Você está na página 1de 18

BOARD OF REHABILITATION

AND RECONSTRUCTION
NANGGROE ACEH DARUSSALAM
NIAS-SUMATRA UTARA

MINISTRY OF PUBLIC WORKS


DIRECTORATE GENERAL
OF WATER RESOURCES

EARTHQUAKE AND TSUNAMI EMERGENCY SUPPORT PROJECT


ADB Grant No. 0002-INO
IRRIGATION COMPONENT - PACKAGE 35

FINAL REPORT
Executive Summary

February 2008

In association with

PT. MULTI TEHNIKTAMA PRAKARSA


PT. GLOBAL PARASINDO JAYA

ETESP IC
ETESP IC

FINAL REPORT
LAPORAN TERAKHIR

EXECUTIVE SUMMARY
RINGKASAN EKSEKUTIF

Contents list
S1

Background

S1. Latar Belakang Proyek

S2 Project Development

S2. Perkembangan Proyek

S3 Project Implementation

S3

Pelaksanaan Proyek

S4 Planning and Studies

S4

Perencanaan dan Studi

S5 Participatory Irrigation Design

S5

Disain Irigasi Partisipatif

S6 Engineering Construction

S6

Injiniring Konstruksi

S7 WUA Support and Empowerment

S7

Dukungan dan Pemberdayaan Perkumpulan


Petani Pemakai Air (P3A)

S8 Institutional Development

10

S8

Pengembangan Institusi

10

S9 Physical and Financial Progress

11

S9

Kemajuan Fisik dan Finansial

11

S10 Lessons Learnt

11

S10 Pelajaran yang didapat

Knowledge Summary

11

Ringkasan Informasi

Abbreviations, Acronyms and Indonesian Terminology 13

List of Tables

Daftar Tabel
4

S1

Output Perencanaan Pekerjaan

S2 Summary of Design Outputs in NAD and Nias 6

S2

Ringkasan Hasil Disain di NAD dan Nias

S5 Details of Financial Status and Progress

S5

Rangkuman Status Finansial

S1 Output of Planning Work

11

List of Figures

11

Daftar Gambar

S1 Location Map of Irrigation Subprojects

S1

Peta Locasi Sub-proyek Irigasi

S2 Integration of Preparation Activities

S2 Flow Chart Persiapan Konstruksi

S3

S3

Consultants Work Programme

Consultants Work Program

S4 Organisational Coordination for Construction 8

S4 Organisasi Koordinasi Konstruksi

List of Plates

Daftar Foto

1 Bagian terendah Kr Kala sebelum tsunami

2 Lower part of Kr Kala after tsunami

2 Bagian terendah Kr Kala setelah tsunami

3. DI Moafoa weir with damaged masonry wall

3 Bendung DI Moafoa dg. kerusakan pada dinding masonry

4 Rebuilt Moafoa weir with reinforce concrete walls

4 Pembangunan kembali bendung Moafoa dengan dinding


Penguat beton

5 Irrigation layout superimposed on orthophoto map

5 Tata Ruang irigasi diatas peta orthopohoto

6 Pleno 1 meeting to introduce Project and WUA

6 Rapat Pleno 1 untuk memperkenalkan Proyek dan WUA

7 Walkthrough with representatives to identify and


measure the works

7 Penelusuran dengan para perwakilan untuk mengidentifikasi 6


dan mengukur

8 Discussion after walkthrough to prioritise work

8 Penelusuran dengan para perwakilan untuk mengidentifikasi 6


dan mengukur

1 Lower part of Kr Kala before tsunami

9 to 12 Shows damaged masonry weirs and canal lining 6


replaced by integral reinforced concrete for weirs and
MRC lining for canals.

9 - 12 Menunjukkan kerusakan pada pekerjaan bendung dan


6
lapisan saluran digantikan oleh beton integral untuk bendung
dan MRC

13 & 14 show MRC carried out under SP3 contract after 8


training

13 & 14 menunjukkan MRC yang dijalankan dibawah SP3 8


setelah pelatihan

15 Shows larger benched flume under LCB

15 Menunjukkan saluran air blence lebih besar dibawah LCB

16 17 & 18, WUA activities: Plenary meetings, TPP


training & greater involvement of women in activities 9

16, 17 & 18, Kegiatan WUA, Plenary meetings, pelatihan TPP


dan keterlibatan perempuan yang hebat dalam berkegiatan

19, 20 & 21: Institutional activities, Provincial workshop, 11


KPL training and participatory O&M for water management

19, 20 & 21 kegiatan institutional, workshop provinsi, pelatihan 11


KPL dan participatory O&M untuk pengaturan air

ETESP Irrigation Component Final Report

Executive Summary

EXECUTIVE SUMMARY
S1.

Background of the Project

1. This Final Report of the Consulting Services for the


Irrigation Component of the Earthquake and Tsunami
Emergency Support Project (ETESP-IC) covers the
period from start-up in August 2005 to the end of
January 2008. From February 2008 to July 2008 the
ETESP-IC will continue without Black & Veatch under
other arrangements for the consulting services. The
services were designed to support BRR in managing the
project and carrying it out their Project Management
Unit called Satker.
2. The earthquake of 26 December 2004 off the west
coast of Sumatra and resulting tsunami killed some
300,000 people and damaged irrigation systems. A
further quake on 28 March 2005 killed 1,000 people in
Nias and damaged masonry works on most irrigation
schemes.

RINGKASAN EKSEKUTIF
S1.

Latar Belakang Proyek

1. Laporan akhir jasa konsultan untuk komponen irigasi


proyek bantuan darurat gempa dan tsunami (ETESP-IC)
meliputi periode yang berawal pada bulan Agustus 2005
hingga January 2007. Mulai dari Februari hingga June 2008
ETESP-IC akan berlanjut tidak dengan Black and Veacth tapi
dibawah pengaturan jasa konsultan yang lain. Service
tersebut dirancang untuk membantu BRR dalam mengatur
proyek dan menjalankan unit proyek managemen mereka
yaitu Satker.
2. Gempa yang terjadi tanggal 26 Desember 2004 pada
pesisir barat Sumatra, yang memicu terjadinya tsunami telah
menewaskan 300,000 orang dan merusak jaringan irigasi.
Sebuah gempa lanjutan yang terjadi pada 28 Maret 2005 lalu
juga telah menewaskan sebanyak 1,000 orang di Nias dan
merusak sebagian pekerjaan pasangan batu disebagian besar
jaringan irigasi.

Plate 1 Lower part of Kr Kala before tsunami


Plate 1 Bagian terendah Kr Kala sebelum tsunami

Plate 2 Lower part of Kr Kala after tsunami


Plate 2 Bagian terendah Kr Kala setelah tsunami

3. The ETESP was designed with the goal of helping to


rebuild the affected regions and support their economic
revival to meet the Millennium Development Goals. The
purpose of ETESP is to:

3. ETESP dirancang dengan tujuan membantu membangun


kembali daerah-daerah yang terkena bencana tersebut dan
membantu memulihkan perekomian mereka guna memenuhi
Tujuan Pembangunan Milenium. Tujuan ETESP ini adalah
untuk

(i) facilitate economic revival in the affected regions by


restoring livelihoods; and

(i)

(ii) alleviate constraints resulting from the lack of public


goods and facilities by restoring public services and
rebuilding infrastructure.

memfasilitasi pemulihan ekonomi di daerah-daerah


yang terkena bencana dengan mengembalikan mata
pencaharian, dan

(ii)

menghapus kendala-kendala yang ada karena


kurangnya sarana dan fasilitas umum dengan cara
memperbaiki pelayanan umum dan membangun
kembali prasarana.

