Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Laporan Pendahuluan
oleh
Frandita Eldiansyah S. Kep
NIM 112311101014
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA KLIEN
DENGAN DIABETES MELITUS DI RUANG ADENIUM RSD dr.
SOEBANDI JEMBER
Oleh : Frandita Eldiansyah, S. Kep.
1. Kasus
Diabetes Melitus
2. Proses Terjadinya Masalah
a. Anatomi dan Fisiologi Pankreas
Pankreas terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang gaster didalam
ruang retroperitoneal. Disebelah kiri ekor pankreas mencapai hilus limpa diarah
kronio dorsal dan bagian atas kiri kaput pankreas dihubungkan dengan corpus
pankreas oleh leher pankreas yaitu bagian pankreas yang lebarnya biasanya tidak
lebih dari 4 cm, arteri dan vena mesentrika superior berada dileher pankreas
bagian kiri bawah kaput pankreas ini disebut processus unsinatis pankreas.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :
1) Asinus, yang mengekskresikan pencernaan ke dalam duodenum.
2) Pulau Langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan getahnya
namun sebaliknya mensekresi insulin dan glukagon langsung kedalam darah.
Pankreas manusia mempunyai 1 2 juta pulau langerhans, setiap pulau
langerhans hanya berdiameter 0,3 mm dan tersusun mengelilingi pembuluh darah
kapiler.
Pulau langerhans mengandung tiga jenis sel utama, yakni sel-alfa, beta dan delta.
Sel beta yang mencakup kira-kira 60 % dari semua sel terletak terutama ditengah
setiap pulau dan mensekresikan insulin. Granula sel B merupakan bungkusan
insulin dalam sitoplasma sel. Tiap bungkusan bervariasi antara spesies satu
dengan yang lain. Dalam sel B , molekul insulin membentuk polimer yang juga
kompleks dengan seng. Perbedaan dalam bentuk bungkusan ini mungkin karena
perbedaan dalam ukuran polimer atau agregat seng dari insulin. Insulin disintesis
di dalam retikulum endoplasma sel B, kemudian diangkut ke aparatus golgi,
tempat ia dibungkus didalam granula yang diikat membran. Granula ini bergerak
ke dinding sel oleh suatu proses yang tampaknya sel ini yang mengeluarkan
insulin ke daerah luar dengan eksositosis. Kemudian insulin melintasi membran
mencapai aliran darah. Sel alfa yang mencakup kira-kira 25 % dari seluruh sel
mensekresikan glukagon. Sel delta yang merupakan 10 % dari seluruh sel
mensekresikan somatostatin (Pearce, 2000) Ada empat jenis sel penghasil hormon
yang teridentifikasi dalam pulau-pulau tersebut yaitu:
1. Sel alfa mensekresi glukagon (meningkatkan kadar gula darah).
2. Sel beta mensekresi insulin (menurunkan kadar gula darah).
3. Sel delta mensekresi somatostatin (menghambat sekresi glukagon dan
insulin).
4. Sel F mensekresi polipeptida pankreas (fungsi tidak jelas namun
dilepaskan setelah makan)
dengan cara meningkatkan transpor asam amino dan asam lemak dari darah ke
dalam sel dana meningkatkan sintesis protein dan lemak serta menurunkan
katabolisme protein dan lemak. Insulin juga meningkatkan penggunaan
karbohidrat untuk energi dengan memfasilitasi penyimpanan glukosa dalam
bentuk glikogen pada otot rangka dan hati, dan memeperbesar cadangan glukosa
berlebih dalam bentuk lemak pada jaringan adiposa (Sloane, 2003). Sedangkan
glukagon memiliki efek fisiologi yaitu meningkatkan penguraian glikogen hati
menjadi glukosa sehingga kadar glukosa darah meningkat dan meningkatkan
sintesis glukosa dari sumber non karbohidrat dalam hati.
Insulin sendiri kerjanya di pengaruhi oleh beberapa hal yaitu:
1. Efek terhadap kadar glukosa darah
2. Efek glukagon
3. Hormon yang secara tidak langsung mempengaruhi sekresi insulin
Hormon pertumbuhan, ACTH, dan hormon gastrointestinal sepeti gastrin,
sekretin, dan kolesistokinin, semuanya menstimulasi sekresi insulin.
