Você está na página 1de 17

MATERI PELATIHAN KADER LANSIA

RW 2 SUKOHARJO PUSKESMAS BARENG


Gedung Ampera, 24 April 2015

Oleh :
Kelompok 4 REGULAR

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015

MATERI 1
PERAN KADER DALAM PELAKSANAAN POSYANDU LANSIA
Menurut buku Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia Tahun 2010,
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia adalah suatu wadah pelayanan
kepada

lanjut

usia

di

masyarakat,

yang

proses

pembentukan

dan

pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya


masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non pemerintah, swasta,
organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan kesehatan
pada upaya promotif dan preventif. Untuk memberikan pelayanan kesehatan
yang prima terhadap usia lanjut, mekanisme pelaksanaan kegiatan yang
sebaiknya digunakan adalah sistem 5 tahapan (5 meja) sebagai berikut :
a. Tahap pertama : pendaftaran anggota Kelompok Usia Lanjut sebelum
pelaksanaan pelayanan serta pengisian data demografi di KMS.
b. Tahap kedua : pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan usila,
penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran
tekanan darah dan pemeriksaan status mental.
c. Tahap ketiga : pemeriksaan gula darah dan Pemberian Makanan
Tambahan (PMT).
d. Tahap keempat : pemberian penyuluhan dan konseling.
e. Tahap kelima : pendokumentasian.
Pelaksana kegiatan posyandu adalah anggota masyarakat yang telah
dilatih menjadi kader kesehatan setempat dibawah bimbingan Puskesmas.
Sedangkan pengelola posyandu adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW
yang berasal dari kader PKK, tokoh masyarakat formal dan informal serta kader
kesehatan yang ada di wilayah tersebut. Persyaratan menjadi kader posyandu
adalah dapat membaca dan menulis dengan bahasa Indonesia, secara fisik
dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kader, berwibawa, mempunyai
penghasilan sendiri dan tinggal tetap di desa yang bersangkutan. Selain itu kader
yang dipilih adalah orang-orang yang aktif dalam kegiatan kegiatan sosial

maupun

pembangunan

desanya,

serta

dikenal

masyarakat

dan

dapat

bekerjasama dengan masyarakat calon kader lainnya.


Kader posyandu bertanggung jawab terhadap masyarakat setempat serta
pimpinan-pimpinan yang ditunjuk oleh pusat pelayanan kesehatan. Diharapkan
mereka dapat melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para pembimbing
dalam jalinan kerjasama dari sebuah tim kesehatan. Tugas dan kegiatan kader
akan ditentukan oleh tenaga kesehatan yang berwenang, mengingat bahwa
pada umumnya kader bukanlah tenaga profesional melainkan hanya membantu
dalam pelayanan kesehatan. Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang
diemban, baik menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan. Peranan kader
dalam kegiatan posyandu sangat besar.
Menurut Depkes RI (2000) ada dua peran kader yaitu :
1. Peran kader saat posyandu (sesuai dengan sistem lima meja) adalah:
a. Melaksanakan pendaftaran (pada meja I).
b. Melaksanakan pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan
usila, penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan,
pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan status mental (pada
meja II).
c. Membagikan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) (pada meja
III).
d. Memberikan penyuluhan (pada meja IV).
e. Memberi dan membantu pelayanan yang dilakukan oleh petugas
puskesmas (pada meja V).
2. Peran kader di luar posyandu adalah:
a. Mengajak kelompok lansia untuk datang pada hari kegiatan
posyandu.
b. Menunjang upaya kesehatan lainnya yang sesuai dengan
permasalahan

yang

ada,

seperti

pemberantasan

penyakit

menular, penyehatan rumah, pembersihan sarang nyamuk,


pembuangan sampah, penyediaan sarana air bersih,menyediakan
sarana jamban keluarga, pemberian pertolongan pertama pada
penyakit, P3K dan dana sehat.
3

MATERI 2
KONSEP PENYAKIT HIPERTENSI DAN GAYA HIDUP LANSIA DENGAN
HIPERTENSI
a. Pengertian
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang
lama). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita
sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan
mengukur tekanan darah kita secara teratur.

b. Penyebab Hipertensi
Pada sekitar 90 % penderita hipertensi, penyebabnya tidak diketahui
dan keadaan ini dikenal sebagai hipertensi esensialatau hipertensi primer.
Hipertensi esensial kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa
perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama
menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada
sekitar 5 - 10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal.
Pada sekitar 1 - 2 %, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma,
yaitu

tumor

pada

kelenjar

adrenal

yang

menghasilkan

hormone

epinefrin(adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).


Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga),
stres, alkohol atau garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi
pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Stres cenderung
menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stres
telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.

Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan seseorang memiliki


tekanan darah tinggi. Ada faktor penyebab tekanan darah tinggi yang tidak
dapat dikendalikan. Ada juga yang dapat dikendalikan sehingga bisa
mengatasi penyakit darah tinggi. Beberapa faktor tersebut antara lain :
Keturunan
Faktor ini tidak bisa dikendalikan.Jika seseorang memiliki orang tua atau
saudara yang memiliki tekanan darah tinggi, maka kemungkinan ia
menderita tekanan darah tinggi lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa
masalah tekanan darah tinggi lebih tinggi pada kembar identik daripada
yang kembar tidak identik. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada

bukti gen yang diturunkan untuk masalah tekanan darah tinggi.


Usia
Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Penelitian menunjukkan bahwa seraya
usia seseorang bertambah, tekanan darah pun akan meningkat.
Penderita tidak dapat mengharapkan bahwa tekanan darah saat muda
akan sama ketika bertambah tua. Namun dapat mengendalikan agar

jangan melewati batas atas yang normal.


Garam
Faktor ini bisa dikendalikan. Garam dapat meningkatkan tekanan darah
dengan cepat pada beberapa orang, khususnya bagi penderita diabetes,
penderita hipertensi ringan, orang dengan usia tua, dan mereka yang

berkulit hitam.
Kolesterol
Faktor ini bisa dikendalikan. Kandungan lemak yang berlebih dalam
darah, dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh
darah. Hal ini dapat membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya
tekanan darah akan meningkat.

Obesitas / Kegemukan
Faktor ini bisa Anda kendalikan. Orang yang memiliki berat badan di atas
30 persen berat badan ideal, memiliki kemungkinan lebih besar menderita

tekanan darah tinggi.


Stres
Faktor ini bisa Anda kendalikan.Stres dan kondisi emosi yang tidak stabil
juga dapat memicu tekanan darah tinggi.
Rokok

Faktor ini bisa dikendalikan. Merokok juga dapat meningkatkan tekanan


darah menjadi tinggi. Kebiasan merokok dapat meningkatkan risiko
diabetes, serangan jantung dan stroke. Karena itu, kebiasaan merokok
yang terus dilanjutkan ketika memiliki tekanan darah tinggi, merupakan
kombinasi yang sangat berbahaya yang akan memicu penyakit-penyakit

yang berkaitan dengan jantung dan darah.


Kafein
Faktor ini bisa dikendalikan. Kafein yang terdapat pada kopi, the maupun

minuman cola bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah.


Alkohol
Faktor ini bisa dikendalikan. Konsumsi alkohol secara berlebihan juga

menyebabkan tekanan darah tinggi.


Kurang Olahraga
Faktor ini bisa dikendalikan. Kurang olahraga dan bergerak bisa
menyebabkan tekanan darah dalam tubuh meningkat. Olahraga teratur
mampu menurunkan tekanan darah tinggi namun jangan melakukan
olahraga yang berat jika menderita tekanan darah tinggi.

c. Gejala Hipertensi
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya
tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung,
pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang
normal. Jika hipertensi berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul
gejala berikut :
Sakit kepala.
Kelelahan.
Mual.
Muntah.
Sesak nafas.
Gelisah.
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak, mata, jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut
ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
6

