Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Batu saluran kemih (BSK) merupakan penyakit yang sering di Indonesia.
BSK adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh pengendapan substansi yang
terdapat dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain yang
mempengaruhi daya larut substansi. BSK dapat menyebabkan gejala nyeri,
perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di
dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung
kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis, dan dapat terbentuk pada
ginjal (nefrolithiasis), ureter (ureterolithiasis), vesica urinaria (vesicolithiasis), dan
uretra (urethrolithiasis).(1)
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah
terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor
intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik
yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya.(2)
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua
ginjal akibat adanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir
balik sehingga tekanan di ginjal meningkat. BSK pada ginjal (nefrolithiasis)
merupakan faktor pencetus awal terjadinya hidronefrosis. Dimana nefrolithiasis
dapat menimbulkan obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih
yang dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal
dan ureter sehingga mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal.(2)
BSK dapat menyerang penduduk di seluruh dunia dan tidak terkecuali
penduduk di Indonesia. Di Indonesia penyakit batu saluran kemih masih
menempati porsi terbesar dari jumlah pasien di klinik urologi. Berdasarkan data
dalam negeri yang pernah dipublikasi, didapatkan peningkatan jumlah penderita
nefrolithiasis yang mendapat tindakan di RSUPN-Cipto Mangunkusumo dari
tahun ke tahun, mulai 182 pasien pada tahun 1997 menjadi 847 pasien pada tahun
2002. Peningkatan ini sebagian besar disebabkan mulai tersedianya alat pemecah
batu ginjal non-invasif ESWL (Extracorporeal shock wave lithotripsy) yang
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 47 Medula, Volume 1, Nomor 4,
Oktober 2013 secara total mencakup 86% dari seluruh tindakan (ESWL, PCNL,
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa keras
seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas
(ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah (kandung kemih dan uretra), yang
dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi.
Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung
kemih (batu kandung kemih). Batu ini terbentuk dari pengendapan garam kalsium,
magnesium, asam urat, atau sistein.(4)
BSK dapat berukuran dari sekecil pasir hingga sebesar buah anggur. Batu
yang berukuran kecil biasanya tidak menimbulkan gejala dan biasanya dapat
keluar bersama dengan urine ketika berkemih. Batu yang berada di saluran kemih
atas (ginjal dan ureter) menimbulkan kolik dan jika batu berada di saluran kemih
bagian bawah (kandung kemih dan uretra) dapat menghambat buang air kecil.
Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis dapat
menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat di daerah
antara tulang rusuk dan tulang pinggang yang menjalar ke perut juga daerah
kemaluan dan paha sebelah dalam). Hal ini disebabkan karena adanya respon
ureter terhadap batu tersebut, dimana ureter akan berkontraksi yang dapat
menimbulkan rasa nyeri kram yang hebat. (4)
2.2 Epidemiologi
Berdasarkan data dari Urologic Disease in America pada tahun 2000,
insidens rate tertinggi kelompok umur berdasarkan letak batu yaitu saluran kemih
atas adalah pada kelompok umur 55-64 tahun 11,2 per-100.000 populasi, tertinggi
kedua adalah kelompok umur 65-74 tahun 10,7 per-100.000 populasi. Insidens
rate tertinggi jenis kelamin berdasarkan letak batu yaitu saluran kemih atas adalah
pada jenis kelamin laki-laki 74 per-100.000 populasi, sedangkan pada perempuan
51 per-100.000 populasi. Insidens rate tertinggi kelompok umur berdasarkan letak
batu yaitu saluran kemih bawah adalah pada kelompok umur 75-84 tahun 18 per-
100.000 populasi, tertinggi kedua adalah kelompok umur 65-74 tahun 11 per100.000 populasi. Insidens rate tertinggi jenis kelamin berdasarkan letak batu
yaitu saluran kemih bawah adalah Universitas Sumatera Utara jenis kelamin lakilaki 4,6 per-100.000 populasi sedangkan pada perempuan 0,7 per- 100.000
populasi.(5)
Analisis jenis batu berdasarkan jenis kelamin di Amerika Serikat pada tahun
2005, jenis kelamin laki-laki dengan batu kalsium 75%, batu asam urat 23,1%,
batu struvit 5%, dan batu cysteine 0,5%, sedangkan pada perempuan jenis batu
kalsium 86,2%, batu asam urat 11,3%, batu struvit 1,3%, dan batu cysteine 1,3%.