Somastostatin
yang
diproduksi oleh
dan
mengakibatkan
gangguan
menyebabkan hiperglikemi.
c. Penyebab
metabolisme
pada
tubuh
manusia
dan
pankreas
d. DM Tipe Lain
Penyakit pankreas, seperti : pancreatitis, Ca Pankreas dll
Penyakit hormonal, seperti : Acromegali yang meningkat GH (growth
hormon) yang merangsang sel-sel beta pankeras yang menyebabkan sel-sel
ini hiperaktif dan rusak.
Obat-obatan
a. Bersifat sitotoksin terhadap sel-sel seperti aloxan dan streptozerin
b. Yang mengurangi produksi insulin seperti derifat thiazide,
phenothiazine dll.
d. Klasifikasi
Ada beberapa klasifikasi diabetes mellitus menurut Riyadi dan Sukarmin, (2008)
membedakan penyakit ini berdasarkan pengetahuan mutakhir mengenai
patogenesisnya, yaitu Diabetes Mellitus tipe I : Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (IDDM) dan tipe II : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM), Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom
lainnya, serta Diabetes Mellitus gestasional (GDM).
1. Diabetes Mellitus tipe I
Merupakan diabetes mellitus yang tergantung pada insulin atau insulin
dependent diabetes mellitus (IDDM). Pasien diabetes mellitus tipe I menghasilkan
sedikit insulin atau sama sekali tidak menghasilkan insulin. Pada diabetes mellitus
tipe I ini terjadi kerusakan sel-sel beta pangkreas yang diperkirakan terjadi akibat
kombinasi faktor genetik, imunologi dan mungkin juga karena infeksi (Smeltzer
dan Bare, 2002). Sebagian besar diabetes mellitus tipe I terjadi sebelum usia 30
tahun, tetapi bisa pula terjadi pada semua usia. Faktor lingkungan seperti infeksi
virus atau faktor gizi pada masa kanak-kanak atau dewasa awal menyebabkan
sistem kekebalan menghancurkan sel penghasil insulin.Terjadi kekurangan insulin
yang berat dan pasien harus mendapatkan suntikan insulin secara teratur (Riyadi
dan Sukarmin, 2008).
2. Diabetes Mellitus Tipe II
Merupakan diabetes mellitus yang tidak bergantung pada insulin atau noninsulin dependent diabetes mellitus (NIDDM).Diabetes mellitus tipe II disebabkan
karena kegagalan relatif sel beta pulau langerhans dan turunnya kemampuan
insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati.Pasien diabetes mellitus tipe II
mengalami penurunan sensivitas terhadap kadar glukosa, yang berakibat pada
pembukaan kadar glukosa tinggi. Diabetes mellitus tipe II bisa terjadi pada anakanak dan dewasa, tetapi biasanya terjadi setelah usia 30 tahun. Faktor resiko untuk
diabetes tipe II adalah obesitas.
3. Diabetes mellitus gestasional (GDM)
Etologi
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin
Tipe II
absolut
Autoimun
Idiopatik
Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi
Tipe lain
e. Patofisiologi
Glukosa secara normal bersirkulasi dalam darah dengan jumlah tertentu. Glukosa
dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi. Insulin, adalah hormon yang
2.
3.
4.
gangguan
sirkulasi,
katabolisme
protein
di
otot
dan
gejala lain yang mungkin dikeluhkan oleh pasien adalah rasa kesemutan,
pruritus (gatal-gatal), mata kabur, gigi mudah goyah dan lepas, ibu hamil
sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan, atau
dengan bayi berat lahir lebih dari 4 Kg, impotensi pada pria serta pruritus
vulva pada wanita.
MANIFESTASI
KLINIS
DASAR PATOFISIOLOGI
DM
TIPE 1
DM
TIPE 2
Poliuri
++
++
++
++
++
++
Ketonuria
++
Kelemahan,
lelah, pusing
++
Polidipsi
Dehidrasi sekunder terhadap poliuri yang
menyebabkan haus.
Polifagia
Banyak makan sekunder terhadap
kerusakan
jaringan
(katabolisme)
menyebabkan mudah lapar.
