Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Januari 2009
ANATOMI ORBITA
Oleh :
Muh. Abrar Ismail
Pembimbing :
Dr. Halimah Pagarra, Sp. M
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS
BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
Makassar
2008
ANATOMI ORBITA
Pendahuluan
Setiap bola mata terletak didalam 2 buah rongga tulang, dimana volume masing- masing
pada orang dewasa adalah sekitar 30 cc. Setiap rongga orbita berbentuk buah pir, dimana
nervus optik menjadi tangkainya. Mulut kavum orbita berukuran rata-rata lebar 35 mm dan
tinggi 45 mm, panjang rata- rata pada orang dewasa dari apeks orbita hingga muara adalah
sekitar 40-45 mm, ukuran ini dipengaruhi oleh jenis kelamin dan ras.
Orbita di superior berhubungan dengan sinus frontalis,
maxillaris, dan sinus sphenoidalis di medial. Dasar orbita yang tipis mudah rusak akibat
trauma langsung yang mengarah ke bola mata, berakibat timbulnya blow out fracture
dengan herniasi isi bola mata kedalam anthrum maxillaris. Infeksi dalam sinus ethmoidalis
dan sphenoidalis dapat mengikis medialnya yang setipis kertas (lamina papyracea) dan
mengenai isi orbita. Defek pada atapnya (mis. Neurofibromatosis) dapat mengakibatkan
terlihatnya pulsasi pada bola mata yang berasal dari otak. (1,2)
Rongga orbita didesain untuk
dibawahnya, yang termasuk didalamnya adalah bola mata, otot- otot ekstra okuler, saraf,
pembuluh darah, apparatus lakrimalis dan jaringan lemak. Rongga orbita terdiri atas tujuh
buah tulang, yakni os frontalis, os sphenoidalis, os ethmoidalis, os zygomaticus, os palatina,
os lakrimalis dan os maxillaris. Dinding orbita terdiri atas atap orbita, dasar orbita, dinding
medial dan lateral. (3,4,5, 6, 7, 8)
Embriologi
Lapisan Orbita berkembang dari lapisan mesenkimal dari cikal bakal vesikel optic,
terdapat dua jenis proses ossifikasi yang terjadi selama pembentukan orbita, yakni proses
endochondral dan membranous. Proses endochondral merupakan proses pembentukan tulang
dari kartilago, sedang membranous adalah pembentukan tulang dari jaringan ikat. Dinding
2
orbita terbentuk dari derivate surface ectoderm, yakni Krista neuralis. Pada tahap awal
perkembangan, prosessus nasalis lateralis bermigrasi dan bersatu dengan prosessus maxillaris
membentuk dinding medial, inferior dan lateral. Kapsul
Volume Orbita
3
Volume masing- masing orbita pada orang dewasa adalah sekitar 30 cc, dengan bola
mata mengisi sekitar 1/5 bagiannya, jarak antero-posterior adalah sekitar 40-45 mm pada
orang dewasa, yang dipengaruhi oleh jenis kelamin dan ras. Muara kavum orbita memiliki
lebar 35 mm dan tinggi 45 mm. Pengukuran rata- rata kavum orbita ditunjukkan pada tabel
dibawah ini
Tepi Orbita membentuk spiral quadrilateral, dimana tepi superior dibentuk oleh os frontalis,
yang pada bagian tengahnya terdapat supraorbital notch, Dua pertiga bagian lateral
permukaannya tajam, sedangkan sepertiga bagian luarnya membulat. Tepi medial dibentuk
disebelah atas oleh os frontalis dan dibawah oleh posterior lacrimal crest os maxilla. Tepi
onferior dibentuk oleh os maxilla dan zygomaticus, dan di lateral, tepi orbita dibentuk oleh
Os zygomaticus dan frontalis.(2,3)
orbital os ethmoid memiliki struktur yang setipis kertas yang disebut lamina
payracea. Prosessus frontal os maxilla dan os lakrimal membentuk fossa lakrimal
yang merupakan bagian anterior dari dinding medial. Di bagian bawah fossa lakrimal
melanjutkan diri menjadi kanalis nasolakrimalis dan berjalan menuju meatus nasi
inferior.
