI DASAR
Universitas Indonesia
benda lebih mudah untuk ditangani. Ketika benda basah dikeringkan secara
termal, ada dua proses yang berlangsung secara simultan (Rohman, 2008), yaitu :
1. Perpindahan energi dari lingkungan untuk menguapkan air yang terdapat
di permukaan benda padat. Perpindahan energi dari lingkungan ini dapat
berlangsung secara konduksi, konveksi, radiasi, atau kombinasi dari
ketiganya. Proses ini dipengaruhi oleh temperatur, kelembaban, laju dan
arah aliran udara, bentuk fisik padatan, luas permukaan kontak dengan
udara dan tekanan. Proses ini merupakan proses penting selama tahap awal
pengeringan ketika air tidak terikat dihilangkan. Penguapan yang terjadi
pada permukaan padatan dikendalikan oleh peristiwa difusi uap dari
permukaan padatan ke lingkungan melalui lapisan film tipis udara.
2. Perpindahan massa air yang terdapat di dalam benda ke permukaan. Ketika
terjadi penguapan pada permukaan padatan, terjadi perbedaan temperatur
sehingga air mengalir dari bagian dalam benda padat menuju ke
permukaan benda padat. Struktur benda padat tersebut akan menentukan
mekanisme aliran internal air.
Beberapa mekanisme aliran internal air yang dapat berlangsung diantaranya
adalah:
a. Difusi, pergerakan ini terjadi bila kandungan air pada padatan berada di
bawah titik jenuh atmosferik dan padatan dengan cairan di dalam sistem
bersifat mutually soluble. Contoh: pengeringan tepung, kertas, kayu, tekstil
dan sebagainya.
b. Capillary flow, cairan bergerak mengikuti gaya gravitasi dan kapilaritas.
Pergerakan ini terjadi bila equilibrium moisture content berada di atas titik
jenuh atmosferik. Contoh: pada pengeringan tanah, pasir, dll.
Benda padat basah yang diletakkan dalam aliran gas kontinyu akan kehilangan
kandungan air sampai suatu saat tekanan uap air di dalam padatan sama dengan
tekanan parsial uap air dalam gas. Keadaan ini disebut equilibrium dan kandungan
air yang berada dalam padatan disebut equilibrium moisture content. Pada
kesetimbangan, penghilangan air tidak akan terjadi lagi kecuali apabila material
Universitas Indonesia
diletakkan pada lingkungan (gas) dengan relative humidity yang lebih rendah
(tekanan parsial uap air yang lebih rendah).
Beberapa produk mempunyai kandungan kelembaban awal yang tinggi.
Karena itu, terjadi pengurangan awal linear dari kandungan kelembaban rata-rata
produk sebagai fungsi waktu dapat diamati dalam waktu singkat. Jika pengeringan
dilanjutkan, kemiringan kurva laju pengeringan menjadi kurang tajam (falling rate
periode) dan pada akhirnya cenderung menjadi horizontal dan pada waktu yang
sangat panjang menjadi setimbang dengan media dehidrasi. Pada falling rate
periode, perpindahan air dari produk ke permukaan terjadi karena difusi
molekular. Hal ini berbarti bahwa air dipindahkan dari zona dengan kelembaban
yang lebih tinggi menuju ke zona dengan nilai yang lebih rendah, sebuah
fenomena yang dijelaskan dengan hukum kedua termodinamika.
2.2 Kurva Pengeringan
Karakteristik proses pengeringan suatu bahan bergantung pada waktu yang
diperlukan, sehingga kurva kandungan air bahan terhadap waktu yang diperlukan
untuk mengeluarkan air dari bahan tersebut dapat digambarkan seperti dalam
Gambar 2, yang dinamakan kurva pengeringan. Pada proses pengeringan berlaku
dua proses, yaitu pada permulaan proses air dipermukaan bahan akan diuapkan,
seperti yang digambarkan pada kurva pengeringan yang berkemiringan rendah,
kemudian barulah berlaku proses pemindahan air dari bahagian dalam bahan ke
permukaaannya. Semakin lama semakin sedikit air yang diuapkan. Proses ini
berlangsung sampai air yang terikat saja yang tinggal di dalam bahan tersebut,
seperti digambarkan oleh kurva asimptot di sebelah kanan grafik.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dari bahan tersebut. Pada tahap ini terjadi kesetimbangan antara uap air yang
dikandung oleh bahan dengan medium udara. Pada Gambar 3 keadaan ini
ditunjukkan dengan kadar pengeringannya menjadi nol. Untuk bahan higroskopik,
kadar pengeringan pada tahap ketiga ini harus dikurangi, hal ini penting agar
permukaan bahan tidak pecah atau retak akibat resapan air ke permukaan yang
terlalu perlahan. Dimana permukaan bahan kering sedangkan air masih ada di
dalam bahan. Seandainya hal ini terjadi dalam proses pengeringan hasil pertanian,
maka mutu bahan yang dihasilkan akan merosot
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
10
Universitas Indonesia
Gambar 2.5. Termometer Suhu Bola Basah dan Suhu Bola Kering
3. Titik embun.
Titik embun adalah temperatur air pada keadaan dimana tekanan uapnya
sama dengan tekanan uap air dari udara. Jadi pada temperatur tersebut uap
air dalam udara mulai mengembun dan hal tersebut terjadi apabila udara
lembab didinginkan. Pada tekanan yang berbeda titik embun uap air akan
berbeda, semakin besar tekanannya maka titik embunnya semakin besar.
4. Kelembaban relatif.
Kelembaban relatif didefinisikan sebagai perbandingan fraksi molekul uap
air di dalam udara basah terhadap fraksi molekul uap air jenuh pada suhu
dan tekanan yang sama, atau perbandingan antara tekanan persial uap air
yang ada di dalam udara dengan tekanan jenuh uap air yang ada pada
temperatur yang sama. Kelembaban relatif dapat dikatakan sebagai
kemampuan udara untuk menerima kandungan uap air, jadi semakin besar
RH semakin kecil kemampuan udara tersebut untuk menyerap uap air.
Kelembaban ini dapat dirumuskan:
dimana:
Pw = Tekanan parsial uap air
Pws = Tekanan jenuh uap air
11
Universitas Indonesia
dimana :
W = Kelembaban spesifik
Mw = Massa uap air
Ma = Massa udara kering
6. Entalpi
Entalpi merupakan energi kalor yang dimiliki oleh suatu zat pada
temperatur tertentu, atau jumlah energi kalor yang diperlukan untuk
memanaskan 1 kg udara kering dan x kg air (dalam fasa cair) dari 0oC
sampai mencapai t oC dan menguapkannya menjadi uap air (fasa gas).
