Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
STROKE HEMORAGIK
OLEH:
dr. Marianto
PENDAMPING:
dr. Mey Margaretha Sitanggang
dr. Erna Marpaung
dr. Hardi Gurning
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa atas
berkat-Nya sehingga laporan kasus ini dapat saya selesaikan tepat pada waktunya.
Terima kasih saya ucapkan kepada pihak-pihak yang berkontribusi dalam
pembuatan laporan ini.
Adapun tujuan penulisan laporan kasus ini adalah memenuhi tugas sebagai
dokter internship di RSUD Sidikalang. Besar harapan kami, melalui laporan kasus
ini, pengetahuan dan pemahaman kita tentang penyakit saraf yang telah menjadi
momok bagi masyarakat Indonesia, yaitu stroke iskemik, dapat bertambah.
Saya menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu mohon maaf. Saya juga sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
demi kesempurnaan laporan kasus selanjutnya. Terima kasih.
Medan, Maret 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
BAB 1
PENDAHULUAN........................................................................
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA...............................................................
2.1. Definisi Stroke...................................................................
2.2. Epidemiologi Stroke..........................................................
2.3. Faktor Resiko Stroke Hemoragik.......................................
2.3.1. Faktor Resiko yang Tidak Dapat Dimodifikasi..................
2.3.2. Faktor Resiko yang Dapat Dimodifikasi............................
2.4. Patofisiologi Stroke Hemoragik.........................................
2.5. Diagnosis Stroke Hemoragik.............................................
2.5.1. Anamnesis..........................................................................
2.5.2. Pemeriksaan Fisik..............................................................
2.5.3. Pemeriksaan Penunjang.....................................................
2.6. Diagnosis Banding.............................................................
2.7. Penatalaksanaan.................................................................
3
3
3
4
4
5
6
10
11
11
13
16
17
BAB 3
LAPORAN KASUS.....................................................................
3.1
Anamnesis..........................................................................
3.2. Riwayat Perjalanan Penyakit.............................................
3.3. Pemeriksaan Jasmani.........................................................
3.4. Pemeriksaan Neurologis....................................................
3.5. Pemeriksaan Penunjang.....................................................
3.6. Kesimpulan........................................................................
3.7. Diagnosis............................................................................
3.8. Penatalaksanaan.................................................................
23
23
23
24
25
32
32
34
34
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Stroke merupakan penyakit yang paling sering menimbulkan kecacatan
pada usia dewasa dan merupakan penyebab kematian tersering kedua di dunia
setelah penyakit jantung iskemik.1 Diperkirakan 5,5 juta orang meninggal oleh
karena stroke di seluruh dunia. Sekitar 80% pasien selamat dari fase akut stroke
dan 50-70% di antaranya menderita kecacatan kronis dengan derajat yang
bervariasi.2
Stroke berdasarkan definisi WHO adalah suatu tanda klinis yang
berkembang cepat akibat gangguan otak fokal dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa
adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. Stroke sendiri merupakan salah
satu penyebab gangguan otak pada usia produktif.3
Di negara-negara berkembang, jumlah penderita stroke cukup tinggi dan
mencapai dua pertiga dari total penderita stroke di seluruh dunia. 2 Negara
berkembang juga menyumbang 85,5% dari total kematian akibat stroke di seluruh
