Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Tinjauan Pustaka
Reproduksi pada hewan betina adalah suatu proses yang kompleks yang melibatkan seluruh
tubuh hewan betina. Sistem reproduksi pada hewan betina terdiri dari dua buah ovarium, dua buah tuba
uterin (Falopii), uterus, vagina dan vulva. Ovum dilepaskan dari ovari dan diterima oleh infundibulumlalu
dibawa masuk ke tuba uteri, dimana dalam keadaan normal terjadi proses pembuahan, dalam perjalanan
ovum itu dari ovari menuju ke uterus. Di dalam uterus telur yang sudah dibuahi itu berkembang menjadi
embrio dan kemudian menjadi fetus, yang pada akhirnya keluar dari uterus menuju vagina dan vulva,
sebagai anak yang baru lahir. (Fandson,1992).
Ovarium
Menurut Blakely dan Bade dan Bade (1991), ovarium yaitu organ betina yang homolog dengan
testis pada hewan jantan, berada didalam rongga tubuh di dekat ginjal dan tidak mengalami pergeseran
atau perubahan tempat seperti pada testis. Jaringan yang menghasilkan ovum (telur) berada sangat
dekat dengan permukaan ovarium.Menurut Nugroho (2008), ovarium merupakan bagian alat kelamin
yang utama, karena fungsinya untuk menghasilkan sel gonad (ovum). Seperti juga halnya dengan testis
pada ternak jantan, ovarium bersifat endokrin dan bersifat sitogenik. Ovarium bersifat endokrin karena
ovarium mampu menghasilkan hormon yang akan diserap secara langsung kedalam peredaran darah.
Ovarium juga bersifat sitigenik artinya bahwa ovarium mampu menghasilkan sel ovum atau sel telur. Oleh
karena itu ovarium sering juga disebut induk telur, indung telur atau pengarang telur.
Oviduct
Menurut Frandson (1992), tuba uterina (tuba falopii atau oviduct) adalah saluran yang
berpasangan dan berkonvolusi, yang menghantarkan telur dari ovarium menuju ke tanduk uterus dan
juga sebagai tempat terjadinya fertilisasi ovum oleh spermatozoa. Bagian dari oviduct yang berdekatan
dengan dengan ovarium akan berkembang seperti corong yang disebut infundibulum. Bagian ujung
infundibulum membentuk suatu fimbriae.
Uterus
Uterus pada umumnya terdiri atas badan uterus (corpus uteri), tanduk uterus (cornu uteri) yang
pada umumnya berbentuk lancip, dan cerviks atau leher uterus. Bentuk uterus pada setiap jenis hewan
bervariasi. Uterus mempunyai fungsi yang sangat penting dalam proses reproduksi yaitu sejak estrus
sampai bunting dan melahirkan (Nugroho, 2008). Menurut Blakely dan Bade dan Bade (1991), uterus
terdiri dari struktur yang menyerupai dua tanduk yang melengkung seperti tanduk domba, dengan satu
badan yang sama. Menurut Frandson (1992), uterus ternak yang tergolong mamalia terdiri
dari corpus (badan),cervix (leher) dan cornue (tanduk).
Cervix
Menurut Blakely dan Bade dan Bade (1991), cervix merupakan organ yang menyerupai sfingter
(sphincter) yang memisahkan rongga uterus dengan rongga vagina. Fungsi pokok cervix adalah untuk
menutup uterus guna melindungi masuknya bahan-bahan asing.Sfingter tetap dalam keadaan tertutup
kecuali pada saat kelahiran saja.Menurut Nugroho (2008), cerviks merupakan spincter otot polos yang
kuat dan tertutup rapat, kecuali pada saat estrus atau pada saat menjelang kelahiran. Cervix terletak di
antara uterus dan vagina, merupakan pintu masuk kedalam uterus karena dapat terbuka atau tertutup
yang sesuai dengan siklus birahi.
Vagina
Vagina adalah bagian saluran reproduksi yang terletak didalam pelvis, diantara cervix dan vulva.
Vagina
terbagi
atas
dengan vulvadanpartio
bagian
vestibulum
yaitu
bagian
bagian
ke
sebelah
luar
yang
berhubungan
2008). Menurut
Hardjopranjoto (1995), vagina meruppakan bagian alat kelamin yang mudah didilatasi dan merupakan
saluran untuk kopulasi dan bagian jalan keluar fetus dan plasenta pada waktu lahir.