7. Volume spesifik
Volume spesifik merupakan volume udara campuran dengan satuan meterkubik per kilogram udara kering.
12
Universitas Indonesia
BAB III
PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Mesin tray Drier
2. Tray
3. Timbangan
4. Psychrometer
5. Anemometer
6. Stopwatch
3.1.2 Bahan
1. Pasir dengan 3 ukuran (0.3 mm, 0.5 mm, dan 0.7 mm)
2. Air
3.2 Variabel-Variabel dalam Percobaan
1. Diameter Partikel (pasir)
2. Temperatur
3. Laju alir udara
4. Waktu
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Prosedur Umum
1. Mengisi tray dengan pasir (bahan non porous granular solid) dengan
diameter 0.7 mm dengan tebal kira-kira 10 mm.
2. Menimbang dulu berat pasir kering sebelum dijenuhkan dengan air.
3. Menyemprotkan air ke pasir sampai agak basah, kemudian menimbang
berat nya.
4. Mengatur pengontrol kecepatan udara pengering dan pemanas
5. Mencatat berat pasir pada tiap interval waktu 3 menit selama 15 menit,
selama operasi pengeringan.
13
Universitas Indonesia
6. Setiap 3 menit mengukur dan mencatat suhu wet bulb dan dry bulb di titik
upstream dan titik downstream.
7. Mengukur dan mencatat laju alir udara keluar dan temperaturnya pada 5
titik ( tengah, kanan atas, kiri atas, kiri bawah, dan kanan bawah)
3.3.2 Pengaruh ukuran partikel
1. Mengisi tray dengan pasir (bahan non porous granular solid) dengan
diameter 0.5 mm dengan tebal kira-kira 10 mm.
2. Menimbang dulu berat pasir kering sebelum dijenuhkan dengan air.
3. Menyemprotkan air ke pasir sampai agak basah, kemudian menimbang
berat nya.
4. Mengatur pengontrol kecepatan udara pengering dan pemanas
5. Mencatat berat pasir pada tiap interval waktu 3 menit selama 15 menit
selama operasi pengeringan.
6. Setiap 3 menit mengukur dan mencatat suhu wet bulb dan dry bulb di titik
upstream dan titik downstream.
7. Mengukur dan mencatat laju alir udara keluar dan temperaturnya pada 5
titik ( tengah, kanan atas, kiri atas, kiri bawah, dan kanan bawah).
8. Melakukan percobaan diatas untuk pasir dengan diameter 0.3 mm.
14
Universitas Indonesia
BAB IV
DATA DAN PENGOLAHAN DATA
=8
Skala temperatur
=5
= 221 g
= 569 g
Berat pasir
= 348 g
Luas Tray
= 600 cm2
Tabel 4.1. Tabel Data Pengamatan Percobaan 1 Variasi Diameter (0,7 mm)
t
(min)
0
3
6
9
12
15
W
(g)
596
593
592
590
590
590
T
downstream
(oC)
Wet Dry
27
28,5
27
28,5
27
28,5
27
28,5
27
28,5
27
28,5
T
Upstream
(oC)
Wet Dry
27 28,5
26,7 28
26,5 28
26,5 28
26,5 28
26,5 28
v (m/s)
1
3,1
3,1
3,1
3,1
2,9
3
2
3,5
3,6
3,6
3,6
3,5
3,5
3
3,3
3,4
3,5
3,5
3,5
3,5
4
5 Average
3,4 3,1
3,28
3,5 3,1
3,34
3,5 3
3,34
3,5 3
3,34
3,3 2,9
3,22
3,4 3
3,28
Keterangan
= suhu
= waktu
15
Universitas Indonesia
Dari data diatas, maka pertama dapat ditentukan kandungan air terhadap
waktu dengan menggunakan persamaan berikut:
Dengan
Xi
Wi
Wst
Ws
Laju pengeringan diukur dari berat massa air yang berpindah selama proses
pengeringan. Laju pengeringan mengikuti persamaan berikut:
|
|
|
Dengan
Ri
As
Dengan
m
16
Universitas Indonesia
Untuk mencari nilai densitas udara, dapat digunakan melalui persamaan gas ideal,
yaitu sebagai berikut
Dengan
P
Mr
Wi
0
3
6
9
12
15
596
593
592
590
590
590
Xi
Ri
Hin
Hout
0,077586
0
1172,997 0,00206 0,00206
0,068966 0,000798 1172,997 0,00206 0,02173
0,066092 0,000266 1172,997 0,00206 0,02138
0,060345 0,000532 1172,997 0,00206 0,02138
0,060345
0
1172,997 0,00206 0,02138
0,060345
0
1172,997 0,00206 0,02138
m
0
4,623799
4,541525
4,541525
4,378356
4,45994
=8
Skala temperatur
=5
= 221 g
Berat pasir
= 225 g
Luas Tray
= 600 cm2
17
Universitas Indonesia
Tabel 4.3. Tabel Data Pengamatan Percobaan 2 Variasi Diameter (0,5 mm)
t
(min)
0
3
6
9
12
15
W
(g)
457
457
456
456
455
454
T
T
downstream Upstream
(oC)
(oC)
Wet Dry Wet Dry
27,5
32
27,5 32
27,5
32
27
30
27,5
32
27
30