Plate 3 DI Moafoa weir with damaged masonry wall


Plate 3 Bendung DI Moafoa dengan kerusakan pada dinding masonry

ETESP Irrigation Component Final Report

Plate 4 Rebuilt Moafoa weir with reinforced concrete walls


Plate 4 Pembangunan kembali bendung Moafoa dengan dinding
Penguat beton

Executive Summary

S1

Province/ District
A NAD
1 Aceh Besar
2 Aceh Jaya
3 Aceh Barat
4 Nagan Raya
5 Aceh Barat Daya
6 Aceh Selatan
7 Simeulue
8 Pidie
9 Bireuen
10 Aceh Utara
11 Aceh Timur
12 Aceh Tenggara
13 Aceh Singkil
Subtotals
B NIAS ISLAND
1 Nias
2 Nias Selatn
Subtotals
Total

No of sub- Scheme
projects area (ha)

Awarded contract packages


LCBs

SP3s

3
28

Total value
(Rp M)

3
16
4
2
5
3
2
5
6
7
4
4
4
65

1,284
2,497
1,150
750
6,581
5,633
408
4,761
15,345
14,611
800
600
360
54,780

3
16
4
4
10
4
2
6
7
9
7
5
4
81

298

6.75
17.31
2.34
6.08
17.28
9.99
0.70
15.49
17.46
13.69
6.76
2.57
2.39
118.81

17
11
28
93

3,176
1,245
4,421
59,201

20
8
28
109

22
11
33
331

28.45
15.31
43.76
162.57

14
41
18
68
49
65
10
2

Notes:
1. Table does not include
contracts signed in January 2008

ETESP Irrigation Component Final Report

Executive Summary

S2

4. The objective of the Irrigation Component was to


build back better damaged irrigation systems through
participation of empowered WUAs. Project outputs will
be rehabilitated and improved irrigation works.

4. Tujuan Komponen Irigasi adalah untuk membangun

S2

S2.

Project Development

kembali yang lebih baik sebagian jaringan irigasi yang telah


rusak melalui partisipasi P3A yang diberdayakan. Hasil-hasil
proyek ini adalah fasilitas irigasi yang telah direhabilitasi dan
diperbaiki.
Perkembangan Proyek

5. The project is financed by an ADB grant for $28.0


million as part of the overall ETESP programme as well
as $4.2 million from the Government of Indonesia and
$1.0 million from the Luxembourg Grant to be spent in
Nias. Of this $21.5 million was allocated for civil works.
An Inception Report was prepared soon after the ETESPIC contract commenced on 21 August 2005. It was
agreed between BRR and ADB that the Project would
commence with a 6 month Action Plan as the Project
was more complex than anticipated and needed to
expand its scope and staff capacity for greater emphasis
on community participation prior to, during and post
construction, and need for construction monitoring.

5. Proyek ini dibiayai dengan bantuan ADB sebesar $28,0


juta sebagai bagian dari program keseluruhan ETESP dan
$4,2 juta dari Pemerintah Indonesia serta $1,0 juta dari
Bantuan Luxembourg, yang dipakai di Nias. Dari jumlah ini,
$21,5 juta dialokasikan untuk pekerjaan sipil. Sebuah
Laporan Pendahuluan dibuat segera setelah kontrak ETESPIC dimulai tanggal 21 Agustus 2005. Proyek ini kemudian
disepakati akan memulai 6 bulan Rencana Aksi karena
Proyek ini lebih rumit dibandingkan dengan apa yang
diperkirakan dan dibutuhkan guna memperluas skup dan
jumlah staf nya dalam rangka penekanan yang lebih besar
terhadap partisipasi masyarakat sebelum, selama dan sesudah
pelaksanaan konstruksi dan juga memerlukan pemantauan
konstruksi yang lebih banyak.

6. In March 2006 an ETESP-IC Concept Note was


ratified by BRR listing the subprojects which included,
96 schemes (71 in NAD, 25 in Nias) covering 40,000
ha, and giving cost estimates for each subproject.

6. Bulan Maret 2006 sebuah Nota Konsep ETESP-IC yang


disahkan oleh BRR terdaftar beberapa subproyek yang
tercakup dalam 96 jaringan (71 di NAD dan 25 di Nias)
meliputi 40,000 hektar, dan rincian perkiraan biaya awal
untuk tiap subproyek.

S3

S3

Project Implementation

7. Selama proyek berlangsung beberapa kegiatan utama


yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

7. The project the main activities have been:

Planning and Studies


Participatory Irrigation Design
Engineering Construction
WUA Support and Empowerment
Institutional Development

8. The task of the project has been to integrate these


activities to achieve participatory rehabilitation and
reconstruction of the damaged subprojects. A location
map of the subprojects is shown in Figure S1. The
methodology of integrating these activities to prepare
schemes for construction and necessary approvals is
shown on flowchart, Figure S2. Activities in terms of
timing are shown on an Implementation Chart on Figure
S3 which also shows some of the major Project outputs.
Environment

Perencanaan dan Studi


Disain Irigasi Partisipatif
Pelaksanaan teknis konstruksi
Dukungan dan Pemberdayaan Perkumpulan Petani
Pemakai Air (P3A)
Pengembangan Institusi

Tugas proyek ini adalah menggabungkan beberapa kegiatan


untuk mencapai rehabilitasi partisipatif dan membangun
kembali subproyek-subproyek yang telah rusak. Sebuah peta
lokasi subproyek dapat dilihat dalam Gambar S1. Metode
penggabungan
beberapa
kegiatan
tersebut
guna
mempersiapkan jaringan untuk konstruksi dan beberapa
pengesahan yang diperlukan dapat dilihat dalam flowchart,
Gambar S2. Beberapa jadwal kegiatan terlihat dalam Bagan
Pelaksanaan pada Gambar S3 yang juga menunjukkan
sebagian hasil- hasil pokok Proyek.
BAPEDALDA
Approval

IEE

REA
BSR/SSR

Subproject
Planning

Pelaksanaan Proyek

Subproject description,
Studies of irrigation,
hydrology agriculture and
system layouts. ...

SPAR
-DWG
-PWG
-SDA-PROP
-SATKERBRR

ADB
Approval
NOL-SPAR

No
Land
Acquisition
?
Yes

SPPR
CAP/LARAP
(if land acquisition)

IPSA

Bid Evaluation
& Draft
Contract

ADB
Post facto
Approval

ADB
Prior
Approval
-IEE

Tender

Tendering

LCB & SP3

Design
studies,
ToR for
survey & SI

Design

Prelim
design

Draft
Tender
Drawings

Survey
1

WUA

Pleno 1
Intro
farmer reps
TPP

walk
thru

TPP

Institutions

PWG

Tender
Packages

Negotiation

-Contract
-CAP/LARAP
-(Compensation)

Award
Contracts
LCB (+KSO)
SP3

Design &
constr'n
drawings

Drawings
B.O.Q., E.E.

SPMK
start civil
works

Survey &
Investigation

Pleno 2

Pleno 3

WUA

Training

Priorities
WUA
Officers

Design
SP3/KSO

Legalized
Tax number
Bank account

Participatory
Construction

WUA
Readiness
Checklist

Pleno 4
Preconstruction
4 parties

TPP
Training

DWG

KPL

Training
of Trainers

Irrigation Area
O&M Plan

District Irrigation
O&M Plan

NOTES:
1. For acronyms see list at front of Report
2. Boxes with thick red lines require ADB approval
3. Boxes with thick black lines require GoI Agency approvals

Figure S2
Integration of Preparation
ETESP Irrigation Component Final Report

Gambar S2
Flow Chart Persiapan
Executive Summary

S3

2006
A
Project Phase / Activities

Inc'n

N D
J
F
ETESP-5
Action plan

A. Milestones (See Key)

J
A
S O N
Contract amendments
Project implementation

CAN

B. Consulting services management


C. Main achievements and activities
1 Inception
2 Planning
a Resource studies to prepare BSRs
b Social studies, IPSA and CAPS
c Engineering studies for BSRs and design
d SPAR preparation
e SPPR preparation
f IEEs and environmental monitoring
3 Design
a Geotechnical investigations
b Topographic Surveys
c Walkthrough/priority assessment
d Tender design and agreement
e Final design for LCB packages
f Final design for SP3 packages
4 Construction
a LCB tenders letting and preparation
b LCB contracts construction
c SP3 tenders letting
d SP3 contracts construction
e QA monitoring
5 WUA Development
a P3A development
b Plenary meetings
c Training (TOT, TPP,QA)
d Gender Study
6 Institutional development
a Coordination for SPARs/SPPRs
b PWG & DWG Workshops and initiate
12
c PWG & DWG support fo meeting

