Você está na página 1de 13

A.

PENJABARAN KASUS BANK CENTURY


Krisis yang dialami Bank Century bukan disebabkan karena adanya krisis global,
tetapi karena disebakan permasalahan internal bank tersebut. Permasalahan internal tersebut
adalah adanya penipuan yang dilakukan oleh pihak manajemen bank terhadap nasabah
menyangkut penyelewengan dana nasabah hingga Rp 2,8 Trilliun (nasabah Bank Century
sebesar Rp 1,4 Triliun dan nasabah Antaboga Deltas Sekuritas Indonesia sebesar Rp 1,4
Triliiun). Penjualan reksa dana fiktif produk Antaboga Deltas Sekuritas Indonesia. Dimana
produk tersebut tidak memiliki izin BI dan Bappepam LK. Kedua permasalahan tersebut
menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi nasabah Bank Century. Dimana mereka tidak
dapat melakukan transaksi perbankan dan uang mereka pun untuk sementara tidak dapat
dicairkan.
Kasus Bank Century sangat merugikan nasabahnya. Dimana setelah Bank Century
melakukan kalah kliring, nasabah Bank Century tidak dapat melakukan transaksi perbankan
baik transaksi tunai maupun transaksi non tunai. Setelah kalah kliring, pada hari yang sama,
nasabah Bank Century tidak dapat menarik uang kas dari ATM Bank Century maupun dari
ATM bersama. Kemudian para nasabah mendatangi kantor Bank Century untuk meminta
klarifikasi kepada petugas Bank. Namun, petugas bank tidak dapat memberikan jaminan
bahwa besok uang dapat ditarik melalui ATM atau tidak. Sehingga penarikan dana hanya bisa
dilakukan melalui teller dengan jumlah dibatasi hingga Rp 1 juta. Hal ini menimbulkan
kekhawatiran nasabah terhadap nasib dananya di Bank Century.
Setelah tanggal 13 November 2008, nasabah Bank Century mengakui transksi dalam
bentuk valas tidak dapat diambil, kliring pun tidak bisa, bahkan transfer pun juga tidak bisa.
Pihak bank hanya mengijinkan pemindahan dana deposito ke tabungan dolar. Sehingga uang
tidak dapat keluar dari bank. Hal ini terjadi pada semua nasabah Bank Century. Nasabah bank
merasa tertipu dan dirugikan dikarenakan banyak uang nasabah yang tersimpan di bank
namun sekarang tidak dapat dicairkan. Para nasabah menganggap bahwa Bank Century telah
memperjualbelikan produk investasi ilegal. Pasalnya, produk investasi Antaboga yang
dipasarkan Bank Century tidak terdaftar di Bapepam-LK. Dan sudah sepatutnya pihak
manajemen Bank Century mengetahui bahwa produk tersebut adalah illegal.
Hal ini menimbulkan banyak aksi protes yang dilakukan oleh nasabah. Para nasabah
melakukan aksi protes dengan melakukan unjuk rasa hingga menduduki kantor cabang Bank
Century. Bahkan para nasabah pun melaporkan aksi penipuan tersebut ke Mabes Polri hingga
DPR untuk segera menyelesaikan kasus tersebut, dan meminta uang deposito mereka
dikembalikan. Selain itu, para nasabah pun mengusut kinerja Bapepam-LK dan BI yang
dinilai tidak bekerja dengan baik. Dikarenakan BI dan Bapepam tidak tegas dan menutup
1

