Você está na página 1de 37

LAPORAN KASUS

BAYI BERAT LAHIR RENDAH


Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
Stase Ilmu Penyakit Anak
Diajukan Kepada :
Pembimbing : dr. Noor Hidayati, SpA

Disusun Oleh :
M Fahmi Arfai

H2A010034

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Penyakit Anak

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
RSUD TUGUREJO SEMARANG
2015

LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN


ILMU KESEHATAN ANAK

LAPORAN KASUS
BAYI BERAT LAHIR RENDAH
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
Stase Ilmu Kesehatan Anak

RSUD Dr.ADHYATMA, MPH

Disusun Oleh:
M Fahmi Arfai

H2A010034

Telah disetujui oleh Pembimbing:


Tanggal : ...........................................

Pembimbing Klinik
Ilmu Kesehatan Anak

dr. Noor Hidayati, SpA

BAB I
CATATAN MEDIS KASUS ILMU PENYAKIT ANAK
I.

IDENTITAS
Nama anak

: By Ny D

Umur

: 8 hari

Tanggal lahir

: 16 Juli 2015

Agama

: Islam

Alamat

: Toguwanu Kulon Rt 05/05 Purwodadi

No RM

: 480019

Tgl masuk RS

: 16 Juli 2015

Tgl Pemeriksaan

: 23 Juli 2015

Jaminan Kesehatan

: Umum

Nama ibu

: Ny. D

Umur

: 19 tahun

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Mahasiswa

Alamat

: Toguwanu Kulon Rt 05/05 Purwodadi

II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara Alloanamnesa dari Ibu Pasien pada tanggal
23 Juli 2015 pukul 10.00 WIB di Bangsal Tulip RSUD Tugurejo Semarang.
a. Keluhan Utama
:
Lahir dengan berat lahir rendah dan prematur
b. Riwayat Penyakit Sekarang
:
SMRS
Seorang bayi perempuan lahir di Rumah Bersalin Mardi
Rahayu Semarang pada pukul 10.18 wib tanggal 16 juli 2015 dari
seorang ibu Ny D dengan usia 19 tahun. Usia kehamilan 30
minggu, berat lahir 1500 gram, panjang badan 39 cm. Saat lahir
segera menagis, gerak aktif dan warna kulit kemerahan. Tidak
ditemukan adanya tanda-tanda kelainan. Tetapi dengan minimnya
3

sarana fasilitas yang ada untuk perawatan bayi yang lahir dengan
berat badan rendah kemudian bayi di rujuk ke RSUD TUGUREJO
SEMARANG.
MRS
Pada pukul 17.15 wib tanggal 16 juli 2015 bayi masuk
melalui IGD RSUD TUGUREJO dengan keluhan Lahir dengan
berat lahir rendah dan prematur, bayi tampak lemah, menangis
kurang, gerak kurang dan sesak, pada pemeriksaan fisik di
dapatkan retraksi di daerah subcostal dan GDS 53 mg/dl, langsung
di berikan O2 nassal 1 liter/menit dan infus D10. Kemudian segera
dipindahkan ke bangsal Tulip untuk di berikan tindakan lebih
lanjut.
Setelah sampai di ruangan Tulip, bayi segera di diberikan terapi
dengan memasang CPAP PEEP = 6 F1O2 = 25 %, Infus D5 5cc/jam
dan dirawat di dalam inkubator.
Setelah 8 hari (23.07.2015) di ruangan perawatan Tulip saat
dilakukan pemeriksaan didapatkan keadaan bayi sudah mulai
membaik. Keadaan umum cukup, bayi sudah menagis kuat dan
gerak aktif, sudah tidak terpasang CPAP PEEP hanya terpasang O2
nassal 1 liter/menit.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
:
Riwayat penyakit diabetes, hepatitis B, tuberkulosis (TB), asma,
penyakit jantung, dan darah tinggi disangkal oleh ibu pasien.
Riwayat alergi obat juga disangkal oleh ibu pasien.
d. Riwayat Sosial Ekonomi
:
Biaya berobat menggunakan biaya sendiri
e. Data Khusus
1. Riwayat Kehamilan/Pre Natal
:
By. Ny D adalah anak pertama dari Ny.D saat berusia 19 tahun.
Ibu tidak pernah periksa kehamilan. USG tidak pernah dilakukan.
HPHT dikatakan lupa. Saat hamil, ibu pasien mengeluh sering mual
muntah selama 4 bulan kehamilan, ibu pasien tidak memiliki tekanan
darah tinggi atau penyakit gula selama kehamilan. Ibu pasien tidak
4

mengkonsumsi obat-obatan tertentu, alkohol, maupun rokok selama


kehamilan. Belum pernah melakukan Suntik tetanus toksoid (TT). usia
kehamilan kurang bulan (30 minggu).
2. Riwayat persalinan/natal
:
Lahir spontan dengan bantuan bidan, langsung menangis kuat,
warma kulit kemerahan dan gerak aktif. Berat badan saat lahir 1500
gram, panjang badan 39 cm.
3. Riwayat pasca persalinan/ post natal
Ada perdarahan post partum.
4. Riwayat Imunisasi
Belum dilakukan imunisasi
5. Riwayat makan dan minum
ASI

:
:
:

6. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan anak


Umur
0 hari
1 hari
2 hari
3 hari
4 hari
5 hari
6 hari
7 hari
8 hari
9 hari
10 hari
11 hari
12 hari
13 hari
14 hqri
15 hari

Kesan :
Pertumbuhan

Perkembangan
Berat bayi 1500 gram
Berat bayi 1500 gram
Berat bayi 1500 gram
Berat bayi 1500 gram
Berat bayi 1350 gram
Berat bayi 1350 gram
Berat bayi 1250 gram
Berat bayi 1250 gram
Berat bayi 1200 gram
Berat bayi 1200 gram
Berat bayi 1200 gram
Berat bayi 1200 gram
Berat bayi 1250 gram
Berat bayi 1250 gram
Berat bayi 1250 gram
Berat bayi 1250 gram

: berat badan kurang

7. Riwayat lingkungan dan sosial ekonomi :


Ibu seorang Mahasiswa. Pasien tinggal bersama kedua
orangtua, kakak, nenek dan sodaranya. Ventilasi rumah cukup, lantai
kamar pasien berupa kayu, keadaan rumah tidak lembab dan

pencahayaan cukup.