IRD

NOTES:
PWG coordination meeting with DWG, Satker/PPK, BRR
DWG coordination meeting at each Kabupaten

PWS

M J
J
A
S O
Package 35 - SSS contract
Construction
PDS

MTR

ST1

ST2

FDR

IRF

Phase 1 (year 2006)


Phase 2 (Jan to March 2007)
Phase 3, 4 and 5 (April to Dec 07)

2007

KEY TO MILESTONE:
CAN - Concept note
PWS - Proincial workshop
MTR - Mid Term Review

PDS - Planning and Design Status


ST1 - Status Report
FRD - Final Report Draft

Figure S3
Consultants Work Programme
S4

S4

Planning and Studies

9. Planning and studies carried out on the Project:

Selection of subprojects for inclusion in the


ETESP-IC Concept Note
Studies of agriculture, hydrology, engineering and
community aspects for SPARs and design inputs.
Participatory planning of irrigation systems with
the respective WUAs and work prioritisation.
Studies of environment aspects including Initial
Environment Examination (IEE) reports.
Studies of social aspects including Initial Poverty
and Social Assessments (IPSA), Community
Action Plans (CAP) and gender studies.
Subproject Preparation Reports (SPPR)

10. Planning outputs by the end of January 2008 were:

Perencanaan dan Studi

9. Perencanaan dan Studi yang telah dilaksanakan dalam


Proyek ini adalah:

Pemilihan subproyek untuk dicantumkan dalam Nota


Konsep ETESP-IC
Studi-studi untuk aspek-aspek pertanian, hidrologi,
enjiniring dan kemasyarakatan untuk mempersiapkan
SPAR dan masukan untuk disain.
Perencanaan partisipatif jaringan irigasi dengan masingmasing P3A dan prioritas pekerjaan.
Studi-studi aspek lingkungan termasuk mempersiapkan
laporan UKL-UPL (Upaya pengelolaan dan pemantauan
lingkungan) atau (IEE).
Studi aspek sosial termasuk mempersiapkan Initial Poverty
and Social Assessments (IPSA) dan Community Action
Plans (CAP) serta penelitan gender.
Laporan Persiapan Subproyek (SPPR)

10. Hasil-hasil yang telah dicapai selama penelitian sampai


akhir January 2008 adalah:

Table S1 Output of Planning Work


Planning
1.
2.
3.
4.

SPAR
SPPR
CAP
IEE

Submitted

Approved

93
93
55
93

93
66
44
93

Notes:
1.
2 CAPs no longer needed.

ETESP Irrigation Component Final Report

Tabel S1 Output Perencanaan Pekerjaan


Remaining

Perencanaan

0
27
91
0

Diserahkan

Disetujui

Dalam
Persiapan

93
93
55
93

93
66
44
93

0
27
91
0

1. SPAR
2. SPPR
3. CAP
4. IEE

Catatan:
CAPs tidak diperlukan lagi.

1.

Executive Summary

S4

Essential for community participation from the start


Pentingnya keikutsertaan masyarakat sejak awal

Plate 5 Irrigation layout superimposed on orthophoto map


Plate 5 Tata Ruang irigasi diatas peta orthopohoto

S5

S5

Participatory Irrigation Design

11. All preparation for design commenced with


beneficiary
participation
throughout
subproject
implementation. The approach which has been
developed and applied in ETESP involves a series of
four meetings and a joint walkthrough, as follows:
Pleno 1: Introduction of the project, selection of
farmer representatives for walkthrough, election
and selection of TPP
Joint walkthrough with design engineers, PPK and
KPL team to identify needs
Pleno 2 : presentation of the results of walkthrough
and discussions to agree on priorities for works.
Preparation of draft tender drawings by Consultant
including informal technical visits and consultations
with WUA members
Pleno 3 to agree on tender designs and on choice of
partnering arrangements: through SP3 or LCB with
KSO component.
Pleno 4 to agree review the SP3 contract, review
construction aspects before the start of construction,
training for it and discuss a scheme O&M Plan.
12. Other important aspects of the design activities:
Supervising and checking scheme wide topographic
surveys and geotechnical site investigations mainly
associated with weir foundations
Owing to widespread failure of stone masonry in
Nias, reviewing and updating earthquake design
criteria for Northern Sumatra and applying to the
Project by introducing more earthquake resistant
design to better withstand future events including
reinforced concrete, flexible materials and mesh
reinforced concrete (MRC) lining for canals
Introducing more appropriate and innovative weir
designs for a range of conditions to cope with
floods, earthquakes, sediments, scour and abrasion,
channel capacity and better use of materials locally
available;
Interface with Satker and PPKs to adjust designs to
meet their concerns and packaging work to fit with
budget allocations.
13. Design activities leading to construction were
undertaken in 13 districts in NAD on 65 subprojects
covering 54,780 ha and in both districts in Nias on 28

ETESP Irrigation Component Final Report

Disain Irigasi Partisipatif

11. Seluruh persiapan untuk disain dimulai dengan partisipasi


para petani penerima manfaat selama berlangsungnya
pelaksanaan subproyek. Metode yang dikembangkan dan
diterapkan dalam ETESP mencakup rangkaian empat kali
rapat dan sebuah penelusuran gabungan sebagai berikut:
Pleno 1: pengenalan proyek, pemilihan perwakilan petani
untuk kegiatan penelusuran, penunjukkan dan pemilihan
TPP
Penelusuran gabungan dengan para disain Injinir, PPK dan
team KPL untuk mengidentifikasi kebutuhan
Pleno 2 : presentasi hasil-hasil penelusuran dan diskusi
untuk menyetujui prioritas pekerjaan berdasarkan hasilhasil penelusuran tersebut.
Persiapan draft gambar tender oleh Konsultan termasuk
kunjungan dan konsultasi teknis informal
Pleno 3 menyetujui beberapa disain tender dan pemilihan
pengaturan rekanan: melalui SP3 atau LCB dengan
komponen KSO.
Pleno 4 menyetujui review kontrak SP3, review aspekaspek konstruksi sebelum dimulainya pekerjaan konstruksi
itu sendiri, pelatihan dan membahas Rencana O & P pada
jaringan tersebut.
12. Aspek-aspek penting lainnya dalam beberapa kegiatan
disain adalah:
Mengawasi dan mengecek survei topografi luasan
jaringan dan investigasi geoteknik dilokasi terutama halhal yang terkait dengan pondasi bendung.
Karena luasnya terjadi kerusakan pasangan batu di Nias,
maka penilaian dan perbaharuan kriteria disain gempa
untuk Sumatra bagian Utara dan penerapannya pada
Proyek ini dilakukan dengan cara memperkenalkan lebih
banyak lagi disain yang tahan gempa untuk menahan
dengan lebih baik jika kejadian yang sama terjadi lagi
dimasa yang akan datang termasuk disain beton bertulang,
material yang fleksibel dan peliningan MRC untuk
saluran-saluran
Memperkenalkan disain bendung yang lebih inovatif dan
lebih tepat untuk berbagai kondisi dalam mengatasi banjir,
gempa, endapan, pengikisan dan abrasi, kapasitas saluran
dan penggunaan material yang lebih baik ada dilokasi;
Bersama SATKER dan PPK mengatur disain untuk
memenuhi kebutuhan mereka dan membuat paket
pekerjaan yang sesuai dengan alokasi anggaran.
13. Kegiatan disain yang menjalani konstruksi dilaksanakan
dalam 13 kabupaten di NAD untuk 65 subproyek yang
mencakup 54.780 hektar dan di dua distrik di Nias untuk 28
subproyek yang mencakup 4.421 hektar dengan total

Executive Summary

S5

subprojects covering 4,421 ha for the total engineering


estimate of $28.68 million. (but final contract value US
$ M 21.5).

perkiraan engineer sebesar $ 28,68 juta (namun nilai kontrak


akhir US $ M 21.5).