mata dalam mengusut investasi fiktif Bank Century yang telah dilakukan sejak tahun 2000
silam. Kasus tersebut pun dapat berimbas kepada bank-bank lain, dimana masyarakat tidak
akan percaya lagi terhadap sistem perbankan nasional. Sehingga kasus Bank Century ini
dapat merugikan dunia perbankan Indonesia.
Kasus Pelanggaran Etika ( Bank Century)
Membengkaknya suntikan modal dari Lembaga Penjamin Simpanan ke Bank Century
hingga Rp 6,7 triliun memaksa keingintahuan Dewan Perwakilan Rakyat. Padahal awalnya
pemerintah hanya meminta persetujuan Rp 1,3 triliun untuk Bank Century. Menteri
Keuangan Sri Mulyani menegaskan kepada DPR bahwa jika Bank Century ditutup akan
berdampak sistemik pada perbankan Indonesia. Pada hari yang sama pula, Wakil Ketua
Komisi Pemberantasan Korupsi Bibit Samad Riyanto menyatakan bahwa kasus Bank Century
itu sudah ditingkatkan statusnya menjadi penyelidikan.
Berbagai kejanggalan ditemukan dalam kasus tersebut. Bahkan KPK berencana
menyergap seorang petiggi kepolisian yang diduga menerima suap dari kasus itu.
Kejanggalan semakin menguat ketika Badan Pemeriksa Keuangan laporan awal terhadap
Bank Century sebanyak delapan halaman beredar luas di masyarakat. Laporan tersebut
mengungkapkan banyak kelemahan dan kejanggalan serius di balik penyelamatan Bank
Century dan ada dugaan pelanggaran kebijakan dalam memberikan bantuan ke Bank
Century.
Akibat kejanggalan temuan tersebut, Sekjen PDI Perjuangan Pramono Anung
membentuk tim kecil untuk menggulirkan hak angket guna mengkaji kasus Bank Century.
Lima hari kemudian, wacana pembentukan Panitia Khusus Hak Angket DPR untuk mengusut
kasus Bank Century menjadi perdebatan di DPR.
Berikut kronologi kasus Bank Century:
1. Tahun 1989
Robert Tantular mendirikan Bank Century Intervest Corporation (Bank CIC). Namun,
sesaat setelah Bank CIC melakukan penawaran umum terbatas alias rights issue pertama
pada Maret 1999, Robert Tantular dinyatakan tidak lolos uji kelayakan dan kepatutan oleh
Bank Indonesia.

2. Tahun 2004
Dari merger Bank Danpac, Bank Pikko, dan Bank CIC berdirilah Bank Century.
Mantan Deputi Senior Bank Indonesia Anwar Nasution disebut-sebut ikut andil

berdirinya bank tersebut. Tanggal 6 Desember 2004 Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia mengesahkan Bank Century.
3. Tahun 2005
Budi Sampoerna menjadi salah satu nasabah terbesar Bank Century cabang Kertajaya,
Surabaya.
4. Tahun 2008
Beberapa nasabah besar Bank Century menarik dana yang disimpan di bank besutan
Robert Tantular itu, sehingga Bank Century mengalami kesulitan likuiditas. Dintara
nasabah besar itu adalah Budi Sampoerna, PT Timah Tbk, dan PT Jamsostek.
5. 1 Oktober 2008
Budi Sampoerna tak dapat menarik uangnya yang mencapai Rp 2 triliun di Bank
Century. Sepekan kemudian, bos Bank Century Robert Tantular membujuk Budi dan
anaknya yang bernama Sunaryo, agar menjadi pemegang saham dengan alasan Bank
Century mengalami likuiditas.
6. 13 November 2008
Gubernur Bank Indonesia Boediono membenarkan Bank Century kalah kliring atau
tidak bisa membayar dana permintaan dari nasabah sehingga terjadi rush. Kemudian,
Bank Indonesia menggelar rapat konsulitasi melalui telekonferensi dengan Menteri
Keungan Sri Mulyani, yang tengah mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
dalam sidang G-20 di Washington, Amerika Serikat.
7. 14 November 2008
Bank Century mengajukan permohonan fasilitas pendanaan darurat dengan alasan
sulit mendapat pendanaan. Budi Sampoerna setuju memindahkan seluruh dana dari
rekening di Bank Century cabang Kertajaya, Surabaya ke Cabang Senayan, Jakarta.
8. 20 November 2008
Bank Indonesia menyampaikan surat kepada Menkeu tentang Penetapan Status Bank
Gagal pada Bank Century dan menyatakan perlunya penanganan lebih lanjut. Selaku
Ketua Komite Stabilitas Sektor Keuangan, Sri Mulyani langsung menggelar rapat untuk
membahas nasib Bank Century. Dalam rapat tersebut, Bank Indonesia melalui data per 31
Oktober 2008 mengumumkan bahwa rasio kecukupan modal atau CAR Bank Century
minus hingga 3,52 persen. Diputuskan, guna menambah kebutuhan modal untuk
menaikkan CAR menjadi 8 persen adalah sebesar Rp 632 miliar. Rapat tersebut juga
membahas apakah akan timbul dampak sistemik jika Bank Century dilikuidasi. Dan
menyerahkan Bank Century kepada lembaga penjamin.
3

