Você está na página 1de 93

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN

PRESTASI BELAJAR SISWA MTS AL-FALAH


JAKARTA TIMUR

Skripsi Ini Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan


Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pdi)

Oleh :
YUSNIYAH
NIM: 104011000041

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H / 2008 M
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN
PRESTASI BELAJAR SISWA MTS AL-FALAH
JAKARTA TIMUR

SKRIPSI

Skripsi Ini Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan


Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pdi)

Oleh

YUSNIYAH
NIM 104011000041

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I

Drs. H. Elman Sadri


NIP. 150.203.320

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H – 2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul: “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Prestasi

Belajar Siswa MTs Al-Falah Jakarta Timur” diajukan kepada Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah

dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada Tanggal 19 Agustus 2008

dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana

S1 (S. Pdi) dalam bidang Pendidikan Agama Islam (PAI).

Jakarta, Agustus 2008

Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal Tanda Tangan

Dr. H. Abdul Fatah Wibisono, MA ....................... ...........................


NIP.: 150 236 009

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/ Prodi)

Drs. Sapiudin Shiddiq, M. Ag ....................... ...........................


NIP.: 150 299 477

Penguji I
Drs. Alisuf Sabri ....................... ...........................
NIP.: 150 011 333

Penguji II
Tanenji, MA ....................... ...........................
NIP.: 150 285 599

Mengetahui,
Dekan

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA


NIP.:150 231 356
ABSTRAK

Skripsi ini di tulis oleh Yusniyah, NIM : 104011000041, di bawah


bimbingan Drs. H. Elman Sadri.
Skripsi ini tentang hubungan antara poa asuh orang tua dengan prestasi
belajar siswa Mts Al-Falah Jakarta Timur. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar siswa MTs Al-
Falah Jakarta Timur. Hipotesis yang diajukan adalah diduga bahwa terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara pola asuh orang tua dengan prestasi
belajar siswa MTs Al-Falah Jakarta Timur.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
korelasi, yakni melihat bentuk hubungan antara variabel-variabel yang di teliti.
“Metode korelasi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara suatu variabel
dengan variabel-variabel lain”.
Metode penilitian ini diharapkan dapat menemukan hubungan antara
variabel-variabel yang diteliti yaitu pola asuh orang tua dengan prestasi belajar
siswa.
Di samping itu, metode penelitian ini adalah poenelitian deskriptif yaitu
penelitian yang bertujuan menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Untuk
memperoleh data yang obyektif, maka digunakan dua bentuk penelitian,yaitu :
a. Penelitian Kepustakaan (Library Reserch), yaitu penelitian yang dilakukan
dengan mengumpulkan, membaca dan menganalisa buku yang ada
relevansinya dengan masalah yang dibahas dalam skripsi.
b. Penelitian Lapangan (Field Reserch), yaitu penelitian untuk memperoleh data-
data lapangan langsung. Dengan cara mendatangi langsung sekolah yang akan
diteliti.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas I MTs Al-Falah yang
terdaftar pada tahun pelajaran 2007-2008 dengan jumlah populasi sebanyak 114
siswa sedangkan sampel yang diambil berjumlah 25 orang. Instrumen penelitian
yang digunakan untuk memperoleh data adalah dengan menggunakan angket
(kuesioner) dalam bentuk piliha ganda.
Pengolahan data diakukan dengan analisis korelasi product moment.
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah pola asuh orang tua (X) dan
prestasi belajar (Y).
Hasil penelitian dengan mengunakan analisis korelasi product moment
menunjukkan bahwa nilai r hitung = 0,605 berada pada arah yang positif,
sedangkan uji signifikansi kofesien korelasi menunjukkan bahwa rt pada taraf
signifikansi 5 % sebesar 0,396. dengan demikian dapat diketahui r hitung lebih
tingi daripada “r” tabel pada tarf signifikansi 5 % denga kata lain Ho ditolak
sehingga demikian Ha diterima. Jadi terdapat hubungan yang positif dan
signifikansi antara pola asuh dengan prestasi belajar siswa MTs Al-Falah Jakarta
Timur.
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya sendiri yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 05 Juni 08

Yusniyah
KATA PENGANTAR
ϢϴΣήϟ΍ϦϤΣήϟ΍Ϳ΍ϢδΑ

Alhamdulillah, puji syukur atas nikmat yang banyak yang Engkau


anugerahkan kepada penulis. Salah satu nikmat yang terbesar dari-Mu adalah
hidup penulis. Untuk itu sebagai wujud rasa syukur penulis kepada-Mu, penulis
harus mengelolanya dengan baik dan amanah. Semoga dengan terselesainya
penulisan skripsi ini, penulis semakin sadar bahwa setiap tarikan nafas adalah
anugerah, takdir dan nikmat dari-Mu yang tak boleh penulis sia-siakan.
Salawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad saw,
keluarga, sahabat, dan para pengikutnya terima kasih atas doa, teladan, perjuangan
dan kesabaran yang telah diajarkan kepada umatnya.
Skripsi ini berjudul Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Prestasi
Belajar siswa MTs Al-Falah Jakarta Timur, merupakan tugas akhir yang harus
dipenuhi untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam.
Atas selesainya skripsi ini, tidak terlepas dari upaya berbagai pihak yang
telah memberikan kontribusinya dalam rangka penyusunan dan penulisan skripsi
ini, untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu:
Kepada Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Bapak Prof. Dede
Rosyada MA, beserta seluruh staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan atas segala fasilitas yang diberikan kepada penulis.
Kepada Penasehat Akademik, sekaligus pembimbing skripsi Bapak Drs.
H. Elman Sadri yang telah memberikan bimbingan dan dorongannya kepada
penulis sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini dan yang
telah meluangkan waktunya untuk penulis serta nasihat, masukan, arahan dan
motivasi yang tak henti-hentinya sehingga skripsi ini dapat tersusun dan
terselesaikan.
Kepada Kepala Sekolah MTs Al-Falah Jakarta Timur, Bapak Moh. Toyib
Umar BA, Bapak. Firdaus Idris yang telah banyak membantu penulis, beserta

i
seluruh stafnya terima kasih atas bantuannya kepada penulis yang telah
mengizinkan penulis melakukan penelitian dan banyak membantu penulis dalam
mengumpulkan data-data dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Serta kepada
siswa kelas I MTs Al-Falah penulis ucapkan terima kasih atas partisipasinya yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Kepada Abeh H. Matnadjih dan mamah Hj. Mahilah, mamah Hj.
Rohaenah sebagai pelita hati penulis, terima kasih atas doa, cinta, kasih sayang,
didikkan, semangat kepercayaan dan pengorbanan abeh mamah yang tulus yang
tak henti-hentinya untuk penulis. Doa dan keridaan abeh mamah selalu penulis
nantikan dan mengiringi perjalanan penulis untuk mencapai kesuksesan di masa
yang akan datang.
Kepada abang H. Rohili, abang H. Hasan, abang H. Nafis, abang H.
Syarif, abang H. Udin, abang Haris, abang Komaruddin, abang Aab dan kakakku
Hj. Zubaidillah, Syarifah Umi Hani serta adikku Amirullah dan Upi Fadliyah
tersayang yang selalu mengisi hari-hari penulis dengan canda dan tawanya di saat
penulis mengalami kejenuhan, terima kasih atas dukungan, perhatian, pengertian,
doa, semangat yang kalian berikan untuk penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Kepada “Azhari” orang yang selalu ada di hati penulis terima kasih atas
kesetiaan menemani penulis di saat suka maupun duka dan perhatian, pengertian,
cinta, sayang, pengorbanan serta semangat yang tercurahkan untuk penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Kepada sahabat-sahabatku Abi, May, Ade, Ayu, Lutfi, Aisah, Ola, Fitri
terima kasih atas kesetiaannya juga menemani hari-hari penulis, mendengarkan
dan merasakan keluh kesah penulis, dorongan, semangat, masukan yang kalian
berikan untuk penulis, yang selalu menemani penulis di saat penulis mengalami
kebimbangan dan masalah yang sangat berat dalam hidup penulis. Serta terima
kasih atas candaan-candaan yang telah kalian berikan sehingga dapat menghibur
penulis di saat mengalami kesusahan dan kejenuhan, dorongan, perhatian yang
tercurahkan untuk untuk penulis.

ii
Kepada teman-teman jurusan PAI angkatan 2004 terima kasih atas
masukan, dorongan dan sharingnya yang telah diberikan untuk penulis sehingga
penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.
Tiada kata yang dapat melukiskan rasa syukur dan terima kasih atas
semua yang membuat kelancaran proses penulisan kepada seluruh pihak yang
telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan, semoga Allah swt membalas
kebaikan kalian semua.
Akhirnya tiada gading yang tak retak dan tiada mawar yang tak berduri,
penulis menyatakan sebagai manusia tidak sempurna, maka dengan senang hati
penulis akan menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi
sempurnanya skripsi ini. Semoga karya sederhana ini bermanfaat.

Jakarta, Juni 2008

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. viii
BAB I : PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ................ 5
C. Metodologi Penelitian ............................................................ 6
D. Sistematika Penulisan ............................................................. 7
BAB II : LANDASAN TEORITIS ........................................................... 9
A. Pengertian Pola Asuh Orang Tua ........................................... 9
B. Macam-macam Pola Asuh Orang Tua ................................... 10
C. Pengertian Prestasi Belajar ..................................................... 21
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar .............. 24
E. Kerangka Berpikir .................................................................. 30
F. Hipotesis ................................................................................. 32
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 33
A. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 33
B. Penentuan Lokasi Penelitian .................................................. 33
C. Populasi dan Sampel .............................................................. 34
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 34
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ................................... 35
1. Teknik Pengolahan Data .................................................. 35
2. Teknik Analisis Data ........................................................ 36
F. Konsep dan Pengukuran Variabel .......................................... 37
G. Teknik Interpreatasi Data ....................................................... 40
BAB IV : HASIL PENELITIAN ................................................................ 42
A. Gambaran Umum MTS al-Falah Jakarta Timur .................... 42
1. Sejarah Berdiri ................................................................. 42

iv
2. Struktur Organisasi .......................................................... 43
3. Visi dan Misi .................................................................... 43
4. Kurikulum ........................................................................ 44
5. Hubungan Sekolah dengan Orang Tua Siswa .................. 45
B. Deskripsi Data ........................................................................ 45
1. Deskripsi Data .................................................................. 45
2. Analisis Data .................................................................... 57
C. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar
Siswa ...................................................................................... 62
D. Interpretasi Data ..................................................................... 62
BAB V : PENUTUP ................................................................................... 64
A. Kesimpulan ............................................................................ 64
B. Saran ....................................................................................... 65
Daftar Pustaka

Lampiran

v
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Tabel 1 Dimensi dan indikator pola asuh orang tua yang demokratis ...... 38
Tabel 2 Kriteria pola asuh demokratis........................................................ 39
Tabel 3 Kriteria nilai siswa......................................................................... 40
Tabel 4 Mengikutsertakan anak dalam membuat peraturan keluarga ........ 46
Tabel 5 Mengajak anak-anak berunding dalam menetapkan kelanjutan
sekolah........................................................................................... 46
Tabel 6 Bermusyawarah dalam memecahkan problem-problem yang
dihadapi anak ................................................................................ 47
Tabel 7 Mendengarkan & mempertimbangkan pendapat dan keinginan
anak ............................................................................................... 47
Tabel 8 Memperhatikan penjelasan anak ketika melakukan kesalahan ..... 48
Tabel 9 Meminta izin jika hendak keluar ................................................... 48
Tabel 10 Memberi izin bersyarat dalam hal bergaul dengan teman-
temannya ....................................................................................... 49
Tabel 11 Bertanya tentang kegiatan sehari-hari ........................................... 49
Tabel 12 Memberikan penjelasan tentang perbuatan baik dan
mendukungnya .............................................................................. 50
Tabel 13 Memberikan penjelasan tentang perbuatan yang tidak baik ......... 50
Tabel 14 Memberikan pujian kepada anak jika berperilaku baik................. 51
Tabel 15 Memberikan teguran kepada anak jika berperilaku tidak baik...... 51
Tabel 16 Memenuhi kebutuhan sekolah anak .............................................. 52
Tabel 17 Memenuhi keperluan/kebutuhan anak sehari-hari ........................ 52
Tabel 18 Mengingatkan anak untuk belajar ................................................. 53
Tabel 19 Terdapat tutur kata yang baik antar anggota keluarga .................. 53
Tabel 20 Tolong menolong dalam bekerja ................................................... 54
Tabel 21 Saling mengharagai antara yang satu dengan yang lainnya .......... 54
Tabel 22 Bersikap adil terhadap setiap anak dalam pemberian tugas .......... 55
Tabel 23 Memberikan kesempatan untuk bertanya/berpendapat ................. 55

vi
Tabel 24 Menjelaskan alasan ditetapkan suatu peraturan ............................ 56
Tabel 25 Membicarakan segala persoalan dalam keluarga .......................... 56
Tabel 26 Item soal ........................................................................................ 57
Tabel 27 Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua siswa ........................... 58
Tabel 28 Skor pola asuh dan nilai rata-rata raport siswa.............................. 59
Tabel 29 Korelasi antara variabel X dan variabel Y .................................... 61

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian

Lampiran 2 Pedoman Wawancara

Lampiran 3 Angket Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar

Siswa

Lampiran 4 Daftar “r” Tabel

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Keluarga sebagai kelompok masyarakat terkecil terbentuk oleh ikatan dua
orang dewasa yang berlainan jenis kelamin, wanita dan pria serta anak-anak yang
mereka lahirkan. Dalam kelompok ini, arus kehidupan di kemudikan oleh orang
tua. Alam mempercayakan pertumbuhan serta perkembangan anak pada mereka.
Fungsi keluarga yang utama ialah mendidik anak-anaknya.
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka,
karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian
bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Orang tua
dikatakan pendidik pertama karena dari merekalah anak mendapatkan pendidikan
untuk pertama kalinya dan dikatakan pendidik utama karena pendidikan dari
orang tua menjadi dasar bagi perkembangan dan kehidupan anak dikemudian hari.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Dra. Kartini Kartono, “keluarga
merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar dan
menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak ada
dalam hubungan interaksi yang intim. Keluarga memberikan dasar pembentukan
tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan anak.”1
Masalah anak-anak dan pendidikan adalah suatu persolan yang amat
menarik bagi seorang pendidik dan ibu-ibu yang setiap saat menghadapi anak-
anak yang membutuhkan pendidikan. Mengasuh dan membesarkan anak berarti
memelihara kehidupan dan kesehatannya serta mendidiknya dengan penuh