Plate 8 Discussion after


walkthrough to prioritise work

Plate 7 Walkthrough with


representatives to identify and
measure the works

Plate 6 Rapat Pleno 1 untuk


memperkenalkan Proyek dan WUA
Plate 6 Rapat Pleno 1 untuk
memperkenalkan Proyek dan WUA

Plate 8 Diskusi setelah


penelusuran untuk
memprioritaskan pekerjaan

Plate 7 Penelusuran dengan para


perwakilan untuk mengidentifikasi
dan mengukur pekerjaan

Tabel S2 Ringkasan Hasil Disain di NAD dan Nias

Table S2

Summary of Design Outputs in NAD and Nias

LCB Contracts
Phase/
Batch
NAD
Phase 1
2
3
4
5
6
Sub total
Nias
Batch 1
2
3
Sub total
Totals

SP3 Contracts
Engineers
Design
Estimate
Drawings
Rp M

Packets

Tender
Drawings

Design
Drawings

Engineers
Estimate
Rp M

23
28
22
6
2
22
103

506
794
719
211
168
397
2,795

735
1,414
1,535
502
179
NA
4,365

20,521
49,516
42,405
19,218
8,715
23,713
164,088

75
112
147
136

520
958
1,358
-

6,538
12,374
11,276
13,895

470

2,836

44,171

5
12
14
31

147
357
417
921

509
532
360
1,401

20,674
16,560
10,566
47,800

7
12
14
33

39
77
116

2,100
1,427
1,453
4,980

134

3,716

5,766

211,888

503

2,952

49,151

Packets

Plates 9 to 12 Shows damaged masonry weirs and canal lining replaced by integral reinforced concrete for weirs and MRC lining for canals
Plate 9 sampai 12 menunjukkan kerusakan pada pekerjaan bendung dan lapisan saluran digantikan oleh beton integral untuk bendung dan MRC

14. Design work was carried out on 10 schemes, or


major parts of schemes, in NAD that was cancelled
including 3 schemes transferred to other projects
without producing SPPRs. Reasons for this varied
from removed by ADB with BRR agreement when
estimate greater than available budget, requiring
multi-year contracts to complete, when there was lack
of time and risk adverse Satker/PKK delaying and
leaving out of budget provisions. In Nias six small

ETESP Irrigation Component Final Report

14. Pekerjaan disain telah dilaksanakan di 10 jaringan, atau di


sebagian besar jaringan, di NAD yang dibatalkan termasuk 3
jaringan yang dialihkan ke proyek lainnya tanpa menghasilkan
SPPR. Alasan untuk itu bervariasi mulai dari dihapusnya dari
bantuan ADB dengan persetujuan BRR, jika EE lebih besar dari
anggaran yang tersedia, memerlukan kontrak multi-year untuk
menyelesaikannya, saat waktu yang dimiliki terbatas dan Satker
tidak memiliki pengadaan anggaran yang mencukupi. Di Nias
enam jaringan kecil ditiadakan karena dinilai tidak ekonomis
atau kurangnya waktu untuk menyelesaikan konstruksi.

Executive Summary

S6

schemes were abandoned due to being uneconomic or


a shortage of time to complete construction.
S6.

Engineering Construction

15. The Construction Team have carried out the


following main assistance activities:

support of Satker in preparation of LCB and SP3


contracts documents
support to Satker in preparing AWPs and DIPA
budgets.
tender evaluation and award
construction preparation: training, MC0% and site
preparation
construction monitoring and advising on QA
procedures, and
ensuring environmental and social safeguards
were adhered to.

16. Procurement was carried out through LCB and


SP3 contracts with Water User Associations. The
works were tendered in 5 phases for NAD and 3
batches for Nias as shown on Table S2. All subproject
cost estimates, including Nias, were prepared on a
common basis using rates given in a publication
issued by the Governor of NAD in late 2005, covering
each Kabupaten. Tendering of the works was delayed
in NAD owing to much of the advanced designs was
inaccurate or did not fit with ground conditions.
Satker asked BV to redesign much of the work
following detailed discussions between BV design
staff and PKKs in April 2006. In Nias contract award
was delayed to problems concerning prequalification
of bidders, which were not resolved until mid-2006.
Consequently no construction was implemented from
the 2005 DIPA.
17. The number of contracts carried out, with the total
contract values are shown on Figure S1. The
organisation for carrying out construction is shown in
Figure S4. In general the supervision provided by
Satker has been ineffective, contractors were
inexperienced and the quality of construction has been
low. Practical training in construction quality and
techniques at the start of each contract for PPK
supervision staff, contractors field staff and WUAs
could have improved quality.
18. Although all works were planned by ADB to be
completed by December 2007, 3 contracts in NAD
were allowed to be multi-year 2007-2008. More
recently, in order to complete schemes, some contracts
will now not finish till June 2008. On Nias a request
has been made for 19 multi-year contracts, which have
been awarded. There has been almost no
implementation of KSO operational cooperation
between contractors and WUA in NAD.

ETESP Irrigation Component Final Report

S6.

Injiniring Konstruksi

15. Team Konstruksi telah melaksanakan beberapa kegiatan


pokok perbantuan berikut ini:

Membantu Satker dalam mempersiapkan dokumendokumen kontrak LCB dan SP3


Membantu Satker dalam mempersiapkan anggaran
AWP dan DIPA.
Evaluasi tender dan penunjukan
Persiapan konstruksi: pelatihan, MC0% dan persiapan
dilapangan
Monitoring konstruksi dan memberikan masukan
mengenai prosedur QA, serta
Memastikan lingkungan dan pengamanan sosial
dimasukkan juga.

16. Pengadaan dilaksanakan melalui beberapa kontrak LCB dan


SP3 dengan Perkumpulan Petani Pemakai Air. Pekerjaan
ditenderkan dalam 5 tahap di NAD dan 3 kelompok di Nias
seperti yang terlihat dalam Tabel S2. Seluruh perkiraan biaya
subproyek, termasuk Nias, dibuat berdasarkan harga dalam
publikasi yang dikeluarkan oleh Gubernur NAD di penghujung
tahun 2005, mencakup tiap Kabupaten. Tender beberapa
pekerjaan ditunda di NAD karena banyaknya disain lanjutan
yang tidak tepat atau tidak sesuai dengan kondisi di lapangan.
Satker meminta BV untuk mendisain ulang sebagian besar
pekerjaan menyusul rincian diskusi antara staff disain BV dan
PKK bulan April 2006. Di Nias pemberian kontrak ditunda
untuk masalah-masalah yang berkenaan dengan prakualifikasi
penawar yang tidak terselesaikan sampai pertengahan tahun
2006. Akibatnya tidak ada kegiatan konstruksi yang
dilaksanakan dengan DIPA 2005.
17. Jumlah kontrak LCB dan SP3 yang dilaksanakan dengan
total nilai kontrak terlihat dalam Gambar S1. Organisasi
pelaksanaan konstruksi dapat dilihat dalam Gambar S3. Pada
umumnya pengawasan yang dilakukan oleh Satker tidak efektif,
staff kontraktor tidak berpengalaman dan kualitas konstruksi
sangat rendah. Pelatihan praktis dalam kualitas dan teknis
konstruksi pada awal dimulainya setiap kontrak untuk staff
pengawas PPK, staff lapangan kontraktor dan P3A dapat
meningkatkan kualitas yang baik.
18. Meskipun seluruh pekerjaan yang direncanakan oleh ADB
harus selesai bulan Desember 2007, namun 3 kontrak di NAD
diizinkan untuk menjadi kontrak multi-year 2007-2008. Barubaru ini, untuk menyelesaikan beberapa jaringan, sebagian
kontrak saat ini tidak akan selesai sampai Juni 2008. Untuk
Nias permohonan untuk 19 kontrak multi-year telah dibuat
dimana 4 kontrak di Nias Selatan adalah kontrak baru. Hampir
tidak ada pelaksanaan kerjasama komponen KSO antara para
kontraktor dan masyarakat di NAD.

Executive Summary

S7

Level
Province

PWG

BRR

Satker
Region
District

DWG

District/PKK

KPL

Site PKK
supervisors

Subproject/ DI

LCB
KEY
Responsibility
Coordination
Contractual

BV Consultant
BV Field Office

NGO/
BinaSwadaya

CMS

KTPP & CPS

TPP

Contractor

KSO

SP3

WUAs

Figure S4
Organizational Coordination for Construction
19. Procurement of SP3 contract packages was carried
out in four phases. Phase 1 contract awards were from
September to December 2006 after an intensive
push to help P3A prepare their contract proposals
and negotiate contracts with PPK. A good
performance was achieved by the P3As in
implementing the SP3 contracts including an
acceptable quality of construction. On this basis the
BV team assessed the potential for additional work
and identified a potential of 481 additional SP3
contracts to be carried out by 2008. Some 136 of these
have been included in the 2008 DIPA, but in reduced
numbers.