dunia. Usia penderita stroke di negara berkembang rata-rata lebih muda 15 tahun
daripada usia penderita stroke di negara maju dan ada pendapat yang menyatakan
bahwa kondisi tersebut terkait dengan keadaan ekonomi negara.4,5
Data di Indonesia menunjukkan prevalensi stroke mencapai angka 8,3 per
1.000 penduduk. Daerah yang memiliki prevalensi stroke tertinggi adalah
Nanggroe Aceh Darussalam (16,6 per 1.000 penduduk) dan yang terendah adalah
Papua (3,8 per 1.000 penduduk). Dari 8,3 per 1.000 penderita stroke, 6
diantaranya telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan. Hal ini menunjukkan sekitar
72,3% kasus stroke di masyarakat telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan,
namun angka kematian akibat stroke tetap tinggi. Hal ini terlihat dari angka
kematian stroke berdasarkan umur adalah: sebesar 15,9% (umur 45-55 tahun) dan
26,8% (umur 55-64 tahun), dan 23,5% (umur 65 tahun).6 Data menunjukkan
bahwa stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian utama semua
umur di Indonesia. Stroke, bersama-sama dengan hipertensi, penyakit jantung
iskemik dan penyakit jantung lainnya, juga merupakan penyakit tidak menular
utama penyebab kematian di Indonesia.7 Penderita laki-laki lebih banyak daripada
perempuan dan profil usia di bawah 45 tahun sebesar 11,8%, usia 45-64 tahun
54,2%, dan usia di atas 65 tahun sebesar 33,5%.8
Adanya unit stroke telah terbukti dapat menurunkan angka kematian dan
menurunkan derajat kecacatan selain mengurangi waktu perawatan bagi pasien di
rumah sakit.9 Menurut NIHSS (National Institute Health Stroke Scale), perawatan
pada unit stroke menunjukkan perbaikan defisit neurologis yang signifikan
dibandingkan bangsal biasa (10,4% pada unit stroke dan 5,4% pada bangsal
biasa).10
Untuk dapat mendiagnosis dan mendefinisikan tipe stroke bisa cukup sulit
dan tidak akurat bila hanya berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Penggunaan Head CT-Scan sebagai baku emas dalam mendiagnosa stroke perlu
dilakukan. Namun tidak semua penyedia pelayanan kesehatan memiliki Head CTScan. Oleh sebab itu, penyusunan laporan kasus ini bertujuan untuk menjelaskan
lebih dalam tentang stroke hemoragik dan ditujukan untuk praktisi klinis yang
membaca laporan kasus ini. Diharapkan setelah membaca laporan kasus ini,
pembaca dapat sedikit ataupun lebih banyak mengerti tentang stroke hemoragik
dan tatalaksananya di Rumah Sakit.3,10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi Stroke
Stroke berdasarkan definisi WHO adalah suatu tanda klinis yang
berkembang cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala
yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian
tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.3 Sebagian besar stroke
disebabkan tersumbatnya aliran darah otak yang menyebabkan iskemiknya
jaringan otak, hanya sekitar 13% penderita stroke termasuk dalam kategori stroke
hemoragik.11,12
Terdapat 2 jenis stroke hemoragik, perdarahan intraserebral dan perdarahan
subarachnoid. Perdarahan pada otak lainnya, epidural hematom dan subdural
hematom. Namun perdarahan otak ini disebabkan trauma kapitis.12
2.2.
Epidemiologi Stroke
Menurut WHO, 15 juta orang menderita stroke setiap tahun. 5 juta dari
Pada survey tahun 2005, 93% responden mengetahui bahwa rasa kebas pada
sebagian tubuh secara tiba-tiba merupakan salah satu gejala stroke. Hanya 38%
yang menyadari semua gejala stroke dan mencari pertolongan pertama. 15 Telah
diketahui bahwa pasien yang tiba di ruang gawat darurat dalam waktu 3 jam sejak
gejala pertama cenderung untuk mempunyai lebih sedikit disabilitas dalam 3
bulan daripada yang menerima pertolongan lebih lambat.16
Di Indonesia, prevalensi stroke meningkat dari 8,3 per 1.000 penduduk (tahun
2007) menjadi 12,1 per 1.000 penduduk (2013).17 Prevalensi stroke pada pria
sama banyaknya dengan wanita. Prevalensi penyakit stroke pada kelompok
tertinggi pada usia di atas 75 tahun (43,1).