Berat
menurun
Penglihatan
kabur
Ket : (+) sering nampak, (++) selalu nampak, (-) tidak selalu nampak
Hiperglikemia yang berat dan melebihi ambang ginjal dapat menimbulkan
glikosuria. Glikosuria dapat mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan
pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia). Saat glukosa hilang
bersama urin, seseorang akan mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat
badan berkurang. Rasa lapar yang semakin meningkat (polifagia) akan terjadi
sebagai akibat kehilangan kalori. Gejala lain yang dapat terjadi pada pasien DM
antara lain mengeluh lelah, mengantuk, berat badan turun, lemah dan somnolen
(Price & Wilson, 2006). PERKENI (2011) menyatakan bahwa gejala khas
diabetes melitus terdiri dari poliuria, polidipsi, polifagi, dan berat badan menurun
tanpa sebab yang jelas, sedangkan gejala yang tidak khas diabetes melitus
diantaranya lemas, kesemutan, luka yang sulit sembuh, gatal, mata kabur,
disfungsi ereksi (pria) dan pruritus vulva (wanita).
g. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan
komplikasi kronik. (Carpenito, 2007).
a. Komplikasi Akut, ada 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus yang penting
dan berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka
pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah Diabetik Ketoasedosis (DKA).
Ketoasedosis diabetik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu
perjalananpenyakit diabetes mellitus. Diabetik ketoasedosis disebabkan oleh
tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata (Smeltzer
& Bare, 2002 ).
b. Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN), koma Hiperosmolar Nonketotik
merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia
dan disertai perubahan tingkat kesadaran. Salah satu perbedaan utama KHHN
dengan DKA adalah tidak terdapatnya ketosis dan asidosis pada KHHN
(Smeltzer & Bare, 2002 ).
c. Hypoglikemia, hypoglikemia (kadar gula darah yang abnormal yang rendah)
terjadi jika kadar glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl.
Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat oral
yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit (Smeltzer & Bare,
2002 ).
Komplikasi kronik Diabetes Melitus pada dasarnya terjadi pada semua
pembuluh darah diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik). Angiopati Diabetik
dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Mikrovaskuler
Penyakit Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahan perubahan mikrovaskuler adalah
perubahan pada struktural dan fungsi ginjal. Bila kadar glukosa darah
meningkat, maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang
kondisi saraf.
2. Makrovaskuler
a. Penyakit Jantung Koroner
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus maka terjadi
penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya keseluruh tubuh
sehingga tekanan darah akan naik atau hipertensi. Lemak yang menumpuk
dalam pembuluh darah menyebabkan mengerasnya arteri (arteriosclerosis),
dengan resiko penderita penyakit jantung koroner atau stroke.
b. Pembuluh darah kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf saraf sensorik, keadaan ini
berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi
yang menyebabkan gangren. Infeksi dimulai dari celah celah kulit yang
mengalami hipertropi, pada sel sel kuku yang tertanam pada bagian kaki,
bagia kulit kaki yang menebal, dan kalus, demikian juga pada daerah
daerah yang tekena trauma.
c. Pembuluh darah otak
Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga suplai
darah keotak menurun.
h. Pemeriksaan Penunjang
dengan
pemeriksaan
glukosa
plasma
puasa,
namun
(2001), TTGO sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat
jarang dilakukan karena membutuhkan persiapan khusus. Tes TTGO dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu metode analisis, dan plasma serum (darah
kapiler atau vena).
Tabel 3. Penentuan Diagnosis Diabetes Melitus (DM)
Sumber:(PERKENI, 2011)
pada
pasien
diabetes
diperlukan
untuk
meningkatkan
kondisi dari pasien itu sendiri. Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba
menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk
mengurangi
terjadinya
komplikasi
vaskuler
serta
neuropatik.
Tujuan
teraupetik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah
normal tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas
pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes yaitu diet, latihan ,
pemantauan, terapi, dan pendidikan (Smeltzer & Bare, 2002).
Terdapat tujuan pengelolaan diabetes mellitus adalah sebagai berikut :
dengan
tujuan menurunkan
mortalitas
dan
Edukasi
Edukasi dilakukan dengan memberikan penyuluhan kepada pasien.