Vulva
Vulva adalah bagian eksternal dari genetalia betina yang terentang dari vagina sampai kebagian
yang paling luar. Pertautan antara vulva dengan vagina ditandai oleh orifis uretral eksternal (Nugroho,
2008). Menurut Frandsond (1992), vulva (pudendum femininum) adalah bagian eksternal dari genitalia
betina yang terentang dari vagina sampai kebagian yang paling luar. Pertautan antara vagina dan vulva
ditandai oleh orifisuretal eksternal yang terdapat hymen vestigial. Hymen tersebut sangat rapat sehingga
mempengaruhi kopulasi.
Clitoris
Clitoris terdapat pada celah sebelah ventral dari alat kelamin luar yang secara embrional
mempunyai asal yang sama dengan penis pada yang jantan. Ciltoris terdiri dari tenunan erektil dilapisi
oleh sel epitel skwamus dengan banyak ujung ujung saraf di dalamnya. Pada sapi, clitoris letaknya
tersembunyi di daerah mukosa vestibula, tetapi pada kuda clitorisnya sangat erkembang dan pada waktu
birahi akan jelas terlihat dari luar. (Hardjoprajonto, 1995)
oleh
pengaruh
hormone
FSH
(Follicle
Stimulating
Hormone) yang
berasal
sebagian
melekat
pada
fossa
menarik
dan
menangkap ovum serta mengarahkannya masuk kedalam tuba fallopi. Permukaan infundibulum yang
tertutup oleh lapisan seperti beludru serta proyeksinya yang menyerupai jari meningkatkan area
permukaan dan memudahkan fimbriae untuk menyapu permukaan ovarium saat akan ovulasi. Bagian
tengah infundibulum terdapat sebuah pintu terbuka yang berhubungan dengan ruang peritoneum, bagian
ini disebut denganostium abdominales.
Infundibulum berhubungan
langsung
dengan
menebal
disebut ampulla.Panjang ampulla setengah dari oviduct, dengan diameter relatif cukup besar dan mukosa
epitel bersilia seperti pakis. Ampulla bergabung dengan istmus yang disebut dengan ampulla istmus
junction. Hubungan ini berfungsi untuk mengontrol ovum yang telah dibuahi saja. Istmus berhubungan
langsung dengan cornue uteri dan memiliki diameter yang lebih kecil dengan dinding muscular yang lebih
tebal disbanding ampulla.Titik penghubung antara istmus dan cornue uteri disebut uteri tubal junction.
Menurut Frandson (1992), panjang oviduct pada sapi sebesar 25
cm. Hasil pengamatan yang dilakukan pada saat praktikum diperoleh panjangbursa ovari sebesar 9 cm,
lebarnya sebesar 5 cm dan oviduct sebesar 16 cm. Hal ini menunjukkan bahwa panjang oviduct yang
diperoleh berada di bawah kisaran normal apabila dibandingkan dengan literatur. Menurut Fandson
(1992), ukuran oviduct bervarasi tergantung pada umur, bangsa, varietas dan berat badan.
Menurut Blakely dan Bade (1991), tanduk uterus pada sapi membentuk suatu putiran spiral yang
lengkap sebelum kemudian bersambung degan oviduct. Tanduk-tanduk uterus tersebut biasanya
berkembang dengan baik. Salah satunya merupakan tempat terjadinya perkembangan fetus. Lapisan
mukosa pada uterus mengandung karankula.Uterus berfungsi sebagai jalannya sperma pada saat
kopulasi dan motilitas (pergerakan) sperma ke oviduct, mendukung perkembangan embrio melalui
sekresi dari kelenjar uterus dan plasma darah serta mendorong fetus dan membrannya pada saat
kelahiran.
Menutut Nugroho (2008), Uterus mempunyai fungsi yang sangat penting dalam proses
reproduksi yaitu sejak estrus sampai bunting dan melahirkan. Fungsi uterus adalah pada saat estrus
yaitu, kelenjar endometrium yang terdapat pada dinding uterus menghasilkan cairan uterus yang
diperlukan oleh spermatozoa untuk mendewasakan dirinya (kapasitasi), semakin tinggi kemampuannya
untuk membuahi ovum, pada saat kopulasi, uterus akan berkontraksi agar mampu mengangkut
spermatozoa dari uterus keoviduct, pada waktu metestrus dan awal diestrus. Kelenjar-kelenjar
endometrium mulai berkembang dan tumbuh memanjang, menghasilkan cairan uterus yang merupakan
substrat yang cocok untuk pertumbuhan embrio muda, pada saat diestrus pada ternak yang tidak
bunting, telur yang tidak dibuahi oleh sperma, di dalam uterus akan diresorbsi oleh endometrium, pada
saat kebuntingan, uterus membesar secara perlahan-lahan sesuai dengan pertumbuhan embrio, pada
saat kelahiran, uterus akan melakukan kontraksi sedemikian kuat sehingga dapat mengangkut fetus yang
sedemikian berat untuk melampaui simfisis pelvisdan keluar dari badan, pada saat selesai
partus/melahirkan, maka uterus akan mengalami pengecilan kembali atau involusi.