9. 21 November 2008
Mantan Group Head Jakarta Network PT Bank Mandiri, Maryono diangkat menjadi
Direktur Utama Bank Century menggantikan Hermanus Hasan Muslim.
10. 22 November 2008
Delapan pejabat Bank Century dicekal. Mereka adalah Sualiaman AB (Komisaris
Utama), Poerwanto Kamajadi (Komisaris), Rusli Prakarta (komisaris), Hermanus Hasan
Muslim (Direktur Utama), Lila K Gondokusumo (Direktur Pemasaran), Edward M
Situmorang (Direktur Kepatuhan) dan Robert Tantular (Pemegang Saham).
11. 23 November 2008
Lembaga penjamin langsung mengucurkan dana Rp 2,776 triliun kepada Bank
Century. Bank Indonesia menilai CAR sebesar 8 persen dibutuhkan dana sebesar Rp
2,655 triliun. Dalam peraturan lembaga penjamin, dikatakan bahwa lembaga dapat
menambah modal sehingga CAR bisa mencapai 10 persen, yaitu Rp 2,776 triliun.
12. 26 November 2008
Robert Tantular ditangkap di kantornya di Gedung Sentral Senayan II lantai 21 dan
langsung ditahan di Rumah Tahanan Markas Besar Polri. Robert diduga mempengaruhi
kebijakan direksi sehingga mengakibatkan Bank Century gagal kliring. Pada saat yang
sama, Maryono mengadakan pertemuan dengan ratusan nasabah Bank Century untuk
meyakinkan bahwa simpanan mereka masih aman.
13. Periode November hingga Desember 2008
Dana pihak ketiga yang ditarik nasabah dari Bank Century sebesar Rp 5,67 triliun.
14. Desember 2008
Lembaga penjamin mengucurkan untuk kedua kalinya sebesar Rp 2,201 triliun. Dana
tersebut dikucurkan dengan alasan untuk memenuhi ketentuan tingkat kesehatan bank.
15. 3 Februari 2009
Lembaga penjamin mengucurkan lagi Rp 1,55 triliun untuk menutupi kebutuhan CAR
berdasarkan hasil assesment Bank Indonesia, atas perhitungan direksi Bank Century.
16. 1 April 2009
Penyidik KPK hendak menyergap seorang petinggi kepolisian yang diduga menerima
suap. Namun penyergarapan itu urung lantaran suap batal dilakukan. Dikabarkan rencana
penangkapan itu sudah sampai ke telinga Kepala Polri Jenderal Bambang Hendarso
Danuri. Sejak itulah hubungan KPK-Polri kurang mesra.
17. Pertengahan April 2009