Biaya berobat dengan menggunakan biaya

sendiri
Kesan : Keadaan sosial dan ekonomi cukup
8. Riwayat KB
(-).
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 23 Juli 2015 pukul 10.15 WIB
di Bangsal Tulip RSUD Tugurejo Semarang.
a. Keadaan Umum dan Tanda Vital
Keadaan umum
: Cukup
Kesadaran
: compos mentis
TD
:Nadi
: 130 kali/menit, isi dan tegangan cukup
Respiratory rate
: 35 kali/menit, reguler
Suhu
: 36,8 0 C (aksiler)
BB
: 1250 gram
TB
: 39 cm

b. Status General
1. Kepala
2.
3.
4.
5.
6.

Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Thorax
Pulmo

: mesocephal
caput succadeneum (-)
: konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik(-/-),
: nafas cuping (-)
: (-)
: lembab (+), sianosis (-)
: Retraksi (-)

Tampak Depan

Suara Dasar Vesikuler


Wheezing (-), ronchi (-)
Cor
Auskultasi : bunyi jantung I dan II murni, gallop (-), murmur (-)
7. Abdomen
Auskultasi : bising usus (+) normal
8. Ekstremitas
6

Superior
+/+
-/-/< 2 detik/< 2 detik
+/+

Akral hangat
Oedem
Sianosis
Capillary Refill
Gerak

Inferior
+/+
-/-/< 2 detik/< 2 detik
+/+

9. Kulit
: pengelupasan kulit (-), ruam superficial (-)
10.
Lanugo : (+) menipis
11.
Palmar grasping : (+)
IV. PEMERIKSAAN KHUSUS
a. Pemeriksaan Penunjang

Jenis
Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
Eosinofil absolute
Basofil absolute
Netrofil absolute
Limfosit absolute
Monosit absolute
Eosinofil
Basofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit

Darah Rutin tanggal 16 Juli 2015


Hasil
Satuan
10.94
103/ul
4.49
106/ul
16.60
g/dl
46.80
%
220
103/ul
104.20
fL
37.00
Pg
H 35.50
g/dl
14.20
%
L 0.04
103/ul
0.02
103/ul
6.30
103/ul
3.75
103/ul
0.83
103/ul
L 0.40
%
0.20
%
57.50
%
34.30
%
7.60
%

Nilai normal
9.4 34
4.3 6.3
15.2 23.6
44 72
217 497
98 122
33 41
31 35
11.5 14.5
0.045 0.44
0 0.2
1.8 8
0.9 5.2
0.16 1
24
01
50 70
20 70
1 11

Jenis
Billirubin Total
Billirubin Direk
Billirubin Indirek

Kimia klinik tanggal 16 Juli 2015


Hasil
Satuan
2.6327
mg/dl
0.07
mg/dl
H 2.56
mg/dl

Nilai normal
0.10 12.0
0.00 0.20
0.10 0.80

Jenis
Billirubin Total

Kimia klinik tanggal 19 Juli 2015


Hasil
Satuan
11.37
mg/dl

Nilai normal
0.10 12.0

Billirubin Direk
Billirubin Indirek

Jenis
Billirubin Total
Billirubin Direk
Billirubin Indirek

H 0.29
H 11.08

mg/dl
mg/dl

0.00 0.20
0.10 0.80

Kimia klinik tanggal 24 Juli 2015


Hasil
Satuan
5.28
mg/dl
H 1.20
mg/dl
H 4.08
mg/dl

Nilai normal
0.10 12.0
0.00 0.20
0.10 0.80

V. RESUME
Pasien lahir spontan dengan bantuan bidan di Rumah Bersalin
Mardi Rahayu Semarang, langsung menangis kuat, warma kulit
kemerahan dan gerak aktif. Jenis kelamin perempuan, berat badan saat
lahir 1500 gram, panjang badan 39 cm, tidak ditemukan kelainan. Usia
kehamilan 30 minggu.
By. Ny D adalah anak pertama dari Ny.D saat berusia 19 tahun. Ibu
tidak pernah periksa kehamilan. USG tidak pernah dilakukan. HPHT
dikatakan lupa.
VI. DAFTAR MASALAH
Anamnesis:

Pemeriksaan Fisik:

Pemeriksaan
Penunjang:

Usia ibu
Usia kehamilan kurang
bulan (30mgg)
3. Periksan kehamilan (-)
4. Imunisasi TT (-)
5. BBL 1500 gram
1.
2.

6.

BB 1250 gram

Masalah aktif
1. 1, 2, 3, 4, 5,6 BBLR
2.

Billirubin Direk
(H 0.29)
8. Billirubin Indirek
(H 11.08)
7.

Masalah pasif

7, 8 Hiperbillirubinemia

VII. INITIAL PLAN


1. BBLR
IpDx : BBLR
8

S
O

::-

IpTx :
Pada Tanggal 23.07.2015
Non Medikamentosa
- Terpasang :
O2 nassal diturunkan 1 l/m
- Terpasang :
OGT
- Fototerapi
Non Medikamentosa
- Urdafalk
- Infus
- Ampicilin
- Ca Gluconas
- Aminophilin

3x30 mg
D5 5cc/jam
2x75 mg
1x0,5 mg
3x3 mg

IpMx :
Perlu dilakukan monitoring terhadap:
1)
Keadaan umum dan tanda vital
2)
Berat badan bayi
3)
Cairan OGT
IpEx :
1) Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai keadaan yang sedang
dialami pasien
VIII. PROGNOSIS
Quo ad Vitam

: dubia ad bonam

Quo ad Sanam

: dubia ad bonam

Quo ad Fungsionam

: dubia ad bonam

VIII. FOLLOW UP
Tgl
16/7/15 Bayi kecil

O
KU : Tampak lemah
Menangis kurang, gerak aktif kurang
T : 36, 80 C
HR 140x/mnt
RR 35x/mnt
BB 1500 gram
TB 39 cm
Thorax : retraksi (+)
Ekstremitas : Akral dingin