Analisis jenis batu berdasarkan jenis kelamin di Australia Selatan pada tahun 2005
yaitu pada jenis kelamin laki-laki jenis batu kalsium oksalat 73%, batu asam urat
79%, sedangkan pada perempuan jenis batu struvit 58%. Analisis jenis batu
berdasarkan kelompok umur, jenis batu kalsium oksalat 50-60 tahun, batu asam
urat 60-65 tahun dan batu struvit 20-55 tahun.(5)
Penelitian yang dilakukan oleh Hardjoeno dkk pada tahun 2002-2004 di RS
dr.Wahidin Sudirohusodo Makasar berdasarkan jenis kelamin proporsi tertinggi
adalah jenis kelamin laki-laki 79,9 % sedangkan wanita 20,1%.12 Di RSUP
Sanglah Denpasar pada tahun 2007 jumlah pasien rawat inap BSK 113 orang,
berdasarkan kelompok umur proporsi tertinggi adalah kelompok umur 46-60
tahun 39,8%, berdasarkan jenis kelamin proporsi tertinggi adalah jenis kelamin
laki-laki 80,5%, dan berdasarkan jenis batu proporsi yang tertinggi adalah jenis
batu kalsium oksalat 100%, struvite 96,5%, dan Cystine 66,4%.
2.3 Penyebab Pembentukan Batu Saluran Kemih
Penyebab pasti pembentukan BSK belum diketahui, oleh karena banyak
faktor yang dilibatkannya, sampai sekarang banyak teori dan faktor yang
berpengaruh terhadap pembentukan BSK yaitu : (5-7)
a. Teori Fisiko Kimiawi
Prinsip dari teori ini adalah terbentuknya BSK karena adanya proses kimia, fisika
maupun gabungan fisiko kimiawi. Dari hal tersebut diketahui bahwa Universitas
Sumatera Utara terjadinya batu sangat dipengaruhi oleh konsentrasi bahan
pembentuk batu di saluran kemih. Berdasarkan faktor fisiko kimiawi dikenal teori
pembentukan batu, yaitu:
a.1 Teori Supersaturasi
Supersaturasi air kemih dengan garam-garam pembentuk batu merupakan
dasar terpenting dan merupakan syarat terjadinya pengendapan. Apabila kelarutan
suatu produk tinggi dibandingkan titik endapannya maka terjadi supersaturasi
sehingga menimbulkan terbentuknya kristal dan pada akhirnya akan terbentuk
batu. Supersaturasi dan kristalisasi dapat terjadi apabila ada penambahan suatu
bahan yang dapat mengkristal di dalam air dengan pH dan suhu tertentu yang
suatu saat akan terjadi kejenuhan dan terbentuklah kristal. Tingkat saturasi dalam
air kemih tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah bahan pembentuk BSK yang larut,
tetapi juga oleh kekuatan ion, pembentukan kompleks dan pH air kemih.
a.2 Teori Matrik
Di dalam air kemih terdapat protein yang berasal dari pemecahan
mitokondria sel tubulus renalis yang berbentuk laba-laba. Kristal batu oksalat
maupun kalsium fosfat akan menempel pada anyaman tersebut dan berada di selasela anyaman sehingga terbentuk batu. Benang seperti labalaba terdiri dari protein
65%, heksana 10%, heksosamin 2-5% sisanya air. Pada benang menempel kristal
batu yang seiring waktu batu akan Universitas Sumatera Utara semakin
membesar. Matriks tersebut merupakan bahan yang merangsang timbulnya batu.