Kabareskrim Polri Komjen Susno Duadji mengeluarkan surat klarifikasi kepada


direksi Bank Century. Isi surat tersebut adalah menegaskan uang US$ 18 juta milik Budi
Sampoerna dari PT Lancar Sampoerna Besatari tidak bermasalah.
18. 29 Mei 2009
Kabareskrim Susno Duadji memasilitasi pertemuan antara pimpinan Bank Century
dan pihak Budi Sampoerna di kantornya. Dalam pertemuan itu disepakati bahwa Bank
Century akan mencairkan dana Budi Sampoerna senilai US$ 58 juta -dari total Rp 2
triliun- dalam bentuk rupiah.
19. Juni 2009
Bank Century mengaku mulai mencairkan dana Budi Sampoerna yang diselewengkan
Robert Tantular sekitar US$ 18 juta, atau sepadan dengan Rp 180 miliar. Namun, hal ini
dibantah pengacara Budi Sampoerna, Lucas, yang menyatakan bahwa Bank Century
belum membayar sepeserpun pada kliennya.
20. Juli 2009
KPK melayangkan surat permohonan kapada Badan Pemeriksa Keuangan untuk
melakukan audit terhadap Bank Century.
21. Akhir Juni 2009
Komisaris Jendral Susno Duadji mengatakan ada lembaga yang telah sewenang-wenang
menyadap telepon selulernya.
22. 2 Juli 2009
KPK menggelar koferensi pers. Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Bibit Samad
Riyanto megatakan jika ada yang tidak jelas soal penyadapan, diminta datang ke KPK.
23. 21 Juli 2009
Lembaga penjamin mengucurkan lagi Rp 630 miliar untuk menutupi kebutuhan CAR
Bank Century. Keputusan tersebut juga berdasarkan hasil assesment Bank Indonesia atas
hasil auditro kantor akuntan publik. Sehingga total dana yang dikucurkan mencapai Rp
6,762 triliun.
24. 12 Agustus 2009
Mantan Direktur Utama Bank Century Hermanus Hasan Muslim divonis 3 tahun penjara
karena terbukti menggelapkan dana nasabah Rp 1,6 triliun. Dan tanggal 18 Agustus 2009,
Komisaris Utama yang juga pemegang saham Robert Tantular dituntut hukuman delapan
tahun penjara dengan denda Rp 50 miliar subsider lima tahun penjara.
25. 27 Agustus 2009

Dewan Perwakilan Rakyat memanggil Menkeu Sri Mulyani, Bank Indonesia dan lembaga
penjamin untuk menjelaskan membengkaknya suntikan modal hingga Rp 6,7 triliun. Padahal
menurut DPR, awalnya pemerintah hanya meminta persetujuan Rp 1,3 triliun untuk Bank
Century. Dalam rapat tersebut Sri Mulyani kembali menegaskan bahwa jika Bank Century
ditutup akan berdampak sistemik pada perbankan Indonesia. Pada hari yang sama pula, Wakil
Ketua KPK Bibit Samad Riyanto menyatakan bhwa kasus Bank Century itu sudah
ditingkatkan statusnya menjadi penyelidikan.
26. 28 Agustus 2009
Wakil Presiden Jusuf Kalla membantah pernyataan Sri Mulyani yang menyatakan bahwa
dirinya telah diberitahu tentang langkah penyelamatan Bank Century pada tanggal 22
Agustus 2008 --sehari setelah keputusan KKSK. Justru Kalla mengaku dirinya baru tahu
tentang itu pada tanggal 25 Agustus 2008.
27. 10 September 2009
Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang dipimpin Sugeng Riyono memutus
Robert Tantular dengan vonis hukuman 4 tahun dengan denda Rp 50 miliar karena dianggap
telah memengaruhi pejabat bank untuk tidak melakukan langkah-langkah yang diperlukan
sesuai dengan UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
28. 30 September 2009
Laporan awal audit Badan Pemeriksa Keuangan terhadap Bank Century sebanyak 8
halaman beredar luas di masyarakat. laporan tersebut mengungkapkan banyak kelemahan dan
kejanggalan serius di balik penyelamatan Bank Century dan ada dugaan pelanggaran
kebijakan dalam memberikan bantuan ke Bank Century.
29. 2 Oktober 2009
Nama Bank Century diganti menjadi Bank Mutiara.
30. 21 Oktober 2009
Akibat kejanggalan temuan BPK tersebut, Sekjen PDI Perjuangan Pramono Anung
membentuk tim kecil untuk menggulirkan hak angket guna mengkaji kasus Bank Century.
Lima hari kemudian, wacana pembentukan Panitia Khusus Hak Angket DPR untuk mengusut
kasus Bank Century menjadi perdebatan di DPR.
31. 12 November 2009
139 anggota DPR dari 8 Fraksi mengusulkan hak angket atas pengusutan kasus Bank
Century.
Dari kasus tersebut dapat disimpulkan terhadap pelanggaran etika:
6

