The LD steelworks an oxygen process

The hot metal must be refined in order to become steel. The hot metal is converted into steel
when the carbon content has dropped to below 1.7-1.5 percent, which is done in LD converters.
The hot metal is first cooled by 10-20 percent of steel scrap being added to the LD converter. The
scrap is an important raw material that is melted in the LD process entirely without the addition
of other energy, which is a very energy-efficient recycling process. The purpose of the scrap is to
cool the hot metal.
The process in the LD converter is opposite to that in the blast furnace. In the latter, carbon is
added to remove the oxygen from the ore. In the LD converter, oxygen is added to remove the
carbon from the hot metal. This may sound strange, but the blast furnace process imparts a
carbon content of about 4.5 percent to the hot metal. This must be lowered the iron must be
refined so that the steel can be worked in subsequent processes, such as continuous casting and
rolling.
LD pabrik baja - proses oksigen
Logam panas harus disempurnakan agar menjadi baja. Logam panas diubah
menjadi baja saat kandungan karbon telah turun ke bawah 1,7-1,5 persen,
yang dilakukan dalam LD converter furnace.

Logam panas pertama didinginkan oleh 10-20 persen dari skrap baja yang
ditambahkan ke LD converter furnace. Scrap merupakan bahan baku penting
yang dilebur dalam proses LD seluruhnya tanpa penambahan energi lain,
yang merupakan proses daur ulang hemat energi. Fungsi dari scrap ini
adalah untuk mendinginkan logam panas.

Proses dalam LD converter furnace berlawanan dengan yang di blast

furnace. Pada yang terakhir, karbon ditambahkan untuk menghilangkan
oksigen dari bijih. Dalam LD converter furnace, oksigen ditambahkan untuk
menghilangkan karbon dari logam panas. Hal ini mungkin terdengar aneh,
tapi proses blast furnace menanamkan kadar karbon sekitar 4,5 persen
untuk logam panas. Ini harus diturunkan - besi harus disempurnakan -

sehingga baja dapat bekerja dalam proses selanjutnya, seperti pengecoran

kontinyu dan rolling.

Oxygen lance
In the LD converter, the operator blows air at high pressure through a lance down into the steel
bath. The temperature rises to about 1,600C when the oxygen reacts withthe carbon, silicon and
other elements. Limestone is added to combine with silicon and other elements to form a slag.
Every steel grade has a unique carbon content. The carbon content may vary from 1 percent for
very hard carbon steels, down to only a few hundredths of one percent in a steel with ultra-low
carbon content. Such steel grades are soft and formable.
The addition of oxygen exerts a good stirring effect in the steel bath, so that all elements are
mixed and the oxygen combines with the carbon to form mainly carbon monoxide. The LD gas is
recovered to supply energy, just like the blast furnace gas.
Finally, the appropriate amount of alloying elements is added to the jet of molten steel tapped
from the LD converters. This is the basic alloy in the composition of the steel to be produced.
oksigen tombak
Dalam LD converter furnace, udara pada tekanan tinggi dimasukkan ke dalam bak baja. Suhu
akan naik sampai sekitar 1.600 C ketika oksigen bereaksi dengan karbon, silikon dan unsurunsur lainnya. Kapur ditambahkan untuk menggabungkan dengan silikon dan unsur-unsur
lainnya untuk membentuk terak.
Setiap kelas baja memiliki kandungan karbon yang unik. Kandungan karbon dapat bervariasi
dari 1 persen untuk baja karbon, hanya beberapa persen dalam baja dengan kadar karbon ultrarendah. Baja seperti lembut dan formable.
Penambahan oksigen memberikan efek pengadukan yang, sehingga semua elemen dicampur dan
oksigen menggabungkan dengan karbon untuk membentuk karbon monoksida. Gas LD akan
memasok energi, seperti gas blast furnace.
Akhirnya, jumlah yang sesuai dari elemen paduan ditambahkan ke baja cair yang berasal dari LD
converter furnace. Ini adalah paduan dasar dalam komposisi baja yang akan diproduksi.

[1] http://www.ssab.com/en/Investor--Media/About-SSAB/Steel-making-process/The-

metallurgical-process/Ore-based-hot-metal-and-steel/The-LD-process/

[2] http://www.scielo.br/scielo.php?pid=S1516-14392010000100005&script=sci_arttext