a.3 Teori Tidak Adanya Inhibitor
Dikenal 2 jenis inhibitor yaitu organik dan anorganik. Pada inhibitor organik
terdapat bahan yang sering terdapat dalam proses penghambat terjadinya batu
yaitu asam sitrat, nefrokalsin, dan tamma-horsefall glikoprotein sedangkan yang
jarang terdapat adalah gliko-samin glikans dan uropontin. Pada inhibitor
anorganik terdapat bahan pirofosfat dan Zinc. Inhibitor yang paling kuat adalah
sitrat, karena sitrat akan bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat yang
dapat larut dalam air. Inhibitor mencegah terbentuknya kristal kalsium oksalat dan
mencegah perlengketan kristal kalsium oksalat pada membaran tubulus. Sitrat
terdapat pada hampir semua buah-buahan tetapi kadar tertinggi pada jeruk. Hal
tersebut yang dapat menjelaskan mengapa pada sebagian individu terjadi
b.1 Hipertensi
di dalam urine atau darah dan akibat dari dehidrasi. Batu kalsium terdiri dari dua
tipe yang berbeda, yaitu:
a.1 Whewellite (monohidrat) yaitu , batu berbentuk padat, warna cokat/
hitam dengan konsentrasi asam oksalat yang tinggi pada air kemih.
a.2 Kombinasi kalsium dan magnesium menjadi weddllite (dehidrat) yaitu
batu berwarna kuning, mudah hancur daripada whewellite.
b. Batu asam urat
Lebih kurang 5-10% penderita BSK dengan komposisi asam urat. Pasien
biasanya berusia > 60 tahun. Batu asam urat dibentuk hanya oleh asam urat.
Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai peluang lebih
besar menderita penyakit BSK, karena keadaan tersebut dapat meningkatkan
ekskresi asam urat sehingga pH air kemih menjadi rendah. Ukuran batu asam urat
bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai ukuran besar sehingga membentuk
staghorn (tanduk rusa). Batu asam urat ini adalah tipe batu yang dapat dipecah
dengan obat-obatan. Sebanyak 90% akan berhasil dengan terapi kemolisis.
c. Batu struvit (magnesium-amonium fosfat)
Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah
golongan kuman pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim
urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea
menjadi amoniak. Kuman yang termasuk pemecah urea di antaranya adalah :
Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus.
Ditemukan sekitar 15-20% pada penderita BSK Batu struvit lebih sering terjadi
pada wanita daripada laki-laki. Infeksi saluran kemih terjadi karena tingginya
konsentrasi ammonium dan pH air kemih >7. Pada batu struvit volume air kemih
yang banyak sangat penting untuk membilas bakteri dan menurunkan
supersaturasi dari fosfat.
d. Batu Sistin
Batu Sistin terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena gangguan ginjal.
Merupakan batu yang paling jarang dijumpai dengan frekuensi kejadian 1-2%.
Reabsorbsi asam amino, sistin, arginin, lysin dan ornithine berkurang,
pembentukan batu terjadi saat bayi. Disebabkan faktor keturunan dan pH urine
yang asam. Selain karena urine yang sangat jenuh, pembentukan batu dapat juga
terjadi pada individu yang memiliki riwayat batu sebelumnya atau pada individu
yang statis karena imobilitas. Memerlukan pengobatan seumur hidup, diet
mungkin menyebabkan pembentukan batu, pengenceran air kemih yang rendah
dan asupan protein hewani yang tinggi menaikkan ekskresi sistin dalam air kemih.