Figure S4
Organisasi Koordinasi Konstruksi
19. Pengadaan paket kontrak SP3 telah dilakukan dalam empat
tahap. Tahap 1 pemberian kontrak adalah dari bulan September
sampai Desember 2006 setelah adanya tekanan yang intensif
guna membantu P3A dalam mempersiapkan proposal kontrak
mereka dan merundingkan beberapa kontrak dengan PPK.
Sebuah performa yang bagus dicapai oleh P3A dalam
melaksanakan kontrak-kontrak SP3 termasuk kualitas konstruksi
yang dapat diterima. Atas dasar ini, team BV menilai potensi
pekerjaan tambahan dan mengidentifikasi sebuah potensi dari
481 tambahan kontrak SP3 yang harus dilaksanakan pada tahun
2008. Sebagian dari 136 kontrak ini telah dimasukkan dalam
DIPA 2008, tetapi dalam jumlah yang dikurangi.

Plates 13 & 14 show MRC carried out under SP3 contract after training whilst Plate 15 Shows larger benched flume under LCB
Plate 13 dan 14 menunjukkan MRC yang dijalankan dibawah SP3 setelah pelatihan Plate 15 menunjukkan saluran air blence lebih besar dibawah LCB

20. Satker through the PPK in each District are


responsible for construction supervision whilst BV is
responsible for monitoring construction progress and
quality of works. The Construction Monitoring team
operated from 3 regional offices and were coordinated by a Construction Management Engineer in
Banda. QA monitoring focused on:
Monitoring application of the DPUs standard QA
manual by the PPKs field staff.
Making spot checks and reporting standards of
quality control and QA being achieved at site and
recommending improvements to Satker.
Checking that the work is being built to the

ETESP Irrigation Component Final Report

20. Satker melalui PPK di setiap kabupaten bertanggung jawab


terhadap pengawasan konstruksi sementara itu BV bertanggung
jawab terhadap pemantauan kemajuan konstruksi dan kualitas
pekerjaan. Team monitoring konstruksi beroperasi dari 3 kantor
wilayah dan dikoordinasikan oleh seorang Construction
Management Engineer di Banda Aceh. Pemantauan QA telah
menitik-beratkan pada:

Monitoring aplikasi manual standard Jaminan kualitas


(QA) oleh staff lapangan PPK.
Melakukan spot check dan membuat laporan standard
pengawasan kualitas dan QA yang dihasilkan di lokasi dan
merekomendasikan beberapa perbaikan pada Satker.
Mengecek pekerjaan yang sedang dibangun sesuai dengan
persyaratan gambar konstruksi dari Konsultan yang

Executive Summary

S8

requirements of the Consultants construction


drawings issued to PPK.
Ensuring that changes to the construction
drawings, necessitated by site conditions during
construction, are incorporated in the As-Built
drawings.

dikeluarkan untuk PPK.


Memastikan
bahwa
perubahan-perubahan
gambar
konstruksi, diharuskan oleh kondisi lapangan selama
proses konstruksi, dimasukkan dalam As-Builtdrawings.

21. Concern over the quality of construction work on


LCB contracts has led to joint inspections around
NAD with Satker, ADB and BRR to emphasise the
issue and as a basis for continuing into 2008 with the
same contractors.

21. Sehubungan dengan kualitas pekerjaan konstruksi untuk


beberapa kontrak LCB telah menyebabkan adanya inspeksi
gabungan di NAD dengan Satker, ADB dan BRR yang
bertujuan untuk mengenali permasalahan dan dijadikan sebagai
dasar untuk kelanjutan di tahun 2008 dengan kontraktor yang
sama.

22. BV organised three 5-day Construction QA


Training Sessions for PPKs inspectors, contractors
site staff and DWG members from most Districts with
76 attendees. The training was to demonstrate how to
prepare a QA contract plan and how to improve
standards of construction supervision. There were 3
regional training courses for WUA participatory
construction including contract administration and
technical construction training with 98 participants.

22. BV mengatur tiga kali Sesi Pelatihan QA selama 5 hari


untuk para inspektor PPK, staff lapangan para kontraktor dan
para anggota DWG dari sebagian besar kabupaten dengan 76
orang yang hadir. Pelatihan ini memperagakan bagaimana
caranya mempersiapkan rencana QA kontrak dan bagaimana
memperbaiki standard pengawasan konstruksi. Ada 3 bidang
pelatihan wilayah untuk konstruksi partisipatif P3A termasuk
administrasi kontrak dan pelatihan teknis konstruksi yang
diikuti oleh 98 orang peserta.

S7.

S7.

WUA Support and Empowerment

23. As part of the programme the project aimed to


provide water users training and community
empowerment in all project-assisted areas through:
development of water users associations,
participation in walkthroughs and plenary
consultation meetings during design, and
implementation by WUA of smaller rehabilitation
works under SP3 contracts
24. The BV WUA Empowerment and Development
Unit began work in August 2005 to facilitate
walkthroughs and plenary meetings. Additional TPPs,
nominated by communities, were recruited and trained
by Bina Swadaya from February 2006 commensurate
with the addition of design areas and activities. WUA
development, intended to be based on existing local
irrigation institutions, included preparation activities
to prepare the P3A to engage in an SP3 contract:
election of leaders,
preparation of Constitution and By-Laws
registration of legal status, usually through a
notary
tax registration to obtain a taxpayer No
opening a P3A bank account.

Dukungan dan Pemberdayaan Perkumpulan


Pemakai Air (P3A)

Petani

23. Sebagai bagian dari program proyek ini bertujuan untuk


memberikan pelatihan pada para pemakai air dan
memberdayakan masyarakat dalam seluruh daerah yang
tercakup dalam proyek ini melalui:

Pengembangan perkumpulan petani pemakai air,


Partisipasi dalam beberapa penelusuran dan rapat
konsultasi pleno selama proses disain serta
Pelaksanaan yang dilakukan oleh P3A untuk pekerjaanpekerjaan perbaikan yang lebih kecil dalam beberapa
kontrak SP3.

24. Team Pengembangan dan Pemberdayaan P3A memulai


pekerjaannya bulan Agustus 2005 untuk memfasilitasi
penelusuran beberapa rapat pleno. TPP tambahan yang ditunjuk
oleh masyarakat, direkrut dan dilatih oleh Bina Swadaya dari
bulan Februari 2006 sebanding dengan tambahan area disain
dan beberapa kegiatan. Pengembangan P3A dibuat berdasarkan
pada lembaga-lembaga irigasi setempat yang sudah ada,
termasuk persiapan beberapa kegiatan guna mempersiapkan
keterikatan P3A dalam sebuah kontrak SP3:

Penunjukkan pemimpin,
Persiapan konstitusi dan secara hukum-hukumnya,
Pendaftaran status hukum biasanya melalui seorang notaris
Pendaftaran pajak untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib
Pajak dan
Pembukaan rekening bank untuk P3A.