2.3. Faktor Risiko Stroke Hemoragik
2.3.1. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dimodifikasi
Usia, jenis kelamin, ras, etnis, dan keturunan diketahui merupakan pertanda
risiko stroke. Walaupun faktor risiko ini tidak dapat dimodifikasi, apabila
diketahui adanya faktor risiko ini, memungkinkan untuk diidentifikasinya pasien
dengan risiko yang tinggi, sehingga dapat dilakukan terapi yang lebih cepat
terhadap faktor risiko yang dapat dimodifikasi.18
Usia merupakan faktor risiko tunggal yang berperan pada penyakit stroke. Setiap
kenaikan 10 tahun setelah usia 55 tahun, risiko stroke meningkat dua kali pada
pria dan wanita. Insidens stroke ditemukan 1,25 lebih banyak pada pria.18.19
Peningkatan insidens stroke dalam keluarga disebabkan karena beberapa hal,
antara lain, kecenderungan genetik, dan paparan lingkungan atau gaya hidup yang
mirip. Pada penelitian Framingham, menunjukkan bahwa riwayat dari ayah dan
ibu berhubungan dengan peningkatan risiko stroke.18 Risiko stroke juga
meningkat apabila ditemukan saudara derajat satu mempunyai penyakit jantung
koroner atau stroke sebelum usia 55 tahun (laki-laki) atau 65 tahun (wanita).19
Riwayat seseorang pernah mengalami gejala stroke (TIA/Transient ischemic
attack) meningkatkan risiko 10 kali dibandingkan seseorang yang tidak memiliki
riwayat stroke. Riwayat penyakit jantung sebelumnya juga memiliki risiko yang
sama.20
Pada usia tua, salah satu faktor risiko yang paling penting adalah adanya amiloid
angiopati. Amiloid angiopati serebral (CAA) disebabkan karena mutasi pada
protein prekursor amiloid atau gen protein sistatin C yang diturunkan dengan pola
autosomal dominan. Amiloid angiopati sering asimptomatik, tetapi merupakan
penyebab penting terjadinya perdarahan intraserebral lobaris pada pasien usia
tua.21
2.3.2. Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi lainnya yang diketahui menyebabkan
ICH adalah hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, penggunaan kronik alkohol,
kokain, antikoagulan, dan terapi trombolitik. Adanya malformasi vaskular,
aneurisma, vaskulitis, dan keganasan intrakranial juga merupakan faktor risiko
terjadinya stroke hemoragik.22-25
Hipertensi adalah faktor risiko yang paling kuat dan sering memicu ICH. 18 Lebih
dari 12,7 juta penderita stroke juga menderita hipertensi. 13 Pada kasus stroke
hemoragik, sekitar 60% kasus ICH menderita hipertensi. 26 Risiko ICH diketahui
meningkat berhubungan dengan tingkat tekanan darah sistolik. Hipertrofi
ventrikel kiri juga berhubungan dengan peningkatan stroke hemoragik sebanyak
dua sampai tujuh kali.18
Rendahnya sosioekonomi, penyakit mental, dan stres psikososial juga merupakan
faktor risiko stroke. Sosioekonomi rendah diketahui berhubungan dengan
peningkatan risiko stroke. Depresi, adanya stres hidup kronik, dan gangguan
panik meningkatkan risiko terjadinya stroke. Obat-obatan lain seperti kontrasepsi
oral dan terapi pengganti hormon juga meningkatkan risiko stroke.19 Faktor risiko
lainnya, yaitu konsumsi alkohol, diketahui apabila konsumsi alkohol satu hingga
dua gelas per hari dapat menurunkan risiko sebanyak 30%. Namun, peminum
berat dapat merusak miokardium.19
perdarahan
intraventrikel.