d. Target Terapi
Terapi tekanan darah tinggi bertujuan untuk menurunkan morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler dan ginjal. Ketika diagnosis
hipertensi ditegakkan, pasien harus segera diberikan edukasi dan konseling
untuk mengubah gaya hidup yang sesuai anjuran dalam menurunkan
tekanan darah, mengingat edukasi dan konseling gizi merupakan bagian dari
intervensi gizi. Seorang ahli gizi/dietisien harus mengikuti langkah-langkah
yang sudah dibakukan dalam proses asuhan gizi yaitu pengkajian/asesmen
gizi, kemudian dilanjutkan dengan diagnosis gizi, intervensi gizi termasuk
melakukan kegiatan edukasi/konseling, serta monitoring dan evaluasi
keberhasilan intervensi yang diberikan.
e. Langkah langkah Asuhan Gizi pada Hipertensi
Langkah pertama dalam proses asuhan gizi adalah pengkajian gizi
meliputi pengumpulan data:
1) Riwayat makanan/gizi
2) Data biokimia, pemeriksaan

penunjang

dan

berbagai

prosedur

pemeriksaan.
3) Pengukuran antropometri
4) Hasil pemeriksaan fisik yang berkaitan dengan gizi
5) Riwayat personal
Hasil pengkajian gizi dapat dilanjutkan ke langkah berikutnya yaitu diagnosis
gizi yang dapat dikaitkan dengan faktor risiko hipertensi maupun masalah gizi
saat ini, contohnya: masalah kelebihan berat badan, asupan lemak dan
karbohidrat, natrium berlebih atau asupan kalium, kalsium dan magnesiuyang
kurang dari kebutuhan. Berdasarkan diagnosis gizi, ahli gizi/dietisien dapat
melangkah ke tahap berikutnya yaitu memberikan intervensi gizi dalam
bentuk penyediaan makanan atau zat gizi yang dianjurkan sesuai kebutuhan,
edukasi dan konseling gizi serta koordinasi dalam

asuhan gizi untuk

mencapai tujuan intervensi gizi.


Tahap berikutnya asuhan gizi adalah monitoring dan evaluasi sampai
tujuan intervensi tercapai. Terkait dengan contoh masalah di atas maka
kegiatan monitoring dan evaluasi-nya adalah pengamatan berat badan dan
asupan makanan (karbohidrat, lemak, kalium, kalsium, natrium, dan
magnesium) Mengingat upaya mengubah pola makan sering mengalami
kendala, telah disusun beberapa penuntun untuk memudahkan penerapan

perencanaan makan DASH oleh National Heart, Lung and Blood Institute
(2006) juga contoh resep, serta berbagai kiat memilih makanan siap saji serta
cara mengukur asupan natrium.
f.

Modifikasi Gaya Hidup


Ada beberapa anjuran dalam upaya penurunan tekanan darah melalui
modifikasi gaya hidup yaitu penurunan berat badan, penerapan perencanaan
makan

dengan

Dietary Approaches

to

Stop

Hypertension

(DASH),

pembatasan asupan garam NaCl, latihan fisik teratur, dan membatasi asupan
alkohol. Modifikasi gaya hidup yang efektif menurunkan tekanan darah dan
berkaitan dengan gizi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

g. Perencanaan Makan dengan DASH


DASH dianjurkan oleh JNHC 7 (2004) dan AHA (2006) untuk pencegahan
dan manajemen hipertensi dengan prinsip banyak mengkonsumsi buah dan
sayuran, susu rendah lemak dan hasil olahnya serta kacang-kacangan. Diet
ini

mengandung

tinggi

kalium,

fosfor

dan

protein

sehingga

perlu

dipertimbangkan untuk pasien dengan gangguan penurunan fungsi ginjal.

MATERI 3
PANDUAN PENGUKURAN TEKANAN DARAH
A. Persiapan alat
1. Tensimeter
2. Stetoskop
3. Buku catatan
B. Persiapan lansia
1. Jelaskan kepada lansia tujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Atur lingkungan sekitar lansia (tutup tirai jika perlu).
C. Pelaksanaan
1. Alat-alat didekatkan.
2. Menjelaskan kepada lansia tujuan tindakan yang akan dilakukan dan
posisi diatur sesuai kebutuhan.
3. Bantu lansia ke posisi yang nyaman dengan lengan tersokong dan
telapak tangan menghadap keatas.
4. Membuka lengan baju dan digulung.
5. Letakkan tensimeter sejajar dengan jantung.