Plate

Plates 16, 17 & 18, WUA activities: Plenary meetings, TPP training and greater involvement of women in activities
Plates 16, 17 & 18, kegiatan WUA, Plenary meetings, pelatihan TPP dan keterlibatan perempuan yang hebat dalam berkegiatan
s 16
, 17 & 18, WUA activitielenary meetings, TPP tties

ETESP Irrigation Component Final Report

Executive Summary

S9

25. In systems with multiple WUA, federations were


organized. The status of WUA development as of the
end of December 2007 was that 449 WUAs took part
in the Project in NAD of which 428 had become
legalized. In Nias 30 WUAs took part whilst 17 had
become legalised.
26. A central part of WUA empowerment was the
organization of Plenary Meetings. Some 178 Plenary
Meetings were held in NAD with 7,524 attendees
whilst 34 meetings were held in Nias with 841
attendees. In cooperation with Satker and PWRS, four
types of training were carried out, Training of Trainers
in 2006 and TPP Training of KPLs and Quality
Assurance Training in 2007. Some 14 training courses
were held in NAD with 186 attendees.
27. Several efforts were made to improve gender
equity in Aceh including:
appointing a female KTPP and a female CPS.
Communities were encouraged to nominate
women as TPP, but with little success.
Gender issues and womens involvement were
discussed during WUA training and meetings
The IPSA subproject data recorded numbers of
women attending and speaking at meetings and
other gender data
A study on Gender and Rural Development
provided analysis and recommendations for
promoting gender equity in ETESP.
Pilot activities organized pre-plenary meetings for
women to learn about the project, formulate their
proposals and decide how they wanted to be
represented.
S8

Institutional Development

28. The institutional strengthening activities focused


on promoting the understanding and involvement of
provincial and district government officials in the
project, including facilitation the activities of
Provincial Working Groups (PWG), District Working
Groups (DWG) and field guidance groups (KPL) to
train and support WUA and to commence
participatory O&M on improved irrigation systems.
The main activities carried out under the Project were.
Review of DWG status and capacity of District
agencies
Arranging a Provincial Level Workshop
Strengthen PWG/DWG in ETESP activities
In service training GoI staff (Satker, DWG, KPL)
Introduction of participatory O&M plans into
completed subprojects
29. A Provincial Workshop on ETESP irrigation
activities was held from May 9-11, 2006 in Banda
Aceh to disseminate information on ETESP-IC.
30. The PWG was formed by the Governor of NAD
on 29 May 2006 and renewed on 7 January 2007.
Among other activities, the PWG of NAD has already
reviewed and signed 65 BSRs/SPARs from 13
Districts. The PWG carried out activities to (i) guide
Districts in defining membership of DWG and its

ETESP Irrigation Component Final Report

25. Gabungan P3A terbentuk dalam susunan P3A yang


beragam. Status pengembangan P3A per akhir Desember 2007
adalah 449 P3A terlibat dalam Proyek ini di NAD dimana 428
diantaranya telah disahkan. Sementara itu di Nias 30 P3A
terlibat sedangkan 17 diantaranya telah disahkan.
26. Bagian penting dari pemberdayaan P3A ini adalah
penyelenggaraan rapat Pleno. Sebanyak 178 rapat Pleno
diselenggarakan di NAD dengan dihadiri oleh sekitar 7,524
orang sedangkan 34 rapat pleno telah diselenggarakan di Nias
dengan dihadiri oleh 841 orang. Bekerjasama dengan Satker
dan Dinas Sumber daya Air propinsi, empat jenis pelatihan juga
telah dilaksanakan, Training of Trainers (Pelatihan untuk para
pelatih) telah diselenggarakan pada tahun 2006 dan Pelatihan
TPP dan Pelatihan KPL Jaminan Kualitas diselenggarakan pada
tahun 2007. Sebanyak 14 bidang pelatihan juga telah
dilaksanakan di NAD dengan dihadiri oleh sekitar 186
partisipan.
27. Beberapa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
persamaan gender di Aceh terdiri dari:

Penunjukkan KTTP dan CPS wanita.

Masyarakat digalakkan untuk mengangkat wanita sebagai


TPP, namun dengan sedikit kesuksesan.
Permasalahan gender dan keterlibatan wanita dibahas
selama berlangsungnya rapat dan pelatihan P3A
Data subproyek IPSA mencatat sejumlah wanita yang
menghadiri dan berbicara pada beberapa rapat dan
pendataan gender lainnya
Sebuah penelitian mengenai Pengembangan Pedesaan dan
Gender memberikan analisa dan rekomendasi untuk
memajukan persamaan gender dalam proyek ETESP ini.
Beberapa kegiatan utama membentuk rapat-rapat pra pleno
untuk wanita agar dapat mempelajari proyek ini,
merumuskan proposal mereka dan memutuskan bagaimana
mereka ingin diwakilkan.

S8

Pengembangan Institusi

28. Beberapa kegiatan penguatan institusi menitikberatkan pada


pengenalan pemahaman dan keterlibatan pejabat tingkat daerah
dan propinsi dalam proyek ini, termasuk memfasilitasi beberapa
kegiatan Provincial Working Groups (PWG), District Working
Groups (DWG) dan Kelompok Penyuluhan Lapangan (KPL)
untuk melatih dan mendukung P3A serta untuk memulai O&P
partisipatif pada sistem irigasi yang lebih baik. Kegiatan utama
yang telah dilaksanakan dalam Proyek ini adalah:

Review status DWG dan kapasitas dinas-dinas yang


ada di daerah
Mengatur sebuah Seminar Tingkat Propinsi
Memperkuat PWG/DWG dan beberapa kegiatan
ETESP
Pelatihan Kerja Kabupaten (Satker, DWG, KPL)
Pengenalan rencana O&P partisipatif dalam subproyeksubproyek yang lengkap

29. Sebuah Seminar Propinsi mengenai kegiatan irigasi ETESP


diselenggarakan dari tanggal 9 sampai dengan 11 Mei 2006 di
Banda Aceh untuk menyebarkan informasi mengenai ETESPIC.
30. PWG dibentuk oleh Gubernur NAD pada tanggal 29 Mei
2006 dan diperbarui pada tanggal 7 Januari 2007. Diantara
beberapa kegiatan lainnya, PWG dari NAD telah meninjau dan
menandatangani 65 BSR/SPAR dari 13 Daerah. PWG
melaksanakan kegiatan-kegiatan (i) memandu Daerah dalam
menetapkan keanggotaan DWG dan aggaran operasionalnya
yang diusulkan pada Satker, (ii) menggalakkan Satker untuk
melaksanakan kontrak SP3 dan mempercepat pelaksanaannya,

Executive Summary

S10

operational budget to be proposed to the Satker, (ii)


encourage Satker to implement SP3 contracts and
accelerate implementation, (iii) coordinate to resolve
social problems during construction and (iv) promote
sustainability of rehabilitated subprojects.

(iii) mengkoordinir pemecahan masalah sosial selama proses


konstrukisi dan (iv) meningkatkan keberlangsungan subproyek
yang direhabilitasi.

31. District Working Groups (DWGs) were formed by


the Bupati in 12 Districts in NAD and 2 Districts in
Nias Island during the Project. To manage the
activities at field level, DWG formed field guidance
units (KPL). Membership of KPL was recruited from
government agencies at subdistrict level.

31. District Working Groups (DWG) dibentuk oleh Bupati di


12 Distrik di NAD dan 2 Distrik di Pulau Nias selama proyek
ini berjalan. Untuk mengatur beberapa kegiatan ditingkat
lapangan, DWG membentuk Unit Pembinaan Lapangan (KPL).
Keanggotaan KPL direkrut dari dinas-dinas pemerintah di
tingkat sub-distrik

Plate 19, 20 and 21: Institutional activities, Provincial workshop, KPL training and participatory O&M for water management
Plate 19, 20 dan 21 kegiatan institutional, workshop provinsi, pelatihan KPL dan participatory O&M untuk pengaturan air

32. Pilot participatory O&M activities were carried


out using an APBD PWRS budget on 2 schemes to
assist the DWRS and DFAS field staff in improved
water management during the dry season. Further
O&M activities were hampered by lack of budget.
S9

32. Kegiatan pengarahan O&P partisipatif dilakukan dengan


menggunakan anggaran APBD PWRS di 2 jaringan untuk
membantu staff lapangan Dinas SDA dan Pertanian kabupaten
dalam pengelolaan air yang lebih baik selama berlangsungnya
musim kemarau. Kegiatan O&P lanjutan terkendala oleh
kekurangan anggaran.

Physical and Financial Progress

33. 62 out of 109 LCB contracts have been completed.


For SP3, 266 of 324 contract have been finished. Civil
work disbursement, to 31 December 2007, is $13.22
million, which is 61% of the revised ADB Grant
allocation. Financial progress is summarized on Table
S5.