1
Kartini Kartono, Peran Keluarga Memandu Anak, (Jakarta : Rajawali Press, 1992), Cet.
Ke-2, h. 19

1
2

ketulusan dan cinta kasih. Secara umum tanggung jawab mengasuh anak adalah
tugas kedua orang tuanya. Firman Allah swt yang menunjukkan perintah tersebut
adalah :

΍˱έΎ˴ϧ˸Ϣ˵Ϝϴ˶Ϡ˸ϫ˴΃˴ϭ˸Ϣ˵Ϝ˴δ˵ϔϧ˴΃΍Ϯ˵ϗ΍Ϯ˵Ϩ˴ϣ΍˴˯˴Ϧϳ˶ά͉ϟ΍Ύ˴Ϭ͊ϳ˴΃Ύ˴ϳ
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka….” (Q.S. at Tahrim : 6)
Pengertian mengasuh anak adalah mendidik, membimbing dan
memeliharanya, mengurus makanan, minuman, pakaian, kebersihannya, atau pada
segala perkara yang seharusnya diperlukannya, sampai batas bilamana si anak
telah mampu melaksanakan keperluannya yang vital, seperti makan, minum,
mandi dan berpakaian.2
Anak lahir dalam pemeliharaan orang tua dan dibesarkan dalam keluarga.
Orang tua bertugas sebagai pengasuh, pembimbing, pemelihara, dan sebagai
pendidik terhadap anak-anaknya. Setiap orang tua pasti menginginkan anak-
anaknya menjadi manusia yang pandai, cerdas dan berakhlakul karimah. Akan
tetapi banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa cara mereka mendidik
membuat anak merasa tidak diperhatikan, dibatasi kebebasannya, bahkan ada
yang merasa tidak disayang oleh orang tuanya. Perasaan-perasaan itulah yang
banyak mempengaruhi sikap, perasaan, cara berpikir, bahkan kecerdasan mereka.
Keluarga adalah koloni terkecil di dalam masyarakat dan dari keluargalah
akan tercipta pribadi-pribadi tertentu yang akan membaur dalam satu masyarakat.
Lingkungan keluarga acapkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal
yang mempengaruhi berbagai aspek perkembangan anak. Adakalanya ini
berlangsung melalui ucapan-ucapan, perintah-perintah yang diberikan secara
langsung untuk menunjukkan apa yang seharusnya diperlihatkan atau dilakukan
anak. Adakalanya orang tua bersikap atau bertindak sebagai patokan, sebagai
contoh agar ditiru dan apa yang ditiru akan meresap dalam dirinya. Dan menjadi
bagian dari kebiasaan bersikap dan bertingkah laku atau bagian dari
kepribadiannya. Orang tua menjadi faktor terpenting dalam menanamkan dasar

2
Umar Hasyim, Anak Soleh ( Cara Mendidik Anak dalam Islam), (Surabaya : PT Bina
Ilmu, 1993), Jilid 2, h. 86
3

kepribadian tersebut yang turut menentukan corak dan gambaran kepribadian


seseorang setelah dewasa.
Sebagaimana dalam buku Ilmu Pendidikan karangan Drs. Abu Ahmadi,
Imam Ghazali menyatakan “dan anak itu sifatnya menerima semua yang
dilakukan, yang dilukiskan dan condong kepada semua yang tertuju
kepadanya. Jika anak itu dibiasakan dan diajari berbuat baik maka anak itu
akan hidup berbahagia di dunia dan akhirat. Dari kedua orang tua serta
semua guru-gurunya dan pendidik-pendidiknya akan mendapat kebahagian
pula dari kebahagian itu. Tetapi jika dibiasakan berbuat jahat dan dibiarkan
begitu saja, maka anak itu akan celaka dan binasa. Maka yang menjadi
ukuran dari ketinggian anak itu ialah terletak pada yang bertanggung jawab
(pendidik) dan walinya.”3

Prinsip serta harapan-harapan seseorang dalam bidang pendidikan anak


beraneka ragam coraknya, ada yang menginginkan anaknya menjalankan disiplin
keras, ada yang menginginkan anaknya lebih banyak kebebasan dalam berpikir
maupun bertindak. Ada orang tua yang terlalu melindungi anak, ada yang bersikap
acuh terhadap anak. Ada yang mengadakan suatu jarak dengan anak dan ada pula
yang menganggap anak sebagai teman.
Suasana emosional di dalam rumah, dapat sangat merangsang
perkembangan otak anak yang sedang tumbuh dan mengembangkan kemampuan
mentalnya. Sebaliknya, suasana tersebut bisa memperlambat perkembangan otak.
Joan Beck dalam bukunya “Asih, Asah, Asuh, Mengasuh dan Mendidik Anak
Agar Cerdas”, mengungkapkan, “banyak proyek riset jangka lama menunjukkan
bahwa intelegensi anak akan berkembang ke tingkat yang lebih tinggi, bila sikap
di rumah terhadap anak, hangat dan demokratis daripada dingin dan otoritas.”4
Mendidik anak dengan baik dan benar berati menumbuh kembangkan
totalitas potensi anak secara wajar. Potensi jasmaniah dan rohaniah anak
diupayakan tumbuh dan berkembang secara selaras. Potensi jasmaniah anak
diupayakan pertumbuhannya secara wajar melalui pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan jasmani, seperti pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan papan.

3
Abu Ahmadi dan Nuruhbiyati, Ilmu Pendidikan, h. 117
4
Joan Beck, Asih, Asah, Asuh, Mengasuh dan Mendidik Anak agar Cerdas, (Semarang :
Dahara Prize, 1992), Cet. Ke-4, h. 50
4

Sedangkan potensi rohaniah anak diupayakan pengembangannya secara wajar


melalui usaha pembinaan intelektual, perasaan, dan budi pekerti.
Perihal memilihkan lembaga pendidikan yang paling tepat bagi anak,
merupakan agenda penting bagi para orang tua. Lembaga pendidikan tidak hanya
berpengaruh pada perkembangan kognitif atau intelektual semata, melainkan
berpengaruh pula pada perkembangan kepribadian anak, di mana ia akan
bersosialisasi dengan sesama teman, guru, dan lingkungan di dalam lembaga
pendidikan yang bersangkutan. Sehubungan dengan itu, maka orang tua
hendaklah pandai-pandai dalam mengarahkan anaknya tatkala hendak memasuki
sebuah lembaga pendidikan.5
Banyak orang tua yang beranggapan bahwa anak mereka setelah
diserahkan kepada guru di sekolah maka lepaslah hak dan kewajibannya untuk
memberikan pendidikan kepada mereka. Semua tanggung jawabnya telah beralih
kepada guru di sekolah, apakah menjadi pandai atau bodoh anak tersebut, akan
menjadi nakal atau berbudi pekerti yang baik dan luhur, maka itu adalah urusan
guru di sekolah. Padahal banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar,
di antaranya adalah pendapat A. Tabrani Rusyan, yaitu :
1. Faktor internal ialah faktor yang timbul dari dalam anak itu sendiri, yang
meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.
2. Faktor eksternal ialah faktor yang datang dari luar diri si anak, yang
meliputi :
a. Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan kelompok.
b. Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan
kesenian.
c. Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan
iklim.
d. Faktor lingkungan spritual atau keagamaan.6

5
M. Nipan Abdul Halim, Anak Soleh Dambaan Keluarga, (Yogyakarta : Mira Pustaka,
2000), h. 32-34
6
A Tabrani Rusyan, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Rosda
Karya, 1994), Cet. Ke-3, h. 81
5

Adapun alasan untuk memilih pokok masalah di atas adalah sebagai


berikut :
1. Anak adalah tunas bangsa yang akan menerima tongkat estafet perjuangan
dan cita-cita bangsa, untuk itu anak memerlukan bimbingan, arahan dan
didikan dari orang tua sejak dini, sebagai persiapan untuk menghadapi
masa yang akan datang.
2. Keluarga adalah masyarakat terkecil yang paling inti, dari keluargalah
anak mulai memperoleh pendidikan sebelum memasuki pendidikan secara
formal di sekolah, oleh karena itu pola asuh orang tua dalam mendidik
anak akan mempengaruhi keberhasilan anak adalam belajar.
Atas dasar pemikiran di atas, penulis merasa tertarik untuk membahas
masalah tersebut khususnya yang berkenaan dengan pola asuh dalam lingkungan
keluarga untuk itu penulis mengajukan skripsi dengan judul “HUBUNGAN
POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA
MADRASAH TSANAWIYAH AL-FALAH JAKARTA TIMUR”.

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah


1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang
diteliti dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
a. Bagaimana hubungan pola asuh orang tua dengan aktivitas belajar ?
b. Bagaimana hubungan pola asuh orang tua dengan prestasi belajar ?
c. Bagaimana hubungan pola asuh orang tua dengan motivasi belajar ?
d. Bagaimana hubungan pola asuh orang tua dengan mental beragama anak ?
e. Bagaimana hubungan pola asuh orang tua dengan tingkah laku anak ?

2. Pembatasan Masalah
Karena terbatasnya waktu, tenaga serta sarana yang tersedia, maka penulis
membatasi permasalahan kepada hubungan antara pola asuh orang tua dengan
prestasi belajar siswa kelas satu Madrasah Tsanawiyah Al-Falah Jakarta Timur.
Dengan batasan sebagai berikut :
6

a. Pola asuh yang diteliti adalah pola asuh demokratis, yaitu pola asuh yang
merupakan kombinasi dari pola asuh ekstrem yang bertentangan (otoriter
dan laissez fair) ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua
dengan anaknya.
b. Prestasi belajar adalah hasil aktivitas belajar siswa yang diaktualisasikan
dalam angka atau skor yang dapat dilihat dalam buku raport.

3. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah
yang diteliti sebagai berikut :
a. Bagaimana prestasi belajar yang telah dicapai siswa ?
b. Bagaimanakah pola asuh yang diterapkan oleh masing-masing orang tua
siswa ?
c. Apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar
siswa ?

C. Metode Penelitian
Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu, yang
mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu
pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu metode. Dengan
demikian, metode penelitian ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-
peraturan yang terdapat dalam penelitian.7
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
korelasi, yakni melihat bentuk hubungan antara variabel-variabel yang di teliti.
“Metode korelasi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara suatu variabel
dengan variabel-variabel lain”.8
Metode penilitian ini diharapkan dapat menemukan hubungan antara
variabel-variabel yang diteliti yaitu pola asuh orang tua dengan prestasi belajar
siswa.

7
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta :
Bumi Aksara, 1998), h. 42
8
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta : PT R0ineka Cipta, 2005), h. 9
7

Di samping itu, metode penelitian ini adalah poenelitian deskriptif yaitu


penelitian yang bertujuan menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Untuk
memperoleh data yang obyektif, maka digunakan dua bentuk penelitian,yaitu :
a. Penelitian Kepustakaan (Library Reserch), yaitu penelitian yang dilakukan
dengan mengumpulkan, membaca dan menganalisa buku yang ada
relevansinya dengan masalah yang dibahas dalam skripsi.
b. Penelitian Lapangan (Field Reserch), yaitu penelitian untuk memperoleh data-
data lapangan langsung. Dengan cara mendatangi langsung sekolah yang akan
diteliti.
Untuk analisis data, penulis menggunakan analisis data distribusi
frekuensi, sedangkan untuk mencari hubungan antara pola asuh orang tua dengan
prestasi belajar siswa penulis menggunakan analisis statistik dengan rumus
“Korelasi Product Moment.” Karena data ini membahas dua variabel yang
berhubungan.
Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis merujuk kepada buku
“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta”, yang diterbitkan oleh FITK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2007”.

D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam skripsi ini dibagi dalam lima bab, setiap bab
dirinci dalam beberapa sub bab sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, identifikasi, pembatasan
dan perumusan masalah, metode penelitian, serta sistematika
penulisan.
BAB II : Landasan teoritis, meliputi : pengertian pola asuh orang tua, macam-
macam pola asuh orang tua, pengertian prestasi belajar, faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar, kerangka berpikir, dan hipotesis.
BAB III : Metodologi penelitian, meliputi : tujuan dan manfaat, penentuan lokasi
penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik
8

pengolahan dan analisis data, konsep dan pengukuran variabel, serta


teknik interpretasi data.
BAB IV : Hasil penelitian, meliputi : gambaran umum MTS Al-Falah Jakarta
Timur, deskripsi data dan analisis data, hubungan pola asuh orang tua
dengan prestasi belajar, serta interpretasi data.
BAB V : Penutup, yang meliputi : kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian Pola Asuh Orang Tua


Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi orang yang
berkepribadian baik, sikap mental yang sehat serta akhlak yang terpuji. Orang tua
sebagai pembentuk pribadi yang pertama dalam kehidupan anak, dan harus
menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya. Sebagaimana yang dinyatakan oleh
Zakiyah Daradjat, bahawa “Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup
merupakan unsur-unsur pendidikan yang secara tidak langsung akan masuk ke
dalam pribadi anak yang sedang tumbuh”.1
Dalam mendidik anak, terdapat berbagai macam bentuk pola asuh yang
bisa dipilih dan digunakan oleh orang tua. Sebelum berlanjut kepada pembahasan
berikutnya, terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian dari pola asuh itu
sendiri.
Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu “pola” dan “asuh”. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, “pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk
(struktur) yang tetap”.2
Sedangkan kata “asuh dapat berati menjaga (merawat dan mendidik) anak
kecil, membimbing (membantu; melatih dan sebagainya), dan memimpin
(mengepalai dan menyelenggarakan) satu badan atau lembaga”.3 Lebih jelasnya,

1
Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 1996), Cet ke-15, h. 56
2
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1988), h. 54
3
TIM Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1988), Cet. Ke-1, h. 692

9
10

kata asuh adalah mencakup segala aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan,
perawatan, dukungan, dan bantuan sehingga orang tetap berdiri dan menjalani
hidupnya secara sehat.4 Menurut Dr. Ahmad Tafsir seperti yang dikutip oleh
Danny I. Yatim-Irwanto “Pola asuh berarti pendidikan, sedangkan pendidikan
adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.” 5
Jadi pola asuh orang tua adalah suatu keseluruhan interaksi antara orang
tua dengan anak, di mana orang tua bermaksud menstimulasi anaknya dengan
mengubah tingkah laku, pengetahuan serta nilai-nilai yang dianggap paling tepat
oleh orang tua, agar anak dapat mandiri, tumbuh dan berkembang secara sehat
dan optimal.