[3] https://www.clarke-energy.com/steel-production-gas/

LD converter steel making also known as Basic Oxygen Steel making (BOS) or Basic Oxygen
Furnace (BOF) process converts hot metal, from blast furnace, and scrap into steel by exothermic
oxidation of metalloids dissolved in the iron. Oxygen also combines with carbon, eliminating the
impurities by gas collection. The main purpose of this process is to decrease carbon percentage
from approximately 4.5% to less than 0.08% in liquid steel.
The LD Converter process is a very complex chemical batch process1. The amount and quality
of scrap iron change from batch to batch, the grades of steel produced can change frequently.
A first principles model called charge balance or static model- which is a complete heat and
mass balance of the steel making process is used to predict total oxygen blow necessary to each
batch2. However, model mismatches and the unsteady-state nature of decarburization rate lead to
a poor control in end-point temperature and carbon percentage. One procedure to overcome this
problem is to take measurements of carbon percentage and temperature during the process and
then decarburization rate is determined. Oxygen blown correction is carried out through the 'endblow model'3. This model aims to correlate measurements taken during the process and the endpoint conditions of the BOS process. One of the efficient tools, which enable one to obtain a
numerical description of this kind of complex process, is the artificial neural networks.
Artificial Neural Networks (ANN), or commonly known as neural networks, have been attractive
for applications in complex function modeling and classifications due to the fact that neural
networks have very different computing approaches from traditional computing machines4,5.
The neural network system has an ability to construct the rules of input-output mapping by itself.
Thus, the designer of the system does not need to know the internal structure and instructions of
the system, or the functional rules like traditional systems. Instead, the neural network system
requires the feed-in's of input-output patterns to "learn" before the system can function correctly.
Due this flexibility neural networks have gained increasing interest in different fields of material
science and other ferrous metallurgical areas6-9.
Several researchers have tried to predict the conditions of the LD converter in the past with
varied success10-12. The conditions of the converter from one plant to the other and from one
converter to another in the same plant may vary. Taking these into consideration in this paper, an
attempt has been made to predict the end blow oxygen required by using Feed Forward Back
Propagation algorithm using the previous heats data of an integrated Steel Plant.
LD converter furnace juga dikenal sebagai Basic Oxigen Steel making (BOS) atau Basic Oxigen
Furnace (BOF) adalah suatu proses pembuatan logam panas dari blast furnace dan scrap menjadi

baja dengan oksidasi eksotermis dari metaloid yang dilarutkan dalam besi. Oksigen dengan
karbon akan menghilangkan kotoran yang berasal dari gas. Tujuan utama dari proses ini adalah
untuk mengurangi persentase karbon dari sekitar 4,5% menjadi kurang dari 0,08% dalam baja
cair.
Proses pada LD Converter terjadi dengan reaksi kimia kompleks. Jumlah dan kualitas perubahan
besi scrap dari baja yang dihasilkan dapat sering berubah.
Sebuah prinsip pertama Model - disebut keseimbangan muatan atau model- statis yang panas
lengkap dan neraca massa dari proses pembuatan baja yang digunakan untuk memprediksi
jumlah oksigen yang diperlukan untuk setiap baja yang dihasilkan. Namun, ketidaksesuaian
tingkat dekarburisasi menyebabkan suhu titik akhir dan persentase karbon menurun. Salah satu
prosedur untuk mengatasi masalah ini adalah dengan melakukan pengukuran persentase dan
suhu karbon selama proses dan kemudian tingkat dekarburisasi ditentukan. Oksigen
dihembuskan bertujuan untuk mengkorelasikan pengukuran yang dilakukan selama proses dan
kondisi akhir-titik proses BOS. Salah satu alat yang efisien, yang memungkinkan seseorang
untuk memperoleh gambaran numerik semacam ini proses yang kompleks, adalah jaringan
syaraf tiruan.
Jaringan Syaraf Tiruan (JST), atau yang biasa dikenal sebagai jaringan saraf, telah menarik untuk
aplikasi dalam fungsi pemodelan yang kompleks dan klasifikasi karena fakta bahwa jaringan
saraf memiliki sangat berbeda komputasi pendekatan dari machines4,5 komputasi tradisional.
Sistem jaringan syaraf memiliki kemampuan untuk membangun aturan pemetaan input-output
dengan sendirinya. Dengan demikian, perancang sistem tidak perlu mengetahui struktur internal
dan instruksi dari sistem, atau aturan fungsional seperti sistem tradisional. Sebaliknya, sistem
jaringan saraf membutuhkan yang feed-in pola input-output untuk "belajar" sebelum sistem dapat
berfungsi dengan benar. Karena fleksibilitas ini jaringan saraf telah mendapatkan peningkatan
minat dalam berbagai bidang ilmu material dan metalurgi areas6-9 besi lainnya.
Beberapa peneliti telah mencoba untuk memprediksi kondisi converter LD di masa lalu dengan
beragam success10-12. Kondisi konverter dari satu tanaman ke yang lain dan dari satu converter
yang lain di pabrik yang sama dapat bervariasi. Mengambil ini menjadi pertimbangan dalam
makalah ini, upaya telah dilakukan untuk memprediksi akhir pukulan oksigen yang dibutuhkan
dengan menggunakan Pakan Teruskan Kembali algoritma propagasi menggunakan memanaskan
data sebelumnya dari Pabrik Baja terpadu.