4. Dasar Orbita
Gambar
5, dasar
orbita, (2)
Dasar
orbita
dipisahkan dari dinding lateral orbita oleh fissura orbitalis inferior dan merupakan
atap dari sinus maxillaris. Dasar orbita menukik turun dari posterior ke anterior
kurang lebih 20o, dinding ini terbentuk dari 3 buah tulang :
- Os maxillaris
- Os palatina
- Pars orbita os zygomaticus
Muskulus oblikus inferior muncul dari dasar orbita tepat disebelah lateral dari pintu
masuk kanalis nasolakrimalis, muskulus ini merupakan satu-satunya otot ekstra okuler
yang tidak berorigo pada apex orbita.
Foramen, Duktus Canalis dan Fissura pada Orbita
A. Foramen Optik
Foramen optikus berasal dari fossa crania media menuju apex orbita. Foramen ini
mengarah kedepan dan lateral, sedikit mengarah kebawah dan mengandung nervus
optik, a. ophthalmika, dan serat simpatetik dari plekus karotid. Foramen ini terdapat
7
pada ala parva ossis sphenoidalis, terletak pada ala parva os sphenoid dengan panjang
4-10 mm dan diameter 6,5 mm.
B. Foramen Supraorbitalis
Terletak pada 1/3 medial tepi superior orbita. Foramen ini dilalui pembuluh darah dan
nervus supraorbita, yang merupakan cabang divisi ophtalmik n.V 1 dari nervus
Trigeminus.
C. Foramen Ethmoidalis anterior dan posterior
Foramen ethmoidalis anterior terletak pada sutura frontoethmoidal dan dilalui oleh
pembuluh darah ethmoidalis dan nervus ethmoidalis anterior. Foramen ethmoidalis
posterior terletak antara atap orbita dan dinding medial orbita, melewati os ethmoid,
12 mm posterior dari foramen ethmoidalis anterior. Foramen ini dilalui arteri, vena
dan n. ethmoidalis posterior yang mensuplai sinus- sinus ethmoidal. Foramen ini
menjadi rute potensial proses infeksi dan keganasan yang berasal dari sinus (3,5)
D. Foramen Zygomaticofacial dan Zygomaticotemporal
Foramen Zygomaticofacial dan Zygomaticotemporal berada pada sisi lateral os
zygomaticus dan dilalui nervus zygomaticofacial dan zygomaticotemporal serta arteri
zygomaticus.
E. Fissura Orbitalis Superior
Fissura orbitalis superior memisahkan ala parva dengan ala magna os sphenoidalis.
Fissura ini terletak di inferolateral foramen opticum. Fissura ini berukuran 22 mm dan
menghubungkan fossa crania media dengan cavum orbita. Fissura ini dibagi dua oleh
annulus zinn. Bagian medial didalam annulus zinn dilalui oleh nervus oculomotorius
divisi superior dan inferior, n. abdusen, n. nasosiliaris dari divisi ophtalmikus n.
Trigeminal, serabut saraf simpatetik dan parasimpatetik. Bagian lateral annulus zinn
dilalui oleh cabang lakrimal dan frontal dari n. V1, nervus trochlearis dan v.
ophtalmika superior.
F. Fissura Orbitalis Inferior
Terdapat tepat dibawah fissura orbitalis superior diantara tepi lateral dan lantai orbita.
Fissura ini dibentuk oleh ala magna os sphenoidalis dan tepi lateral prosessus os
maxilla, terletak dibawah fissura orbitalis superior. Fissura ini menghubungkan fossa
8
pterigopalatina dan infratemporal dengan kavum orbita. Fissura ini berjalan naik
kurang lebih 15-20o pada dasar orbita dari anterior ke posterior dan dilalui oleh nervus
infraorbitalis dan n. zigomaticum yang merupakan cabang ke dua n. Trigeminal, serta
v. ophtalmika inferior
G. Kanalis Nasolakrimalis
Kanalis nasolakrimalis terbentang melalui fossa lakrimalis sac menuju meatus nasi
inferior dan dilalui oleh duktus nasolakrimalis, kanalis ini menghubungkan sakkus
nasolakrimal dengan mukosa hidung.