B. Macam-macam Pola Asuh Orang Tua


Dalam mengelompokkan pola asuh orang tua dalam mendidik anak, para
ahli mengemukakan pendapat yang berbeda-beda, yang antara satu sama lain
hampir mempunyai persamaan. Di antaranya adalah sebagai berikut :
Dr. Paul Hauck menggolongkan pengelolaan anak ke dalam empat macam
pola, yaitu :
1. Kasar dan tegas
Orang tua yang mengurus keluarganya menurut skema neurotik menentukan
peraturan yang keras dan teguh yang tidak akan di ubah dan mereka membina
suatu hubungan majikan-pembantu antara mereka sendiri dan anak-anak
mereka.
2. Baik hati dan tidak tegas
Metode pengelolaan anak ini cenderung membuahkan anak-anak nakal yang
manja, yang lemah dan yang tergantung, dan yang bersifat kekanak-kanakan
secara emosional.

4
Elaine Donelson, Asih, Asah, Asuh Keutamaan Wanita, (Yogyakarta : Kanisius, 1990),
Cet. Ke-1, h.5
5
Danny I. Yatim-Irwanto, Kepribadian Keluarga Narkotika, (Jakarta : Arcan, 1991), Cet.
Ke-1, h. 94
11

3. Kasar dan tidak tegas


Inilah kombinasi yang menghancurkan kekasaran tersebut biasanya
diperlihatkan dengan keyakinan bahwa anak dengan sengaja berprilaku buruk
dan ia bisa memperbaikinya bila ia mempunyai kemauan untuk itu.
4. Baik hati dan tegas
Orang tua tidak ragu untuk membicarakan dengan anak-anak mereka tindakan
yang mereka tidak setujui. Namun dalam melakukan ini, mereka membuat
suatu batas hanya memusatkan selalu pada tindakan itu sendiri, tidak pernah si
anak atau pribadinya.6

Drs. H. Abu Ahmadi mengemukakan bahwa, berdasarkan penelitian yang


dilakukan oleh Fels Research Institute, corak hubungan orang tua-anak dapat
dibedakan menjadi tiga pola, yaitu :
1. Pola menerima-menolak, pola ini didasarkan atas taraf kemesraan orang tua
terhadap anak.
2. Pola memiliki-melepaskan, pola ini didasarkan atas sikap protektif orang tua
terhadap anak. Pola ini bergerak dari sikap orang tua yang overprotektif dan
memiliki anak sampai kepada sikap mengabaikan anak sama sekali.
3. Pola demokrasi-otokrasi, pola ini didasarkan atas taraf partisifasi anak dalam
menentukan kegiatan-kegiatan dalam keluarga. Pola otokrasi berarti orang tua
bertindak sebagai diktator terhadap anak, sedangkan dalam pola demokrasi,
sampai batas-batas tertentu, anak dapat berpartisifasi dalam keputusan-
keputusan keluarga.7

Menurut Elizabet B. Hurlock ada beberapa sikap orang tua yang khas
dalam mengasuh anaknya, antara lain :
1. Melindungi secara berlebihan
Perlindungan orang tua yang berlebihan mencakup pengasuhan dan
pengendalian anak yang berlebihan.

6
Paul Hauck, Psikologi Populer, (Mendidik Anak dengan Berhasil), (Jakarta : Arcan,
1993), Cet.Ke-5, h. 47
7
Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta : PT Rieneka Cipta, 1991), h. 180
12

2. Permisivitas
Permisivitas terlihat pada orang tua yang membiarkan anak berbuat sesuka
hati dengan sedikit pengendalian.
3. Memanjakan
Permisivitas yang berlebih-memanjakan membuat anak egois, menuntut dan
sering tiranik.
4. Penolakan
Penolakan dapat dinyatakan dengan mengabaikan kesejahteraan anak atau
dengan menuntut terlalu banyak dari anak dan sikap bermusuhan yang
terbuka.
5. Penerimaan
Penerimaan orang tua ditandai oleh perhatian besar dan kasih sayang pada
anak, orang tua yang menerima, memperhatikan perkembangan kemampuan
anak dan memperhitungkan minat anak.
6. Dominasi
Anak yang didominasi oleh salah satu atau kedua orang tua bersifat jujur,
sopan dan berhati-hati tetapi cenderung malu, patuh dan mudah dipengaruhi
orang lain, mengalah dan sangat sensitif.
7. Tunduk pada anak
Orang tua yang tunduk pada anaknya membiarkan anak mendominasi mereka
dan rumah mereka.
8. Favoritisme
Meskipun mereka berkata bahwa mereka mencintai semua anak dengan sama
rata, kebanyakan orang tua mempunyai favorit. Hal ini membuat mereka lebih
menuruti dan mencintai anak favoritnya dari pada anak lain dalam keluarga.
9. Ambisi orang tua
Hampir semua orang tua mempunyai ambisi bagi anak mereka seringkali
sangat tinggi sehingga tidak realistis. Ambisi ini sering dipengaruhi oleh
ambisi orang tua yang tidak tercapai dan hasrat orang tua supaya anak mereka
naik di tangga status sosial.8

8
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak/Child Development, Terj. Meitasari Tjandrasa,
(Jakarta : Erlangga, 1990), Cet. Ke-2, h. 204
13

Danny I. Yatim-Irwanto mengemukakan beberapa pola asuh orang tua,


yaitu :
1. Pola asuh otoriter, pola ini ditandai dengan adanya aturan-aturan yang kaku
dari orang tua. Kebebasan anak sangat dibatasi.
2. Pola asuh demokratik, pola ini ditandai dengan adanya sikap terbuka antara
orang tua dengan anaknya.
3. Pola asuh permisif, pola asuhan ini ditandai dengan adanya kebebasan tanpa
batas pada anak untuk berprilaku sesuai dengan keinginannya.
4. Pola asuhan dengan ancaman, ancaman atau peringatan yang dengan keras
diberikan pada anak akan dirasa sebagai tantangan terhadap otonomi dan
pribadinya. Ia akan melanggarnya untuk menunjukkan bahwa ia mempunyai
harga diri.
5. Pola asuhan dengan hadiah, yang dimaksud disini adalah jika orang tua
mempergunakan hadiah yang bersifat material atau suatu janji ketika
menyuruh anak berprilaku seperti yang diinginkan.9

Thomas Gordon mengemukakan metode pengelolaan anak, yaitu :


a. Pola asuh menang
b. Pola asuh mengalah
c. Pola asuh tidak menang dan tidak kalah.10

Menurut Syamsu Yusuf terdapat 7 macam bentuk pola asuh yaitu :


a. Overprotection ( terlalu melindungi )
b. Permisivienes ( pembolehan )
c. Rejection ( penolakan )
d. Acceptance ( penerimaan )
e. Domination ( dominasi )
f. Submission ( penyerahan )
g. Over disipline ( terlalu disiplin )11

9
Danny I. Yatim-Irwanto, Kepribadian………….., h. 94
10
Thomas Gordon, Menjadi orang tua efektif, (Jakarta : Gramedia, 1994), h. 127
11
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Terj. Sumarji, (Jakarta :
Erlangga, 1986), h. 21
14

Sedangkan Marcolm Hardy dan Steve Heyes mengemukakan empat


macam pola asuh yang dilakukan orang tua dalam keluarga, yaitu :
a. Autokratis (otoriter)
Ditandai dengan adanya aturan-aturan yang kaku dari orang tua dan
kebebasan anak sangat di batasi.
b. Demokratis
Ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak.
c. Permisif
Ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas pada anak untuk berprilaku
sesuai dengan keinginannya sendiri.
d. Laissez faire.12
Ditandai dengan sikap acuh tak acuh orang tua terhadap anaknya.

Dari berbagai macam pola asuh yang dikemukakan di atas, penulis hanya
akan mengemukakan tiga macam saja, yaitu pola asuh otoriter, demokratis dan
laissez faire. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar pembahasan menjadi
lebih terfokus dan jelas.
Oleh karena, jika dilihat dari berbagai macam bentuk pola asuh di atas
pada intinya hampir sama. Misalnya saja antara pola asuh autokratis, over
protection, over discipline. Dominasi, favoritisme, ambisi orang tua dan otoriter,
semuanya menekankan pada sikap kekuasaan, kedisiplinan dan kepatuhan yang
berlebihan. Demikian pula halnya dengan pola asuh laissez faire, rejection,
submission, permisiveness, memanjakan. Secara implisit, kesemuanya itu
memperlihatkan suatu sikap yang kurang berwibawa, bebas, acuh tak acuh.
Adapun acceptance (penerimaan) bisa termasuk bagian dari pola asuh demokratis.
Oleh karena itulah, maka penulis hanya akan membahas tiga macam pola
asuh, yang secara teoritis lebih dikenal bila dibandingkan dengan yang lainnya.
Yaitu pola asuh otoriter, demokratis dan laissez faire.

12
Malcom Hardy dan Steve Heyes, Terj. Soenardji, Pengantar Psikologi, (Jakarta :
Erlangga, 1986), Edisi ke-2, h. 131
15

1. Otoriter
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, otoriter “berarti berkuasa sendiri
dan sewenang-wenang”.13 Menurut Singgih D. Gunarsa dan Ny.Y. Singgih D.
Gunarsa, pola asuh otoriter adalah suatu bentuk pola asuh yang menuntut anak
agar patuh dan tunduk terhadap semua perintah dan aturan yang dibuat oleh orang
tua tanpa ada kebebasan untuk bertanya atau mengemukakan pendapatnya
sendiri.14
Jadi pola asuh otoriter adalah cara mengasuh anak yang dilakukan orang
tua dengan menentukan sendiri aturan-aturan dan batasan-batasan yang mutlak
harus ditaati oleh anak tanpa kompromi dan memperhitungkan keadaan anak.
Serta orang tualah yang berkuasa menentukan segala sesuatu untuk anak dan
anak hanyalah sebagai objek pelaksana saja. Jika anak-anaknya menentang atau
membantah, maka ia tak segan-segan memberikan hukuman. Jadi, dalam hal ini
kebebasan anak sangatlah dibatasi. Apa saja yang dilakukan anak harus sesuai
dengan keinginan orang tua.
Pada pola asuhan ini akan terjadi komunikasi satu arah. Orang tualah yang
memberikan tugas dan menentukan berbagai aturan tanpa memperhitungkan
keadaan dan keinginan anak. Perintah yang diberikan berorientasi pada sikap
keras orang tua. Karena menurutnya tanpa sikap keras tersebut anak tidak akan
melaksanakan tugas dan kewajibannya. Jadi anak melakukan perintah orang tua
karena takut, bukan karena suatu kesadaran bahwa apa yang dikerjakannya itu
akan bermanfaat bagi kehidupannya kelak.15
Penerapan pola asuh otoriter oleh orang tua terhadap anak, dapat
mempengaruhi proses pendidikan anak terutama dalam pembentukan
kepribadiannya. Karena disiplin yang dinilai efektif oleh orang tua (sepihak),
belum tentu serasi dengan perkembangan anak. Prof. Dr. Utami Munandar
mengemukakan bahwa, “sikap orang tua yang otoriter paling tidak menunjang

13
Depdikbud, Kamus……………, h. 692
14
Singgih D. Gunarsa dan Ny.Y. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja, (Jakarta : PT. BPK. Gunung Mulia, 1995), Cet. Ke-7, h. 87
15
Parsono, Materi Pokok Landasan Kependidikan, (Jakarta : Universitas terbuka, 1994),
Cet ke-2, h. 6-8
16

perkembangan kemandirian dan tanggung jawab sosial. Anak menjadi patuh,


sopan, rajin mengerjakan pekerjaan sekolah, tetapi kurang bebas dan kurang
percaya diri.”16
Disini perkembangan anak itu semata-mata ditentukan oleh orang tuanya.
Sifat pribadi anak yang otoriter biasanya suka menyendiri, mengalami
kemunduran kematangannya, ragu-ragu di dalam semua tindakan, serta lambat
berinisiatif.17 Anak yang dibesarkan di rumah yang bernuansa otoriter akan
mengalami perkembangan yang tidak diharapkan orang tua. Anak akan menjadi
kurang kreatif jika orang tua selalu melarang segala tindakan anak yang sedikit
menyimpang dari yang seharusnya dilakukan. Larangan dan hukuman orang tua
akan menekan daya kreativitas anak yang sedang berkembang, anak tidak akan
berani mencoba, dan ia tidak akan mengembangkan kemampuan untuk melakukan
sesuatu karena tidak dapat kesempatan untuk mencoba. Anak juga akan takut
untuk mengemukakan pendapatnya, ia merasa tidak dapat mengimbangi teman-
temannya dalam segala hal, sehingga anak menjadi pasif dalam pergaulan. Lama-
lama ia akan mempunyai perasaan rendah diri dan kehilangan kepercayaan kepada
diri sendiri.
Karena kepercayaan terhadap diri sendiri tidak ada, maka setelah
dewasapun masih akan terus mencari bantuan, perlindungan dan pengamanan. Ini
berarti anak tidak berani memikul tanggung jawab.18
Adapun ciri-ciri dari pola asuh otoriter adalah sebagai berikut :
1) Anak harus mematuhi peraturan-peraturan orang tua dan tidak boleh
membantah.
2) Orang tua cenderung mencari kesalahan-kesalahan anak dan kemudian
menghukumnya.
3) Orang tua cenderung memberikan perintah dan larangan kepada anak.
4) Jika terdapat perbedaan pendapat antara orang tua dan anak, maka anak
dianggap pembangkang.

16
Utami Munandar, Hubungan Isteri, Suami dan Anak dalam Keluarga, (Jakarta : Pustaka
Antara, 1992), h. 127
17
Abu Ahmadi, Sosiologi……………, h. 112
18
Kartini Kartono, Peran……………, h. 98
17

5) Orang tua cenderung memaksakan disiplin.