- BBLR
- Asfiksia sedang
- NKB-SMK

Non Medikamentosa
- Terpasang :
CPAP PEEP = 6
F1O2 = 25 %
SpO2 = 98 %
- Terpasang OGT
terbuka
Medikamentosa
- Infus D5 5cc/jam
- Ampicilin 2x75 mg
- Vit K 1x1 mg
- Ca Gluconas 1x0,5
mg
- Aminophilin 3x3
mg

GDS 53 mg/dl
Hasil Laboratorium :
- Billirubin Total : 2.63
- Billirubin Direk : 0.07
- Billirubin Indirek : 2.56 (H)

Monitoring :
KU/ TV
17/7/15 Bayi kecil

KU : Tampak lemah
Menangis kurang, gerak aktif kurang
T : 36, 80 C
10

- BBLR
- Asfiksia sedang
- NKB-SMK

Non Medikamentosa
- Terpasang :
CPAP PEEP = 6

HR 140x/mnt
RR 35x/mnt
BB 1500 gram
TB 39 cm
Thorax : retraksi (+)
Ekstremitas : Akral dingin
GDS 361
Hasil Laboratorium :
- Billirubin Total : 2.63
- Billirubin Direk : 0.07
- Billirubin Indirek : 2.56 (H)

18/7/15 Bayi kecil

KU : Tampak lemah
Menangis kurang, gerak aktif kurang
T : 36, 80 C
HR 140x/mnt
RR 35x/mnt
BB 1500 gram
Thorax : retraksi (+)
Ekstremitas : Akral dingin
Hasil Laboratorium :

F1O2 = 25 %
Hiperbilirubinemia SpO2 = 98 %
- Terpasang OGT
terbuka
Medikamentosa
- Infus D5 5cc/jam
- Ampicilin 2x75 mg
- Vit K 1x1 mg
- Ca Gluconas 1x0,5
mg
- Aminophilin 3x3
mg
Monitoring :
KU/ TV
Cairan OGT
- BBLR
Non Medikamentosa
- Asfiksia sedang - Terpasang :
- NKB-SMK
CPAP PEEP = 6
F1O2 = 25 %
Hiperbilirubinemia SpO2 = 92 %
- Terpasang OGT
terbuka (residu (+)
keruh)
Medikamentosa

11

- Billirubin Total : 2.63


- Billirubin Direk : 0.07
- Billirubin Indirek : 2.56 H

19/7/15 Bayi kecil

KU : Cukup
Menangis kuat, gerak aktif
T : 36, 20 C
HR 124x/mnt
RR 35x/mnt
BB 1500 gram
Tb 36 cm
Thorax : retraksi (-)
Ekstremitas : Akral dingin
Hasil Laboratorium tgl 19.07.2015 :
- Billirubin Total : 11.37
- Billirubin Direk : 0.29 (H)
- Billirubin Indirek : 2.56 H
12

- Infus D5 5cc/jam
- Ampicilin 2x75 mg
- Vit K 1x1 mg
- Ca Gluconas 1x0,5
mg
- Aminophilin 3x3
mg
Monitoring :
KU/ TV
Cairan OGT
- BBLR
Non Medikamentosa
- Asfiksia sedang - Terpasang :
- NKB-SMK
CPAP PEEP
diturunkan = 5
Hiperbilirubinemia F1O2 = 25 %
SpO2 = 96 %
- Terpasang :
OGT terbuka (residu
(+) keruh)
- Fototerapi
Medikamentosa
- Infus D5 5cc/jam
- Ampicilin 2x75 mg
- Vit K 1x1 mg
- Ca Gluconas 1x0,5

mg
- Aminophilin 3x3
mg
Monitoring :
KU/ TV
Cairan OGT

20/7/15 Bayi kecil

KU : Cukup
Menangis kuat, gerak aktif
T : 370 C
HR 140x/mnt
RR 45x/mnt
BB 1350 gram
TB 39 cm
Thorax : retraksi (-)
Ekstremitas : Akral dingin
Hasil Laboratorium tgl 19.07.2015 :
- Billirubin Total : 11.37
- Billirubin Direk : 0.29 (H)
- Billirubin Indirek : 2.56 (H)

13

- BBLR
- Asfiksia sedang
- NKB-SMK
Hiperbilirubinemia

Non Medikamentosa
- Terpasang :
aff CPAP PEEP ganti
dengan O2 nassal 1
l/m
- Terpasang :
OGT terbuka (residu
(+) coklat)
- Fototerapi
Medikamentosa
- Urdafalk 3x30 mg
- Infus D5 5cc/jam
- Ampicilin 2x75 mg
- Vit K 1x1 mg
- Ca Gluconas 1x0,5
mg
- Aminophilin 3x3

mg
Monitoring :
KU/ TV
Cairan OGT
21/7/15 Bayi kecil

KU : Cukup
Menangis kuat, gerak aktif
T : 370 C
HR 120x/mnt
RR 33x/mnt
BB 1350 gram
TB 39 cm
Thorax : retraksi (-)
Ekstremitas : Akral dingin
Hasil Laboratorium tgl 19.07.2015 :
- Billirubin Total : 11.37
- Billirubin Direk : 0.29 (H)
- Billirubin Indirek : 2.56 (H)

- BBLR
- Asfiksia sedang
- NKB-SMK
Hiperbilirubinemia

Non Medikamentosa
- Terpasang :
O2 nassal 1 l/m
- Terpasang :
OGT terbuka (residu
(+) coklat)
- Fototerapi
Medikamentosa
- Urdafalk 3x30 mg
- Infus D5 5cc/jam
- Ampicilin 2x75 mg
- Ca Gluconas 1x0,5
mg
- Aminophilin 3x3
mg
Monitoring :
KU/ TV
Cairan OGT

14

22/7/15 Bayi kecil

KU : Cukup
Menangis kuat, gerak aktif
T : 36,50 C
HR 120x/mnt
RR 31x/mnt
BB 1250 gram
TB 39 cm
Thorax : retraksi (-)
Ekstremitas : Akral dingin