Menurut Frandson (1992), panjang corpus uteri pada sapi berkisar antara 35 sampai 40 cm dan
panjang cornue uteri berkisar antara 2 sampai 4 cm. Hasil yang diperoleh pada saat praktikum
panjangcorpus
uteri 6 cm
dan
panjang cornue
tersebut
menunjukkan
bahwa
panjang corpus uteriyang diperoleh berada dibawah kisaran normal sedangkan panjang cornue
uteri berada diatas kisaran normal. Menurut Fandson (1992), ukuran uterus bervarasi tergantung pada
umur, bangsa, varietas dan berat badan.
Jamalia
dibelakang
corpus
uteri,
berupa
dinding
yag
tebal. Cervixpada sapid an domba berfungsi sebagai barrier transport sperma, namun tidak halnya pada
kuda dan babi.Cervix juga berfungsi mengisolasi uterus dari lingkungan luar selama kebuntingan dengan
membentuk barrier berupa mucus yang sangat kental. Perubahan cervix pada kuda sangat mencolok
dibandingkan dengan hewan lainnya.
Cerviks atau leher uterus berdinding tebal karena berotot dan banyak mengandung serabut
elastik. Mukosa-submukosa membentuk lipatan primer tinggi dan berlanjut dengan lipatan sekunder dan
tersier.Cerviks pada sapi betina terdapat empat lipatan melingkar dan 15 sampai 25 lipatan memanjang,
masing-masing mengandung lipatan sekunder dan tersier. Lipatan tersebut sering memberikan kesan
salah pada struktur kelenjar. Kelenjar uterus tidak menjulur dalam ceviks pada kebanyakan spesies, dan
elemen kelenjar yang terdapat pada cerviks kebanyakan bersifat musigen (Dellmann, 1992).
Menurut Frandson (1992), panjang cervix uteri pada sapi berkisar antara 8 sampai 10 cm. Hasil
yang diperoleh pada saat praktikum panjang cervix uteri 3 cm dan lebarnya 4 cm. Hal tersebut
menunjukkan bahwa panjang cervix uteri yang diperoleh berada di bawah kisaran normal. Menurut
Fandson (1992), ukuran cervix bervarasi tergantung pada umur, bangsa, varietas dan berat badan.
antara
vagina vestibulum
vaginae terdapat
selaput
tipis
disebut
selaput
dara
(hymen). Pada kuda dan babi selaput dara ini berbentuk suatu lipatan menyerupai cincin, sedangkan
pada ternak yang lain selaput ini ditandai dengan adanya lipatan tipis menyilang dari mukosa vagina.
Pada semua hewan ternak, kadang kadang ditemukan suatu presistensi yang berbeda derajatnya dari
selaput dara ini (Hardjopranjoto, 1995)
Kesimpulan
Secara anatomi, alat reproduksi betina dibagi menjadi ovarium, oviduct, uterus, cervix, vagina,
dan vulva.Ovarium pada sapi berbentuk bulat telur. Ukuran ovarium semakin bertambah dengan
bertambahnya umur dan banyaknya anak yang dilahirkan.Oviduct terdiri dari infundibulum, ampulla dan
isthmus.Uterus memiliki dua bagian, yaitu corpus uteri dan cornu uteri. Cervix adalah urat daging
sphincher yang terletak di antara corpus uteri dan vagina. Vagina terletak dibagian luar yang terbagi
menjadi dua yaitu vestibulumyang terletak dekat vulva (bagian luar) dan portio vaginalescervices (bagian
dalam). Vulva terletak dibagian luar yang terbagi menjadi dua yaitu labia mayora dan labia
minora. Clitoris merupakan alat reproduksi yang terletak dibagian luar, bentuknya memanjang, banyak
mengandung ujung saraf perasa, syaraf ini memegang peranan penting pada waktu kopulasi.
Hasil pengukuran alat reproduksi sapi betina diperoleh panjang vulva 5 cm, vestibulum 10 cm,
portio vaginales cervices 10 cm, cervix uteri panjang 3 cm dan lebar 4 cm, uterus : corpus uteri 6 cm,
cornu uteri 5,5 cm, oviduct 16 cm, bursa ovari 9 cm, lebar 5 cm, ovarium dengan panjang 2,5 cm,
lebar1,5 cm dan tinggi 1 cm. Ukuran organ reproduksi sapi betina tersebut berbeda dengan organ
reproduksi normal yang terdapat pada literatur. Perbedaan ukuran pada organ reproduksi tersebut
dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu umur, berat badan, status reproduksi, hormon, nutrisi pada
hewan.