H. Foramen Infraorbita
Foramen ini berasal dari celah infraorbita dan bermuara 4 mm dibawah tepi inferior
orbita, foramen ini dilalui oleh nervus infraorbita, yang merupakan cabang n. V2
( nervus maxillaris) (2,3,5)
Gambar 6, foramen dan fissure pada orbita
Gambar
7,
Gambar 8,
dari depan
d. Nervus Optik
Segmen
infra
Kapsula tenon,
orbita
dari
nervus optik, kira- kira berukuran 30 mm, nervus optik ini lebih panjang dari
kedalaman orbita, sehingga memiliki posisi berbentuk huruf S, yang memungkinkan
n. optik bergerak bebas mengikuti gerakan bola mata. Nervus optik berdiameter 4
11
mm dan di selubungi oleh piamater, arachnoid dan duramater, lapisan yang sama
dengn lapisan yang membungkus otak. (3)
e. Otot- otot ekstra okuler
Otot- otot ekstra okuler berperan dalam pergerakan bola mata serta proses
sinkronisasi, terdapat empat buah otot rektus dan dua buah otot obliquus pada masingmasing mata;
Dari enam buah otot ekstraokuler, lima buah otot berorigo pada pada apex orbita,
satu otot lagi yakni m. obliquus inferior berorigo didasar orbita. Otot- otot
ekstraokular ini berjalan keanterior menuju insersinya pada bola mata. Pada segmen
anterior orbita, otot-otot rektus dihubungkan oleh membran yang disebut septum
intermuscular . (3,9,10)
f. Annulus Zinn
Merupakan cincin fibrous yang dibentuk oleh origin ke empat otot rektus. Cincin ini
melingkari foramen optik dan bagian tengah fissura orbitalis superior. Origo superior
otot rektus lateralis membagi fissura orbitalis menjadi 2 bagian. (2)
Gambar 9,Gambaran
skematis apex orbita
G. Jaringan lemak
periorbita
Jaringan
lemak
pembungkus orbita
dibagi
dua
oleh
keluar dari sinus cavernosus. A. Ophtalmika berjalan lurus dibawah n. optik dan
memasuki rongga orbita melalui canalis optikus. Arteri ini memberi banyak cabang
dengan variasi yang signifikan. Secara umum, cabang a. ophthalmika ini dibagi
menjadi 3 grup, yakni okular, orbital dan ekstraorbital, sesuai dengan target organnya.
(3,5)
13
Innervasi Orbita
Persarafan orbita terdiri atas saraf motorik, sensorik dan autonom. Saraf motorik
terdiri atas n. okulomotorius, n. trochlearis dan n. abdusens yang menginervasi otot-
otot Ekstraokuler. Saraf sensorik berasal dari divisi oftalmik dan divisi maxilla n.
trigeminal. Divisi oftalmik memiliki 3 cabang utama yaitu n. frontal n. lakrimal, n.
nasosiliar. Cabang frontal dan lakrimal menginervasi kantus medial (cabang
supratrochlear), palpebra superior (cabang lakrimal dan supratrochlear), kulit kepala
14
cabang- cabang siliar untuk menginervasi iris, kornea dan m. siliar. (9,10)
Gambar 12 Innervasi Orbita, dari lateral, menggambarkan percabangan N. V
Supraorbitalis,
Foramen
Ethmoidalis
anterior
dan
posterior,
Foramen
Daftar Pustaka
1. Vaughan, D. G. Oftalmologi Umum, 14th ed, Alih Bahasa dr. Jan Tambajong dan
dr. Brahm U. Pendit, SpKK. San Fransisco 1995. Hal 8-11
2. Chibis,W.G, Hillary A.B, James, J.T., John, S.B., Karla J., Shalesh K .
Fundamentals and Principles of Ophthalmology, Basic and Clinical Science
Course, Sec 2, AAO, San Fransisco, 2008-2009. Hal 5-40
3. Holds, J.B., Chang, W.J., Dailey, R.A., Foster J.A., Kazim, M., McCulley, T.J et
al. Orbit, Eyelid and Lacrimal System, Basic and Clinical Science Course, AAO,
San Fransisco, 2008-2009. Hal 5-19
16
Plastic
surgery, Anatomy,
March
2008,
available
from
www.
17