Perdarahan
intraventrikel
dapat
gangguan
neurologis.36
Tergesernya
parenkim
otak
dapat
manajemen yang cepat diperlukan karena perburukan terjadi pada beberapa jam
setelah onset serangan. Lebih dari 20% pasien akan mengalami penurunan GCS >
10
2 poin sebelum tiba pada pelayanan kesehatan gawat darurat dan penilaian awal
pada ruang gawat darurat. Apabila terjadi penurunan kesadaran sebanyak 6 poin
pada pasien prehospital, telah diketahui angka mortalitasnya > 75%.18
Hal yang perlu dilakukan adalah menentukan apakah stroke yang diderita adalah
stroke infark atau hemoragik. Pembuatan diagnosis stroke iskemik atau
perdarahan di pusat neurologis tidak sulit karena adanya CT-Scan, tetapi karena
alat ini hanya dijumpai pada kota besar, maka diagnosis harus dibuat berdasarkan
pemeriksaan klinis.38
2.5.1. Anamnesis
Hal yang harus diketahui adalah mengenai onset gejala, apakah gejala
dialami pada saat pasien sedang beraktivitas, bagaimana perjalanan gejala, faktorfaktor risiko yang ada pada pasien, berapa kali serangan telah dialami oleh
penderita. Apakah serangan disertai nyeri kepala, mual dan muntah.38
Hal lain yang perlu ditanyakan juga adalah apakah pasien mengalami kesemutan
separuh badan, gangguan penglihatan, apakah terjadi penurunan intelektualitas,
dan riwayat pemakaian obat sebelumnya. Riwayat trauma juga perlu
ditanyakan.30,38
2.5.2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi tanda vital, pemeriksaan umum meliputi
kepala, jantung, paru, abdomen, dan ekstremitas. Pemeriksaan kepala dan leher
(cedera kepala akibat jatuh saat kejang, bruit karotis, dan tanda distensi vena
jugular pada gagal jantung kongestif.)10
Pemeriksaan neurologis dan skala stroke. Pemeriksaan neurologis terutama
pemeriksaan saraf kranialis, rangsang selaput otak, sistem motorik, sikap dan cara
jalan, refleks koordinasi, sensorik, dan fungsi kognitif. Skala stroke yang
digunakan adalah NIHSS (National Institutes of Heart Stroke Scale). Hipertensi
(tekanan darah sistolik di atas 220 mmHg) biasanya ditemukan pada stroke
hemoragik. Tekanan darah awal yg tinggi berhubungan dengan kerusakan
neurologis dini. Hal yang sama juga berlaku pada demam.10,30
11
Onset akut defisit neurologis, perubahan kesadaran atau status mental lebih sering
ditemukan pada stroke hemoragik. Hal ini disebabkan karena peningkatan tekanan
intrakranial. Meningismus dapat juga terjadi karena darah pada ruang
subarakhnoid.38
Defisit fokal neurologis
Defisit neurologis yang terjadi tergantung daerah otak yang terlibat. Apabila
1.
2.
3.
4.
5.
Apabila terjadi pada hemisfer sebelah kanan, terjadi hal sebaliknya dari yang telah
disebutkan di atas.
Apabila perdarahan terjadi pada serebellum, pasien berisiko tinggi terjadi herniasi
dan kompresi batang otak. Herniasi akan menyebabkan penurunan
kesadaran yang cepat dan mengakibatkan apnea dan kematian.30
Tanda lain dari perdarahan pada serebelum atau batang otak dapat berupa ataxia,
vertigo atau tinitus, mual dan muntah, hemiparesis atau quadriparesis,
kehilangan fungsi sensorik sebagian tubuh atau keempat ekstremitas,
gangguan sensorik pada separuh tubuh atau keempat ekstremitas,
kelemahan orofaringeal atau disfagia, crossed signs (wajah ipsilateral dan
badan kontralateral).30
Sindrome stroke lainnya berhubungan dengan perdarahan intraserebral, bervariasi
mulai dari nyeri kepala ringan sampai gangguan neurologis. Perdarahan serebri
pada onset awal dapat menimbulkan kejang.30
Tabel 2.1. Perbedaan Stroke Hemoragik dan Stroke Iskemik38
Gejala
Permulaan
Waktu serangan
Peringatan sebelumnya
Nyeri kepala
Stroke Hemoragik
Sangat akut
Aktif
++
Stroke Iskemik
Subakut
Bangun pagi
++
-
12
Muntah
Kejang-kejang
Kesadaran menurun
Bradikardi
Perdarahan di retina
Papiledema
Kaku kuduk, Kernig,
Brudzinki
Ptosis
Lokasi
++
++
++
+++ (dari hari I)
++
+
++
++
Subkortikal
Kortikal/subkortikal
Perdarahan Intraserebral
++
+
+
+ (bila besar)
Biasanya hemiplegi
Eritrosit > 1000
++
Perdarahan Subarakhnoid
+++
+++
+++
+++
Hemiparesis
Eritrosit > 25000
-
13
14
Untuk membedakan stroke iskemik akut dan stroke perdarahan, jika sarana tidak
memungkinkan, dapat menggunakan sistem skoring Siriraj Stroke Score38
Rumus Siriraj Stroke Score
(2,5 x derajat kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x nyeri kepala) + (0,1 x tekanan
darah diastolik) (3 x tanda ateroma) 12
Skor < -1 menunjukkan kemungkinan stroke iskemik
Skor > 1 menunjukkan kemungkinan stroke perdarahan
Catatan:
Derajat kesadaran: sadar = 0
Mengantuk/stupor = 2
Koma/semikoma = 2
Nyeri kepala: Tidak ada nyeri kepala = 0
Nyeri kepala
=1
Tanda ateroma: Tidak ada tanda ateroma = 0
Tanda ateroma
(diabetes, angina, penyakit arteri perifer) = 1
2.6.