6. Memasang manset tensimeter pada lengan atas 2-3 cm diatas vena cubiti
dengan pipa karet berada di bagian luar lengan. Manset dipasang tidak
terlalu kencang atau terlalu longgar.
7. Tempatkan bagian telinga stetoskop ke dalam telinga dan pastikan bunyi
terdengar jelas dan tidak samar.
8. Meraba denyut arteri brachialis lalu stetoskop ditempatkan pada daerah
tersebut.
9. Menutup skrup balon karet, pengunci raksa dibuka. Selanjutnya balon
dipompa diatas sistolik normal klien. Bila tidak mengetahui tekanan
sistolik normal klien, tekan arteri radialis klien sampai denyut nadi arteri
radialis tidak terdengar lagi dan air raksa di dalam pipa gelas naik.
10. Membuka skrup balon perlahan-lahan sehingga air raksa turun perlahanlahan. Sambil memperhatikan turunnya air raksa, dengarkan bunyi
denyutan pertama dan terakhir.
11. Proses selesai, kempiskan manset dan rapikan lansia.
12. Alat-alat dirapikan dan disimpan ditempatnya.
13. Cuci tangan.
14. Catat hasil.

10

11

Gambar: Letak manset dan lengan saat dilakukan pengukuran tekanan dara

MATERI 4
PANDUAN PENGISIAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) LANSIA
Pelayanan kesehatan di kelompok Usia Lanjut meliputi pemeriksaan
kesehatan fisik dan mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Usia Lanjut
sebagai alat pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang
diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan
mencatat perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan
(BPPK) Usia Lanjut atau catatan kondisi kesehatan yang lazim digunakan di
Puskesmas. Petunjuk Pengisian Format Pencatatan Hasil Kegiatan Kelompok
Usia Lanjut adalah sebagai berikut :
Bulan : Sudah jelas

12

Tahun : Sudah jelas


Nama Kelompok : Sudah jelas
Desa/Kelurahan : Sudah jelas
Kecamatan : Sudah jelas
1. No. Urut : No urut kunjungan
2. No. KMS : Sudah jelas
3. Nama : Sudah jelas
4. L/P : Sudah jelas
5. Umur : Sudah jelas
6. Alamat : Sudah jelas
7. s/d 11. Kemadirian : Yang dimaksud dengan hidup sehari-hari
adalah kegiatan dasar dalam kehidupan seperti : makan atau
minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur,
buang air, besar/kecil dan sebagainya. Kegiatan atau pekerjaan
yang dilakukan diluar rumah seperti : berbelanja, mencari nafkah,
mengambil pensiun, arisan, pengajian, dan lain-lain.
Kategori A : Apabila usia lanjut sama sekali tidak mampu
melakukan kegiatan sehari-hari, sehingga sangat tergantung
orang lain (ketergantungan).
Kategori B : apabila ada gangguan dalam melakukan sendiri,
hingga kadang-kadang perlu bantuan (ada gangguan).
Kategori C : apabila usia lanjut masih mampu melakukan
kegiatan hidup sehari-hari tanpa bantuan sama sekali
(mandiri).
12. s/d 13 Mental emosional : keadaan mental emosional, dengan
menggunakan pedoman metode 2 menit melalui 2 tahap
pertanyaan :
Pertanyaan tahap 1 :
a. Apakah anda mengalami sukar tidur?
b. Apakah anda sering merasa gelisah?
c. Apakah anda sering murung dan atau menangis sendiri?
d. Apakah anda sering merasa was-was atau khawatir?

13

Bila ada 1 atau lebih jawaban ya lanjutkan pada pertanyaan


tahap 2.
Pertanyaan tahap 2 :
a. Apakah lama keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1
kali dalam sebulan?
b. Apakah anda mempunyai masalah atau banyak pikiran?
c. Apakah anda mempunyai gangguan atau masalah dengan
keluarga atau orang lain?
d. Apakah anda menggunakan obat tidur atau penenang atas
anjuran dokter?
e. Apakah anda cenderung mengurung diri dalam kamar?
Bila 1 atau lebih jawaban ya maka usia lanjut mempunyai
masalah emosional.
14. s/d 16 IMT : Indeks Masa Tubuh ditentukan dengan mencari titik
temu antara garis bantu yang menghubungkan berat badan yang
sudah diukur dengan tinggi badan. Nilai normal IMT untuk pria dan
wanita usia lanjut berkisar antara 18,5 25. Interpretasinya :
L (lebih) : Bila titik temu terdapat pada daerah grafik dengan
warna merah.
N (normal) : Bila titik temu terdapat pada daerah grafik dengan
warna hijau.
K (kurang) : Bila titik temu terdapat pada daerah grafik dengan
warna kuning.
17. s/d 19 Tekanan Darah : Ukuran tekanan darah dengan tensimeter
dan stetoskop. Interpretasinya :
T (tinggi) : bila salah satu dari sistole atau diastole, atau
keduanya diatas normal.
N (normal) : bila sistole antara 120-160 dan diastole 90
mmHg.
R (rendah) : bila sistole atau diastole di bawah normal.
20. Anemi : Hemoglobine yang nilainya kurang dari 13 g% untuk pria
dan 12 g% untuk wanita.