27,5
32
27
30
27,5
32
27
30
27,5
32
27
30
v (m/s)
1
3,2
3,3
3,3
3,2
3,4
3,3
2
3,8
3,7
3,8
3,8
2,7
4,1
3
3,2
3,3
3
3,1
3,3
3
4
3,1
3
3
2,9
2,9
2,8
5 Average
2,2
3,1
2,2
3,1
2,3
3,08
2,4
3,08
2,4
2,94
2,1
3,06
Keterangan
= suhu
= waktu
Wi
0
3
6
9
12
15
457
457
456
456
455
454
Xi
Ri
Hin
Hout
0,048889
0
1159,536 0,02148 0,02148
0,048889
0
1159,536 0,02148 0,02142
0,044444 0,000412 1159,536 0,02148 0,02142
0,044444
0
1159,536 0,02148 0,02142
0,04
0,000412 1159,536 0,02148 0,02142
0,035556 0,000412 1159,536 0,02148 0,02142
18
m
0
0,01294
0,012857
0,012857
0,012273
0,012773
Universitas Indonesia
=8
Skala temperatur
=5
= 221 g
Berat pasir
= 337 g
Luas Tray
= 600 cm2
Tabel 4.5. Tabel Data Pengamatan Percobaan 2 Variasi Diameter (0,5 mm)
t
(min)
0
3
6
9
12
15
W
(g)
581
580
579
578
578
578
T
downstream
(oC)
Wet Dry
27
29,5
27
29
26,5
29
27
29
27
29
27
29
T
Upstream
(oC)
Wet Dry
27 29,5
26,5 29
26,5 29,5
26,5 31
27 31,5
25
30
v (m/s)
1
2,9
3,1
3,1
3
3,1
3,1
2
4,1
4,2
3,8
3,7
4,2
3,9
3
3,5
3,6
3,5
3,5
3,7
3,6
4
3,8
3,7
3,6
3,6
4
3,6
5 Average
2,7
3,4
3,7
3,66
3,7
3,54
3
3,36
3,1
3,62
3,1
3,46
Keterangan
= suhu
= waktu
19
Universitas Indonesia
Wi
Xi
0
3
6
9
12
15
581
580
579
578
578
578
Ri
Hin
Hout
0,068249
0
1169,119 0,02163 0,02163
0
0,065282 0,000275 1171,055 0,02184 0,02095 0,228876
0,062315 0,000275 1171,055 0,02095 0,02074 0,052234
0,059347 0,000275 1171,055 0,02184 0,0201 0,410787
0,059347
0
1171,055 0,02184 0,02078 0,269614
0,059347
0
1171,055 0,02184 0,01797 0,940839
Dari hasil ketiga percobaan variasi diameter ini, dapat dibuat hubungan
kandungan air terhadap waktu, kandungan air terhadap laju penguapan (dengan
metode perubahan berat), dan kandungan air terhadap laju penguapan (dengan
metode perbedaan kelembaban) yang disajikan dalam grafik berikut:
0,09
0,08
0,07
0,06
0,05
0,7 mm
0,04
0,5 mm
0,03
0,3 mm
0,02
0,01
0
0
10
15
20
t (menit)
Gambar 4.1. Grafik hubungan kandungan air terhadap waktu untuk setiap
diameter partikel
20
Universitas Indonesia
0,0009
0,0008
0,0007
0,0006
0,0005
0,7 mm
0,0004
0,5 mm
0,0003
0,3 mm
0,0002
0,0001
0
-0,0001 0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
Gambar 4.2. Grafik hubungan kandungan air terhadap laju pengeringan dihitung
dengan metode perubahan berat untuk setiap diameter partikel
1
0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
0,3 mm
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0,058
0,06
0,062
0,064
0,066
21
0,068
0,07
Universitas Indonesia
0,016
0,014
0,012
0,01
0,008
0,5 mm
0,006
0,004
0,002
0
0
0,01
0,02
0,03
0,04
0,05
0,06
0,18
0,16
0,14
0,12
0,1
0,7 mm
0,08
0,06
0,04
0,02
0
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
Gambar 4.3. Grafik hubungan kandungan air terhadap laju pengeringan dihitung
dengan metode perubahan kelembaban untuk setiap diameter partikel
4.2 Pengaruh laju alir udara terhadap pengeringan
Percobaan 1: Skala laju udara 5
Diameter partikel
= 0,7 mm
Skala temperatur
=2
= 221 g
22
Universitas Indonesia
Berat pasir
= 337 g
Luas Tray
= 600 cm2
Tabel 4.7. Tabel Data Pengamatan Percobaan 1 Variasi Skala Laju Udara (5)
t
(min)
0
3
6
9
12
15
W
(g)
591
591
591
590
590
590
T
downstream
(oC)
Wet Dry
26
27,5
26
27,5
26
27,5
26
27,5
26
27,5
26
27,5
T
Upstream
(oC)
Wet Dry
26 27,5
26 27,5
26,5 27,5
26,5 28
26,5 28
26,5 28
v (m/s)
1
1,9
1,8
1,8
1,9
1,7
1,7
2
2
2,1
2,1
2,2
2,1
2,2
3
2,3
2,3
2,5
2,5
2,2
2,1
4
2,2
2,2
2,2
2,3
2
2
5 Average
2
2,08
1,9
2,06
1,9
2,1
1,8
2,14
1,9
1,98
1,8
1,96
Keterangan
= suhu
= waktu
Dari data diatas, seperti pada percobaan variasi diameter, pertama dapat
ditentukan kandungan air terhadap waktu dengan menggunakan persamaan
berikut:
Dengan
Xi
Wi
Wst
Ws
23
Universitas Indonesia
Setelah itu, dicari nilai laju pengeringan melalui metode penurunan berat.