Diagnosis Banding
Kejang lebih sering ditemukan pada stroke iskemik dan terjadi pada 28% stroke
hemoragik.
Pada perdarahan subarakhnoid perdarahan mengiritasi meningens. Hal ini
menyebabkan gejala nyeri kepala hebat yang tiba-tiba dan kaku kuduk. Sering
15
16
ventilator.
Kortikosteroid tidak direkomendasikan untuk mengatasi edema
otak dan tekanan tinggi intrakranial pada stroke iskemik, dan dapat
17
3.
g/kgBB/hari).
Pencegahan dan Komplikasi
a. Mobilisasi untuk mencegah komplikasi subakut malnutrisi,
pneumonia, trombosis vena dalam, emboli, dekubitus perlu
4.
dilakukan
b. Berikan antibiotika sesuai indikasi.
c. Pencegahan dekubitus dengan mobilisasi
Penatalaksanaan medis lain44
a. Pemantauan kadar glukosa darah diperlukan. Hiperglikemia (KGD
> 180 mg/dl) pada stroke akut harus diobati dengan titrasi insulin.
Hipoglikemia berat (<50mg/dL) harus diobati dengan dekstrosa
40% intravena atau infuse glukosa 10-20%.
b. Analgesik dan antimuntah sesuai indikasi
c. Berikan H2 antagonis sesuai indikasi
18
d. Hati-hati
dalam
menggerakkan,
penyedotan
lendir,
atau
peningkatan
tekanan
intracranial,
dilakukan
pemantauan
tekanan
19
20
memburuk. Bila terdapat gagal jantung, tekanan darah harus segera diturunkan
dengan labetalol iv 10 mg (pemberian dalam 2 menit) sampai 20 mg (pemberian
dalam 10 menit) maksimum 300 mg; enalapril iv 0,625-1.25 mg per 6 jam;
kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per oral.44
21
BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1.
Anamnesis
Identitas Pribadi
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Suku Bangsa
Agama
Alamat
Status
Tanggal Masuk
Tanggal Keluar
:
:
:
:
:
:
:
:
:
MS
Laki-laki
65 tahun
Indonesia
Kristen Protestan
Lae Pinang
Kawin
17 Januari 2015 pukul 04.45
17 Januari 2015
3.2.
Riwayat Perjalanan Penyakit
Keluhan Utama
: Penurunan Kesadaran
Telaah
: Hal ini dialami pasien 2 jam sebelum masuk rumah
sakit. Hal ini dialami secara tiba-tiba saat pasien
sedang di kamar mandi. Pasien terjatuh dan tidak
sadarkan
diri.
Sebelum
terjatuh,
keluarga
sebelumnya (-)
: Tidak jelas
:
:
:
:
::
22
3.2.2.
Anamnesa Keluarga
Faktor Herediter
Faktor Familier
Lain-lain
:::-
3.3.