- BBLR
- Asfiksia sedang
- NKB-SMK
Hiperbilirubinemia

Non Medikamentosa
- Terpasang :
O2 nassal diturunkan
1 l/m
- Terpasang :
OGT
- Fototerapi
Medikamentosa
- Urdafalk 3x30 mg
- Infus D5 5cc/jam
- Ampicilin 2x75 mg
- Ca Gluconas 1x0,5
mg
- Aminophilin 3x3
mg

Hasil Laboratorium tgl 19.07.2015 :


- Billirubin Total : 11.37
- Billirubin Direk : 0.29 (H)
- Billirubin Indirek : 2.56 (H)

Monitoring :
KU/ TV
Cairan OGT
23/7/15 Bayi kecil

KU : Cukup
Menangis kuat, gerak aktif
T : 36,80 C
HR 130x/mnt
15

- BBLR
- Asfiksia sedang
- NKB-SMK
-

Non Medikamentosa
- Terpasang :
O2 nassal diturunkan
1 l/m

RR 35x/mnt
BB 1250 gram
TB 36 cm
Thorax : retraksi (-)
Ekstremitas : Akral dingin
Hasil Laboratorium tgl 19.07.2015 :
- Billirubin Total : 11.37
- Billirubin Direk : 0.29 (H)
- Billirubin Indirek : 2.56 (H)

24/7/15 Bayi kecil

KU : Cukup
Menangis kuat, gerak aktif
T : 36,60 C
HR 125x/mnt
RR 36x/mnt
BB 1200 gram
TB 36 cm
Thorax : retraksi (-)
Ekstremitas : Akral dingin
Hasil Laboratorium tgl 24.07.2015 :
16

Hiperbilirubinemia - Terpasang :
OGT
- Fototerapi
Non Medikamentosa
- Urdafalk 3x30 mg
- Infus D5 5cc/jam
- Ampicilin 2x75 mg
- Ca Gluconas 1x0,5
mg
- Aminophilin 3x3
mg
Monitoring :
KU/ TV
Cairan OGT
- BBLR
Non Medikamentosa
- Asfiksia sedang - Terpasang :
- NKB-SMK
O2 nassal diturunkan
1 l/m
Hiperbilirubinemia - Terpasang :
OGT
- Fototerapi
Medikamentosa
- Urdafalk 3x30 mg
- Infus D5 5cc/jam
- Ampicilin 2x75 mg

- Billirubin Total : 5.28 (H)


- Billirubin Direk : 1.20 (H)
- Billirubin Indirek : 4.08 (H)

25/7/15 Bayi kecil

KU : Cukup
Menangis kuat, gerak aktif
T : 36,60 C
HR 125x/mnt
RR 36x/mnt
BB 1200 gram
TB 36 cm
Thorax : retraksi (-)
Ekstremitas : Akral dingin
Hasil Laboratorium tgl 24.07.2015 :
- Billirubin Total : 5.28 (H)
- Billirubin Direk : 1.20 (H)
- Billirubin Indirek : 4.08 (H)

- Ca Gluconas 1x0,5
mg
- Aminophilin 3x3
mg
Monitoring :
KU/ TV
Cairan OGT
- BBLR
Non Medikamentosa
- Asfiksia sedang - Terpasang :
- NKB-SMK
O2 nassal diturunkan
1 l/m
Hiperbilirubinemia - Terpasang :
OGT
- Fototerapi
Non Mdikamentosa
- Urdafalk 3x30 mg
- Infus D5 5cc/jam
- Ampicilin 2x75 mg
- Ca Gluconas 1x0,5
mg
- Aminophilin 3x3
mg
Monitoring :
KU/ TV

17

26/7/15 Bayi kecil

KU : Cukup
Menangis kuat, gerak aktif
T : 36,20 C
HR 120x/mnt
RR 30x/mnt
BB 1200 gram
TB 36 cm
Thorax : retraksi (-)
Ekstremitas : Akral dingin

Cairan OGT
- BBLR
Non Medikamentosa
- Asfiksia sedang - Terpasang :
- NKB-SMK
O2 nassal 1 l/m
- Terpasang :
Hiperbilirubinemia OGT
- Asi 4cc pada jam
24.00 dan 06.00
Medikamentosa
- Urdafalk 3x30 mg
- Infus D5 5cc/jam
- Ampicilin 2x75 mg
- Ca Gluconas 1x0,5
mg
- Aminophilin 3x3
mg

Hasil Laboratorium tgl 24.07.2015 :


- Billirubin Total : 5.28 (H)
- Billirubin Direk : 1.20 (H)
- Billirubin Indirek : 4.08 (H)

Monitoring :
KU/ TV
Cairan OGT
27/7/15 Bayi kecil

KU : Cukup
Menangis kuat, gerak aktif
T : 360 C
HR 130x/mnt
RR 33x/mnt
18

- BBLR
- Asfiksia sedang
- N. preterm

Non Medikamentosa
- Terpasang :
aff O2 nassal
- Terpasang :
OGT

BB 1250 gram
TB 36 cm
Thorax : retraksi (-)
Ekstremitas : Akral dingin

- Asi 6cc pada jam


24.00 dan 06.00
- Belajar menyusui
- KMC
Medikamentosa
- Urdafalk 3x30 mg
- Infus D5 5cc/jam
- Ampicilin 2x75 mg
- Ca Gluconas 1x0,5
mg
- Aminophilin 3x3
mg

Hasil Laboratorium tgl 24.07.2015 :


- Billirubin Total : 5.28 (H)
- Billirubin Direk : 1.20 (H)
- Billirubin Indirek : 4.08 (H)

28/7/15 Bayi kecil

KU : Cukup
Menangis kuat, gerak aktif
T : 370 C
HR 130x/mnt
RR 33x/mnt
BB 1250 gram
TB 36 cm
Thorax : retraksi (-)
Ekstremitas : Akral dingin
19

- BBLR
- Asfiksia sedang
- N. preterm

Monitoring :
KU/ TV
Cairan OGT
Non Medikamentosa
- Terpasang :
aff OGT
- Asi 7cc/6 jam
- Belajar menyusui
- KMC
Medikamentosa
- Urdafalk 3x30 mg
- Infus D5 5cc/jam
- Ampicilin 2x75 mg

Hasil Laboratorium tgl 24.07.2015 :