Laju pengeringan diukur dari berat massa air yang berpindah selama proses
pengeringan. Laju pengeringan mengikuti persamaan berikut:
|
|
|
Dengan
Ri
As
Dengan
m
Dengan
P
Mr
Universitas Indonesia
Wi
0
3
6
9
12
15
591
591
591
590
590
590
Xi
Ri
0,063218
0
0,063218
0
0,063218
0
0,060345 0,000266
0,060345
0
0,060345
0
1176,9
1176,9
1176,9
1176,9
1176,9
1176,9
Hin
Hout
0,02072
0,02072
0,02072
0,02072
0,02072
0,02072
0,02072
0,02072
0,02159
0,02138
0,02138
0,02138
0
0
0,129012
0,099735
0,092278
0,091346
Diameter partikel
= 0,7 mm
Skala temperatur
=2
= 221 g
Berat pasir
= 337 g
Luas Tray
= 600 cm2
Tabel 4.9. Tabel Data Pengamatan Percobaan 2 Variasi Skala Laju Udara (8)
T
downstream
Upstream
(min)
(g)
(oC)
(oC)
Wet
Dry
Wet
Dry
v (m/s)
Average
592
27
28
27
28
3,4
592
27
28
26,5
28
3,38
591
27
28
26,5
28
3,44
590
27
28
26,5
28
3,42
12
590
27
28
26,5
28
15
590
27
28
26,5
28
25
3,32
3,32
Universitas Indonesia
Keterangan
= suhu
= waktu
Wi
0
3
6
9
12
15
592
592
591
590
590
590
Xi
Ri
Hin
Hout
0,066092
0 1174,945 0,02227 0,02227
0,066092
0 1174,945 0,02227 0,02138
0,063218 0,000266 1174,945 0,02227 0,02138
0,060345 0,000266 1174,945 0,02227 0,02138
0,060345
0 1174,945 0,02227 0,02138
0,060345
0 1174,945 0,02227 0,02138
m
0
0,212068
0,215833
0,214578
0,208304
0,208304
Diameter partikel
= 0,7 mm
Skala temperatur
=2
= 221 g
Berat pasir
= 337 g
Luas Tray
= 600 cm2
26
Universitas Indonesia
Tabel 4.11. Tabel Data Pengamatan Percobaan 3 Variasi Skala Laju Udara (11)
t
(min)
0
3
6
9
12
15
W
(g)
592
583
583
583
582
581
T
T
downstream Upstream
(oC)
(oC)
Wet Dry Wet Dry
26,5
28
26,5 28
26,5
28
26
28
26,5
28
26
28
26,5
28
26
28
26,5
28
26
28
26,5
28
25,5 28
v (m/s)
1
4
4,1
4
4,1
4,4
4,2
2
4,1
4,8
4,7
4,5
4,8
4,7
3
4,3
4,6
4,6
4,3
4,7
4,7
4
4,5
4,6
4,5
4,4
4,6
4,5
5 Average
4,4
4,26
4,2
4,46
4,4
4,44
4,1
4,28
4,2
4,54
4,2
4,46
Keterangan
= suhu
= waktu
Wi
0
3
6
9
12
15
592
583
583
583
582
581
Xi
Ri
Hin
Hout
0,066092
0
1174,945 0,02138 0,02138
0
0,04023 0,002395 1174,945 0,02138 0,0205 0,276686
0,04023
0
1174,945 0,02138 0,0205 0,275445
0,04023
0
1174,945 0,02138 0,0205 0,265519
0,037356 0,000266 1174,945 0,02138 0,0205 0,281648
0,034483 0,000266 1174,945 0,02138 0,0205 0,276686
27
Universitas Indonesia
Dari hasil ketiga percobaan variasi skala laju udara ini, dapat dibuat
hubungan kandungan air terhadap waktu, kandungan air terhadap laju penguapan
(dengan metode perubahan berat), dan kandungan air terhadap laju penguapan
(dengan metode perbedaan kelembaban) yang disajikan dalam grafik berikut:
0,07
0,06
0,05
0,04
5
8
0,03
11
0,02
0,01
0
0
10
15
20
Gambar 4.4. Grafik hubungan kandungan air terhadap waktu untuk setiap skala
laju alir udara
0,003
0,0025
0,002
5
0,0015
8
0,001
11
0,0005
0
0,03
0,04
0,05
0,06
0,07
-0,0005
Gambar 4.5. Grafik hubungan kandungan air terhadap laju pengeringan dihitung
dengan metode perubahan berat untuk setiap skala laju alir udara
28
Universitas Indonesia
0,35
0,3
0,25
0,2
0,15
8
11
0,1
0,05
0
0,03
0,04
0,05
0,06
0,07
-0,05
Gambar 4.6. Grafik hubungan kandungan air terhadap laju pengeringan dihitung
dengan metode perubahan kelembaban untuk setiap skala laju alir udara
4.3 Pengaruh Perubahan Temperatur terhadap pengeringan
Tabel 4.13. Tabel Data Pengamatan Percobaan Pengaruh Perubahan Temperatur
Skala (suhu)
Laju alir
Berat Tray
(gram)
2
5
11
8
8
8
221
221
221
Ukuran
partikel
(mm)
0,7
0,7
0,7
Berat pasir
kering +
Tray (gram)
569
569
569
T
Wts
(menit) (gram)
0
3
6
9
12
15
592
592
591
590
590
590
1
3,4
3,1
3,2
3,2
3,0
3,4
2
3,4
3,6
3,7
3,5
3,5
3,1
3
3,6
3,6
3,6
3,5
3,5
3,5
4
3,3
3,6
3,5
3,5
3,5
3,4
5
3,3
3,0
3,2
3,4
3,1
3,2
29
T
V
downstream
rata(oC)
rata
Wet Dry
3,40
27
28
3,38
27
28
3,44
27
28
3,42
27
28
3,32
27
28
3,32
27
28
T
upstream
(oC)
Wet Dry
27
28
26,5 28
26,5 28
26,5 28
26,5 28
26,5 28
Universitas Indonesia
T
Wts
(menit) (gram)
0
3
6
9
12
15
596
593
592
590
590
590
1
3,1
3,1
3,1
3,1
2,9
3,0
2
3,5
3,6
3,6
3,6
3,5
3,5
3
3,3
3,4
3,5
3,5
3,5
3,5
4
3,4
3,5
3,5
3,5
3,3
3,4
5
3,1
3,1
3,0
3,0
2,9
3,0
T
V
downstream
rata(oC)
rata
Wet Dry
3,28
27
28,5
3,34
27
28,5
3,34
27
28,5
3,34
27
28,5
3,22
27
28,5
3,28
27
28,5
T
upstream
(oC)
Wet Dry
27
28,5
26,7
28
26,5
28
26,5
28
26,5
28
26,5
28
T
Wts
(menit) (gram)
0
3
6
9
12
15
596
595
593
591
589
588
1
2,0
3,3
3,3
3,3
3,3
3,2
2
3,7
4,1
3,8
4,0
3,8
3,8
3
3,4
3,8
3,7
3,6
3,7
3,6
4
4,0
3,8
3,1
3,0
3,0
3,0
5
3,0
3,1
2,4
2,3
2,3
2,5
T
V
downstream
rata(oC)
rata
Wet Dry
3,22
28
38
3,62
32
43
3,26
32
43
3,24
32
43
3,22
32
43
3,22
32
43
T
upstream
(oC)
Wet Dry
28
38
29
40
30
41
30
41
30
41
30
41
Dimana:
= kandungan air dalam pasir (gram air/ gram padatan kering)
= berat pasir dalan tray selama pengamatan (gram)
= berat pasir kering dengan tray (gram)