6) Orang tua cenderung memaksakan segala sesuatu untuk anak dan anak hanya
sebagai pelaksana.
7) Tidak ada komunikasi antara orang tua dan anak.19

2. Demokratis
Menurut Prof. Dr. Utami Munandar, “Pola asuh demokratis adalah cara
mendidik anak, di mana orang tua menentukan peraturan-peraturan tetapi dengan
memperhatikan keadaan dan kebutuhan anak”.20
Pola asuh demokratis adalah suatu bentuk pola asuh yang memperhatikan
dan menghargai kebebasan anak, namun kebebasan itu tidak mutlak dan dengan
bimbingan yang penuh pengertian antara orang tua dan anak.21 Dengan kata lain,
pola asuh demokratis ini memberikan kebebasan kepada anak untuk
mengemukakan pendapat, melakukan apa yang diinginkannya dengan tidak
melewati batas-batas atau aturan-aturan yang telah ditetapkan orang tua.
Orang tua juga selalu memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh
pengertian terhadap anak mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak. Hal
tersebut dilakukan orang tua dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang.
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, yang berbunyi :

ϯέΎΨΒϟ΍ϩ΍ϭέ ϪϠϛήϣϷ΍ϲϓϖϓήϟ΍ΐΤϳͿ΍ϥ·
“Sesungguhnya Allah mencintai kelemah-lembutan dalam segala urusan”.
(H.R. Bukhari)
Pola asuh demokrasi ini ditandai dengan adanya sikap terbuka antara
orang tua dan anak. Mereka membuat aturan-aturan yang disetujui bersama. Anak
diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat, perasaan dan keinginanya. Jadi
dalam pola asuh ini terdapat komunikasi yang baik antara orang tua dan anak.
Pola asuh demokratis dapat dikatakan sebagai kombinasi dari dua pola
asuh ekstrim yang bertentangan, yaitu pola asuh otoriter dan laissez faire. Pola

19
Zahara Idris dan Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan (Jakarta : Gramedia Widiasarana,
1992), Cet. Ke-2, h. 88
20
Utami Munandar, Pemanduan Anak Berbakat, (Jakarta : CV. Rajawali, 1982), h. 98
21
Singgih D. Gunarsa dan Ny.Y. Singgih D. Gunarsa, Psikologi……………, h. 84
18

asuhan demokratik ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dengan
anaknya. Mereka membuat aturan-aturan yang disetujui bersama. Anak diberi
kebebasan untuk mengemukakan pendapat, perasaan dan keinginanya dan belajar
untuk dapat menanggapi pendapat orang lain. Orang tua bersikap sebagai pemberi
pendapat dan pertimbangan terhadap aktivitas anak.
Dengan pola asuhan ini, anak akan mampu mengembangkan kontrol
terhadap prilakunya sendiri dengan hal-hal yang dapat diterima oleh masyarakat.
Hal ini mendorong anak untuk mampu berdiri sendiri, bertanggung jawab dan
yakin terhadap diri sendiri. Daya kreativitasnya berkembang baik karena orang tua
selalu merangsang anaknya untuk mampu berinisiatif.22
Rumah tangga yang hangat dan demokratis, juga berarti bahwa orang tua
merencanakan kegiatan keluarga untuk mempertimbangkan kebutuhan anak agar
tumbuh dan berkembang sebagai individu dan bahwa orang tua memberinya
kesempatan berbicara atas suatu keputusan semampu yang diatasi oleh anak.
Sasaran orang tua ialah mengembangkan individu yang berpikir, yang dapat
menilai situasi dan bertindak dengan tepat, bukan seekor hewan terlatih yang
patuh tanpa pertanyaan.23
Pendapat Fromm, seperti yang dikutip oleh Abu Ahmadi bahwa anak yang
dibesarkan dalam keluarga yang bersuasana demokratik, perkembangannya lebih
luwes dan dapat menerima kekuasaan secara rasional. Sebaliknya anak yang
dibesarkan dalam suasana otoriter, memandang kekuasan sebagai sesuatu yang
harus ditakuti dan bersifat magi (rahasia). Ini mungkin menimbulkan sikap tunduk
secara membuta kepada kekuasaan, atau justru sikap menentang kekuasaan.24
Indikasi dari hasil penelitian Lutfi (1991) dan Nur Hidayat (1993) dan Nur
Hidayah dkk (1995), yang dikutip oleh Mohammad Shochib adalah bahwa dalam
pola asuh dan sikap orang tua yang demokratis menjadikan adanya kominukasi
yang dialogis antara anak dan orang tua dan adanya kehangatan yang membuat
anak remaja merasa diterima oleh orang tua sehingga ada pertautan perasaan.
Oleh sebab itu, anak remaja yang merasa diterima oleh orang tua memungkinkan
22
Danny I. Yatim-Irwanto, Kepribadian………….., h. 97
23
Joan Beck, Asih, Asah, Asuh,……………, hal. 51
24
Abu Ahmadi, Sosiologi…………, h. 180
19

mereka untuk memahami, menerima, dan menginternalisasi “pesan” nilai moral


yang diupayakan untuk diapresiasikan berdasarkan kata hati.25
Adapun ciri-ciri pola asuh demokratis adalah sebagai berikut :
1) Menentukan peraturan dan disiplin dengan memperhatikan dan
mempertimbangkan alasan-alasan yang dapat diterima, dipahami dan
dimengerti oleh anak
2) Memberikan pengarahan tentang perbuatan baik yang perlu dipertahankan dan
yang tidak baik agar di tinggalkan
3) Memberikan bimbingan dengan penuh pengertian
4) Dapat menciptakan keharmonisan dalam keluarga
5) Dapat menciptakan suasana komunikatif antara orang tua dan anak serta
sesama keluarga26
Dari berbagai macam pola asuh yang banyak dikenal, pola asuh
demokratis mempunyai dampak positif yang lebih besar dibandingkan dengan
pola asuh otoriter maupun laissez faire. Dengan pola asuh demokratis anak akan
menjadi orang yang mau menerima kritik dari orang lain, mampu menghargai
orang lain, mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan mampu bertanggung
jawab terhadap kehidupan sosialnya. Tidak ada orang tua yang menerapkan salah
satu macam pola asuh dengan murni, dalam mendidik anak-anaknya. Orang tua
menerapkan berbagai macam pola asuh dengan memiliki kecenderungan kepada
salah satu macam pola.

3. Laissez Faire
Kata laissez faire berasal dari Bahasa Perancis yang berarti membiarkan
(leave alone). Dalam istilah pendidikan, laissez faire adalah suatu sistim di mana
si pendidik menganut kebijaksanaan non intereference (tidak turut campur).27 Pola
asuhan ini ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas pada anak untuk
berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri. Orang tua tidak pernah memberi
25
Mohammad Shochib, Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Disiplin diri, (Jakarta : PT
Rieneka Cipta, 1998), Cet. Ke-1, h. 6
26
Zahara Idris dan Lisma Jamal, Pengantar……………, h. 87-88
27
Soegarda Poebakawatja, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta : Gunung Agung, 1976),
h. 163
20

aturan dan pengarahan kepada anak. Semua keputusan diserahkan kepada anak
tanpa pertimbangan orang tua. Anak tidak tahu apakah prilakunya benar atau
salah karena orang tua tidak pernah membenarkan ataupun menyalahkan anak.
Akibatnya anak akan berprilaku sesuai dengan keinginanya sendiri, tidak peduli
apakah hal itu sesuai dengan norma masyarakat atau tidak.28 Pada pola asuh ini
anak dipandang sebagai makhluk hidup yang berpribadi bebas. Anak adalah
subjek yang dapat bertindak dan berbuat menurut hati nuraninya. Orang tua
membiarkan anaknya mencari dan menentukan sendiri apa yang diinginkannya.
Kebebasan sepenuhnya diberikan kepada anak. Orang tua seperti ini cenderung
kurang perhatian dan acuh tak acuh terhadap anaknya. Metode pengelolaan anak
ini cenderung membuahkan anak-anak nakal yang manja, lemah, tergantung dan
bersifat kekanak-kanakan secara emosional.
Seorang anak yang belum pernah diajar untuk mentoleransi frustasi,
karena ia diperlakukan terlalu baik oleh orang tuanya, akan menemukan banyak
masalah ketika dewasa. Dalam perkawinan dan pekerjaan, anak-anak yang manja
tersebut mengharapkan orang lain untuk membuat penyesuaian terhadap tingkah
laku mereka. Ketika mereka kecewa mereka menjadi gusar, penuh kebencian, dan
bahkan marah-marah. Pandangan orang lain jarang sekali dipertimbangkan.
Hanya pandangan mereka yang berguna. Kesukaran-kesukaran yang terpendam
antara pandangan suami istri atau kawan sekerja terlihat nyata.29
Adapun yang termasuk pola asuh laissez faire adalah sebagai berikut :
1) Membiarkan anak bertindak sendiri tanpa memonitor dan membimbingnya.
2) Mendidik anak acuh tak acuh, bersikap pasif dan masa bodoh.
3) Mengutanakan kebutuhan material saja.
4) Membiarkan saja apa yang dilakukan anak (terlalu memberikan kebebasan
untuk mengatur diri sendiri tanpa ada peraturan-peraturan dan norma-norma
yang digariskan orang tua).
5) Kurang sekali keakraban dan hubungan yang hangat dalam keluarga.30

28
Danny I. Yatim-Irwanto, Kepribadian Keluarga Narkotika, h. 97
29
Paul Hauck, Psikolog……………,, h. 50-52
30
Zahara Idris dan Lisma Jamal, Pengantar……………, h. 89-90
21

Setiap tipe pengasuhan pasti memiliki resiko masing-masing. Tipe otoriter


memang memudahkan orang tua, karena tidak perlu bersusah payah untuk
bertanggung jawab dengan anak. Anak yang dibesarkan dengan pola asuh seperti
ini mungkin memang tidak memiliki masalah dengan pelajaran dan juga bebas
dari masalah kenakalan remaja. Akan tetapi cenderung tumbuh menjadi pribadi
yang kurang memiliki kepercayaan diri, kurang kreatif, kurang dapat bergaul
dengan lingkungan sosialnya, ketergantungan kepada orang lain, serta memiliki
defresi yang lebih tinggi. Sementara pola asuh laissez faire, membuat anak merasa
boleh berbuat sekehendak hatinya. Anak memang akan memiliki rasa percaya
yang lebih besar, kemampuan sosial baik, dan tingkat depresi lebih rendah. Tapi
juga akan lebih mungkin terlibat dalam kenakalan remaja dan memiliki prestasi
yang rendah di sekolah. Anak tidak mengetahuyi norma-norma sosial yang harus
dipatuhinya.31
Anak membutuhkan dukungan dan perhatian dari keluarga dalam
menciptakan karyanya. Karena itu, pola asuh yang dianggap lebih cocok untuk
membantu anak mengembangkan kreativitasnya adalah otoratif atau biasa lebih
dikenal dengan demokratis. Dalam pola asuh ini, orang tua memberi kontrol
terhadap anaknya dalam batas-batas tertentu, aturan untuk hal-hal yang esensial
saja, dengan tetap menunjukkan dukungan, cinta dan kehangatan kepada anaknya.
Melalui pola asuh ini anak juga dapat merasa bebas mengungkapkan kesulitannya,
kegelisahannya kepada orang tua karena ia tahu, orang tua akan membantunya
mencari jalan keluar tanpa berusaha mendiktenya.32

C. Pengertian Prestasi Belajar


Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, “prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari
yang telah dilakukan atau dilakukan atau dikerjakan”.33 Dengan demikian prestasi
adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dilakukan, diciptakan baik dilakukan
secara pribadi maupun kelompok.

31
Mohammad Shochib, Pola Asuh Orang Tua……………, h. 42
32
Mohammad Shochib, Pola Asuh Orang Tua……………, h. 44
33
Depdikbud, Kamus……………, h. 700
22

Menurut Gagne, prestasi adalah penguasaan siswa terhadap materi


pelajaran tertentu yang telah diperoleh dari hasil tes belajar yang dinyatakan
dalam bentuk skor.34
Keberhasilan siswa dalam proses belajarnya dapat dilihat dari prestasi
yang dicapai dalam kurun waktu tertentu dalam hal ini dapat dilihat dari nilai yang
dibukukan dalam bentuk buku laporan pendidikan atau raport. Nilai-nilai yang
tertera dalam buku tersebut merupakan penjumlahan nilai dari seluruh mata
pelajaran yang diperoleh siswa dalam satu semester. Dengan demikian besar
kecilnya nilai yang diperoleh menunjukkan besar kecilnya prestasi yang dicapai.
Belajar merupakan suatu keharusan kalau kita ingin maju, maka dengan
belajar akan terjadi perubahan tingkah laku seseorang. Perubahan ini berlangsung
secara proses sebagai akibat dari hasil latihan dan pengalaman.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “belajar adalah berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan
yang disebabkan pengalaman”.35
Adapun Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa belajar adalah
perubahan yang bersifat relatif, menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai
suatu hasil dari latihan atau pengalaman.36
Menurut. Muhibbin Syah M.Ed. bahwa “belajar dapat dipahami sebagai
tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai
hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif.”37
Sedangkan menurut HM. Arifin, belajar adalah suatu kegiatan anak didik
dalam menerima, menganggapi serta menganalisa bahan-bahan pelajaran yang
disajikan oleh guru yang berakhir pada kemampuan anak menguasai bahan
pelajaran yang disajikan.38

34
Abdul Gafur, Desain Instruksional, (Jakarta : BPT. IKIP, 1983), h. 9
35
Depdikbud, Kamus………….., h. 13
36
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1990), h. 80
37
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. Ke-1,
h. 64
38
M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan
Masyarakat, (Jakarta : Bulan Bintang, 1978), Cet. Ke-4, h.172
23

Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono mengemukakan bahwa


“belajar menurut pengertian psikologi merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan didalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.”39
Kemudian Abdur Rachman Abror, menyimpulkan bahwa, “belajar
menimbulkan suatu perubahan (dalam arti tingkah laku, kapasitas) yang relatif
tetap.” Perubahan ini pada pokoknya, membedakan antara keadaan sebelum
individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan belajar. Dan
perubahan itu dilakukan lewat kegiatan, atau usaha atau praktek yang disengaja
atau diperkuat.40
Selain itu Nana Sujana, berpendapat bahwa “belajar adalah suatu proses
yang ditandai dengan adanya perubahan di mana perubahan tersebut dapat
menunjukkan dalam berbagai bentuk seperti penambahan pengetahuan,
pemahaman setiap tingkah laku, kecakapan atau kemampuan, daya reaksi, daya
penerimaan dan lain-lain yang ada pada individu.”41
Dari definisi yang dikemukakan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
belajar adalah merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan kontinyu pada
seseorang hingga akan mengalami perubahan tingkah laku secara keseluruhan,
artinya perubahan yang senantiasa bertambah baik, baik itu keterampilannya,
kemampuannya ataupun sikapnya sebagai hasil belajar.
Berdasarkan pengertian prestasi dan belajar yang telah dikemukakan di
atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil suatu
proses aktivitas belajar yang membawa perubahan tingkah laku pada diri siswa
tersebut (seseorang). Perubahan tersebut meliputi aspek pengetahuan,
keterampilan dan sikap, kemudian aspek-aspek tersebut dievaluasikan dan
diaktualisasikan dalam angka atau skor yang dapat dilihat dalam buku raport.

