Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh :
Kelompok 4 REGULAR
MATERI 1
PERAN KADER DALAM PELAKSANAAN POSYANDU LANSIA
Menurut buku Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia Tahun 2010,
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia adalah suatu wadah pelayanan
kepada
lanjut
usia
di
masyarakat,
yang
proses
pembentukan
dan
maupun
pembangunan
desanya,
serta
dikenal
masyarakat
dan
dapat
yang
ada,
seperti
pemberantasan
penyakit
MATERI 2
KONSEP PENYAKIT HIPERTENSI DAN GAYA HIDUP LANSIA DENGAN
HIPERTENSI
a. Pengertian
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang
lama). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita
sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan
mengukur tekanan darah kita secara teratur.
b. Penyebab Hipertensi
Pada sekitar 90 % penderita hipertensi, penyebabnya tidak diketahui
dan keadaan ini dikenal sebagai hipertensi esensialatau hipertensi primer.
Hipertensi esensial kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa
perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama
menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada
sekitar 5 - 10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal.
Pada sekitar 1 - 2 %, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma,
yaitu
tumor
pada
kelenjar
adrenal
yang
menghasilkan
hormone
berkulit hitam.
Kolesterol
Faktor ini bisa dikendalikan. Kandungan lemak yang berlebih dalam
darah, dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh
darah. Hal ini dapat membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya
tekanan darah akan meningkat.
Obesitas / Kegemukan
Faktor ini bisa Anda kendalikan. Orang yang memiliki berat badan di atas
30 persen berat badan ideal, memiliki kemungkinan lebih besar menderita
c. Gejala Hipertensi
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya
tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung,
pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang
normal. Jika hipertensi berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul
gejala berikut :
Sakit kepala.
Kelelahan.
Mual.
Muntah.
Sesak nafas.
Gelisah.
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak, mata, jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut
ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
6
d. Target Terapi
Terapi tekanan darah tinggi bertujuan untuk menurunkan morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler dan ginjal. Ketika diagnosis
hipertensi ditegakkan, pasien harus segera diberikan edukasi dan konseling
untuk mengubah gaya hidup yang sesuai anjuran dalam menurunkan
tekanan darah, mengingat edukasi dan konseling gizi merupakan bagian dari
intervensi gizi. Seorang ahli gizi/dietisien harus mengikuti langkah-langkah
yang sudah dibakukan dalam proses asuhan gizi yaitu pengkajian/asesmen
gizi, kemudian dilanjutkan dengan diagnosis gizi, intervensi gizi termasuk
melakukan kegiatan edukasi/konseling, serta monitoring dan evaluasi
keberhasilan intervensi yang diberikan.
e. Langkah langkah Asuhan Gizi pada Hipertensi
Langkah pertama dalam proses asuhan gizi adalah pengkajian gizi
meliputi pengumpulan data:
1) Riwayat makanan/gizi
2) Data biokimia, pemeriksaan
penunjang
dan
berbagai
prosedur
pemeriksaan.
3) Pengukuran antropometri
4) Hasil pemeriksaan fisik yang berkaitan dengan gizi
5) Riwayat personal
Hasil pengkajian gizi dapat dilanjutkan ke langkah berikutnya yaitu diagnosis
gizi yang dapat dikaitkan dengan faktor risiko hipertensi maupun masalah gizi
saat ini, contohnya: masalah kelebihan berat badan, asupan lemak dan
karbohidrat, natrium berlebih atau asupan kalium, kalsium dan magnesiuyang
kurang dari kebutuhan. Berdasarkan diagnosis gizi, ahli gizi/dietisien dapat
melangkah ke tahap berikutnya yaitu memberikan intervensi gizi dalam
bentuk penyediaan makanan atau zat gizi yang dianjurkan sesuai kebutuhan,
edukasi dan konseling gizi serta koordinasi dalam
perencanaan makan DASH oleh National Heart, Lung and Blood Institute
(2006) juga contoh resep, serta berbagai kiat memilih makanan siap saji serta
cara mengukur asupan natrium.
f.
dengan
Dietary Approaches
to
Stop
Hypertension
(DASH),
pembatasan asupan garam NaCl, latihan fisik teratur, dan membatasi asupan
alkohol. Modifikasi gaya hidup yang efektif menurunkan tekanan darah dan
berkaitan dengan gizi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
mengandung
tinggi
kalium,
fosfor
dan
protein
sehingga
perlu
MATERI 3
PANDUAN PENGUKURAN TEKANAN DARAH
A. Persiapan alat
1. Tensimeter
2. Stetoskop
3. Buku catatan
B. Persiapan lansia
1. Jelaskan kepada lansia tujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Atur lingkungan sekitar lansia (tutup tirai jika perlu).