= padatan kering (gram)
30
Universitas Indonesia
Wst (g)
569
569
569
569
569
569
Ws (g)
348
348
348
348
348
348
Wi (g)
592
592
591
590
590
590
Xi
0,0661
0,0661
0,0632
0,0603
0,0603
0,0603
Wst (g)
569
569
569
569
569
569
Ws (g)
348
348
348
348
348
348
Wi (g)
596
593
592
590
590
590
Xi
0,0776
0,0690
0,0661
0,0603
0,0603
0,0603
Wst (g)
569
569
569
569
569
569
Ws (g)
348
348
348
348
348
348
Wi (g)
596
595
593
591
589
588
Xi
0,0776
0,0747
0,0690
0,0632
0,0575
0,0546
Dari data tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik hubungan kandungan air
(xi) terhadap waktu, sebagai berikut:
31
Universitas Indonesia
0,0800
0,0750
Xi
0,0700
skala temperatur 2
0,0650
skala temperatur 5
0,0600
skala temperatur 11
0,0550
0,0500
0
10
15
20
waktu (menit)
Gambar 4.7. Grafik hubungan kandungan air untuk setiap skala temperatur
Mencari laju pengeringan yang terjadi
Persamaan yang digunakan untuk mencari besarnya laju pengeringan adalah:
|
|
|
Dimana:
= laju pengeringan (gram air/ menit. cm2)
= luas permukaan pengeringan (cm2)
t = waktu pengamatan (menit)
Tabel 4.20. Tabel laju pengeringan air dalam Pasir pada saat temperatur skala 2
T (menit)
0
3
6
9
12
15
Wi (g)
592
592
591
590
590
590
As (cm2)
588
588
588
588
588
588
Tabel 4.21. Tabel laju pengeringan air dalam Pasir pada saat temperatur skala 5
T (menit)
0
3
Wi (g)
596
593
As (cm2)
588
588
32
Universitas Indonesia
6
9
12
15
592
590
590
590
588
588
588
588
0,00057
0,00113
0
0
Tabel 4.22. Tabel laju pengeringan air dalam Pasir pada saat temperatur skala 11
T (menit)
0
3
6
9
12
15
As (cm2)
588
588
588
588
588
588
Wi (g)
596
595
593
591
589
588
laju pengeringan
0,0014
0,0012
0,001
skala temperatur 2
0,0008
skala temperatur 5
0,0006
skala temperatur 11
0,0004
0,0002
0
-0,0002 0
10
waktu (menit)
15
20
Skala temperatur 5
Skala temperatur 11
Xi
Xi
Xi
0,0661
R (gram air/
menit. cm2)
-
0,0776
R (gram air/
menit. cm2)
-
33
0,0776
R (gram air/
menit. cm2)
-
Universitas Indonesia
0,0661
0,0632
0,0603
0,0603
0,0603
0
0,00057
0,00057
0
0
0,069
0,0661
0,0603
0,0603
0,0603
0,0017
0,00057
0,00113
0
0
0,0747
0,069
0,0632
0,0575
0,0546
0,00057
0,00113
0,00113
0,00113
0,00057
0,0018
0,0016
0,0014
0,0012
0,001
skala temperatur 2
0,0008
skala temperatur 5
0,0006
skala temperatur 11
0,0004
0,0002
0
-0,0002 0,05
0,055
0,06
0,065
xi
0,07
0,075
0,08
Dimana:
m = laju penguapan (g/s)
vi = kecepatan rata-rata udara pengering (cm/s)
= densitas udara (g/L)
A = luas penampang (cm2)
H = selisih kelembapan upstream dan downstream
Nilai densitas udara (), diperoleh melalui perhitungan berikut:
34
Universitas Indonesia
Tabel 4.24. Tabel laju penguapan air dalam Pasir pada saat temperatur skala 2
t
(menit)
0
3
6
9
12
15
T
T
downstream
upstream
% relative humidity
V
o
o
(
C)
(
C)
rataH
rata
Wet Dry Wet Dry downstream upstream
3,4
3,38
3,44
3,42
3,32
3,32
27
27
27
27
27
27
28
28
28
28
28
28
27
26,5
26,5
26,5
26,5
26,5
28
28
28
28
28
28
92,6
92,6
92,6
92,6
92,6
92,6
92,6
89
89
89
89
89
0
3,6
3,6
3,6
3,6
3,6
0
8,94348
9,10224
9,04932
8,78472
8,78472
Tabel 4.25. Tabel laju penguapan air dalam Pasir pada saat temperatur skala 5
t
(menit)
T
T
downstream
upstream
V
(oC)
(oC)
ratarata
Wet Dry Wet Dry
% relative humidity
H
downstream upstream
3,28
27
28,5
27
28,5
89,1
89,1
3,34
27
28,5
26,7
28
89,1
89
0,1
0,24549
3,34
27
28,5
26,5
28
89,1
89
0,1
0,24549
3,34
27
28,5
26,5
28
89,1
89
0,1
0,24549
12
3,22
27
28,5
26,5
28
89,1
89
0,1
0,23667
15
3,28
27
28,5
26,5
28
89,1
89
0,1
0,24108
Tabel 4.26. Tabel laju penguapan air dalam Pasir pada saat temperatur skala 11
t
(menit)
T
T
downstream upstream
% relative humidity
V
o
o
(
C)
(
C)
ratarata
Wet Dry Wet Dry downstream upstream
3,22
28
38
28
38
47
47
3,62
32
43
29
40
46,79
44,62
2,17 5,773719
3,26
32
43
30
41
46,79
45,37
1,42 3,402462
3,24
32
43
30
41
46,79
45,37
1,42 3,381588
12
3,22
32
43
30
41
46,79
45,37
1,42 3,360714
15
3,22
32
43
30
41
46,79
45,37
1,42 3,360714
35
Universitas Indonesia
12
10
8
skala temperatur 2
skala temperatur 5
skala temperatur 11
2
0
0
10
15
20
36
Universitas Indonesia
BAB V
ANALISIS
37
Universitas Indonesia
waktu tersebut.. Dalam percobaan ini, kami mengatur skala temperatur dan laju udara
pengering. Dengan laju udara pengering yang cepat mengakibatkan aliran menjadi
turbulen atau terjadi turbulensi pada aliran sehingga proses pengeringan meningkat dan
laju pengeringan pun lebih cepat. Sedangkan dengan laju udara pengering yang lambat
mengakibatkan pola aliran laminer sehingga laju pengeringan tidak secepat pada aliran
turbulen. Data yang diambil pada percobaan kedua sama seperti percobaan pertama.
Analisis percobaan ini berdasarkan hasil percobaan akan dibahas lebih lanjut pada subbab berikutnya.