14

21. Kencing manis : Bila terjadi perubahan warna pada hasil


pemeriksaan urine. Diabetes melitus menggunakan Combur Test
(sesuaikan dengan indikator untuk kadar gula).
22. Ginjal : Bila terjadi perubahan warna pada hasil pemeriksaan urine
dengan menggunakan Combur Test (sesuaikan dengan indicator
untuk kadar protein).
23. Diobati : Beri tanda + atau
+ : Bila usia lanjut diberi obat.
- : Bila usia lanjut tidak diberi obat.
24. Rujuk : Beri tanda + atau
+ : Bila usia lanjut dirujuk ke tingkat pelayanan kesehatan yang
lebih tinggi.
- : Bila usia lanjut tidak dirujuk ketingkat pelayanan kesehatan
yang lebih tinggi.
25. s/d 27 Konseling : Beri tanda + atau pada kolom yang sesuai
dengan kasus.
Baru : untuk kasus konseling baru.
Lama : untuk kasus konseling lama.
Selesai : untuk kasus konseling lama.
28. Penyuluhan : Beri tanda + atau
+ : Bila dilakukan penyuluhan.
- : Bila tidak dilakukan penyuluhan.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia
Departemen Kesehatan RI. 2000. Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan
(BPPK).
Kapita Selekta Kedokteran Edisi III. 2000. Media Aesculapius. Jakarta.
15

Lampiran
CHESKLIST PENGUKURAN TEKANAN DARAH
Prosedur

Ya

Persiapan alat :
1. Tensimeter
2. Stetoskop
3. Buku catatan
Persiapan lansia
4. Jelaskan kepada lansia tujuan tindakan yang akan
dilakukan.
5. Atur lingkungan sekitar lansia (tutup tirai jika
16

Tidak

perlu).
6. Alat-alat didekatkan.
7. Menjelaskan kepada lansia tujuan tindakan yang
akan dilakukan dan posisi diatur sesuai
kebutuhan.
8. Bantu lansia ke posisi yang nyaman dengan
lengan tersokong dan telapak tangan menghadap
keatas.
9. Membuka lengan baju dan digulung.
10.Letakkan tensimeter sejajar dengan jantung.
11.Memasang manset tensimeter pada lengan atas
2-3 cm diatas vena cubiti dengan pipa karet
berada di bagian luar lengan. Manset dipasang
tidak terlalu kencang atau terlalu longgar.
12.Tempatkan bagian telinga stetoskop ke dalam
telinga dan pastikan bunyi terdengar jelas dan
tidak samar.
13.Meraba denyut arteri brachialis lalu stetoskop
ditempatkan pada daerah tersebut.
14.Menutup skrup balon karet, pengunci raksa
dibuka. Selanjutnya balon dipompa diatas sistolik
normal klien. Bila tidak mengetahui tekanan
sistolik normal klien, tekan arteri radialis klien
sampai denyut nadi arteri radialis tidak terdengar
lagi dan air raksa di dalam pipa gelas naik.
15.Membuka skrup balon perlahan-lahan sehingga
air
raksa
turun
perlahan-lahan.
Sambil
memperhatikan turunnya air raksa, dengarkan
bunyi denyutan pertama dan terakhir.
16.Proses selesai, kempiskan manset dan rapikan
lansia.
17.Alat-alat dirapikan dan disimpan ditempatnya.
18.Cuci tangan.
19.Catat hasil.

17

Você também pode gostar