S9

Kemajuan Fisik dan Finansial

33. Di luar dari 109 kontrak LCB, 62 kontrak sudah


selesai. Untuk SP3, 266 dari 324 kontrak telah
diselesaikan. Pembayaran pekerjaan sipil sampai dengan
31 Desember adalah $ 13,22 juta, yang 61%nya adalah
revisi dari alokasi dana hibah ADB. Finansial progress
dirangkum dalam tabel S5.

Table S5 Summary of Financial Status

Tabel S5 Rangkuman Status Finansial


Disbursements to
31 Dec 2007

$
21,500,000
400,000
6,170,000
550,000
570,000
380,000

Committed
Expenditure to 31
Dec 2007
$
17,557,867
34,850
5,900,350
415,998
?
522,861

29,570,000

24,431,926

17,968,650

Grant Agreement

Allocations
Aug 2007

Civil Works
Equipment
Consulting Services
WUA Empowerment /Training
Land Acquisition & Settlement
Supervision & Management

$
30,300,000
500,000
2,000,000
500,000
500,000
900,000

Total

34,700,000

Item

S10

Lessons Learnt

S10

$
13,222,571
34,850
3,772,400
415,998
?
522,861

Pelajaran yang didapat

1.

Rehabilatasi darurat dan rekonstruksi membutuhkan disain


teknis yang kompleks dan pengeluaran anggaran
membutuhkan waktu dan seharusnya direncanakan dan
dikelola dengan realistis, mengingat kebutuhan data, aturan
birokrasi dan jadwal serta beberapa kendala kemampuan
institusi.

2.

2. Advanced design can be more quickly provided


from ongoing projects if well resourced with

Peningkatan disain bisa lebih cepat disediakan dari proyekproyek yang sedang berjalan apabila memiliki sumber
daya yang baik dengan staff yang berpengalaman.

ETESP Irrigation Component Final Report

Executive Summary

1.

Emergency rehabilitation and reconstruction


requiring complex technical design and on-budget
expenditure takes time and should be planned and
managed realistically, considering data needs,
bureaucratic rules and schedules, and institutional
capacity constraints.

S11

experienced staff.
3. Budget processes to ensure timely start of contracts
at the start of the dry season deserve specialist
support and high priority from consultants and
executing and implementing agencies.
4. Implementation through local government will
better facilitate capacity building, sustainable
management and cooperation with beneficiaries.
5. Systematic sharing of information on designs and
design changes and prompt consultation with all
concerned makes implementation more effective.
6. A strong effort to assure construction quality is
needed to make investments as productive as
possible whilst investment in beneficiary
participation results in good quality work.

ETESP Irrigation Component Final Report

3.

Proses anggaran yang menjamin dimulainya kontrak


dengan tepat waktu diawal musim kemarau layak
mendapatkan dukungan spesialis dan prioritas tinggi dari
para konsultan dan badan pelaksana.

4.

Pelaksanaan yang dilakukan melalui pemerintah setempat


akan memfasilitasi dengan lebih baik pengembangan
institusi, pengelolaan yang berkelanjutan dan kerjasama
dengan penerima manfaat proyek

5.

Pembagian informasi yang sistematis mengenai disain dan


perubahan disain serta konsultasi yang tepat dengan
seluruh permasalahannya membuat pelaksanaan lebih
efektif.

6.

Upaya keras dalam menjamin kualitas konstruksi


diperlukan untuk membuat investasi menjadi seproduktif
mungkin sementara itu investasi dalam partisipasi oleh
pemanfaat menghasilkan pekerjaan yang berkualitas baik.

Executive Summary

S12

Abbreviations, Acronyms and Indonesian Terminology


Acronym

English meaning

AD / ART
ADB
ADB-EMS
APBD
APBN
AWP
BAPEDALDA
BAPPEDA
BV
BOQ
BRR
BSR
CAP
CPS
DFAS
DGWR
DI
DIPA
DWG
DWRS
EE
E&T
ETESP
ETESP-IC
GOI
ha
IEE
IPSA
IPDS
KDP
km
KPL
Kr
KSO
KTPP
LARAP
LCB
m
MC0%
MIS
MRC
NAD
NGO
NOL
NPWP
NSIASP
O&M
P3A
PAM
PFAS
PKK
Pleno
PPK
PRAS
PU
PWG
PWRS
QA
REA
R&R
Satker
SDA
SI
SID
SPMK
SP3
SPAR
SPPR
SSR
ToR / TOR
TPP/CO
US$M
WUA
WUAF

Constitution and by laws (of water user association)


Asian Development Bank
Asian Development Bank Extended Mission to Sumatra
Government Funding at Provincial or District Level
Government Funding at Central Level
Annual Work Programme
Regional Environmental Agency
Regional Development Planning Board
Black & Veatch/ Black & Veatch
Bill of Quantity
Board of Rehabilitation and Reconstruction
Brief Summary Reports
Community Action Plan
Community Participation Specialist
District Food and Agriculture Service
Directorate General of Water Resources
Irrigation Area (Used as a scheme title
Annual budget proposal
District Working Group
District Water Resources Services
Engineers Estimate
Earthquake & Tsunami
Earthquake & Tsunami Emergency Support Project
E&T Emergency Support Project Irrigation Sector
Government of Indonesia
Hectare
Initial Environmental Examination
Initial Poverty and Social Assessment
International Planning and Design Specialist
Kecamatan Development Programme
kilometre
Field Guidance Group
River
LCB subcontract to WUAs
Coordinator of Community Organizers
Land Acquisition and Resettlement Action Plan
Local Competitive Bidding
meter
Mutual Check at start of contract
Management Information System
Mesh Reinforced Concrete
Nanggroe Aceh Darussalam official title for Aceh Province
Non-Government Organisation
No Objection Letter
Tax registration to obtain a taxpayer number
Northern Sumatra Irrigated Agriculture Sector Project
Operation and Maintenance
Water User Association
Project Administrative Memorandum
Provincial Food and Agriculture Service (PFAS)
Satker regional/District manager
Plenary Meeting for WUA formation and establishment
Subproject Manager
Provincial Agricultural Service
Public Works
Provincial Working Group
Provincial Water Resource Service
Quality Assurance
Rapid Environment Assessment
Rehabilitation and Reconstruction
PMU for BRR
Water resources Agency
Survey Investigation
Survey Investigation and Design
Permission letter to start construction
Direct Appointment Contract
Subproject Appraisal Report (similar to BSR)
Subproject Preparation Report
Summary Subproject Reports
Terms of Reference
Community Organizers (=Village Facilitator)
One Million US Dollars
Water Users Association
Water Users Association Federation

ETESP Irrigation Component Final Report

Indonesian

Anggaran Pendapatan & Belanja Daerah


Anggaran Pendapatan & Belanja Negara
Badan Pengelolaan Dampak Lingkungan Pengen
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi

Daerah Irigasi
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

Kelompok Pembina Lapangan


Krueng
Kerja Sama Operasional
Koordinator Tenaga Pendamping Petani

Nanggroe Aceh Darussalam

Nomor pembarayan wajib pajak

Proyek Pengembangan Kecamatan


Pejabat Pembuat Komitmen
Kimpraswil/Dinas Pekerjaan Umum

Satuan Kerja
Dinas Sumber Daya Air

Surat Permimpenan Mulai Kerja


Surat Perjanjian Pemberian Pekerjaan

Tenaga Pembimbing Petani

Executive Summary

S13

KNOWLEDGE SUMMARY
Earthquake and Tsunami Emergency Support Project - Irrigation Component
ADB Grant 0002-INO
Irrigation system rehabilitation and restoration of rural livelihoods had to respond not only to
earthquake and tsunami damage but also to infrastructure that deteriorated during the conflict in
Aceh. Despite challenging conditions, delays, and other difficulties, ETESP-IC supported
rehabilitation in Aceh and in Nias Island of North Sumatra costing more than 25 million dollars,
in 93 irrigation schemes that irrigate over 59,000 hectares. Black and Veatch led consulting
services to prepare engineering designs and assist planning, Water User Association (WUA)
empowerment, institutional development and construction monitoring.
Advance design work, commissioned before the Project began, did not accelerate
implementation, due to late and inadequate designs, budget delays, and procurement
deficiencies. Project design of technically complex structures, with topographic and
hydrological surveys and detailed design drawings as well as social and environmental
safeguards, took time, and should be scheduled realistically. Guidelines for earthquake-resistant
design were prepared and applied.
A series of plenary meetings with WUA and a joint irrigation system walkthrough enabled
participatory design, though this usually focused more on repairs and canal lining than on
improving irrigation reliability and equity. Plenary meetings to discuss draft designs and
contract packaging encountered difficulties due to slow involvement by the Project
Implementation Unit (PIU), skepticism about community contracting, and difficulties in
coordinating schedules and budgets for plenary meetings. Community Action Plans documented
land acquisition, usually by voluntary donations, but often needed revision when additional
needs for land turned up that had not been identified earlier.
Working groups of provincial and district government officials signed off on subproject plans
and helped support implementation. PIU control of implementation limited local government
involvement, which was further constrained by severe delays in availability of budget for
operations, plenary meetings, and capacity development.
Facilitators, nominated by communities, and recruited and trained by an Indonesian NGO, Bina
Swadaya, aided WUA in obtaining legal status, tax numbers, and bank accounts. Although
women are very active in irrigated agriculture in Aceh and Nias, they had little involvement in
decisions and construction work, despite efforts to encourage gender-equitable participation.
Formal WUA usually incorporated traditional keujreun blang village watermasters, although
integration with local customs continues to be a problem in some locations. Developing and
sustaining participatory operations and maintenance remains a challenge.
Working under direct appointment contracts, totalling nearly 400, WUA effectively managed
labour and materials and built good quality works, including earthquake-resistant canal lining of
concrete reinforced with steel mesh. WUA lacked capacity to prepare construction progress
reports and invoices, which were completed with much help from PIU staff and community
facilitators. Contracts partially empowered WUA, but community-driven grants, as in the
Kecamatan Development Programme, could be even more empowering.
Construction quality was a serious problem for many of the 112 contractors under local
competitive bidding. Improved contractor selection procedures are required to ensure that only
experienced contractors are appointed. A strong effort, particularly by GOI construction
supervisors, to assure good quality work is needed to make investments as productive as
possible. Investment in participation resulted in good quality work.
ETESP Irrigation Component Final Report

Knowledge Summary

RINGKASAN INFORMASI
Earthquake and Tsunami Emergency Support Project-Irrigation Component
ADB Grant 0002-INO
Rehabilitasi jaringan irigasi dan perbaikan penghasilan masyarakat pedesaan tidak hanya
mempertimbangkan bencana gempa dan tsunami tetapi juga memepertimbangkan adanya
kerusakan infrastruktur yang rusak selama konflik di Aceh. Meskipun banyak tantangan,
keterlambatan dan kesulitan yang lain, ETESP-IC dapat melakukan rehabilitasi di Aceh dan
Nias Provinsi Sumatera Utara dengan dana lebih dari 25 juta dolar yang mencakup 93 daerah
irigasi yang mengairi lebih dari 59,000 hektar. Black and Veatch bersama asosiasinya
mejalankan jasa konsultan untuk mempersiapkan disain dan membantu perencanaan,
pemberdayaan P3A, penguatan kapasitas institusi dan monitoring pelaksanaan konstruksi.
Proses pekerjaan disain yang dilakukan sebelum proyek dimulai, ternyata tidak dapat
memepercepat pelaksanaan proyek karena keterlambatan penyelesaian dan kurang layaknya
hasil disain, keterlambatan pencairan dana dan berbagai permasalahan di dalam proses
pengadaan. Proses disain yang relatif rumit yang memerlukan survei topografi dan hidrologi,
penggambaran disain secara detail serta perlunya mempertimbangkan pengamanan sosial dan
lingkungan hidup, memerlukan waktu yang memadai sehingga diperlukan penjadwalan waktu
yang realistik. Petunjuk untuk disain tahan gempa telah dibuat dan telah dilaksanakan.
Serangkaian pertemuan pleno petani anggota dari P3A dan penelusuran jaringan yang dilakukan
secara bersama-sama merupakan proses dari disain partisipatif, meskipun kegiatan ini lebih
menekankan pada perbaikan jaringan dan pembuatan saluran pasangan daripada membicarakan
keandalan dan pemerataan pembagian air irigasi. Pertemuan pleno petani ketiga yang agendanya
membicarakan draft disain dan pembuatan paket-paket kontrak konstruksi sering sulit
dilaksanakan karena kesulitan dari PIU untuk ikut berperan serta didalam pertemuan tersebut,
kurangnya keyakinan dari PIU mengenai kemampuan masyarakat di dalam pekerjaan yang
diiikat secara kontrak dan waktu pencairan dana yang sering terlambat sehingga menghambat
jadwal pertemuan yang telah direncanakan. Community Action Plan yang dilakukan untuk
membuat dokumen pemebebasan lahan (kebanyakan pembebasan lahan itu di lakukan secara
hibah oleh para pemiliknya) sering perlu direvisi karena adanya tambahan lahan yang harus
dibebaskan namun belum terdeteksi sebelumnya.
Kelompok kerja yang terdiri dari para staff Pemerintah Daerah ditingkat provinsi dan kabupaten
menandatangani usulan subproyek dan memfasilisitasi pada waktu tahap pelaksanaannya. Oleh
karena pendanaan dari semua kegiatan dikelola oleh PIU maka hal ini membatasi keleluasaan
peran serta dari Pemerintah Daerah. Keadaan ini diperburuk lagi oleh keterlambatan pencairan
dana bagi operasional pemerintah daerah dan kabupaten, pertemuan pleno petani dan pelatihan
untuk peningkatan kapasitas institusi.
Tenaga Pendamping Petani yang dipilih oleh masyarakat setempat, dipekerjakan dan dilatih
olleh LSM Bina Swadaya membantu P3A di dalam pengurusan status badan hukum,
memperoleh NPWP dan rekening tabungan bank. Di Aceh dan Nias kaum perempuan sangat
berperan didalam pertanian sawah beririgasi namun demikian, pelibatan mereka di dalam
pengambilan keputusan dan pelaksanaan konstruksi partisipatif masih kurang meskipun sudah
ada usaha untuk mendorong kesetaraan gender. Pembentukan organisasi P3A kebanyakan sudah
mengikut sertakan kejreun blang yang secara tradisional sudah ada di Aceh walaupun di
beberapa lokasi masih terjadi permasalahan mengenai penyatuan dua kelembagaan tersebut.
Pelaksaan O&P partisipatif yang berkelanjutan masih menjadi tantangan utuk selalu diusahakan
perbaikannya.

ETESP Irrigation Component Final Report

Ringkasan Informasi

P3A secara efektif mampu mengelola tenaga kerja dan material dan menghasilkan kualitas
pekerjaan yang cukup baik didalam pelaksanaan hampir 400 kontrak secara penunjukan
langsung, termasuk melaksanakan pekerjaan pembuatan saluran pasangan yang tahan gempa
berupa beton bertulang dengan tulangan fabrikasi (steel mesh). P3A belum mempunyai
ketrampilan administrasi yang memadai sehubungan dengan pembuatan laporan kemajuan
konstruksi dan pengajuan penagihan pembayaran (invoice) sehingga harus dibantu oleh staf PIU
dan TPP. Pemberian kontrak pekerjaan konstruksi memang memberdayakan P3A namun
pemberian bantuan secara community-driven grants seperti yang dilakukan pada Program
Pengembangan Kecamatan akan lebih besar kadar pemberdayaannya.
Kualitas pekerjaan konstruksi merupakan masalah yang serius bagi 112 kontraktor pemenang
tender local competitive bidding. Perbaikan pelaksanaan tender diperlukan untuk meyakinkan
bahwa hanya kontraktor yang berpengalaman yang terpilih. Diperlukan usaha yang lebih kuat,
khususnya supervisi konstruksi dari Pemerintah Indonesia guna memperoleh kualitas konstruksi
yang baik supaya investasi yang ditanamkan bisa lebih produktif. Investasi yang dialokasikan
pada pekerjaan yang dilakukan dengan partisipasi masyarakat terbukti menghasilan kualitas
yang baik.

ETESP Irrigation Component Final Report

Ringkasan Informasi

Você também pode gostar