- Billirubin Total : 5.28 (H)
- Billirubin Direk : 1.20 (H)
- Billirubin Indirek : 4.08 (H)
29/7/15 Bayi kecil

30/7/15 Bayi kecil

KU : Cukup
Menangis kuat, gerak aktif
T : 370 C
HR 136x/mnt
RR 35x/mnt
BB 1250 gram
TB 36 cm
Thorax : retraksi (-)
Ekstremitas : Akral dingin
Hasil Laboratorium tgl 24.07.2015 :
- Billirubin Total : 5.28 (H)
- Billirubin Direk : 1.20 (H)
- Billirubin Indirek : 4.08 (H)
KU : Cukup
Menangis kuat, gerak aktif
T : 36,50 C
HR 130x/mnt
RR 35x/mnt
BB 1250 gram
TB 36 cm
Thorax : retraksi (-)
20

Monitoring :
KU/ TV
Cairan OGT
- BBLR
- Asfiksia sedang
- N. preterm

Non Medikamentosa
- Asi 10cc/6 jam
- Belajar menyusui
- KMC
Medikamentosa
- Urdafalk 3x30 mg
- Infus D5 5cc/jam
- Ampicilin 2x75 mg
Monitoring :
KU/ TV

- BBLR
- Asfiksia sedang
- N. preterm

Non Medikamentosa
- Asi 10cc/6 jam
- Belajar menyusui
- KMC
-BLPL
Medikamentosa
- Urdafalk 3x30 mg

Ekstremitas : Akral dingin

- Infus D5 5cc/jam
- Ampicilin 2x75 mg

Hasil Laboratorium tgl 24.07.2015 :


- Billirubin Total : 5.28 (H)
- Billirubin Direk : 1.20 (H)
- Billirubin Indirek : 4.08 (H)

Monitoring :
KU/ TV

21

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAYI BERAT LAHIR RENDAH
A. DEFINISI
Bayi baru lahir adalah hasil konsepsi yang baru lahir / keluar dari rahim
seorang ibu melalui kelahiran normal dengan bantuan alat tertentu sampai usia satu
bulan.
a.

Bayi normal adalah bayi baru lahir dengan berat badan antara 25004000 gram dengan lama kehamilan antara 37-42 minggu. Bayi
kategori berat badan lahir rendah (BBLR) adalah yang mempunyai
berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi.

b.

Bayi dengan resiko tinggi:


1)

Bayi yang lahir dengan resiko tinggi .

2)

Bayi yang lahir dengan berat badan < 2500 gr.

3)

Bayi yang lahir dengan berat badan > 4000 gr.

4)

Bayi yang dilahirkan dengan kehamilan < 37 dan > 42 minggu.

A. ETIOLOGI
a) Prematuritas murni
1.

Faktor ibu
a. Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya
toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisis dan psikologis.
Penyebab lainnya adalah diabetes mellitus, penyakit jantung, bacterial
vaginosis, chorioamnionitis atau tindakan operatif dapat merupakan faktor
etiologi prematuritas.
b. Usia
Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah pada usia dibawah 20 tahun
dan pada multi gravida yang jarak antar kelahirannya terlalu dekat. Pada
ibu-ibu yang sebelumnya telah melahirkan lebih dari 4 anak juga sering
ditemukan. Kejadian terendah adalah pada usia antara 26-35 tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi
22

Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini
disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal
yang kurang.
2.

Faktor janin
Hidramnion, gawat janin, kehamilan ganda, eritroblastosis umumnya akan
mengakibatkan BBLR. 1,6

b) Dismaturitas
Penyebab dismaturitas adalah setiap keadaan yang menganggu pertukaran zat
antara ibu dan janin (gangguan suplai makanan pada janin). Dismaturitas
dihubungkan dengan keadaan medik yang menggangu sirkulasi dan insuffisiensi
plasenta, pertumbuhan dan perkembangan janin, atau kesehatan umum dan nutrisi
ibu. 4,5
B. PATOGENESIS
Bayi lahir prematur yang BBLR-nya sesuai dengan umur kehamilan pretermnya
biasanya dihubungkan dengan keadaan medis dimana terdapat ketidakmampuan
uterus untuk mempertahankan janin (incompetent cervix/premature dilatation),
gangguan pada perjalanan kehamilan, pelepasan plasenta, atau rangsangan tidak
pasti yang menimbulkan kontraksi efektif pada uterus sebelum kehamilan
mencapai umur cukup bulan. 2
Dismaturitas dihubungkan dengan keadaan medik yang menggangu sirkulasi dan
efisiensi plasenta, pertumbuhan dan perkembangan janin, atau kesehatan umum
dan nutrisi ibu. Dismaturitas mungkin merupakan respon janin normal terhadap
kehilangan

nutrisi

atau

oksigen.

Sehingga

masalahnya

bukan

pada

dismaturitasnya, tetapi agaknya pada resiko malnutrisi dan hipoksia yang terus
menerus. Serupa halnya dengan beberapa kelahiran preterm yang menandakan
perlunya persalinan cepat karena lingkungan intrauteri berpotensi merugikan. 2,4
D. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala bayi berat lahir rendah :1
-

Umur kehamilan kurang dari 38 minggu

Berat badan lahir kurang dari 2500 gram


23

Panjang badan lahir kurang dari 46 cm

Kuku panjangnya belum melewati ujung jari

Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas

Lingkar kepala lahir kurang dari 33 cm

Lingkar dada lahir kurang dari 30 cm

Rambut lanugo masih banyak

Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang

Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga seolaholah tidak teraba tulang rawan daun telinga

Tumit mengilap, telapak kaki halus

Alat kelamin pada bayi pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang, testis belum
turun ke dalam skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora
belum tertutup oleh labia mayora

Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah

Fungsi saraf yang belum matang, mengakibatkan reflek hisap, menelan dan batuk
masih lemah atau tidak efektif, dan tangisannya lemah

Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan
lemak masih kurang

Verniks kaseosa sedikit atau tidak ada

E. DIAGNOSA
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam
jangka waktu 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan anamesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.8
a) Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan
mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR:
1. Umur ibu
2. Riwayat hari pertama haid terakhir
3. Riwayat persalinan sebelumnya
4. Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
5. Kenaikan berat badan selama hamil
6. Aktivitas
24

7. Penyakit yang diderita selama hamil


8. Obat-obatan yang diminum selama hamil
b) Pemeriksaan Fisik.
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain3:
1. Berat badan > 2500 gram
2. Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
3. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan).
c) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain 3:
1. Pemeriksaan Skor Ballard

2. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan


3. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa
kadar elektrolit dan analisa gas darah.
4. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur
kehamilan

kurang

bulan

dimulai

pada

umur

jam

atau

didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.