Pemeriksaan Jasmani
3.3.1. Pemeriksaan Umum
Tekanan Darah
Nadi
Frekuensi Nafas
Temperatur
Kulit dan Selaput Lendir
Kelenjar dan Getah Bening
Persendian
:
:
:
:
:
:
:
190/110 mmHg
98 x/i
24 x/i
36,6oC
sianosis (-), dalam batas normal
tidak teraba
pembengkakan (-)
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Rongga Dada
Rongga Abdomen
simetris fusiformis
simetris
SF ka=ki, kesan normal
soepel, H/L/R ttb
sonor
timpani
SP vesikuler, ST (-), SJ dbn peristaltik (+) normal
3.3.4. Genitalia
Toucher
3.4.
Pemeriksaan Neurologis
3.4.1. Sensorium
: koma, GCS 7 (E2V1M4)
3.4.2. Kranium
Bentuk
Fontanella
: lonjong
: tertutup rata
23
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Transilumnasi
:
:
:
:
: (-)
: (-)
: (-)
: (+)
: sulit dinilai
: (-)
:
:
:
:
24
Strabismus
Ptosis
:
:
(-)
(-)
Nervus V
Motorik
Membuka dan menutup mulut
Palpasi otot masseter dan temporalis
Kekuatan gigitan
Sensorik
Kulit
Selaput lendir
Refleks Kornea
Langsung
Tidak Langsung
Refleks Masseter
Refleks bersin
Nervus VII
Motorik
(-)
(-)
Kanan
Kiri
dbn
sulit dinilai
sulit dinilai
: sulit dinilai
: sulit dinilai
sulit dinilai
sulit dinilai
:
(+)
:
(+)
:
(-)
: sulit dinilai
(+)
(+)
(-)
sulit dinilai
Kanan
Kiri
Mimik
Kerut Kening
sdn
sdn
Menutup Mata
sdn
sdn
Meniup Sekuatnya
sdn
sdn
Memperlihatkan Gigi
sdn
sdn
Tertawa
sdn
sdn
Sensorik
Pengecapan 2/3 Depan Lidah: tidak dilakukan pemeriksaan
Produksi Kelenjar Ludah : tidak dilakukan pemeriksaan
Hiperakusis
: sulit dinilai
Refleks Stapedial
: tidak dilakukan pemeriksaan
Nervus VIII
Auditorius
Pendengaran
Test Rinne
Test Weber
Test Schwabach
Vestibularis
Nistagmus
Reaksi Kalori
Vertigo
Kanan
:
sdn
: tidak dilakukan pemeriksaan
: tidak dilakukan pemeriksaan
: tidak dilakukan pemeriksaan
Kiri
sdn
tdp
tdp
tdp
25
Tinnitus
: sulit dinilai
sulit dinilai
Nervus IX, X
Pallatum Mole
Uvula
Disfagia
Disartria
Disfonia
Refleks Muntah
Pengecapan 1/3 Belakang Lidah
:
:
:
:
:
:
:
Nervus XI
Mengangkat Bahu
Fungsi Otot Sternocleidomastoideus
Kanan
: sulit dinilai
: sulit dinilai
Nervus XII
Lidah
Tremor
Atrofi
Fasikulasi
Ujung Lidah Sewaktu Istirahat
Ujung Lidah Sewaktu Dijulurkan
: medial
: sulit dinilai
: sulit dinilai
: sulit dinilai
: medial
: sulit dinilai
sulit dinilai
sulit dinilai
sulit dinilai
sulit dinilai
sulit dinilai
(+)
tidak dilakukan pemeriksaan
Kiri
sulit dinilai
sulit dinilai
: sulit dinilai
: sulit dinilai
26
3.4.8. Refleks
Refleks Fisiologis
Biceps
Triceps
Radioperiost
APR
KPR
Strumple
Refleks Patologis
Babinski
Oppenheim
Chaddock
Gordon
Schaefer
Hoffman-Tromner
Klonus Lutut
Klonus Kaki
Refleks Primitif
Kanan
:
:
:
:
:
:
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
:
:
:
:
:
:
:
:
:
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
3.4.9. Koordinasi
Lenggang
Bicara
Menulis