Selanjutnya, percobaan kedua yaitu pengeringan dengan variasi ukuran partikel.
Pada prosedur ini variabel yang divariasikan adalah ukuran partikel. Prosedur yang
dilakukan sama seperti pada percobaan pertama. Tetapi, pada percobaan kedua ini
menggunakan ukuran partikel pasir kecil yaitu 0,5 dan 0.3 mm. Tujuannya adalah
mengetahui seberapa besar ukuran diameter partikel terhadap laju pengeringan.
Berdasarkan teori, ukuran partikel pasir yang kecil yaitu 0,3 mm memiliki luas
permukaan yang besar sehingga memungkinkan untuk mengalami pengeringan jauh
lebih besar dan laju pengeringan menjadi labih cepat. Sedangkan untuk ukuran partikel
pasir 0,5 dan 0,7 mm memliki luas permukaan yang kecil sehingga air yang terdapat di
dalam partikel pasir tersebut sukar mengalami pengeringan yang cepat dan laju
pengeringan menjadi lebih lambat dibandingkan dengan laju pengeringan ukuran
partikel pasir yang kecil. Berdasarkan percobaan ini, kami dapat mengetahui seberapa
besar laju pengeringan yang terjadi terhadap variasi ukuran partikel pasir tersebut. Bila
berdasarkan teori, seharusnya laju pengeringan dengan ukuran partikel pasir kecil
menghasilkan laju pengeringan yang labih cepat dibandingkan dengan laju pengeringan
dengan ukuran partikel besar. Analisis percobaan ini berdasarkan hasil percobaan akan
dibahas
Pada percobaan ini terdapat variasi temperatur pada percobaan pertama. Variasi
temperatur pemanas ini berhubungan dengan titik didih. Dengan temperatur pemanas
yang tinggi maka air yang terkandung pada bahan padat akan lebih cepat mencapai titik
didihnya. Sehingga proses pengeringan berlagsung cepat dan laju pengeringan
meningkat. Sedangkan untuk temperatur pemanas yang lebih rendah, maka air yang
terkandung pada bahan padat untuk mencapai titik didihnya membutuhkan waktu yang
lebih lama. Sehingga proses pengeringan berlangsung lama dan laju pengeringannya
38
Universitas Indonesia
rendah. Analisis percobaan ini berdasarkan hasil percobaan akan dibahas lebih lanjut
pada sub-bab berikutnya.
Selain dengan prosedur percobaan di atas, adapun pengaruh humidity terhadap laju
pengeringan. Humidity ini berpengaruh terhadap kejenuhan air yang terkandung di
dalam udara. Semakin tinggi humidity maka kandungan uap air yang terdapat di udara
semakin banyak. Sehingga kondisi udara pada alat tray dryer manjadi jenuh. Kondisi
yang baik itu adalah dengan humidity rendah sehingga masih terdapat tempat untuk air
menguap karena uap air yang terkandung di udara masih sedikit.
5.2 Analisis alat dan bahan
Pada praktikum ini digunakan sebuah mesin pengering dengan jenis tray dryer
yang merupakan salah satu alat pengeringan yang tersusun dari beberapa buah tray di
dalam satu rak. Alasan tray dryer digunakan karena tray dryer penggunaannya cocok
untuk bahan yang berbentuk padat dan butiran, dan sering digunakan untuk produk yang
jumlahnya tidak terlalu besar dan sesuai untuk percobaan praktikum. Selain itu bahan
yang akan dikeringkan berkontak langsung dengan udara panas.
Tray dryer termasuk kedalam sistem pengering konveksi menggunakan aliran
udara panas untuk mengeringkan bahan. Proses pengeringan terjadi saat aliran udara
panas ini bersinggungan langsung dengan permukaan bahan yang akan dikeringkan.
Bahan ditempatkan pada setiap rak yang tersusun sedemikan rupa agar dapat
dikeringkan dengan sempurna. Waktu pengeringan yang dibutuhkan bervariasi
tergantung dari dimensi alat yang digunakan dan banyaknya bahan yang dikeringkan.
Bagian-bagian dari tray dryer antara lain :
39
Universitas Indonesia
Pada praktikum ini juga digunakan anemometer untuk mengukur laju udara saat
proses pengeringan. Stopwatch diperlukan untuk menentukan selang wajtu selama 3
menit setiap pengambilan data. Tray sebagai penampang bahan yang akan dikeringkan
dan timbangan untuk mengukur berat bahan sebelum dan sesudah pengeringan.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah pasir (butiran) dengan alasan mudah
didapat, harga dapat dijangkau, dan sesuai dengan keperluan laboratorium. Pasir yang
digunakan mempunyai diameter bervariasi yaitu 0,3 mm, 0,5 mm, dan 0,7 mm. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan diameter partikel dengan laju pengeringan.
5.3 Analisis Hasil Percobaan
Pada percobaan variasi diameter, hasil yang diperoleh pada setiap diameter
berbeda. Pada diameter 0,3 mm, terjadi fluktuasi suhu yang lebih besar dibandingkan
dengan percobaan pada diameter yang lebih besar. Hal ini disebabkan oleh luas
permukaan yang terjadi lebih besar pada diameter yang lebih kecil, sehingga
menyebabkan transfer panas yang lebih sensitif terhadap diameter yang kecil. Namun,
karena percobaan dilaksanakan pada skala laju alir dan skala temperatur yang sama,
fluktuasi suhu drybulb dan wetbulb pada downstream dan upstream dan fluktuasi laju
alir fluida yang terjadi tidak terlalu besar. Dari hasil yang diperoleh, dapat dilihat bahwa
berat pasir turun seiring dengan berjalannya proses drying. Hal ini disebabkan oleh
proses perpindahan massa dan perpindahan kalor yang terjadi pada sistem, sehingga air
berpindah dari pasir ke udara.
Pada pecobaan variasi laju alir, hasil yang diperoleh pada setiap laju alir juga
berbeda. Perbedaan yang paling signifikan terjadi pada laju alir fluida yang disebabkan
oleh skala laju alir fluida. Suhu drybulb dan wetbulb pada upstream dan downstream
juga tidak terlalu berbeda karena skala suhu yang digunakan sama untuk setiap
percobaan. Laju alir fluida yang berbeda ini akan mempengaruhi hasil laju pengeringan
berdasarkan metode perbedaan kelembaban, karena laju pengeringan berbanding lurus
dengan laju alir fluida.