F. RISIKO PADA BBLR
a) Enterokolitis nekrotikans neonatal

25

Enterokolotis nekrotikan merupakan penyakit saluran cerna yang serius pada


bayi yang baru lahir dan ditandai dengan bercak nekrosis atau nekrosis difus pada
mukosa atau submukosa usus serta vaskularisasi usus. Insidensi terjadinya
dihubungkan dengan umur kehamilan yang kurang, dan merupakan komplikasi
yang penting yang terjadi pada kelahiran premature. Terhitung 7,5 % kasus EKN
sebagai penyebab kematian neonatal.
Ileum bagian distal dan kolon proksimal sangat sering terlibat. Beberapa
stress perinatal, terutama asfiksia dan hipotermia dianggap sebagai faktor
predisposisi terjadinya EKN. Permulaan penyakit biasanya pada 2 minggu
pertama tetapi dapat terlam bat sampai umur 2 bulan.
Dapat menimbulkan gejala seperti apneu, bradikardi, dan distensi abdominal.
Mekonium keluar secara normal dan sebagai tanda pertama ialah distensi perut
dengan retensi lambung. Timbulnya penyakit ini sering tidak jelas, dan dapat
terjadi sepsis sebelum dicurigai terjadi lesi pada usus. Sekali terkena kondisi anak
biasanya buruk, dengan cepat menjadi lemah dan asidosis serta dapat berkembang
ke arah syok dan DIC.
b) Hipotermia
Perbedaan suhu di dalam kandungan dan lingkungan akan memberi pengaruh
pada kehilangan panas tubuh bayi, selain itu hipotermia dapat terjadi karena
kemampuan untuk untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah
produksi panas sangat terbatas, karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup
matang, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem saraf pengatur
suhu tubuh, luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding dengan berat
badan sehingga mudah kehilangan panas.
Tanda klinis hipotermia:
-

Suhu tubuh dibawah normal

Kulit dingin

Akral dingin

Sianosis
c) Sindrom Gawat Nafas
Sampai saat ini penyakit membrane hyaline dianggap terjadi karena defisiensi
pembentukan surfaktan pada paru bayi yang belum matang. Surfaktan adalah zat
26

yang penting dalam pangembangan paru dan merupakan suatu kompleks yang
terdiri dari protein, karbohidrat dan lemak. Senyawa utama zat tersebut adalah
lesitin dan mulai terbentuk pada kehamilan 22 24 minggu dan berjumlah
lengkap dan mulai berfungsi normal pada minggu ke-35 kehamilan.
Defisiensi Surfaktan menyebabkan gangguan kemampuan paru untuk
mempertahankan stabilitasnya, alveolus akan kembali kolaps setiap akhir
ekspirasi sehingga untuk pernafasan berikutnya dibutuhkan tekanan negatif
intratoraks yang lebih besar yang disertai usaha inspirasi yang kuat.
Pada aspirasi mekonium terjadi hipoksia intrauterin akan mengakibatkan janin
mengalami gasping dalam uterus, selain itu mekonium akan dilepaskan dan
bercampur dengan cairan amnion, cairan amnion yang mengandung mekonium
tersebut akan masuk ke dalam paru janin karena inhalasi. Ketika bayi lahir akan
menderita gangguan pernafasan karena melekatnya mekonium dalam saluran
pernafasan.
Tanda klinis sindrom gawat nafas :
-

Pernafasan cepat
Sianosis perioral
Merintih sewaktu ekspirasi
Retraksi substernal dan interkostal

d) Hipoglikemia.
Penyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama menunjukkan bahwa
hipoglikemia dapat terjadi sebanyak 50% pada bayi matur. Kecepatan glukosa yang
diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena terputusnya hubungan
plasenta dan janin yang menyebabkan terhentinya pemberian glukosa.
Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dL selama 72
jam pertama, sedangkan bayi berat badan lahir rendah dalam kadar 40 mg/dL. Hal ini
disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi. Hipoglikemia terjadi bila
kadar gula darah 20 mg/dL.
Tanda klinis hipoglikemia:
-

Gemetar

Sianosis
27

Apatis

Kejang

Apneu intermiten

Tangisan lemah atau melengking

Keringat dingin

Hipotermi

Gagal jantung dan henti jantung

Hipoglikemia pada neonatus terjadi bila gula darah < 47 mg/dl, pada
hipoglikemia berat didapatkan hasil gula darah < 25 mg/dl, dan hipoglikemia
ringan/sedang jika kadar gula darah >25 - <47 mg/dl.
e) Perdarahan Intrakranial
Pembuluh darah pada bayi prematur masih sangat rapuh dan mudah pecah, sehingga
perdarahan intrakranial dapat terjadi karena trauma lahir, diseminated intravascular
coagulopathy atau trombositopenia idiopatik. Matriks germinal epidimal yang kaya
pembuluh darah merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap perdarahan selama
minggu pertama kehidupan.

28

Tanda klinis perdarahan intrakranial :


-

Kegagalan umum untuk bergerak normal

Refleks moro menurun atau tidak ada

Letargi

Pucat dan sianosis

Apnea

Kegagalan menetek dengan baik

Muntah yang kuat

Tonus otot menurun

Tangisan bernada tinggi dan tajam

Kejang

Fontanela mayor tegang dan cembung

f) Hiperbilirubinemia
Terjadi karena belum maturnya fungsi hepar, dimana terjadi kekurangan enzim
glukoronil transferase sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin direk
belum sempurna, dan kadar albumin darah yang berperan dalam transportasi
bilirubin dari jaringan ke hepar berkurang. Kadar bilirubin normal pada bayi
prematur 10 mg/dL. Jika terjadi hiperbilirubinemia pada bayi prematur, bila tidak
segera diatasi dapat menjadi kern ikterus yang akan menimbulkan gejala yang
permanen.
Tanda klinis hiperbilirubinemia :
-

Sklera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan ekstremitas


berwarna kuning

Letargi

Kemampuan mengisap menurun

Kejang

Ikterus yang kemungkinan menjadi patologi atau dapat dianggap sebagai


hiperbilirubinemia adalah :

Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran.

Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih setiap 24 jam.

Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonatus kurang bulan dan
12,5 mg% pada neonatus cukup bulan.

Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi


enzim G6PD dan sepsis).

Ikterus yang disertai berat lahir kurang dari 2000 gram, masa gestasi kurang
dari 36 minggu, asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, infeksi
hipoglikemia, hiperkapnia, hiperosmolalitas darah.

g) Lebih rentan terhadap infeksi


Bayi prematur mudah menderita infeksi karena imunitas humoral dan seluller
masih kurang, sehingga bayi mudah menderita infeksi. Selain itu pada kulit dan
selaput lendir membran tidak memiliki perlindungan seperti pada bayi cukup
bulan. Sensitivitas yang kurang akan memudahkan terjadinya kerusakan integritas
kulit, terutama pada daerah yang sering tertekan dalam waktu yang lama.
Defisit in uteri mengakibatkan gawat janin, dan dalam arti luas gawat janin dibagi
menjadi 3 golongan, yaitu :
1. Gawat Janin Akut, defisit mengakibatkan gawat perinatal tetapi tidak
mengakibatkan retardasi pertumbuhan dan pelisutan (wasting).
2. Gawat Janin Subakut, bila defisit tersebut menunjukkan tanda pelisutan
(wasting) tetapi tidak mengakibatkan retardasi pertumbuhan.
3. Gawat Janin Kronik, bila bayi jelas menunjukkan retardasi pertumbuhan.

G. PENATALAKSANAAN
a) Penatalaksanaan Prematur Murni
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan
hidup di luar uterus, maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan,

30

pemberian makanan, dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi,


serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi.
-

Atur suhu
BBLR mudah mengalami hipotermi, oleh karena itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan dengan ketat. Bisa dengan membersihkan cairan pada tubuh
bayi, kemudian dibungkus. Atau bisa juga dengan meletakkannya di
bawah lampu atau dalam inkubator. Dan bila listrik tidak ada, bisa dengan
metode kangguru, yaitu meletakkan bayi dalam pelukan ibu (skin to skin).5

Cegah sianosis
Cara mencegah sianosis dapat dengan cara pemberian oksigen agar
saturasi oksigen dalam tubuh bayi dapat dipertahankan dalam batas
normal.

Cegah infeksi
BBLR mudah sekali diserang infeksi. Ini disebabkan oleh karena daya
tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relatif belum sanggup untuk
membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan
belum baik. Oleh karena itu, perlu diperhatikan prinsip-prinsip pencegahan
infeksi, antara lain mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi,
membersihkan tempat tidur bayi segera sesudah tidak dipakai lagi,
membersihkan kulit dan tali pusat bayi dengan baik. 5,6

Pemberian vitamin K
Dosis 1 mg intra muskular, sekali pemberian. Pemberian vitamin K pada
bayi imatur adalah sama seperti bayi-bayi dengan berat badan dan
maturitas yang normal.

Intake harus terjamin


Pada bayi-bayi prematur, refleks isap, telan dan batuk belum sempurna.
Kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan, terutama lipase
masih kurang. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur 3 jam
agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Pada

31

umumnya bayi dengan berat lahir 2000 gram atau lebih dapat menyusu
pada ibunya. Bayi dengan berat kurang dari 1500 gram kurang mampu
mengisap air susu ibu atau susu botol, terutama pada hari-hari pertama.
Dalam hal ini bayi diberi minum melalui sonde lambung. 2,6
b) Penatalaksanaan bayi dismaturitas
Pada umumnya sama dengan perawatan neonatus umumnya, seperti
pengaturan suhu lingkungan, makanan, mencegah infeksi dan lain-lain. Bayi
dismatur biasanya tampak haus dan harus diberi makanan dini (early feeding).
Hal ini sangat penting untuk menghindari terjadinya hipoglikemia. Kadar
gula darah harus diperiksa setiap 8-12 jam. Frekuensi pernapadan terutama
dalam 24 jam pertama harus diawasi untuk mengetahui adanya sindrom
aspirasi mekonium atau sindrom gangguan pernapasan idiopatik. Sebaiknya
setiap jam dihitung frekuensi pernapasan. Bila frekuensi lebih dari 60x/menit,
dibuat foto thorax. Pencegahan terhadap infeksi sangat penting, karena bayi
sangat rentan terhadap infeksi, yaitu karena pemindahan IgG dari ibu ke janin
terganggu. Temperatur harus dikelola, jangan sampai kedinginan karena bayi
dismatur lebih mudah menjadi hipotermik, hal ini disebabkan oleh karena
luas permukaan tubuh bayi relatif lebih besar dan jaringan lemak subkutan
kurang. 1,6
Perawatan bayi dalam inkubator
Inkubator yang canggih dilengkapi oleh alat pengatur suhu dan
kelembaban bayi agar bayi dapat mempertahankan suhu tubuhnya yang
normal, alat oksigen yang dapat diatur, serta kelengkapan lain untuk
mengurangi kontaminasi bila inkubator dibersihkan. Kemampuan bayi berat
lahir rendah dan bayi sakit untuk hidup lebih besar bila mereka dirawat pada
suhu mendekati suhu lingkungan yang netral. Suhu ini ditetapkan dengan
mengatur suhu permukaan yang terpapar radiasi, kelembapan yang relatif,
dan aliran udara sehingga produksi panas sesedikit mungkin dan suhu tubuh
bayi dapat dipertahankan dalam batas normal. Bayi yang besar dan lebih tua
memerlukan suhu lingkungan lebih rendah dari bayi yang kecil dan lebih