Percobaan Apraksia
Mimik
Test Telunjuk-Telunjuk
Test Telunjuk-Hidung
Diadokhokinesia
Test Tumit-Lutut
Test Romberg
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
sulit dinilai
sulit dinilai
sulit dinilai
sulit dinilai
sulit dinilai
sulit dinilai
sulit dinilai
sulit dinilai
sulit dinilai
sulit dinilai
3.4.10. Vegetatif
Vasomotorik
Sudomotorik
Pilo-Erektor
Miksi
Defekasi
Potens dan Libido
:
:
:
:
:
:
3.4.11. Vertebra
Bentuk
Normal
Scoliosis
Hiperlordosis
: (+)
: (-)
: (-)
Kiri
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
27
Pergerakan
Leher
Pinggang
: menurun
: sulit dinilai
: sulit dinilai
:
:
:
:
:
:
:
:
:
sulit dinilai
sulit dinilai
sulit dinilai
sulit dinilai
sulit dinilai
sulit dinilai
sulit dinilai
sulit dinilai
sulit dinilai
3. 5. Pemeriksaan Penunjang
Hb/Ht/L/Tr: 12,1/36,9/9.400/210.000, KGD ad random: 110 mg/dL
28
3. 6. Kesimpulan
Keluhan Utama
: Penurunan Kesadaran
Telaah
: Tidak jelas
Status Presens
Sens
Tekanan Darah
Nadi
Frekuensi Nafas
Temperatur
: koma
: 190/110 mmHg
: 98 x/i
: 24 x/i
: 36,6oC
Nervus Kranialis
N. I
:
N. II,III
:
N. III,IV,VI
:
N. V
:
N. VII
:
N. VIII
:
N. IX, X
:
N. XI
:
N. XII
:
sulit dinilai
refleks cahaya +/+, pupil isokor =3mm
sulit dinilai
sulit dinilai
sudut mulut tertarik ke kanan
pendengaran sulit dinilai
sulit dinilai
sulit dinilai
sulit dinilai
STATUS NEUROLOGIS
Sensorium
: koma
Peningkatan TIK
: Sakit kepala sulit dinilai
Muntah (+)
Kejang (-)
Rangsang Meningeal
: (-)
Refleks Fisiologis
Kanan
Kiri
B/T
:
+/+
+/+
29
APR/KPR
Refleks Patologis
H/T
Babinski
Kekuatan Motorik
:
:
+/+
Kanan
-
+/+
Kiri
+
-
Stroke iskemik
3. 8. Penatalaksanaan
-
NGT terpasang
Kateter terpasang
Elevasi kepala 30o
IVFD Rsol 30 gtt/i
Inj Ceftriaxone 1 g/12 jam
Inj Ranitidine 50 mg/12 jam
Inj Piracetam 3 g/8 jam
Inj Citicholine 250 mg/12 jam
Inj Furosemide 40 mg bolus 20 mg/12 jam
Irbesartan 150 mg tab 1x1
R/
-
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Van der Worp, HB & van Gijn, J. 2007. Acute Ischemic Stroke. N Engl J
Med 357: 572-579.
2. World Health Organization (WHO). 2004. Atlas Country Resources for
Neurological Disorders 2004. Department of Mental Health and Substance
Abuse,
World
Health
Organization.
Available
from:
http://www.who.int/mental_health/neurology/epidemiology/en/index.html.
[Accessed 15 March 2015].
3. Sjahrir H. 2003. Stroke Iskemik. Medan: Yandira Agung; 1.
4. Kamal AK, Itrat A, Murtaza M, Khan M, Rasheed A, Ali A, Akber A, et
al. 2009. The Burden of Stroke and Transient Ischemic Attack in Pakistan:
a Community-based Prevalence Study. BMC Neurology 9: 58.
5. Lipska K, Sylaja PN, Sarma PS, Thankappan KR, Kutty VR, Vasan RS, et
al. 2007. Risk Factors for Acute Ischaemic Stroke in Young Adults in
South India. J Neurol Neurosurg Psychiatry, 78(9): 959-963.