39
Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT Rieneka
Cipta, 1991), Cet. Ke-5, h.121
40
Abdur Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogya : Tiara Wacana, 1993), Cet. Ke-4,
h. 67
41
Nana Sujana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru Algensindo,
1995), Cet. Ke-1, h. 28
24

Jadi seseorang dapat memperoleh prestasi apabila telah melakukan proses


belajar beberapa waktu dalam penguasaan pengetahuan dan keterampilan.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar


Tingkat intelegensi siswa memang merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar, namun hal itu bukanlah faktor utama, ada faktor-
faktor lain yang mendukung prestasi belajar yang diperoleh siswa. Seperti
dinyatakan oleh Slameto bahwa prestasi belajar siswa tidak semata-mata
dinyatakan oleh tingkat kemampuan intelektualnya, tetapi ada faktor-faktor lain
seperti motivasi, sikap, kesehatan fisik dan mental, kepribadian, ketekunan dan
lain-lain.42
Linda Wahyudi mengatakan bila anak menampilkan prestasi yang buruk di
sekolah, sebaiknya jangan terlampau cepat mengambil kesimpulan bahwa ia
adalah anak yang bodoh. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi anak.
Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri anak dan dapat pula berasal
dari luar diri anak. Di antara faktor-faktor tersebut adalah faktor orang tua yang
dalam banyak hal menempati peranan yang cukup penting. Hal ini dikarenakan
orang tua merupakan tokoh yang penting di dalam kehidupan seorang anak.43
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang
(siswa) adalah sebagai berikut :
H.M. Alisuf Sabri mengatakan bahwa ada berbagai faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa yang secara garis besar dibagi menjadi dua,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal siswa.
a. Faktor internal siswa
1) Faktor fisiologis siswa, seperti kondisi kesehatan dan kebugaran fisik,
serta kondisi panca inderanya terutama penglihatan dan pendengaran.
2) Faktor psikologis siswa, seperti minat, bakat, intelegensi, motivasi,
dan kemampuan-kemampuan kognitif seperti kemampuan persepsi,

42
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta : Bina Aksara,
1988), Cet. Ke-1, h.130
43
Alex Sobur, Pembinaan Anak dalam Keluarga, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1988),
Cet. Ke-2, h.144
25

ingatan, berpikir dan kemampuan dasar pengetahuan (bahan apersepsi)


yang dimiliki siswa.
b. Faktor-faktor eksternal siswa
1) Faktor lingkungan siswa. Faktor ini terbagi dua, yaitu pertama faktor
lingkungan alam atau non sosial seperti keadaan suhu, kelembaban
udara, waktu (pagi, siang, malam), letak sekolah, dan sebagainya.
Kedua faktor lingkungan sosial seperti manusia dan budayanya.
2) Faktor instrumental, antara lain gedung atau sarana fisik kelas, sarana
atau alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum atau
materi pelajaran serta strategi belajar mengajar.44
Sedangkan M. Dalyono berpendapat bahwa ada 2 faktor yang menentukan
pencapaian hasil belajar, yaitu :
1. Faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa, yaitu kesehatan jasmani
dan rohani, intelegensi dan bakat, minat dan motivasi, serta cara belajar
2. Faktor eksternal yang bersal dari luar diri siswa, yaitu keluarga, sekolah,
masyarakat dan lingkungan sekitar.45
Penjelasan dari masing-masing faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor internal
a. Kesehatan jasmani dan rohani
Orang yang belajar membutuhkan kondisi badan yang sehat. Orang yang
badannya sakit akibat penyakit-penyakit kelelahan tidak akan dapat belajar
dengan efektif. Cacat fisik juga mengganggu hal belajar. Demikian pula
gangguan serta cacat-cacat mental pada seseorang sangat menggangu hal
belajar yang bersangkutan. Bagaimana orang dapat belajar dengan baik
apabila ia sakit ingatan, sedikit frustasi atau putus asa?46
b. Intelegensi
Intelegensi pada umumnya diartikan dengan kecerdasan. Dalam proses
belajar tingkat intelegensi siswa sangat berpengaruh terhadap prestasi

44
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. Ke-2,
h. 59-60
45
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rieneka Cipta, 1997), h. 57
46
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi……………, h. 138
26

siswa. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat kecerdasan siswa, semakin
besar peluang siswa berhasil dalam proses pelajarannya.47
c. Bakat
Bakat adalah potensi atau kemampuan. Orang tua kadang-kadang tidak
memperhatikan faktor bakat ini. Sering anak diarahkan sesuai dengan
kemampuan orang tuanya. Seorang anak yang tidak berbakat teknik tetapi
karena keinginan orang tuanya, anak itu disekolahkan pada jurusan tehnik,
akibatnya bagi anak sekolah dirasakan sebagai suatu beban, tekanan, dan
nilai-nilai yang didapat anak buruk serta tidak ada kemauan lagi untuk
belajar.48
d. Minat
Minat adalah suatu gejala psikis yang berkaitan dengan objek atau
aktivitas yang menstimulus perasaan senang pada individu.49 Seorang
yang menaruh minat pada suatu bidang akan mudah mempelajari bidang
itu.
e. Motivasi
Motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan, motif , dan tujuan, sangat
mempengaruhi kegiatan dan hasil belajar. Motivasi adalah penting bagi
proses belajar, karena motivasi menggerakkan organisme, mengarahkan
tindakan, serta memilih tujuan belajar yang dirasa paling berguna bagi
kehidupan individu.50
f. Cara belajar
Anak yang tidak setiap hari belajar, tetapi dibiarkan dulu menunggu saat
hampir ulangan baru belajar, sehingga bahan-bahan pelajaran akan
tertimbun sampai saat ulangan, tentu nilainya tidak baik. Anak sebaiknya
dibiasakan belajar sedikit demi sedikit setiap hari secara teratur, meskipun
hanya sebentar. Jika dalam belajar hafalan anak tidak dibarengi dengan

47
Kartini Kartono, Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, (Jakarta : CV
Rajawali, 1985), h. 1
48
Singgih D. Gunarsa dan Ny.Y. Singgih D. Gunarsa, Psikologi………….., h. 129
49
Wayan Nurkancana dan PPN Sunartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya : Usaha
Nasional, 1993), h. 229
50
Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono, Psikologi……….., h. 139
27

pengertian-pengertian yang baik, anak tidak mengerti apa hubungan antara


suatu hal dengan hal lainnya. Jadi cara menghafalnya tepat seperti yang
ada dibuku. Perlu diperhatikan bahwa belajar dengan mengerti hubungan
antara bahan yang satu dengan yang lain akan lebih mudah dan lebih lama
diingat oleh anak.51
2. Faktor eksternal
a. Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan media pertama dan utama yang
secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap perilaku dalam
perkembangan anak didik. Tujuan pendidikan secara universal dapat
dikatakan agar anak manusia tersebut menjadi mandiri, dalam arti bukan
saja dapat mencari nafkahnya sendiri, namun juga mengarahkan dirinya
berdasarkan keputusannya sendiri untuk mengembangkan semua
kemampuan fisik, mental, sosial dan emosional yang dimilikinya.
Sehingga dapat mengembangkan suatu kehidupan yang sehat dan
produktif, dengan memiliki kepedulian terhadap orang lain.52
Pendidikan keluarga adalah fundamen atau dasar dari pendidikan
anak selanjutnya. Hasil-hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam
keluarga menentukan pendidikan anak itu selanjutnya, baik di sekolah
maupun di masyarakat. Ngalim Purwanto mengutip pendapatnya C. G.
Salzmann (1744-1811), seorang penganut aliran philantropium, yang telah
mengeritik dan mengecam pendidikan yang telah dilakukan oleh para
orang tua waktu itu. Dalam karangannya, Kresbuchlein (buku Udang
Karang). Salzmann mengatakan bahwa segala kesalahan anak-anak itu
adalah akibat dari perbuatan pendidik-pendidiknya, terutama orang tua.
Orang tua pada masa Salzmann dipandangnya sebagai penindas yang
menyiksa anaknya dengan pukulan yang merugikan kesehatannya, dan
menyakiti perasaan-perasaan kehormatannya. Disini Salzmann hendak

51
Singgih D. Gunarsa dan Ny.Y. Singgih D. Gunarsa, Psikoloi…………, h. 35
52
Conny R. Semiawan, Ed. Yufiarti dan Theodorus Immanuel Setiawan, Pendidikan
Keluarga dalam Era Global, (Jakarta : Prenhallindo, 2002), Cet. Ke-10, h. 79
28

menunjukkan bahwa pendidikan keluarga atau orang tua itu penting


sekali.53
Dari pendapat ke dua ahli tersebut dapat di simpulkan bahwa salah
satu yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor keluarga.
Adapun faktor keluarga ini dapat di golongkan menjadi lima golongan,
yaitu :
1) Cara mendidik anak
Setiap keluarga mempunyai spesifikasi dalam mendidik. Ada
keluarga yang cara mendidik anak secara dictator militer, ada yang
demokratis di mana pendapat anak diterima oleh orang tua. Tetapi ada
juga keluarga yang acuh dengan pendapat setiap anggota keluarga.
Jadi tiap-tiap anggota keluarga berjalan sendiri. Dari ketiga cara
mendidik anak ini maka timbul pula macam-macam kepribadian dari
anak tersebut.
2) Hubungan orang tua dan anak
Ada keluarga yang hubungan anak dan orang tua dekat sekali
sehingga anak tidak mau lepas dari orang tuanya. Bahkan ke sekolah
pun susah. Ia takut terjadi sesuatu dengan orang tuanya. Pada anak-
anak yang berasal dari hubungan keluarga demikian kadang-kadang
mengakibatkan anak menjadi tergantung.
Bentuk lain misalnya hubungan orang tua dan anak yang
ditandai oleh sikap acuh tak acuh pada orang tua. Sehingga dalam diri
anak timbul reaksi frustasi. Sebaliknya orang tua yang terlalu keras
terhadap anak, hubungan anak dan orang tua menjadi jauh sehingga
menghambat proses belajar dan anak selalu diliputi oleh ketakutan
terus menerus.

53
Ngalim Purwanto, MP., Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 1995), Cet. Ke-8, Edisi 2, h. 79
29

3) Sikap orang tua


Hal ini tidak dapat dihindari, karena secara tidak langsung
anak adalah gambaran dari orang tuanya. Jadi sikap orang tua menjadi
contoh bagi anak.
4) Ekonomi keluarga
Faktor ekonomi sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan
rumah tangga. Keharmonisan hubungan antara orang tua dan anak
kadang-kadang tidak dapat terlepas dari faktor ekonomi. Begitu pula
faktor keberhasilan seseorang.
Pada keluarga yang ekonominya kurang mungkin dapat
menyebabkan anak kekurangan gizi, kebutuhan-kebutuhan anak
mungkin tidak dapat terpenuhi. Selain itu ekonomi yang kurang
menyebabkan suasana rumah menjadi muram dan gairah untuk belajar
tidak ada. Tetapi hal ini tidak mutlak demikian. Kadang-kadang
kesulitan ekonomi bisa menjadi pendorong anak untuk lebih berhasil,
sebaliknya bukan berarti pula ekonomi yang berlebihan tidak akan
menyebabkan kesulitan belajar. Pada ekonomi yang berlebihan anak
mungkin akan selalu dipenuhi semua kebutuhannya, sehingga
perhatian anak terhadap pelajaran-pelajaran sekolah akan berkurang
karena anak terlalu banyak bersenang-senang, misalnya dengan
permainan yang beraneka ragam atau pergi ke tempat-tempat hiburan
dan lain-lain.
5) Suasana dalam keluarga
Suasana rumah juga berpengaruh dalam membantu belajar
anak. Apabila suasana rumah itu selalu gaduh, tegang, sering ribut dan
bertengkar, akibatnya anak tidak dapat belajar dengan baik, karena
belajar membutuhkan ketenangan dan konsentrasi.54

54
Singgih D. Gunarsa dan Ny.Y. Singgih D. Gunarsa, Psikologi…………, h. 131-133
30

E. Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini penulis ingin membuktikan bahwa ada hubungan
antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar yang dicapai siswa, atau dengan
perkataan lain pola asuh orang tua dapat mempengaruhi prestasi siswa.
Penelitian ini didasarkan pada kerangka berpikir sebagai berikut :
Prestasi belajar tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal yang meliputi,
faktor fisiologis dan psikologis, tetapi dipengaruhi juga oleh faktor eksternal yang
antara lain adalah keluarga.
Faktor keluarga mencakup ; cara mendidik anak, hubungan orang tua dan
anak, sikap orang tua, ekonomi keluarga dan suasana dalam keluarga. Dalam
mendidik anak-anak, sekolah merupakan lanjutan dari pendidikan anak-anak yang
telah dilakukan dirumah. Berhasil baik atau tidaknya pendidikan di sekolah
bergantung pada dan dipengaruhi oleh pendidikan di dalam keluaraga. Pendidikan
keluarga adalah fundamen atau dasar dari pendidikan anak selanjutnya. Hasil-
hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga menentukan pendidikan
anak itu selanjutnya, baik di sekolah maupun dalam masyarakat.
Pengaruh keluarga terhadap pendidikan anak itu berbeda-beda. Sebagian
orang tua mendidik anak-anaknya menurut pendirian-pendirian modern,
sedangkan sebagian lagi menganut pendirian-pendirian yang kuno atau kolot.
Keadaan tiap-tiap keluarga berlainan pula satu sama lain. Ada keluarga yang
kaya, ada keluarga yang kurang mampu. Ada keluarga yang besar (banyak
anggota keluarganya), dan ada pula keluarga kecil. Ada keluarga yang selalu
diliputi oleh suasana tenang dan tentram, ada pula yang selalu gaduh, cekcok dan
sebagainya. Dengan sendirinya, keadaan dalam keluarga yang bermacam-macam
coraknya itu akan membawa pengaruh yang berbeda-beda pula terhadap
pendidikan anak-anak.
Jadi orang tua mempunyai peranan yang penting dalam keberhasilan
belajar anak antara lain cara orang tua mendidik anak. Apakah ia ikut mendorong,
merangsang dan membimbing terhadap aktivitas anaknya atau tidak. Suasana
emosionil di dalam rumah, dapat sangat merangsang anak belajar dan
mengembangkan kemampuan mentalnya yang sedang tumbuh. Sebaliknya,
31

suasana tersebut bisa memperlambat otaknya yang sedang tumbuh dan


menjemukan perasaan kreatif, yang dibawa sejak lahir. Hubungan orang tua
dengan anak, bersama-sama dengan sifat pembawaan lahir, akan banyak
menentukan bagaimana dia maju dengan belajarnya untuk sisa hidupnya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Reynolds (1975), dia menyatakan
bahwa anak yang berhasil di sekolah adalah anak yang berlatar belakang dari
keluarga yang berhubungan akrab, penuh kasih sayang, dan menerapkan disiplin
berdasarkan kecintaan. Pendapat ini diperkuat oleh hasil penelitian Madison
(1989), yang menyatakan bahwa orang tua yang mempunyai harga diri tinggi
banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk membuat keputusan secara
bebas, berkomunikasi dengan lebih baik, mendukung anak untuk memiliki
“kebebasan” sehingga anak mempunyai kepuasan, dan sedikit menggunakan
hukuman badan untuk mengembangkan disiplin. Selain itu, perlu adanya
hubungan yang akrab dan bentuk komunikasi yang memberikan kebebasan
kepada anak untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya.
Dari uraian di atas jelas terdapat hubungan antara pola asuh orang tua
dengan prestasi belajar. Dengan demikian dapat digambarkan skema berpikir
dalam penelitian ini, sehingga terlihat jelas adanya hubungan antara pola asuh
orang tua dengan prestasi belajar siswa, yaitu :

Skema Kerangka Berpikir Penelitian Hubungan Antara Pola Asuh


Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa

Faktor Internal

Pola asuh orang tua Prestasi belajar

Hubungan orang tua dan anak

Faktor Keluarga Sikap orang tua


Eksternal

Ekonomi keluarga

Suasana dalam keluarga


32

F. Hipotesa
Dalam skripsi ini yang hendak diuji kebenarannya adalah:
Hipotesa Alternatif (Ha) : Ada hubungan positif yang signifikan antara pola
asuh orang tua dengan prestasi belajar.
Hipotesa Nihil (Ho) : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara
pola asuh orang tua dengan prestasi belajar.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan dan Manfaat penelitian


Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah :
1. Untuk memberikan gambaran yang tepat tentang pola asuh orang tua
kepada para pendidik, agar dapat mengambil sikap dalam
membimbing anak sebagai tindakan preventif maupun kuratif.
2. Untuk mengetahui pola asuh orang tua terhadap pendidikan anak.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara pola
asuh orang tua dengan presatasi belajar siswa MTs al-Falah Jakrta
Timur.
Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menambah pengetahuan, khususnya bagi penulis dan bagi
pembaca pada umumnya.
2. Untuk bahan masukan bagi sekolah yang diteliti khususnya bagi wali
murid.