C. Pelaksanaan
1. Alat-alat didekatkan.
2. Menjelaskan kepada lansia tujuan tindakan yang akan dilakukan dan
posisi diatur sesuai kebutuhan.
3. Bantu lansia ke posisi yang nyaman dengan lengan tersokong dan
telapak tangan menghadap keatas.
4. Membuka lengan baju dan digulung.
5. Letakkan tensimeter sejajar dengan jantung.
6. Memasang manset tensimeter pada lengan atas 2-3 cm diatas vena cubiti
dengan pipa karet berada di bagian luar lengan. Manset dipasang tidak
terlalu kencang atau terlalu longgar.
7. Tempatkan bagian telinga stetoskop ke dalam telinga dan pastikan bunyi
terdengar jelas dan tidak samar.
8. Meraba denyut arteri brachialis lalu stetoskop ditempatkan pada daerah
tersebut.
9. Menutup skrup balon karet, pengunci raksa dibuka. Selanjutnya balon
dipompa diatas sistolik normal klien. Bila tidak mengetahui tekanan
sistolik normal klien, tekan arteri radialis klien sampai denyut nadi arteri
radialis tidak terdengar lagi dan air raksa di dalam pipa gelas naik.
10. Membuka skrup balon perlahan-lahan sehingga air raksa turun perlahanlahan. Sambil memperhatikan turunnya air raksa, dengarkan bunyi
denyutan pertama dan terakhir.
11. Proses selesai, kempiskan manset dan rapikan lansia.
12. Alat-alat dirapikan dan disimpan ditempatnya.
13. Cuci tangan.
14. Catat hasil.
10
11
Gambar: Letak manset dan lengan saat dilakukan pengukuran tekanan dara
MATERI 4
PANDUAN PENGISIAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) LANSIA
Pelayanan kesehatan di kelompok Usia Lanjut meliputi pemeriksaan
kesehatan fisik dan mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Usia Lanjut
sebagai alat pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang
diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan
mencatat perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan
(BPPK) Usia Lanjut atau catatan kondisi kesehatan yang lazim digunakan di
Puskesmas. Petunjuk Pengisian Format Pencatatan Hasil Kegiatan Kelompok
Usia Lanjut adalah sebagai berikut :
Bulan : Sudah jelas
12
13
14
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia
Departemen Kesehatan RI. 2000. Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan
(BPPK).
Kapita Selekta Kedokteran Edisi III. 2000. Media Aesculapius. Jakarta.
15
Lampiran
CHESKLIST PENGUKURAN TEKANAN DARAH
Prosedur
Ya
Persiapan alat :
1. Tensimeter
2. Stetoskop
3. Buku catatan
Persiapan lansia
4. Jelaskan kepada lansia tujuan tindakan yang akan
dilakukan.
5. Atur lingkungan sekitar lansia (tutup tirai jika
16
Tidak
perlu).
6. Alat-alat didekatkan.
7. Menjelaskan kepada lansia tujuan tindakan yang
akan dilakukan dan posisi diatur sesuai
kebutuhan.
8. Bantu lansia ke posisi yang nyaman dengan
lengan tersokong dan telapak tangan menghadap
keatas.
9. Membuka lengan baju dan digulung.
10.Letakkan tensimeter sejajar dengan jantung.
11.Memasang manset tensimeter pada lengan atas
2-3 cm diatas vena cubiti dengan pipa karet
berada di bagian luar lengan. Manset dipasang
tidak terlalu kencang atau terlalu longgar.
12.Tempatkan bagian telinga stetoskop ke dalam
telinga dan pastikan bunyi terdengar jelas dan
tidak samar.
13.Meraba denyut arteri brachialis lalu stetoskop
ditempatkan pada daerah tersebut.
14.Menutup skrup balon karet, pengunci raksa
dibuka. Selanjutnya balon dipompa diatas sistolik
normal klien. Bila tidak mengetahui tekanan
sistolik normal klien, tekan arteri radialis klien
sampai denyut nadi arteri radialis tidak terdengar
lagi dan air raksa di dalam pipa gelas naik.
15.Membuka skrup balon perlahan-lahan sehingga
air
raksa
turun
perlahan-lahan.
Sambil
memperhatikan turunnya air raksa, dengarkan
bunyi denyutan pertama dan terakhir.
16.Proses selesai, kempiskan manset dan rapikan
lansia.
17.Alat-alat dirapikan dan disimpan ditempatnya.
18.Cuci tangan.
19.Catat hasil.
17