1. Jenis Pelanggarannya
Skandal pemberian aliran dana yang begitu besar dan penyalahgunaan aliran dana yang
telah diberikan LPS (pencucian uang).
2. Siapa yang melakukan pelanggaran
Manajemen perusahan tetapi para tersangka yang sudah terbukti melakukan pelanggaran :
Tersangka utama berinisial ST, Hermanus Hasan Muslim , Robert Tantular. RM Johanes
Sarwono, Stevanus Farok dan Umar Muchsin, Wakil Direktur Bank Century Hamidy, Pjs
Settlement Kredit dan Pelaporan Kredit (SKPK) Bank Century Darso Wijaya, Kepala
Bank Century Cabang Senayan Linda Wangsadinata dan Divisi Legal Bank Century Arga
Tirta Kencana.
3. Apa Akibatnya
Banyak nasabah yang tidak bisa menarik uangnya dari Bank Century dan tertipu dengan
program reksadana yang telah diterbitkan.
4. Apa tindakan pemerintah terhadap perusahaan yang melakukan pelanggaran tersebut
Melakukan penyelidikan mendalam terhadap kasus ini misalnya dengan membentuk tim
khusus untuk audit dan hak angket guna mengkaji kasus tersebut dan juga menangkap
para pelaku yang terlibat bahkan sebagian dari mereka sudah diberi vonis.
5. Melanggar UU pasal berapa
Berdasarkan kasus diatas pasal-pasal yang dilanggar oleh para terdakwa adalah sebagai
berikut:
a. Pasal 49 ayat 1 UU Perbankan dengan ancaman hukuman minimal 5 tahun dan
maksimal 15 tahun penjara.
b. Pasal 49 ayat (2) asal 49 ayat 2 dengan hukuman minimal 3 tahun penjara,pencucian
uang Pasal 6 ayat (1) huruf a, b, dan c UU No.15 Tahun 2002 sebagaimana diubah UU
No.25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) jo Pasal 55 KUHP.
c. Pasal 6 ayat (1) huruf a, b, dan c UU TPPU menyatakan, setiap orang yang menerima
atau menguasasi penempatan, pentransferan, atau pembayaran harta kekayaan yang
diketahui atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 5 tahun dan paling lama 15 tahun, serta denda paling
sedikit Rp100 juta dan paling banyak Rp15 miliar.
6. Kesimpulan
Kasus ini sampai sekarang masih penuh dengan misteri dan ketidakjelasan karena
diduga masih banyak orang lain yang ikut terlibat dalam kasus Bank Centuty meskipun
sebagian dari orang yang bertanggungjawab sudah diberi vonis dan putusan hukuman.
Metrotvnews.com, Jakarta: Kasus dugaan korupsi Bank Century semakin terbuka
sejak persidangan terdakwa Budi Mulya dimulai pada pertengahan Februari lalu. Selama
kurun waktu dua bulan, lebih dari 60 saksi dihadirkan dalam persidangan kasus Bank
Century dengan terdakwa Budi Mulya.