B. Penentuan Lokasi Penelitian


Setelah mempertimbangkan beberapa hal, maka penulis menentukan
penelitian ini berlokasi di MTs Al- Falah Jakarta Timur yang terletak di Jl.
Pahlawan Revolusi No.2 B

33
34

C. Populasi dan Sampel


Populasi adalah “keseluruhan obyek dari suatu penelitian”.1 Adapun yang
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas satu MTs al-Falah
Jakarta Timur yang berjumlah 114 orang.
Sampel adalah “sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan
karakteristik yang sama sehingga betul-betul mewakili populasi”.2 Sampel dalam
penelitian ini adalah sebagian dari siswa kelas satu a, b, dan c, yang diambil
secara acak sebanyak 25 orang.

D. Teknik pengumpulan data


Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian lapangan
(field research), yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke
obyek penelitian. Untuk memperoleh data-data lapangan ini, penulis
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Library research, mengadakan penelitian kepustakaan dengan cara
mengkaji buku-buku, artikel-artikel atau sumber bacaan lain yang
berkaitan dengan penelitian.
2. Observasi, sebagai metode ilmiah, observasi biasa diartikan dengan
pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang
diselidiki.3 Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data tentang
kondisi umum MTs al-Falah Jakarta Timur.
3. Wawancara, yaitu merupakan tanya jawab yang dikerjakan secra
sistematis berlandaskan pada tujuan penelitian. Wawancara ini dilakukan
dengan Kepala Sekolah, dengan tujuan untuk memperoleh informasi dan
melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian ini.
4. Dokumentasi, yaitu suatu usaha aktif bagi suatu badan atau lembaga
dengan menyajikan hasil pengolahan bahan-bahan dokumen yang

1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rieneka
Cipta, 1996), Cet, Ke-3, h.115
2
Nana Sujana, Penelitian dan Penelitian Pendidikan, (Bandung : Sinar Baru Algensindo,
1998), h. 84
3
Sutrisno Hadi, Metode Reseach, (Yogyakarta : Andi Offset, 1992), Jilid 2, h. 136
35

bermanfaat bagi badan atau lembaga yang mengadakan.4 Dokumentasi ini


dilakukan untuk memperoleh data tentang struktur organisasi, kurikulum,
visi dan misi didirikan MTs al-Falah Jakarta Timur, serta data prestasi
belajar siswa.
5. Angket atau kuesioner, yaitu merupakan suatu daftar atau rangkaian
pertanyaan yang disusun secara tertulis mengenai sesuatu yang berkaitan
dengan penelitian.5 Angket yang digunakan adalah tipe pilihan (tertutup).
Dalam hal ini pertanyaan yang diajukan kepada para siswa dalam angket
ini adalah mengenai pola asuh. Angket diberikan kepada siswa yang
dijadikan sampel dalam penelitian untuk mengetahui hubungan pola asuh
orang tua terhadap prestasi siswa.

E. Teknik pengolahan dan analisa data


1. Teknik pengolahan data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini penulis melakukan langkah-
langkah sebagai berikut :
a. Editing yaitu meneliti semua angket atau kuesioner satu persatu tentang
kelengkapan pengisian dan kejelasannya.
b. Skoring yaitu memberi nilai pada setiap data jawaban yang ada dalam
angket, yaitu : a. jawaban selalu diberi skor 3, b. jawaban sering diberi
skor 2, dan c. jawaban kadang-kadang diberi skor 1.
c. Tabulating yaitu mentabulasi data jawaban yang telah diberikan ke dalam
bentuk tabel selanjutnya dinyatakan dalam bentuk frekuensi dan
prosentase.
f
P= x 100 %
N

4
Juhana S. Mariadinata dan Wiana Mulyana, Dokumentasi dan Perpustakaan, (Bandung :
CV Armico, 1991), Cet. Ke-2, h.21
5
Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
1999), Cet. Ke-9, h.261
36

P : Prosentase yang dicari


F : Frekuensi
N : Number of cases

Dengan ketentuan skala prosentase sebagai berikut :

No Prosentase Penafsiran
1. 60 % - 99 % Sebagian besar
2. 51 % - 59 % Lebih dari setengahnya
3. 50 % Setengahnya
4. 40 % - 49 % Hampir setengahnya
5. 1 % - 39 % Sebagian kecil

2. Teknik analisa data


Untuk analisa data, penulis menggunakan analisa data distribusi frekuensi,
sedangkan mencari hubungan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar
siswa penulis menggunakan analisa statistik dengan rumus “Korelasi Product
Momet.” Karena data ini membahas dua variabel yang berhubungan. Secara
operasional analisis data teknik korelasi dilakukan melalui tahapan berikut :
a. Mencari angka korelasi dengan rumus,
NXY  (X )(Y )
rxy =
[ NX  (X ) 2 ][ NY 2  (Y ) 2 ]
2

Keterangan :
rxy : Angka indeks “r” produk moment (antara variabel X dan Y)
N : Jumlah responden
XY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y
X : Jumlah seluruh skor X
Y : Jumlah seluruh skor Y
b. Memberi interpretasi terhadap rxy, interpretasi sederhana dengan cara
mencocokkan hasil perhitungan dengan angka indeks korelasi “r” product
moment.
37

c. Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product


moment, dengan jalan berkonsultasi pada tabel “r” product moment. Cara
ini ditempuh melalui prosedur sebagai berikut :
1) Merumuskan Hipotesa Alternatif (Ha) dan Hipotesa nihil (Ho).
2) Menguji kebenaran dari hipotesa yang telah dirumuskan dengan jalan
membandingkan besarnya “r” Product Moment dengan besarnya “r”
yang tercantum dalam tabel nilai (rt) terlebih dahulu mencari derajat
bebasnya (db) atau degress of freedom (df) yang rumusnya adalah :

Df = N-nr
Keterangan :
Df : Degressa of freedom
N : Number of cases
Nr : Banyaknya variabel yang dikorelasikan.

F. Konsep dan pengukuran variabel


Variabel merupakan suatu konsep yang mempunyai variasi nilai, dan
variasi nilai itu tampak jika variabel itu didefinisikan secara operasional atau
ditentukan tingkatannya.6 Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua
variabel, yaitu pola asuh orang tua dan prestasi belajar. Pola asuh orang tua
disebut variabel bebas [selanjutnya dilambangkan dengan X] dan prestasi belajar
disebut variabel terikat [selanjutnya dilambangkan dengan Y].
Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan dalam bab II (landasan
teoritis), penulis akan memberikan definisi operasional dari kedua variabel yang
digunakan. Yang dimaksud dengan pola asuh orang tua demokratis adalah cara
mendidik orang tua terhadap anak ditandai dengan adanya perhatian, memberikan
kebebasan yang bertanggung jawab, musyawarah, adanya komunikasi dua arah,
dan saling menghormati antar anggota keluarga.
Dalam penelitian ini penulis hanya membahas pola asuh orang tua yang
bersifat demokratis dengan dimensi dan indikator-indikator sebagai berikut

6
Sudarwan Danim, Metode Penelitian Untuk Ilmu-ilmu Prilaku, (Jakarta : Bumi Aksara,
2000), Jilid I, h. 101
38

Tabel 1
Dimensi dan indikator pola asuh orang tua yang demokratis
No Dimensi Indikator
1. Adanya musyawarah a. Mengikutsertakan anak dalam membuat
dalam keluarga peraturan keluarga
b. Mengajak anak-anak berunding dalam
menetapkan kelanjutan sekolah
c. Bermusyawarah dalam memecahkan
problem-problem yang dihadapi anak
2. Adanya kebebasan yang a. Mendengar dan mempertimbangkan
terkendali pendapat dan keinginan anak
b. Memperhatikan penjelasan anak ketika
melakukan kesalahan
c. Anak meminta izin jika hendak keluar
rumah
d. Memberikan izin bersyarat dalam hal
bergaul dengan teman-temannya
3. Adanya pengarahan a. Bertanya kepada anak tentang kegiatan
dari orang tua sehari-hari
b. Memberikan penjelasan tentang perbuatan
yang baik dan mendukungnya
c. Memberikan penjelasan tentang perbuatan
yang tidak baik dan menganjurkannya
untuk di tinggalkan
4. Adanya bimbingan dan a. Memberikan pujian kepada anak, jika
perhatian benar atau berprilaku baik
b. Memberikan teguran kepada anak, jika
salah atau berprilaku buruk
c. Memenuhi kebutuhan sekolah anak sesuai
dengan kemampuan
d. Mengurus keperluan/kebutuhan anak
sehari-hari
e. Mengingat anak untuk belajar
5. Adanya saling b. Terdapat tutur kata yang baik antara
menghormati antar anggota keluarga
anggota keluarga c. Tolong menolong dalam bekerja
39

d. Saling menghargai antara yang satu dengan


yang lainnya
e. Bersikap adil terhadap setiap anak dalam
pemberian tugas
6. Adanya komunikasi dua a. Memberikan kesempatan kepada anak
arah untuk bertanya / berpendapat tentang suatu
hal
b. Menjelaskan alasan ditetapkannya suatu
peraturan
c. Membicarakan segala persoalan yang
timbul dalam keluarga

Untuk mengukur variabel X ini, penulis menggunakan instrumen


kuesioner yang disebarkan kepada siswa yang dijadikan sampel penelitian.
Instrumen kuesioner terdiri dari tiga alternatif jawaban, yaitu a, b, dan c. dengan
ketentuan, yaitu jawaban a berarti demokratis, jawaban b berarti cukup
demokratis, dan jawaban c berati tidak demokratis.
Untuk mengetahui pola asuh yang diterapkan oleh masing-masing orang
tua siswa menggunakan ketentuan sebagai berikut :

Tabel 2
Kriteria Pola Asuh Demokratis

No Nilai Kriteria
1. 62 Sangat demokratis
2. 42-61 Cukup demokratis
3. 23-40 Kurang demokratis
4. 22 Tidak demokratis

Sedangkan prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai oleh
siswa yang meliputi aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap. Untuk mengukur
variabel Y, penulis menggunakan nilai rata-rata semester 1 dari raport dengan
ketentuan sebagai berikut :
40

Tabel 3
Kriteria Nilai Siswa
No Nilai Kriteria
1. 10 Istimewa
2. 9 Amat baik
3. 8 Baik
4. 7 Lebih dari cukup
5. 6 Cukup
Sumber : Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam, Laporan Penilaian Hasil Belajar

G. Teknik Interpretasi data


Terhadap angka indeks korelasi yang telah diperoleh dari perhitungan
(proses komputasi) dapat diberikan interpreatsi atau penafsiran tertentu. Dalam
hubungan ini ada dua macam cara dapat ditempuh, yaitu :
1. Interpretasi secara sederhana
Dalam memberikan interpretasi secara sederhana terhadap Angka Indeks
Korelasi “r” Product Moment (rxy), pada umumnya dipergunakan pedoman
sebagai berikut :
Besarnya
“r” Product Moment
Interpretasi
0,00 – 0.20 Antara variabel X dan variabel Y memang
terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu
sangat lemah atau rendah sehingga korelasi itu
diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara
variabel X dan variabel Y).
0,20 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang lemah atau yang rendah.
0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang sedang atau cukup.
0,70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang kuat atau tinggi.
0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi.7

7
Anas Sudjono, Pengantar………….., h. 180
41

2. Interpretasi dengan menggunakan Tabel Nilai “r” Product Moment


Apabila cara kedua ini yang ditempuh, maka prosedur yang dilalui secara
berturut-turut adalah sebagi berikut :
a. Merumuskan (membuat) Hipotesa Alternatif (Ha) dan Hipotesa Nihil
(Ho).
b. Menguji kebenatan atau kepalsuan dri hipotesa yang telah diajukan di atas
tadi (maksudnya : manakah yang benar : ha atau ho?), dengan jalan
memperbandingkan besarnya “r” yang telah diuperoleh dalam proses
perhitungan atau “r” observasi (ro) dengan besarnya “r” yang tercantum
pada Tabel Nilai “r” Product Moment (rt) dengan terlebih dahulu mencari
drajat bebasnya (db) atau degrees of freedomnya (df) yang rumusnya
adalah sebagi berikut :
Df = N-nr
Keterangan :
Df : Degressa of freedom
N : Number of cases
Nr : Banyaknya variabel yang dikorelasikan.
Dengan memperoleh db atau df maka dapat dicari besarnya “r” yang
tercantum dalam Tabel Nilai “r” Produt Moment, baik pada taraf signifikan 5 %
maupun taraf 1 %. Jika ro sama dengan atau lebih besar dari para rt maka
Hipotesa alternatif (Ha) disetujui atau diterima atau terbukti kebenarannya.
Sebaliknya, jika Hipotesa Nihil (Ho) tidak dapat disetujui atau tidak dapat
diterima atau tidak dapat terbukti kebenarannya.
Dalam teknik penulisan, penulis menggunakan buku “Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta”, yang diterbitkan oleh FITK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2007”.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum MTS al-Falah Jakarta Timur


1. Sejarah Berdiri
Madrasah al-Falah didirikan oleh K.H. Maisin. pada awalnya adalah
sebuah majelis ta’lim kemudian pada tahun 1935 diterapkanlah sistim pendidikan
klasikal (Madrasah Ibtidaiyah) pada siang hari dan pondok pesantren yang
mempelajari kitab-kitab kuning pada malam harinya. Pada saat itu jumlah siswa
yang tercatat sebanyak 350 anak. Kemudian pada tahun 1960 diadakan
perombakan total disegala bidang untuk mensejajarkan sistim pendidikan dan
kurikulum yang dipakai pemerintah. Mulai saat itu dari tahun ke tahun terlihat
peningkatan, terbukti jumlah murid mencapai 700 anak Ibtidaiyah dan 80 orang
santri yang tinggal di pesantren.
Pada tahun 1945 di saat perjuangan bangsa Indonesia mencapai klimaknya
para santri-santri yang dewasa di ajak bersama-sama berjuang memanggul senjata
dengan nama “Barisan Rakyat Klender” bergabung dengan Bapak H. Darip.
Selama masa perjuangan tersebut, kegiatan pendidikan agak terhenti sementara,
maka tanggal 1 Januari 1950, tepat hari pengakuan Kedaulatan untuk melanjutkan
pendidikan Pondok Pesantren Madrasah al-Falah kembali dilanjutkan.
Pada tahun 1967 didirikanlah Madrasah Tsanawiyah sebagai lanjutan dari
tingkat Ibtidaiyah. Pada saat itu jumlah para pelajar seluruhnya 65 orang. Tahun
1968 meningkat jumlahnya menjadi 130 orang. Tahun 1969 berjumlah 260 orang.
Demikianlah dari tahun ke tahun mengalami peningkatan baik jumlah siswanya

42
43

maupun tenaga pengajarnya. Pada tahun 1980 didirikanlah Madrasah Aliyah al-
Falah sebagai lanjutan dari tingkat Tsanawiyah. Pada tingkat Aliyahpun
mengalami jumlah yang berarti.