Pada percobaan variasi suhu pangering, hasil yang diperoleh pada setiap suhu
berbeda. Perbedaan tersebut karena skala temperatur yang digunakan berbeda yaitu
semakin besar. Skala temperatur udara pengering yang digunakan adalah 2, 5 dan 11.
Perubahan suhu akan mempengaruhi temperatur bola basah dan bola kering pada saat
40
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
yang berpindah. Pada percobaan variasi diameter, laju pengeringan yang tertinggi
didapatkan pada diameter 0,7 mm. Sama seperti sebelumnya, ruang yang dihasilkan
untuk air pada diameter yang besar akan semakin besar, sehingga memudahkan kontak
antara fasa cair dan udara yang akan menyebabkan perpindahan massa lebih baik. Pada
variasi laju alir, laju pengeringan tertinggi didapatkan pada skala laju alir 11 dengan
alasan sama seperti pada percobaan sebelumnya, yaitu terjadinya kontak yang lebih baik
pada laju alir yang lebih besar dan juga memperbesar perpindahan kalor yang terjadi.
Perhitungan yang dilakukan selanjutnya adalah menghitung laju pengeringan
dengan metode perbedaan kelembaban. Hal ini dilakukan dengan mengalikan kecepatan
fluida rata-rata, dengan densitas udara, luas permukaan tray, dan perbedaan kelembaban
pada downstream dan upstream. Nilai densitas udara dicari dengan persamaan gas ideal
pada suhu downstream (Tdownstream,dry), dengan nilai berat molekul yang digunakan
adalah 29 g/mol dan tekanan 1 atm. Nilai densitas udara yang dihasilkan adalah dalam
g/dm3 sehingga butuh dikonversi ke dalam g/m3 untuk dapat digunakan dalam
menghitung laju pengeringan (yang satuannya dalam g/s). Pada perhitungan laju
pengeringan dengan variasi diameter, laju pengeringan terbesar dihasilkan pada
diameter 0,3 mm. Hal ini didapatkan dari delta suhu yang terlalu besar pada suhu
wetbulb dan drybulb pada upstream dibandingkan dengan pada downstream. Namun,
hal ini menurut penulis tidak bersesuaian dengan hasil yang seharusnya, karena
seharusnya laju pengeringan tertinggi didapatkan pada diameter 0,7 mm. Hal ini
disebabkan oleh pada diameter 0,7 mm, rongga yang dihasilkan antar partikel besar,
sehingga air menempati rongga-rongga yang lebih besar yang kemudian akan
menyediakan kontak antarfasa yang lebih besar dan menyebabkan laju pengeringan
semakin besar. Kesalahan ini akan dibahas lebih dalam pada subbab analisis kesalahan.
Pada percobaan variasi laju alir, laju pengeringan terbesar didapatkan pada skala laju
alir 11. Hal ini disebabkan oleh terjadinya kontak yang lebih baik pada laju alir yang
lebih besar dan juga besar kalor yang terpindahkan semakin besar karena gesekan yang
terjadi pada kecepatan fluida yang besar. Pada variasi suhu, laju pengeringan terbesar
dihasilkan oleh skala suhu 5. Seharusnya nilai laju pengeringan terbesar ini dihasilkan
oleh skala suhu 11. Hal tersebut karena semakin besar temperatur udara pengering maka
semakin besar laju pengeringan. Namun, terjadi kesalahan pada saat percobaan.
Kesalahan ini akan dibahas pada subbab analisis kesalahan.
42
Universitas Indonesia
43
Universitas Indonesia
kandungan air versus laju pengeringan yang dihitung berdasarkan metode perubahan
kelembaban, hasil yang fluktuatif didapatkan. Namun, variasi diameter membentuk tren
grafik yang sama, yaitu akan naik pesat pada awal pengambilan data dan kemudian akan
stabil. Kejanggalan diamati pada grafik kandunagn air versus laju pengeringan pada
diameter 0,3 mm. Kejanggalan ini berhubungan dengan yang terjadi pada perhitungan
laju pengeringan dengan metode perubahan kelembaban yang dilakukan yang telah
dibahas pada subbab sebelumnya. Kesalahan akan dijelaskan dengan lebih merinci pada
subbab Analisis Kesalahan
Pada percobaan variasi laju alir, grafik waktu versus kandungan air yang
terbentuk serupa dengan yang seharusnya, yaitu terlihat adanya penurunan kandungan
air terhadap waktu akibat adanya pengeringan. Hal ini menunjukan perpindahan massa
terjadi pada fasa cair ke fasa gas akibat adanya gradien konsentrasi dan gradien
temperatur (driving force perpindahan massa dan perpindahan kalor). Hal ini sesuai
dengan tujuan tray drier yaitu untuk mengeringkan dengan mengurangi kandungan air
pada suatu padatan dalam waktu tertentu. Penurunan kandungan air terbanyak terdapat
pada skala laju alir 11 dan hal ini sesuai karena pada skala laju alir 11, kecepatan fluida
lebih tinggi dibandingkan yang lainnya, sehingga kontak antara fasa gas dan cair yang
terjadi semakin baik. Disamping itu, pengaruh gesekan juga memberikan kalor sehingga
proses perpindahan kalor berlangsung lebih baik pada kecepatan fluida yang tinggi.
Pada grafik kandungan air versus laju pengeringan yang dihitung dengan metode
perubahan berat, terdapat kejanggalan berupa tidak dapat ditentukannya constant rate
period dan falling rate period dari sistem pengeringan. Seperti pada percobaan variasi
diameter, tidak dapat ditentukannya periode-periode tersebut disebabkan oleh tidak
meratanya padatan yang tersebar pada tray, sehingga menyebabkan perpindahan kalor
yang tidak merata dan menyebabkan hasil yang fluktuatif sehingga ketika di plot,
periode constant rate dan periode falling rate tidak dapat ditentukan. Di luar hal
tersebut, laju pengeringan terbesar terdapat pada sistem pengeringan dengan skala laju
alir fluida 11. Pada grafik kandungan air versus laju pengeringan yang dihitung dengan
metode perubahan kelembaban, hasil yang fluktuatif didapatkan. Dari ketiga variasi
skala laju alir, ketiga grafik yang dihasilkan memiliki tren yang sama, yaitu akan naik
pesat pada awal pengambilan data dan kemudian akan stabil. Laju pengeringan terbesar
44
Universitas Indonesia
yang diamati terdapat pada sistem pengeringan yang berada pada skala laju alir udara
11.