2.5 Gejala klinis
Manisfestasi klinik adanya batu dalam saluran kemih bergantung pada
adanya obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urine,
terjadi obstruksi yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan
hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi biasanya
disertai gejala demam, menggigil, dan dysuria. Namun, beberapa batu jika ada
gejala tetapi hanya sedikit dan secara perlahan akan merusak unit fungsional
(nefron) ginjal, dan gejala lainnya adalah nyeri yang luar biasa ( kolik). (7, 8)
Gejala klinis yang dapat dirasakan yaitu :
a. Rasa Nyeri
Lokasi nyeri tergantung dari letak batu. Rasa nyeri yang berulang (kolik)
tergantung dari lokasi batu. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri
tekan diseluruh area kostovertebratal, tidak jarang disertai mual dan muntah, maka
pasien tersebut sedang mengalami kolik ginjal. Batu yang berada di ureter dapat
menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha dan
genitalia. Pasien sering ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit urine yang
keluar, dan biasanya air kemih disertai dengan darah, maka pasien tersebut
mengalami kolik ureter.
b. Demam Demam terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam
darah sehingga menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal.
Gejala ini disertai jantung berdebar, tekanan darah rendah, dan pelebaran
pembuluh darah di kulit.
c. Infeksi BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi
sekunder akibat obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang
terjadi di saluran kemih karena kuman Proteus spp, Klebsiella, Serratia,
Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus.
10
BAB III
LAPORAN KASUS
11
: Ny. H
Umur
: 39 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
Agama
: Islam
Suku
: Aceh
Status Perkawinan
: Sudah Menikah
No. CM
: 1066851
Tanggal Masuk
: 22 Oktober 2015
Tanggal Pemeriksaan
: 27 Oktober 2015
3.2 ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
: Nyeri Pinggang kanan
b. Keluhan Tambahan
: Lemas
c. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang sebelah kanan
disertai dengan lemas. Keluhan ini sudah dirasakan sejak 1 bulan. Nyeri
dirasakan hilang timbul. Riwayat nyeri saat BAK disangkal, BAK
berdarah disangkal, riwayat mual muntah disangkal. Riwayat trauma(- ).
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi (-), diabetes melitus (-), asam urat dan kolesterol tidak
diketahui.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi dan penyakit jantung dalam keluarga disangkal.
f. Riwayat Pemakaian Obat
g. Riwayat Kebiasaan Sosial
Keadaan Umum
: Sakit Sedang
Tekanan Darah
: 120/70 mmHg
Frekuensi Jantung
: 60 x/menit reguler
Frekuensi Nafas
: 20 x/menit
Temperatur
: afebris 0C
b. Status General
Kulit
Ikterus : (-)
Anemia : (-)
Sianosis : (-)
Edema : (-)
Kepala
Mata
: Cekung (-), Reflek cahaya (+/+), Sklera ikterik (-/-),
Conj.palpebra inf pucat (-/-)
Telinga : Sekret (-/-), Perdarahan (-/-)
Hidung : Sekret (-/-), Perdarahan (-/-), NCH (-/-)
Mulut
Bibir
: Pucat (+), Sianosis (+)
Leher
Bentuk
: Kesan simetris
Kel. Getah Bening
: Kesan simetris, Pembesaran (-)
Peningkatan TVJ
: R+2cmH2O
Axilla
: Pembesaran KGB (-)
Thorax
1. Inspeksi
Bentuk dan Gerak : Normochest, pergerakan tidak simetris
Tipe Pernafasan : Thorako-abdominal
Retraksi
: (-)
2. Palpasi
Stem Fremitus
Lap. Paru atas
Lap. Paru tengah
Lap. Paru bawah
3. Perkusi
Lap. Paru atas
Lap. Paru tengah
Lap. Paru bawah
4. Auskultasi
Suara Pokok
Lap. Paru atas
Lap. Paru tengah
Lap. Paru bawah
Suara Tambahan
Lap. Paru atas
Lap. Paru tengah
Paru kanan
Normal
Normal
Normal
Paru kiri
Normal
Normal
Normal
Paru kanan
Sonor
Sonor
Sonor
Paru kiri
Sonor
Sonor
Sonor
Paru kanan
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
Paru kanan
Rh (-), Wh (-)
Rh (-), Wh (-)
Paru kiri
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
Paru kiri
Rh (-), Wh (-)
Rh (-), Wh (-)
13
Rh (-)Wh (-)
Rh (-), Wh(-)
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: tidak diperiksa
Palpasi
: tidak diperiksa
Perkusi
: tidak diperiksa
Anus
Ekstremitas
Ekstremitas
Sianotik
Edema
Ikterik
Gerakan
Tonus otot
Atrofi otot
Superior
Kanan
Kiri
-
Inferior
Kanan
Kiri
-
23-10-2015
Nilai Rujukan
Hemoglobin
9,9
12-15 g/Dl
Hematokrit
29
37-47 %
Trombosit
135
150-450103/mm3
14
Leukosit
4,9
4,5-10,5103/mm3
Albumin
4,3
3,5-5,2g/dL
Natrium
144
135-145mmol/L
Kalium
4,6
3,5-4,5mmol/L
Klorida
100
90-110mmol/L
Ureum
49
13-43Mg/dL
4,45
0,51-0,95Mg/dL
Kreatinin
Kesimpulan:
Tak tampak batu radioopaque sepanjang tractus urinarius.