2. Struktur Organisasi

MAPENDA KANDEPAG YAYASAN


JAKARTA TIMUR AL FALAH

H. Moh. Toyib Umar BA.

Ka. MTs Al Falah

Gusti Mahmud
Ka. Tata Usaha

Dra. Ritakumala
Drs. Abd. Mujib
Ka.Ur. Bid. Ka.Ur Sarana/Humas
Kurikulum/Kesiswaan

Drs. Firdaus Idris


Dewan Guru
BP

Siswa Siswi

3. Visi dan Misi


Adapun visi dari MTs al-Falah Jakarta Timur adalah menjadikan
Madrasah Tsanawiyah Swasta al-Falah sebagai tempat hamba Allah SWT
berjuang jihad fisabilillah mencari ridho Allah SWT agar selamat sejahtera dunia
dan akhirat.
Sedangkan misi dari MTs al-Falah Jakarta Timur adalah sebagai berikut :
44

a. Mempersiapkan kader bangsa yang berilmu dan beramal yang Islami


b. Memasyarakatkan Ukhuwah Islamiyah
c. Membina kader bangsa yang mampu tampil sebagai rohmatan lilalamin
d. Mengantarkan siswa untuk mampu menguasai IPTEK dan IMTAK

4. Kurikulum
Kurikulum yang dipergunakan oleh MTs al-Falah Jakarta Timur adalah
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran) yang telah disempurnakan dengan
ketentuan sebagai berikut :
No Mata Pelajaran Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3
1. Pendidikan Agama Islam :
a. al-Qur’an Hadits 1 1 1
b. Aqidah Akhlak 2 2 2
c. Fiqih 2 2 2
d. SKI 2 2 2
e. Bahasa Arab 1 1 1
2. Pendidikan & Kewarganegaraan 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 4
4. Bahasa Inggris 4 4 4
5. Matematika 6 6 6
6. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
a. Fisika 3 3 3
b. Biologi 3 3 3
7. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
a. Geografi 3 3 3
b. Sejarah 3 3 3
c. Ekonomi 3 3 3
8. Seni Budaya 1 1 1
9. Pendidikan Jasmani & Kesehatan 2 2 2
(Penjaskes)
10. Keterampilan (Kerajinan Tangan dan 2 2 2
Kesenian)
11. Muatan Lokal
a. PLKJ 1 1 1
Jumlah Jam Pelajaran 45 45 45
Sumber : Dokumentasi MTs al-Falah Jakarta Timur
45

Keterangan :
Jumlah jam pelajaran satu Minggu = 45 jam @ 40 menit
Senin = 7 jam pelajaran
Selasa = 8 jam pelajaran
Rabu = 8 jam pelajaran
Kamis = 8 jam pelajaran
Jum'at = 6 jam pelajran
Sabtu = 8 jam pelajaran
Jumlah = 45 jam pelajaran

5. Hubungan Sekolah dengan Orang Tua Siswa


Adapun hubungan sekolah dengan para orang tua siswa cukup baik &
harmonis. Sekolah selalu mengadakan silaturahmi, terutama pada saat pembagian
raport. Kegiatan lain adalah apabila ada sesuatu hal yang perlu disampaikan
kepada orang tua, maka orang tua diundang datang ke sekolah. Respon orang
tuapun positif, karena adanya saling keterbukaan dan kekeluargaan.

B. Deskripsi Data
1. Deskripsi data
Salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah menggunakan angket yang disebarkan pada responden berdasarkan
sampel. Kemudian data yang diperoleh diolah dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dengan menggunakan rumus :
f
P= x 100 %
N

P : Prosentase yang dicari


F : Frekuensi
N : Number of cases
46

Hasil angket dimasukkan dalam tabulasi yang merupakan proses


mengubah data dan instrumen pengumpulan data (angket) menjadi tabel-tabel
angka (prosentase), dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :
1) Musyawarah
Tabel 4
Mengikutsertakan anak dalam membuat peraturan keluarga
Alternatif F %
Selalu 12 48
Kadang-kadang 13 52
Tidak pernah - -
Jumlah 25 100
Sumber : Instrumen Kuesioner Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa,
No.1

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa 48 % siswa


menyatakan bahwa orang tua mereka selalu mengikutsertakan anak dalam
membuat peraturan keluarga, 52 % kadang-kadang, sedangkan tidak ada siswa
yang menyatakan orang tua mereka tidak pernah mengikutsertakan anak dalam
membuat peraturan keluarga.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa hampir setengah
orang tua siswa selalu mengikutsertakan anak dalam membuat peraturan keluarga.

Tabel 5
Mengajak anak-anak berunding dalam menetapkan kelanjutan sekolah
Alternatif F %
Selalu 19 76
Kadang-kadang 6 24
Tidak pernah - -
Jumlah 25 100
Sumber : Instrumen Kuesioner Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa,
No.2
47

Tabel di atas menunjukkan bahwa 76 % siswa menyatakan bahwa orang


tua mereka selalu mengajak anak-anak berunding dalam menetapkan kelanjutan
sekolah, 24 % menyatakan kadang-kadang, dan yang menyatakan tidak pernah
diajak berunding dalam menetapkan kelanjutan sekolah oleh orang tua mereka
tidak ada. Dengan demikian berarti sebagian besar orang tua mengajak anak-
anaknya berunding dalam menetapkan kelanjutan sekolah.

Tabel 6
Bermusyawarah dalam memecahkan problem-problem yang dihadapi anak
Alternatif F %
Selalu 16 64
Kadang-kadang 9 36
Tidak pernah - -
Jumlah 25 100
Sumber : Instrumen Kuesioner Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa,
No.3

Tabel di atas menunjukkan bahwa 64 % siswa menyatakan bahwa orang


tua mereka selalu bermusyawarah dalam memecahkan problem-problem yang
dihadapi anak, 36 % menyatakan kadang-kadang, sedangkan yang menyatakan
orang tua mereka tidak pernah bermusyawarah dalam memecahkan problem-
problem yang dihadapi anak tidak ada. Dengan demikian dapat diketahui bahwa
sebagian besar orang tua siswa membantu memecahkan problem-problem yang
dihadapi anak.

2) Kebebasan yang terkendali


Tabel 7
Mendengarkan & mempertimbangkan pendapat dan keinginan anak
Alternatif F %
Selalu 17 68
Kadang-kadang 8 32
Tidak pernah - -
Jumlah 25 100
Sumber : Instrumen Kuesioner Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa,
No.4
48

Tabel di atas menunjukkan bahwa 68 % siswa menyatakan bahwa orang


tua mereka selalu mendengarkan & mempertimbangkan pendapat dan keinginan
anak, 32 % menyatakan kadang-kadang, dan yang menyatakan orang tua mereka
tidak pernah mendengarkan & mempertimbangkan pendapat dan keinginan anak
tidak ada. Dengan demikian dapat diketahui bahwa sebagian besar orang tua siswa
mendengarkan & mempertimbangkan pendapat dan keinginan anak.

Tabel 8
Memperhatikan penjelasan anak ketika melakukan kesalahan
Alternatif F %
Selalu 20 80
Kadang-kadang 5 20
Tidak pernah - -
Jumlah 25 100
Sumber : Instrumen Kuesioner Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa,
No.5

Tabel di atas menunjukkan bahwa 80 % siswa menyatakan bahwa orang


tua mereka selalu memperhatikan penjelasan anak ketika melakukan kesalahan,
20 % menyatakan kadang-kadang, sedangkan yang menyatakan orang tua mereka
tidak pernah memperhatikan penjelasan anak ketika melakukan kesalahan tidak
ada. Dengan demikian dapat diketahui bahwa sebagian besar orang tua siswa
memperhatikan penjelasan anak ketika melakukan kesalahan.

Tabel 9
Meminta izin jika hendak keluar rumah
Alternatif F %
Selalu 18 72
Kadang-kadang 7 28
Tidak pernah - -
Jumlah 25 100
Sumber : Instrumen Kuesioner Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa,
No.6
49

Tabel di atas menunjukkan bahwa 72 % siswa menyatakan bahwa orang


tua mereka selalu harus meminta izin jika hendak keluar rumah, 28 % menyatakan
kadang-kadang, sedangkan yang menyatakan orang tua siswa tidak harus meminta
izin jika hendak keluar rumah tidak ada. Dengan demikian dapat diketahui bahwa
sebagian besar orang tua siswa mengharuskan anaknya meminta izin jika hendak
keluar rumah.

Tabel 10
Memberi izin bersyarat dalam hal bergaul dengan teman-temannya
Alternatif F %
Selalu 20 80
Kadang-kadang 5 20
Tidak pernah - -
Jumlah 25 100
Sumber : Instrumen Kuesioner Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa,
No.7

Dari tabel di atas terlihat bahwa 80 % siswa menyatakan diberi izin


dengan syarat untuk bergaul dengan teman-temannya, 20 % menyatakan kadang-
kadang, sedangkan yang menyatakan orang tua siswa tidak pernah memberi izin
bersyarat untuk bergaul dengan teman-temannya tidak ada. Dengan demikian
dapat diketahui bahwa sebagian besar orang tua siswa memberi izin dengan syarat
kepada mereka untuk bergaul dengan teman-temannya.

3) Pengarahan dari orang tua


Tabel 11
Bertanya tentang kegiatan sehari-hari
Alternatif F %
Selalu 15 60
Kadang-kadang 10 40
Tidak pernah - -
Jumlah 25 100
Sumber : Instrumen Kuesioner Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa,
No.8
50

Dari tabel di atas terlihat bahwa 60 % siswa menyatakan bahwa orang


tua mereka selalu bertanya tentang kegiatan sehari-hari, 40 % menyatakan
kadang-kadang, sedangkan yang menyatakan orang tua siswa tidak pernah
bertanya tentang kegiatan sehari-hari tidak ada. Dengan demikian maka sebagian
besar orang tua siswa bertanya kepada anak tentang kegiatan sehari-hari.
Tabel 12
Memberikan penjelasan tentang perbuatan baik dan mendukungnya
Alternatif F %
Selalu 20 80
Kadang-kadang 5 20
Tidak pernah - -
Jumlah 25 100
Sumber : Instrumen Kuesioner Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa,
No.9

Tabel di atas menunjukkan bahwa 80 % siswa menyatakan bahwa orang


tua mereka selalu memberikan penjelasan tentang perbuatan baik dan
mendukungnya, 20 % menyatakan kadang-kadang, sedangkan yang menyatakan
orang tua siswa tidak pernah memberikan penjelasan tentang perbuatan baik tidak
ada. Dengan demikian dapat diketahui sebagian besar orang tua siswa
memberikan penjelasan tentang perbuatan baik dan mendukungnya.

Tabel 13
Memberikan penjelasan tentang perbuatan yang tidak baik
Alternatif F %
Selalu 13 52
Kadang-kadang 11 44
Tidak pernah 1 4
Jumlah 25 100
Sumber : Instrumen Kuesioner Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa,
No.10
51

Tabel di atas menunjukkan bahwa 52 % siswa menyatakan bahwa orang


tua mereka selalu memberikan penjelasan tentang perbuatan yang tidak baik, 44
% menyatakan kadang-kadang, dan 4 % menyatakan orang tua siswa tidak pernah
memberikan penjelasan tentang perbuatan yang tidak baik. Dengan demikian
maka dapat diketahui lebih dari setengah orang tua siswa memberikan penjelasan
tentang perbuatan yang tidak baik.

4) Bimbingan dan Perhatian


Tabel 14
Memberikan pujian kepada anak jika berperilaku baik
Alternatif F %
Selalu 21 84
Kadang-kadang 4 16
Tidak pernah - -
Jumlah 25 100
Sumber : Instrumen Kuesioner Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa,
No.11

Tabel di atas menunjukkan bahwa 84 % siswa menyatakan bahwa orang


tua mereka selalu memberikan pujian jika berperilaku baik, 16 % menyatakan
kadang-kadang, sedangkan yang menyatakan orang tua siswa tidak pernah
memberikan pujian jika berperilaku baik tidak ada. Dengan demikian dapat
diketahui sebagian besar orang tua siswa memberikan pujian kepada anaknya jika
berperilaku baik.
Tabel 15
Memberikan teguran kepada anak jika berperilaku tidak baik
Alternatif F %
Selalu 20 80
Kadang-kadang 5 20
Tidak pernah - -
Jumlah 25 100
Sumber : Instrumen Kuesioner Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa,
No.12
52

Tabel di atas menunjukkan bahwa 80 % siswa menyatakan bahwa


orang tua mereka selalu memberikan teguran jika berperilaku tidak baik, 20 %
menyatakan kadang-kadang, sedangkan yang menyatakan orang tua siswa tidak
pernah memberikan teguran jika berperilaku tidak baik tidak ada. Dengan
demikian dapat diketahui sebagian besar orang tua siswa memberikan teguran
kepada anaknya jika berperilaku tidak baik.
Tabel 16
Memenuhi kebutuhan sekolah anak
Alternatif F %
Selalu 21 84
Kadang-kadang 4 16
Tidak pernah - -
Jumlah 25 100
Sumber : Instrumen Kuesioner Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa,
No.13

Dari tabel di atas terlihat bahwa 84 % siswa menyatakan bahwa orang


tua mereka selalu memenuhi kebutuhan sekolah anak sesuai dengan kemampuan,
16 % menyatakan kadang-kadang, sedangkan yang menyatakan orang tua siswa
tidak pernah memenuhi kebutuhan sekolah anak tidak ada. Dengan demikian
maka sebagian besar orang tua siswa memenuhi kebutuhan sekolah anak sesuai
dengan kemampuannya.