Penyuluhan kesehatan pada penderita diabetes melitus merupakan suatu
halyang amat penting dalam regulasi gula darah penderita diabetes melitus
dan mencegah atau setidaknya menghambat munculnya penyulit kronik
maupun penyulit akut yang ditakuti oleh penderita. Tujuan penyuluhan
yaitu meningkatkan
pengetahuan
diabetisi
tentang
penyakit
dan
diperlukan
karena
penyakit
diabetes
merupakan
diperhatikan,
terutama
pada
pasien
dengan
terapi
insulin
(PERKENI, 2011).
3.
merangsang
Pengobatan
Diabetes telah menerapkan pengaturan makanan dan kegiatan jasmani yang
teratur
namun
pengendalian
kadar
gula
darah
belum
tercapai
maka
PATHWAY
-Faktor genetic
Ketidakseimbangan insulin
Kerusakan Sel Beta Pankreas
-Pengrusakan imunologik
Imunitas menurun
Resiko Infeksi
Neuropati sensori perifer
Iskemik jaringan
Terjadi hiperglikemia
Glukosuria
Luka
Kehilangan kalori
Gangren
3. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Anamnese
BB turun
Polidipsi dan polifagia
Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
Kelemahan alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal
melemah,
nadi
perifer
melemah,
pengisian
kapiler
dan kanker
Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,
berat badan dan tanda tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran,
lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah
goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan
kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
c. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren,
kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
d. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM
mudah terjadi infeksi.
e. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
f. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.
g. Sistem urinari
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
h. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan,
cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
i. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,
reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
Pemeriksaan penunjang
perfusi
jaringan
perifer
berhubungan
dengan
c.
No
Intervensi
Diagnosa
Tujuan
Keperawatan
Hasil
dan
Kriteria
Intervensi
1.
Ketidakseimban
gan
NOC
NIC
kurang
kebutuhan tubuh b.
Nutritional
status:
mendapatkan nutrisi
d. Berikan
informasi
berhubungan
nutrient
dengan
c. Intake
gangguan
d. Weight control
keseimbangan
Kriteria Hasil
insulin,
kebutuhan nutrisi
e. Ajarkan
pasien
membuat
a. Adanya peningkatan
makanan
dan
aktivitas jasmani
catatan
makanan
harian
f. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk
menentukan
kalori
dan
nutrisi
yang
dibutuhkan pasien
Nutrition Monitoring
a. BB pasien dalam batas normal
b. Monitor adanya penurunan berat
badan
c. Monitor
malnutrisi
d. Menunjukkan
jumlah
tipe
dan
jumlah
peningkatan fungsi
pengecapan dan
makan
e. Monitor turgor kulit, kekeringan
menelan
Ketidakefektifan
nutrisi
NIC
NOC
b.Tissue
berhubungan
Perfusion: a. Monitor
cerebral
Kriteria Hasil
penurunan
a.Tekanan
darah
ke perifer, proses
adanya
daerah
dengan
sirkulasi
systole
terhadap
dan
panas/dingin/tajam/tumpul
b. Monitor kemampuan BAB
diastole dalam rentang
c. Monitor
adanya
yang diharapkan
tromboplebitis
penyakit (DM)
b.berkomunikasi
jelas
dan
sesuai
yag
diharapkan
c.Menunjukkan
fungsi
kesadaran
membaik,
tidak
leher, punggung
e. Instruksikan keluargauntuk
mengobservasi kulit jika ada
isi
f. Kolaborasi
dengan
tim
kesehatan lainnya
ada
gerakan-gerakan
involunter
3.
Kerusakan
NOC
integritas
a.Tissue
jaringan
robekan)
b.Hemodyalis akses
mekanik
(tekanan
Integrity:
berhubungan
dengan
NIC
bisa
pasien
menggunakan
pakaian
untuk
yang
longgar
b. Hindari kerutan pada tempat
tidur
c. Jaga kebersihan kulit
elastisitas,d. Mobilisasi pasien tiap 2 jam
dipertahankan
(sensasi,
temperature,
hidrasi,
pigmentasi)
b.Tidak ada luka/lesi
c.
a. Anjurkan
sekalii
e. Monitor
kulit
akan
adanya
kemerahan
f. Monitor aktivitas dan mobilitas
Menunjukkan
pasien
dalam Insision site care
a. Membersihkan,
memantau
proses perbaikan kulit
dan meningkatkan proses
dan mencegah terjadinya
penyembuhan pada luka yang
cidera berulang
ditutup dengan jahitan.
d.Mampu melindungi kulit
b. Monitor proses kesembuhan
dan
mempertahankan
area gangrene
kelembapan kulit
c. Monitor tanda dan gejala
pemahaman
4.