Dari keterangan para saksi, menyebutkan peran Sri Mulyani dalam kucuran dana
Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) dan penetapan Bank Century sebagai Bank
Gagal Berdampak Sistemik sekaligus pengambilalihan Bank Century oleh Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS). Saat itu, Sri Mulyani menjabat sebagai Menteri Keuangan dan
Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan(KSSK).
Seperti dalam kesaksian mantan peneliti Direktorat Penelitian dan Pengaturan
Perbankan Bank Indonesia (BI), Endang Kurnia Saputra. Saat bersaksi untuk Budi Mulya,
Endang mengatakan adanya ungkapan kekesalan Sri Mulyani pada rapat KSSK 24
November 2008 terkait standar penilaian BI terhadap Bank Century khususnya dalam hal
pemberian Penyertaan Modal Sementara (PMS).
Senada dengan Endang, mantan Direktur di Direktorat Penelitian dan Pengaturan
Perbankan (DPNP) BI Halim Alamsyah juga mengatakan bahwa Sri Mulyani tidak ingin
masalah penyertaan modal Bank Century menimbulkan masalah ke depan.
"Bu Sri Mulyani memang menyampaikan concernnya apabila bank ini di-bailout,
akan muncul moral hazard karena bank ini bermasalah. Dia (Sri Mulyani) khawatir bila
bank ini bank kecil bermasalah ditolong kemungkinan bank-bank lain berusaha membuat
dirinya gagal," paparnya dalam sidang di Pengadilan Tipikor, Senin (14/4/2014) lalu.
Kesaksian lain mengungkapkan kegalauan Sri Mulyani terhadap keputusan BI yang
mengucurkan dana PMS ke Bank Century mencapai Rp2,776 triliun dari persetujuan awal
Rp632 miliar. Dana PMS tersebut digunakan untuk menaikkan Capital Adequacy Ratio
(CAR) Bank Century mencapai 8 persen.
"24 November 2008, rapat KSSK membahas LPS yang melaporkan Bank Century
CAR-nya sudah tambah jadi minus 35 persen, untuk capai CAR 1 persen, LPS setujui
cairkan Rp2,7 triliun. Memang saat itu ada kegalauan dari Menkeu kog angkanya jauh
(dari yang awal)," kata mantan Kepala Eksekutif Firdaus Zaelani saat bersaksi untuk Budi
Mulya di Pengadilan Tipikor, Sri Mulyani pun sempat melontarkan keinginannya untuk
mengulang kembali pembahasan masalah PMS Bank Century pada Februari 2009, namun
BI menyatakan saat itu tidak bisa lagi dibahas ulang karena sudah diputuskan oleh
pemerintah.
Dalam dakwaan Budi Mulya dipaparkan, Sri Mulyani mempertanyakan judgement
(penilaian) baru BI yang memacetkan surat berharga yang dijamin dengan skema assets
management agreement (AMA) yang diputuskan pada 24 November 2008. Sri Mulyani
yang kini menjabat Managing Director World Bank itu mempermasalahkan pengambilan
kebijakan tersebut tidak dilakukan sebelum digelarnya rapat KSSK tanggal 20 November
2008.