6. Riskesdes depkes. Proporsi penyebab kematian pada kelompok umur 5564 tahun menurut tipe daerah. 2008
7. Departemen Kesehatan RI. 2009. Profile Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
8. Misbach J. Pandangan Umum Mengenai Stroke dalam: Rasyid A
Soertidewi
editor.
Units
Stroke:
Managemen
Stroke
Secara
31
EA.
2014.
Intracerebral
Hemorrhage.
Available
from:
http://www.merckmanuals.com/home/brain_spinal_cord_and_nerve_disor
ders/stroke_cva/intracerebral_hemorrhage.html.
[Accessed
15
March
2015].
13. Internet
Stroke
Center.
2015.
Available
from:
http://www.strokecenter.org/patients/about-stroke/stroke-statistics/.
[Accessed 15 March 2015].
14. Mozaffarian D, Benjamin EJ, Go AS, Arnett DK, Blaha MJ, Cushman M,
et al. 2015. Heart Disease and Stroke Statistics-2015 Update. Circulation.
2015;131:e1-294.
15. Fang J, Keenan NL, Ayala C, Dai S, Merritt R, Denny CH. Awareness of
stroke warning symptoms13 states and the District of Columbia, 2005.
MMWR. 2008;57(18):4815.
16. The ATLANTIS, ECASS, and NINDS rt-PA Study Group Investigators.
Association of outcome with early stroke treatment: pooled analysis of
ATLANTIS,
ECASS,
and
NINDS
rt-PA stroke
trials.
Lancet.
2004;363:76874.
17. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan
Dasar 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan.
18. Sacco RL, Benjamin EJ, Broderick JP, Dyken M, Easton D, Feinberg WM,
et al. Risk Factors. Stroke 1997; 28: 1507-1517.
19. WHO.
2003.
Risk
Factors.
Available
from:
http://www.who.int/cardiovascular_diseases/en/cvd_atlas_03_risk_factors.
pdf. [Accessed 15 March 2015].
20. American Heart Association. 2012. Stroke Risk Factors. Available from:
http://www.strokeassociation.org/STROKEORG/AboutStroke/Understandi
ngRisk/Understanding-Stroke-Risk_UCM_308539_SubHomePage.jsp.
[Accessed 15 March 2015].
32
RN,
Sutherland
GR.
Primary
intracerebral
hemorrhage:
F,
Bazak
S,
Martin
J.
Intracerebral
Hemorrhage:
Balaji
Anvekars
Neuroradiology
Cases.
Available
from:
2015.
Hemorrhagic
Stroke.
Available
from:
http://emedicine.medscape.com/article/1916662-overview#showall.
[Accessed 13 March 2015].
31. Brott T, Broderick J, Kothari R, et al. Early Hemorrhage Growth in
Patients with Intracerebral Hemorrhage. Stroke. 1997;28:1-5.
33
M.
Diagnosa
Stroke.
Available
from:
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed/article/download/1000/1118.
[Accessed 15 March 2015].
39. Morgenstern LB. Hemphill C, Anderson C, Becker K, Broderick JP,
Connolly S. Guidelines for The Management of Spontaneous Intracerebral
Hemorrhage. Stroke. 2010; 41: 2108-2129.
40. Becker KJ, Baxter AB, Cohen WA, Bybee HM, Tirschwell DL, Newell DW,
Winn HR, Longstreth WT Jr. Withdrawal of support in intracerebral
hemorrhage may lead to self-fulfilling prophecies. Neurology. 2001; 56:
766772.
41. Morgenstern LB. Hemphill C, Anderson C, Becker K, Broderick JP,
Connolly S. Guidelines for The Management of Spontaneous Intracerebral
Hemorrhage. Stroke. 2010; 41: 2108-2129.
42. Zhang Y, Reilly KH, Tong W, Xu T, Chen J, Bazzano LA, Qiao D, Ju Z,
Chen CS, He J. Blood pressure and clinical outcome among patients with
34
35