32

muda. Suhu inkubator yang optimum diperlukan agar panas yang hilang dan
konsumsi oksigen terjadi minimal sehingga bayi telanjang pun dapat
mempertahankan suhu tubuhnya sekitar 36,5- 37,5 oC. Tingginya suhu
lingkungan ini tergantung dari besar dan kematangan bayi. Dalam keadaaan
tertentu, bayi yang sangat prematur tidak hanya memerlukan inkubator untuk
mengatur suhu tubuhnya, tetapi juga memerlukan pleksiglas penahan panas
atau topi maupun pakaian. 2,6
Seandainya tidak ada inkubator, pengaturan suhu dan kelembapan
dapat diatur dengan memberikan sinar panas, dan botol air hangat, disertai
dengan pengaturan suhu dan kelembapan ruangan. Mungkin pula diperlukan
pemberian oksigen melalui pipa intubasi. 6
Ibu yang memiliki bayi berat lahir rendah (BBLR) tidak perlu
khawatir lagi soal perawatan buah hatinya itu selepas keluar rumah sakit.
Sekarang para ahli di bidang kedokteran mengembangkan metode kangguru
untuk merawat BBLR itu. Metode tersebut memungkinkan panas tubuh
ibunya memberikan kehangatan bayinya. Metode kangguru ini memang
terkesan unik, dengan sebuah pakaian yang berbentuk seperti tubuh kangguru
yang berkantung, bayi bisa mendapatkan kehangatan cukup karena
bersentuhan langsung dengan tubuh ibunya. Ada tiga kriteria BBLR sudah
bisa dirawat di rumah setelah keluar dari inkubator. Pertama, berat sudah
kembali ke berat lahir dan lebih dari 1500 gram. Kemudian berat bayi
cenderung naik dan suhu tubuh stabil selama tiga hari berturut-turut. Yang
juga harus diperhatikan, bayi sudah mampu mengisap dan menelan. Selain
itu, ibu sudah harus merawat dan memberi minum. Metode kangguru ini
cukup efektif sebab selain membuat bayi tidak tergantung pada rumah sakit,
ibu lebih percaya diri merawat bayinya di rumah. Keuntungan lainnya, BBLR
bisa mendapatkan ASI eksklusif dan menurunkan resiko bayi terkena
kehilangan panas tubuh. 6

33

H. KOMPLIKASI PREMATURITAS
Komplikasi prematuritas 1,5,6
1. Sindrom gangguan pernapasan idiopatik
Disebut juga sebagai penyakit membran hialin karena pada stadium akhir
akan terbentuk membran hialin yang akan melapisi paru.
2. Pneumonia aspirasi
Sering ditemukan pada bayi prematur karena refleks menelan dan batuk
belum sempurna.
3. Perdarahan intraventrikuler
Perdarahan spontan di ventrikel otak lateral karena anoksia otak. Kelainan ini
biasanya hanya ditemukan pada otopsi.
4. Fibroplasias retrolental
Penyakit ini ditemukan pada bayi prematur yang disebabkan oleh gangguan
oksigen yang berlebihan.
5. Hiperbilirubinemia
Bayi prematur lebih sering mengalami hiprebilirubinemia dibandingkan
dengan bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan oleh faktor kematangan hepar
yang tidak sempurna sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin
direk belum sempurna.
6. Infeksi
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya IgG gamma
globulin.
Komplikasi dismaturitas 1,2,5
1. Sindrom aspirasi mekonium
Keadaan hipoksia intrauterin mengakibatkan janin mengadakan gasping
dalam uterus. Selain itu mekonium akan dilepaskan ke dalam likuor amnion,

34

akibatnya cairan yang mengandung mekonium yang lengket itu masuk ke


dalam paru janin karena inhalasi. Pada saat lahir, bayi akan menderita
gangguan pernapasan idiopatik.
2. Hipoglikemia simptomatik
Tertama pada bayi laki-laki. Penyebabnya belum jelas, tetapi mungkin sekali
disebabkan oleh persediaan glikogen yang sangat kurang pada bayi
dismaturitas. Diagnosis dapat dibuat dengan melakukan pemeriksaan kadar
gula darah. Bayi BBLR dinyatakan hipoglikemia bila kadar gula darah yang
kurang dari 20 mg%.
3. Asfiksia neonatorum
Bayi dismatur lebih sering menderita asfiksia neonatorum dibandingkan
dengan bayi biasa.
4. Penyakit membran hialin
Terutama pada bayi dismatur yang preterm. Hal ini karena surfaktan pada
paru belum cukup sehingga alveoli selalu kolaps.
5. Hiperbilirubinemia
Bayi dismatur lebih sering mendapat penyakit ini dibandingkan dengan bayi
yang sesuai dengan masa kehamilannya. Hal ini disebabkan gangguan
pertumbuhan hati.
I. PROGNOSIS
Prognosis BBLR ini tergantung dari berat ringannya masa perinatal,
misalnya masa gestasi (makin muda masa gestasi/makin rendah berat badan,
makin tingggi angka kematian), asfiksia atau iskemia otak, sindroma gangguan
pernapasan, perdarahan intraventrikuler, fibroplasias retrolental, infeksi, gangguan
metabolik. Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan
orang tua dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan postnatal
(pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, makanan, pencegahan infeksi, mengatasi
gangguan pernapasan, asfiksia, hiperbilirubinemia, hipoglikemia, dan lain-lain).

35

DAFTAR PUSTAKA
1. Current : Pediatric Diagnosis and Treatment: Neonatal Intensive Care,
page 22-30. Edition 15 Th 2001 Mc Graw Hill Companies.
2. Behrman, Kliegman : Nelson Essential Of Pediatric-Delivery Room Care,
Page 160-166, 204-206. W.B Saunders Company 1990.
3. Lara Mother Health Care Center : Asphyxia Neonatorum
4. Wiknjosastro H, Saifuddin AB. Bayi Berat Lahir Redah. Dalam: Ilmu
Kebidanan; edisi ke-3. Jakarta : yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2002;771-83.

36

5. Arifuddin J, Palada P. BBLR-LBW. Dalam : Perinatologi dan Tumbuh


Kembang. Jakarta : FKUI, 2004;9-11.
6. Behrman, RE, Kliegman RM. The Fetus and the Neonatal Infant, In :
Nelson Textbook of pediatrics; 17 th ed. California: Saunders. 2004; 5508.

37

Você também pode gostar