Pada percobaan variasi temperatur udara pengering dihasilkan 3 grafik yaitu
grafik kandungan air vs waktu, grafik laju pengeringan dan grafik laju penguapan.
Grafik kandungan air vs waktu menggambarkan banyaknya kandungan air yang
berkurang seiring dengan bertambahnya waktu pengeringan. Untuk kandungan air pada
skala temperatur 2, kandungan air yang berkurang tidak begitu signifikan sedangkan
pengurangan kandungan air pada skala temperatur 11 berkurang begitu banyak.
Setelah menghitung kandungan air dilakukan perhitungan laju pengeringan. Laju
pengeringan ditentukan oleh laju transfer panas ke permukaan atau dapat dihitung pula
dengan menggunakan rumus pengurangan berat sampel pada percobaan per satuan
waktu. Kurva laju pengeringan menggambarkan perbandingan laju pengeringan dengan
kandungan air selama proses pengeringan. Kurva laju pengeringan yang benar
ditunjukan pada kurva untuk skala temperatur 2 dan skala temperatur 11 dimana kurva
akan naik, tetap kemudian turun. Hal seperti ini menggambarkan laju pengeringan naik,
laju pengeringan tetap dan laju pengeringan menurun. Pada skala temperatur 5 kurva
yang terbentuk tidak beraturan sehingga kemungkinan terjadi kesalahan pada saat
pengambilan data percobaan. Semakin tinggi suhu udara pengering, maka semakin tingi
pula laju pengeringannya karena semakin tinggi suhu udara pengering menyebabkan
kelembapan relatif udara semakin kecil sehingga dapat meningkatkan besarnya gaya
pendorong perpindahan massa uap air dari permukaan bahan ke udara.
Kurva laju penguapan air untuk setiap perbedaan skala temperatur. Semakin
besar temperatur udara pengering seharusnya semakin besar laju penguapannya,
sedangkan yang terjadi pada percobaan ini adalah laju penguapan yang didapatkan tidak
beraturan. Laju penguapan untuk skala temperatur 2 sangat tinggi dibandingkan dengan
laju penguapan skala temperatur 5 yang hampir mendekati nol. Hal tersebut dikarenakan
terjadi kesalahan pada saat pengambilan data percobaan. Hal ini akan dibahas pada
analisis kesalahan.
45
Universitas Indonesia
Pembacaan suhu drybulb dan suhu wetbulb yang kurang tepat. Selain karena
faktor teknis pembacaan (skala yang terlalu kecil, dan sebagainya), kesalahan
mungkin terjadi karena pada saat mengambil data, suhu pada permukaan bola
termometer belum mencapai kondisi steady, sehingga masih ada perubahan suhu
(walaupun kecil) yang seharusnya teramati
Tray yang tergoyang saat percobaan dilaksanakan. Tray tergoyang karena aliran
fluida yang mengalir pada saat proses pengeringan menyebabkan adanya
sebagian permukaan pasir yang terpindah sehingga menyebabkan permukaan
padatan tida merata. Hal ini kemudian menyebabkan tidak dapat ditentukannya
periode constant rate dan falling rate pada grafik kandungan air versus laju
pengeringan yang dihitung dengan metode perubahan massa.
Pengukuran suhu wetbulb dan drybulb yang tidak terautomasi sehingga ketika
alat pengukur suhu diletakan pada tray drier, terjadi perubahan profil aliran
fluida yang dapat mengganggu proses perpindahan massa dan perpindahan
kalor. Selain itu, hal ini juga berpengaruh terhadap pembacana suhu wetbulb dan
drybulb.
Bola pada wetbulb yang tidak terbasahi secara sempurna. Untuk menghitung
suhu wetbulb, maka bola termometer harus berada pada kondisi jenuh (terbasahi
100%) karena pengukuran suhu wetbulb merepresentasikan suhu pada saat
keadaan lembab jenuh. Ketika pengukuran bola termometer wetbulb tidak
berada pada kondisi jenuh, maka hasilnya akan berpengaruh terhadap tidak
tepantnya pembacaan psychrometric chart.
46
Universitas Indonesia
BAB VI
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:
1. Pengaruh perubahan ukuran partikel menghasilkan kenaikan laju pengeringan.
Semakin besar ukuran pastikel, semakin besar pula laju pengeringan. Pada
perhitungan dengan menggunakan metode perpindahan massa, ukuran partikel
0,7 mm memiliki laju pengeringan paling besar dibandingkan dengan 0,3 mm
dan 0,5 mm. Hal ini sesuai dengan teori, sedangkan perhitungan dengan
menggunakan metode kelembapan, laju pengeringan terbessar dihasilkan oleh
ukuran partikel 0,3 mm.
2. Pengaruh perubahan laju alir menghasilkan kenaikan laju pengeringan. Semakin
besar laju alir maka semakin besar laju pengeringan. Pada hasil percobaan
didapatkan laju pengeringan terbesar pada skala laju alir 11. Hal ini disebabkan
oleh terjadinya kontak yang lebih baik pada laju alir yang lebih besar dan juga
besar kalor yang terpindahkan semakin besar karena gesekan yang terjadi pada
kecepatan fluida yang besar.
3. Pengaruh perubahan temperatur udara pengering menghasilkan kenaikan laju
pengeringan. Semakin tinggi temperatur udara pengering akan menghasilkan
laju pengeringan yang semakin besar. Pada hasil percobaan, laju pengeringan
terbesar didapatkan pada skala temperatur 5, hal ini tidak sesuai dengan teori
yang ada. Seharusnya skala temperatur 11 memiliki laju pengeringan yang
terbesar. Sedangkan untuk kandungan air, semua skala temperatur menyebabkan
penurunan kandungan air selama proses pengeringan berlangsung
47
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, Rosdanelli. 2004. Mekanisme Pengeringan. USU Digital Library.
Dryer. A STEMPJE Analysis of the drum dryer used in the potato flake line
manufactured by Tummers Methodic. Eindhowen, Netherland.
TIM PENYUSUN. 1995. Buku Petunjuk Praktikum Proses & Operasi Teknik II.
Fakultas Teknik: Teknik Gas & Petrokimia.
Treybal, Robert. 1981. Mass-Transfer Operation 3rd Edition, Singapire, McGraw-Hill
Book Co.
48
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
49
Universitas Indonesia