Kelemahan
NOC
infeksi
NIC
berhubungan
a. Endurance
Energy Management
b. Concentrasion
dengan kondisi
a. Observasi adanya pembatasan
c. Energy conservation
fisik buruk
d. Nutritional status: energy
klien
dalam
melakukan
Kriteria Hasil
aktivitas
a.Memverbalisasikan
b. Kaji adanya factor yang
peningkatan energy dan
menyebabkan kelelahan
merasa lebih baik
c. Monitor
nutrisi
dan
b.Menjelaskan
sumberenergi yang adekuat
penggunaan energy untuk d. Monitor respon kardiovaskular
mengatasi kelelahan
c.Glukosa darah adekuat
d. istirahat cukup
5.
Retensi
berhubungan
a.Urinary elimination
dengan
b.Urinary continnce
inkomplit
Kriteria Hasil
pengosongan
a.Kandungkemih
dan poliuria
kosong
ada
secara penuh
c.
tidur pasien
f. Bantu aktivitas sehari-hari sesuai
kebutuhan
NIC
urine NOC
kandung kemih
terhadap aktivitas
e. Monitor pola tidur dan lamanya
eliminasi
d. Monitor tanda dan gejala
adanya ISK
spasme
bladder
d.Balance cairan seimbang
5
Resiko
NOC
NIC
Fluid Management
a. Monitor status hidrasi
(kelembapan membrane
mukosa, nadi adekuat)
b. Monitor TTV
c. Monitor masukan
makan/cairan dan hitung
intake kalori harian
normal
c. Tidak ada tanda-tanda
6
Resiko
dehidrasi
infeksi NOC
berhubungan
dengan
menurunnya
imun tubuh
a. Immune status
b. Knowledge: infection
control
c. Risk control
Kriteria Hasil
a. Klien bebas dari tanda
dan gejala infeksi
b. Menunjukkan
kemampuan untuk
mencegah timbulnya
infeksi
c. Jumlah leukosit dalam
batas normal
d.
Discharge Planning
a. Berikan penjelasan secara lisan dan tulisan tentang perawatan dan
pengobatan yang diberikan;
b. Ajarkan dan evaluasi untuk mengenal gejala syok dan asidosis diabetik
dan penanganan kedaruratan;
c. Simulasikan cara pemberian terapi insulin mulai dari persiapan alat sampai
penyuntikan dan lokasi;
d. Ajarkan memonitor atau memeriksa glukosa darah dan glukosa dalam
urine;
e. Perencanaan diet, buat jadwal;
f. Perencanaan latihan, jelaskan dampak latihan dengan diabetik;
g. Ajarkan bagaimana untuk mencegah hiperglikemi dan hipoglikemi dan
infomasikan gejala gejala yang muncul dari keduanya;
h. Jelaskan komplikasi yang muncul;
i. Ajarkan mencegah infeksi : kebersihan kaki, hindari perlukaan, gunakan
sikat gigi yang halus
DAFTAR PUSTAKA
Amin, H, Nuarif, & Kusuma, H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA, NIC NOC. Yogyakarta:
Mediaction Publishing
Capernito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Doenges, M. E., Mary, F. M., dan Alice, C. G. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Jakarta:EGC.
Mansjoer, A dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3. Jakarta: Media
Aescuapius FK UI.
Pearce, C. E. 2000. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta. PT
Gramedia Pusaka Putra
PERKENI. 2011. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia
2011. Semarang: PB PERKENI.Price & Wilson. 2006. Patofisiologi :
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Riyadi, & Sukarmin, 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Eksokrin dan Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sylvia, P. A, et al. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Jakarta: EGC.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC
Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 5. Jakarta:
EGC.