Bank Indonesia seperti dipaparkan dalam dakwaan menyampaikan judgement baru


tersebut diambil setelah mendapatkan penjelasan dari manajemen Bank Century. BI
menilai berdasarkan gelagat pemegang sahamnya surat berharga tersebut memiliki risiko
gagal bayar sehingga diputuskan seluruh surat berharga yang dijamin skema AMA
dikategorikan macet.
Sementara itu, Keputusan Bank Indonesia terhadap Bank Century sebagai bank gagal
berdampak sistemik diputuskan dalam rapat koordinasi yang dipimpin oleh Sri Mulyani
yang dihadiri juga oleh Boediono pada tanggal 21 November 2008. Saat itu diputuskan
juga Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) untuk membantu penanganan PT Bank Century.
Sri Mulyani sendiri dijadwalkan bersaksi untuk terdakwa Budi Mulya setelah sempat
menjalani pemeriksaan KPK di KBRI Washington DC, Amerika pada 2013 silam.
Menurut jaksa penuntut KPK, Sri Mulyani telah bersedia hadir dan akan memberikan
kesaksiannya terkait kasus yang merugikan negara hingga Rp6,7 triliun tersebut.
Hingga saat ini penangganan kasus skandal bailout Bank Century belum juga tuntas.
Institusi hukum belum juga mampu menemukan aktor intelektual skandal yang
merugikan keuangan negara sebesar Rp6,7 triliun.
Penyidikan kasus ini pun seperti jalan ditempat sejak DPR membentuk Pansus pada
tahun 2009 lalu. Namun, setelah nyaris tidak terdengar, beberapa waktu terakhir ini kasus
tersebut mulai ramai dibicarakan lagi, atau tepatnya setelah Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) menetapkan dan menahan mantan Deputi Bank Indonesia Budi Mulya.
Bahkan KPK telah memeriksa Wapres Boediono terkait pemberian Fasilitas
Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) ke Bank Century. Publik pun kini kembali menunggu
apakah KPK dibawah pimpinan Abraham Samad Cs mampu menemukan aktor intelektual
skandal ini, atau kasus ini tetap tidak tuntas.

B. PEMBAHASAN DAN SOLUSI KASUS BANK CENTURY


Dari sisi manager Bank Century menghadapi dilema dalam etika dan bisnis. Hal tersebut
dikarenakan manager memberikan keputusan pemegang saham Bank Century kepada Robert
Tantular, padahal keputusan tersebut merugikan nasabah Bank Century. Tetapi disisi lain,
manager memiliki dilema dimana pemegang saham mengancam atau menekan karyawan dan
manager untuk menjual reksadana fiktif tersebut kepada nasabah. Manajer Bank Century
harus memilih dua pilihan antara mengikuti perintah pemegang saham atau tidak mengikuti
perintah tersebut tetapi dengan kemungkinan dia berserta karyawan yang lain terkena PHK.
Dan pada akhirnya manager tersebut memilih untuk mengikuti perintah pemegang saham
dikarenakan manager beranggapan dengan memilih option tersebut maka perusahaan akan
tetap sustain serta melindungi karyawan lain agar tidak terkena PHK dan sanksi lainnya.
Walaupun sebenarnya tindakan manager bertentangan dengan hukum dan etika bisnis.
Solusi dari masalah ini:
Sebaiknya manager lebih mengutamakan kepentingan konsumen yaitu nasabah Bank
Century. Karena salah satu kewajiban perusahaan adalah memberikan jaminan produk yang
aman.
Dari sisi penggelapan dana nasabah sebesar Rp 1,6 triliyun yang dilakukan oleh mantan
Direktur Utama Bank Century, Hermanus Hasan Muslim menyebabkan adanya kerugian pada
Bank Century dan bertentangan dengan prinsip GCG. Disamping itu terjadi penggelapan
dana yang dilakukan oleh Robert Tantular sebagai Komisaris Utama atas dana yang dimiliki
Budi Sampoerna.
Solusi dari masalah ini:
1. Sebagai Direktur Utama seharusnya bertanggung jawab terhadap pengelolaan perusahaan
agar dapat menghasilkan keuntungan dan memastikan kesinambungan usaha perusahaan.
Dengan terjadinya kasus penggelapan dana yang dilakukan oleh Direktur Utama, ini