15
BAB IV
ANALISA MASALAH
Pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang sebelah kanan. Nyeri
dirasakan hilang timbul dan disertai dengan badan yang terasa lemas. Secara
umum, nyeri pada area pinggang maupun perut sebelah kanan dapat bersumber
dari gangguan pada sistem digestif, sistem urinaria, dan sistem muskuloskeletal.
Hal ini karena pada pinggang kanan bukanlah gejala khas, banyak sekali penyakit
yang ditandai dengan nyeri pinggang. Lokasi spesifik nyeri, jenis, sifat, onset,
serta keluhan penyerta nyeri dapat membantu menegakkan diagnosis.(10)
Sensasi nyeri pada flank area (antara abdomen atas dan pinggang)
menandakan bahwa sumber nyeri berasal dari area retroperitoneal, dan paling
sering akibat regangan kapsul ginjal. Hal ini diperkuat dengan tidak adanya
keluhan-keluhan yang biasa menyertai penyakit saluran cerna seperti mual,
muntah, dan gangguan BAB. (11)
Berdasarkan pemeriksaan fisik status generalis didapatkan penderita
tampak sakit sedang, tanda vital dalam batas normal, pupil isokor dengan refleks
cahaya semuanya positif. Pembesaran KGB di regio leher negatif, pemeriksaan
fisik paru, jantung, toraks, dan ekstremitas tidak ditemukan kelainan. Pada
pemeriksaan spesifik untuk organ ginjal seperti pemeriksaan ballotement dan
nyeri ketok costovertebrae tidak bisa dilakukan karena pasien sudah selesai
operasi pemasangan stent.
16
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Purnomo B. Dasar-dasar Urologi. 2 ed. Jakarta: CV. Sagung Seto; 2009. p. 5768.
2. Hall PM. Kideney Stone: Formation, Treatment and Prevention. Journal
Cleveland Clinic. 2009;76:583-91.
3. Efendi I, Markum, . Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2010.
4. Coe FL. Kidney Stone Disease. Journal of Clinical Investigation. 2005.
5. Romero V. Kidney Stone: A Global Picture of Prevalence, Incidence and
Associated Risk Factors. Med Review. 2010.
6. Turk C. Guidline on Urolithiasis. European Association of Urology. 2013.
7. Pearle MS. Campbell Walsh Urology 10 ed2012.
8. Lallas CD. Urolithiasis Location and Size and the Association with
Microhematuria and Stone Related Symptoms. Journal of Endourology. 2011.
9. Stoller ML. Current Medical Diagnosis and Treatment : Urologic Disorder.
Amerika Serikat: McGraw hill; 2009.
10. Straub M SW, Berg W. Diagnosis and metaphylaxis of stone disease
Consensus concept of the National Working Committee on Stone Disease for
the Upcoming German Urolithiasis Guideline. World Journal Urology.
2005;5:309-53.
11. Pearle MS CE, Curhan GC. Urologic diseases in America project:
18
19