10

berarti telah adanya pelanggaran terhadap pedoman GCG yang menyebabkan terjadinya
kerugian dan kegagalan dalam menjaga kesinambungan usaha perusahaan.
2. Terkait dengan hal diatas dapat disimpulkan bahwa Dewan Komisaris Bank Century
dalam

fungsinya

sebagai

pengawas

dinyatakan

gagal

karena

tidak

dapat

mempertanggungjawabkan laporan pengawasan atas pengelolaan perusaahaan oleh


Direksi yang pada kenyatannya terjadi berbagai macam kecurangan yang dilakukan baik
oleh Direktur Utama dan Komisaris Utama. Seharunya Dewan Komisaris dapat
memperketat pengawasan yang dilakukan sehingga dapat mencegah terjadinya
kecurangan-kecurangan di dalam perusahaan.
Dari sisi pemegang saham yaitu Robert Tantular, terdapat beberapa pelanggaran etika
bisnis, yaitu memaksa manajer dan karyawan Bank Century untuk menjual produk reksadana
dari Antaboga dengan cara mengancam akan mem-PHK atau tidak memberi promosi dan
kenaikan gaji kepada karyawan dan manajer yang tidak mau menjual reksadana tersebut
kepada nasabah. Pelanggaran yang terakhir adalah, pemegang saham mengalihkan dana
nasabah ke rekening pribadi. Sehingga dapat dikatakan pemegang saham hanya
mementingkan kepentingan pribadi dibanding kepentingan perusahaan, karyawan, dan
nasabahnya (konsumen).
Solusi untuk pemegang saham :
Sebaiknya pemegang saham mendaftarkan terlebih dahulu produk reksadana ke BAPPEPAM
untuk mendapat izin penjualan reksadana secara sah. Kemudian, seharusnya pemegang
saham memberlakukan dana nasabah sesuai dengan fungsinya (reliability), yaitu tidak
menyalahgunakan dana yang sudah dipercayakan nasabah untuk kepentingan pribadi.
Dalam kasus Bank Century ini nasabah menjadi pihak yang sangat dirugikan. Dimana
Bank Century sudah merugikan para nasabahnya kurang lebih sebesar 2,3 trilyun. Hal ini
menyebabkan Bank Century kehilangan kepercayaan dari nasabah. Selain itu karena dana
nasabah telah disalahgunakan maka menyebabkan nasabah menjadi tidak sustain, dalam
artian ada nasabah tidak dapat melanjutkan usahanya, bahkan ada nasabah yang bunuh diri
dikarenakan hal ini.
Solusi untuk nasabah:
Sebaiknya dalam memilih investasi atau reksadana nasabah diharapkan untuk lebih berhatihati dan kritis terhadap produk yang akan dibelinya. Jika produk tersebut adalah berupa
investasi atau reksadana, nasabah dapat memeriksa kevalidan produk tersebut dengan
menghubungi pihak BAPPEPAM.
Dikarenakan kasus ini kinerja BI dan BAPPEPAM sebagai pengawas tertinggi dari bankbank nasional menjadi diragukan, karena BI dan BAPPEPAM tidak tegas dan lalai dalam
11

memproses kasus yang menimpa Bank Century. Dimana sebenarnya BI dan BAPPEPAM
telah mengetahui keberadaan reksadana fiktif ini sejak tahun 2005. Untuk Bank-bank
nasional lainnya pengaruh kasus Bank Century mengakibatkan hampir terjadinya efek
domino dikarenakan masyarakat menjadi kurang percaya dan takut bila bank-bank nasional
lainnya memiliki penyakit yang sama dengan Bank Century dikarenakan krisis global,
dengan kata lain merusak nama baik bank secara umum.
Solusi untuk BI dan BAPPEPAM:
Sebaiknya harus lebih tegas dalam menangani dan mengawasi pelanggaran-pelanggaran yang
dilakukan oleh bank-bank yang diawasinya. Selain itu sebaiknya mereka lebih sigap dan
tidak saling melempar tanggung jawab satu sama lain. Dan saran untuk Bank Nasional
lainnya, sebaiknya bank-bank tersebut harus lebih memperhatikan kepentingan konsumen
atau nasabah agar tidak terjadi kasus yang sama.

Referensi

12

https://www.academia.edu/8875450/Penjabaran_Kasus_Bank_Century

13

Você também pode gostar