Tabel 17
Memenuhi keperluan/kebutuhan anak sehari-hari
Alternatif F %
Selalu 20 80
Kadang-kadang 5 20
Tidak pernah - -
Jumlah 25 100
Sumber : Instrumen Kuesioner Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa,
No.14
53

Dari tabel di atas terlihat bahwa 80 % siswa menyatakan bahwa orang


tua mereka selalu memenuhi keperluan/kebutuhan anak sehari-hari, 20 %
menyatakan kadang-kadang, sedangkan yang menyatakan orang tua siswa tidak
pernah memenuhi keperluan/kebutuhan anak sehari-hari tidak ada. Dengan
demikian maka sebagian besar orang tua siswa memenuhi keperluan/kebutuhan
anak sehari-hari.
Tabel 18
Mengingatkan anak untuk belajar
Alternatif F %
Selalu 19 64
Kadang-kadang 6 36
Tidak pernah - -
Jumlah 25 100
Sumber : Instrumen Kuesioner Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa,
No.15

Melihat tabel di atas, ternyata 64 % siswa selalu diingatkan untuk


belajar, 36 % menyatakan kadang-kadang diingatkan untuk belajar, sedangkan
tidak ada siswa yang tidak pernah diingatkan untuk belajar. Dengan demikian
dapat diketahui bahwa sebagian besar orang tua siswa selalu mengingatkan anak-
anak mereka untuk belajar.

5) Saling menghormati antar keluarga


Tabel 19
Terdapat tutur kata yang baik antar anggota keluarga
Alternatif F %
Selalu 19 64
Kadang-kadang 6 36
Tidak pernah - -
Jumlah 25 100
Sumber : Instrumen Kuesioner Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa,
No.16
54

Tabel di atas menunjukkan bahwa 764 % siswa menyatakan bahwa


selalu terdapat tutur kata yang baik antar anggota keluarga, 36 % menyatakan
kadang-kadang, sedangkan yang menyatakan tidak pernah terdapat tutur kata yang
baik antar anggota keluarga tidak ada. Dengan demikian dapat diketahui bahwa
sebagian besar terdapat tutur kata yang baik antar anggota keluarga.
Tabel 20
Tolong menolong dalam bekerja
Alternatif F %
Selalu 21 84
Kadang-kadang 4 16
Tidak pernah - -
Jumlah 25 100
Sumber : Instrumen Kuesioner Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa,
No.17
Dari tabel di atas terlihat bahwa 84 % siswa menyatakan bahwa mereka
selalu tolong menolong dalam bekerja, 16 % menyatakan kadang-kadang,
sedangkan yang menyatakan orang tua siswa tidak pernah memenuhi
keperluan/kebutuhan anak sehari-hari tidak ada. Dengan demikian maka sebagian
besar orang tua siswa memenuhi keperluan/kebutuhan anak sehari-hari.

Tabel 21
Saling menghargai antara yang satu dengan yang lainnya
Alternatif F %
Selalu 23 92
Kadang-kadang 2 8
Tidak pernah - -
Jumlah 25 100
Sumber : Instrumen Kuesioner Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa,
No.18

Tabel di atas menunjukkan bahwa 92 % siswa menyatakan bahwa


mereka selalu menghargai antara yang satu dengan yang lainnya, 8 % menyatakan
kadang-kadang, sedangkan yang menyatakan tidak pernah menghargai antara
55

yang satu dengan yang lainnya tidak ada. Dengan demikian dapat diketahui
sebagian besar selalu menghargai antara yang satu dengan yang lainnya.
Tabel 22
Bersikap adil terhadap setiap anak dalam pemberian tugas
Alternatif F %
Selalu 14 56
Kadang-kadang 11 44
Tidak pernah - -
Jumlah 25 100
Sumber : Instrumen Kuesioner Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa,
No.19

Melihat tabel di atas, ternyata 56 % siswa menyatakan bahwa orang tua


selalu bersikap adil terhadap setiap anak dalam pemberian tugas, 44 %
menyatakan kadang-kadang, dan yang menyatakan bahwa orang tua siswa tidak
pernah adil terhadap anak dalam pemberian tugas tidak ada. Dengan demikian
dapat diketahui bahwa lebih dari setengah orang tua siswa selalu bersikap adil
terhadap anaknya dalam pemberian tugas.

6) Komunikasi dua arah


Tabel 23
Memberikan kesempatan untuk bertanya/berpendapat
Alternatif F %
Selalu 20 80
Kadang-kadang 5 20
Tidak pernah - -
Jumlah 25 100
Sumber : Instrumen Kuesioner Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa,
No.20

Tabel di atas menunjukkan bahwa 80 % siswa menyatakan bahwa


orang tua mereka selalu memberikan kesempatan bertanya/berpendapat tentang
suatu hal, 20 % menyatakan kadang-kadang, dan yang menyatakan bahwa orang
56

tua siswa tidak pernah memberikan kesempatan bertanya/berpendapat tentang


suatu hal tidak ada. Dengan demikian dapat diketahui sebagian besar orang tua
siswa memberikan kesempatan bertanya/berpendapat tentang suatu hal.
Tabel 24
Menjelaskan alasan ditetapkan suatu peraturan
Alternatif F %
Selalu 16 64
Kadang-kadang 9 36
Tidak pernah - -
Jumlah 25 100
Sumber : Instrumen Kuesioner Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa,
No.21

Dari tabel di atas terlihat bahwa 64 % siswa menyatakan bahwa orang


tua mereka selalu menjelaskan alasan ditetapkan suatu peraturan, 36 %
menyatakan kadang-kadang, sedangkan yang menyatakan orang tua siswa tidak
pernah menjelaskan alasan ditetapkan suatu peraturan tidak ada. Dengan demikian
maka sebagian besar orang tua siswa selalu menjelaskan alasan ditetapkan suatu
peraturan.
Tabel 25
Membicarakan segala persolan dalam keluarga
Alternatif F %
Selalu 16 64
Kadang-kadang 9 36
Tidak pernah - -
Jumlah 25 100
Sumber : Instrumen Kuesioner Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa,
No.22

Tabel di atas menunjukkan bahwa 64 % siswa menyatakan bahwa


orang tua mereka selalu membicarakan segala persolan yang timbul di dalam
keluarga, 36 % menyatakan kadang-kadang, dan yang menyatakan bahwa orang
tua siswa tidak pernah membicarakan segala persolan yang timbul di dalam
57

keluarga tidak ada. Dengan demikian dapat diketahui sebagian besar orang tua
siswa selalu membicarakan segala persolan yang timbul di dalam keluarga

2. Analisis data
Tabel 26
Item soal
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 JML
1 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 60
2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 60
3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60
4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 65
5 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 50
6 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 60
7 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60
8 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 65
9 3 3 2 3 2 3 3 2 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 60
10 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 65
11 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 50
12 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 60
13 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 60
14 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 58
15 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 55
16 2 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 55
17 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 65
18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 65
19 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 60
20 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 65
21 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 60
22 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 65
23 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 60
24 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 65
25 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 50
Sumber : Hasil Instrument Kuesioner Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar
Siswa
58

Tabel 27
Pola Asuh yang Diterapkan oleh Orang Tua Siswa
No Nama Responden Skor Pola Asuh Pola Asuh Orang Tua
1 Irene Gardenia 60 Cukup Demokratis
2 Megawati 60 Cukup Demokratis
3 Iqbal Putra P 60 Cukup Demokratis
4 Eli Nur Syaidah 65 Sangat Demokratis
5 Nurdiah Apriyani 50 Cukup Demokratis
6 Sri Apriliani 60 Cukup Demokratis
7 Dheyang Mayangsari 60 Cukup Demokratis
8 Ahmad Fajri 65 Sangat Demokratis
9 Ida Triyanti 60 Cukup Demokratis
10 Dwi Nurlinda 65 Sangat Demokratis
11 Nurdini Winda 50 Cukup Demokratis
12 Kartika R 60 Cukup Demokratis
13 Ague Wobowo 60 Cukup Demokratis
14 M Reza Malevi 58 Cukup Demokratis
15 Ananda Citra D 55 Cukup Demokratis
16 Nani Widia A 55 Cukup Demokratis
17 Fathiyah 65 Sangat Demokratis
18 Diah Cordova 65 Sangat Demokratis
19 Raysa Humaira 65 Sangat Demokratis
20 Muhammad Alvi 65 Sangat Demokratis
21 Zahra 60 Cukup Demokratis
22 Tia Sania 65 Sangat Demokratis
23 Yukoco Raharjanto 60 Cukup Demokratis
24 Intan Tri R 65 Sangat Demokratis
25 Rahmat Sukra 50 Cukup Demokratis
Ahmad Hardianto
Sumber : Hasil Instrument Kuesioner Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar
Siswa
59

Tabel di bawah ini adalah tabel yang menunjukkan skor pola asuh orang
tua (X) dan nilai prestasi belajar (Y) :
Tabel 28
Skor Pola Asuh dan Nilai Rata-rata Raport Siswa
Skor Pola Asuh Nilai Rata-rata
NO Nama Responden
(X) Raport (Y)
1 Irene Gardenia 60 65
2 Megawati 60 66
3 Iqbal Putra P 60 71
4 Eli Nur Syaidah 65 64
5 Nurdiah Apriyani 50 61
6 Sri Apriliani 60 67
7 Dheyang Mayangsari 60 71
8 Ahmad Fajri 65 71
9 Ida Triyanti 60 70
10 Dwi Nurlinda 65 69
11 Nurdini Winda 50 70
12 Kartika R 60 69
13 Ague Wobowo 60 69
14 M Reza Malevi 58 62
15 Ananda Citra D 55 65
16 Nani Widia A 55 62
17 Fathiyah 65 74
18 Diah Cordova 65 67
19 Raysa Humaira 65 70
20 Muhammad Alvi Zahra 65 75
21 Tia Sania 60 67
22 Yukoco Raharjanto 65 68
23 Intan Tri R 60 69
24 Rahmat Sukra 65 75
25 Ahmad Hardianto 50 60
Jumlah 1503 1697
Sumber : Hasil Instrumen Kuesioner dan Raport
60

Dari data tabel di atas jumlah total dari skor pola asuh adalah 1503
sehingga rata-rata nilainya adalah :
X 1503
Mx = = = 60,12
N 25

Mx = Rata-rata nilai angket


X = Jumlah total dari nilai angket
N = Jumlah siswa
Sedangkan jumlah total dari nilai prestasi belajar adalah 1697, sehingga
rata-rata nilai prestasi belajar dapat dihitung sebagai berikut :
Y 1697
My = = = 67,88
N 25

My = Rata-rata nilai prestasi belajar


Y = Jumlah total dari nilai prestasi belajar
N = Jumlah siswa
Jadi rata-rata skor pola asuh adalah 60,12 dan rata-rata nilai prestasi
belajar adalah 67,88.
Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif anatara pola asuh
orang tua (variabel X) dengan prestasi belajar siswa (variabel Y), maka penulis
menggunakan rumus “Product Moment” dengan memasukkan data-data yang
diperoleh ke dalam tabel yaitu :
61

Tabel 29
Korelasi antara Variabel X dan Variabel Y
NO X Y X2 Y2 XY
1 60 65 3600 4225 3900
2 60 66 3600 4356 3960
3 60 71 3600 5041 4260
4 65 64 4225 4096 4160
5 50 61 2500 3721 3050
6 60 67 3600 4489 4020
7 60 71 3600 5041 4260
8 65 71 4225 5041 4615
9 60 70 3600 4900 4200
10 65 69 4225 4761 4485
11 50 70 2500 4900 3500
12 60 69 3600 4761 4140
13 60 69 3600 4761 4140
14 58 62 3364 3844 3596
15 55 65 3025 4225 3575
16 55 62 3025 3844 3410
17 65 74 4225 5476 4810
18 65 67 4225 4489 4355
19 65 70 4225 4900 4550
20 65 75 4225 5625 4875
21 60 67 3600 4489 4020
22 65 68 4225 4624 4420
23 60 69 3600 4761 4140
24 65 75 4225 5625 4875
25 50 60 2500 3600 3600

N= 25 1503 1697 90936 115595 102316


62

NXY  (X )(Y )


rxy =
[ NX  (X ) 2 ][ NY 2  (Y ) 2 ]
2

25.102316  (1503)(1697)
=
[ 25.90939 2  (1503 2 )][25.115595 2  (1697 2 )]

25557900  2550591
=
(2273475)  (259009) x(2889875)(2879809)

7309
=
(14466) x(10066)

7309
=
12067,094
= 0,605

C. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa


Dari perhitungan di atas ternyata angka nilai koefisien korelasi antara hasil
penelitian angket pola asuh orang tua dengan prestasi belajar siswa sebesar 0,605.
Selanjutnya untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif atau
tidak, maka r hasil perhitungan dibandingkan dengan “r” tabel. Sebelum
membandingkannya, terlebih dahulu dicari df atau db-nya dengan rumus df = N –
nr yaitu : 25 – 2 = 23. df sebesar 23 diperoleh “r” tabel (rt) pada taraf signifikansi
5 % sebesar 0,396. Sedangkan pada taraf signifikansi 1 % sebesar 0, 505. Dengan
demikian dapat diketahui r hitung lebih tinggi daripada “r” tabel pada taraf
signifikansi 5 % maupun pada taraf signifikansi 1 %.

D. Interpretasi Data
Seperti telah dikemukakan pada bab terdahulu dalam memberikan
interpreasi terhadap rxy atau ro dapat ditempuh dengan dua macam cara, yaitu :
1. Interpretasi secara sederhana
Dari perhitungan di atas, telah diperoleh rxy sebesar 0,605. jika
diperhatikan, maka Angka Indeks Korelasi yang telah diperoleh tidak bertanda
negatif. Ini berarti korelasi antara variabel X (pola asuh orang tua) dengan
variabel Y (prestasi belajar) terdapat hubungan yang searah; dengan istilah lain :
63

terdapat korelasi yang positif diantara kedua variabel tersebut. Apabila dilihat
besarnya rxy yang diperoleh ini, yaitu : 0,605 ternyata terletak antara 0,40 – 0,70.
dapat dinyatakan bahwa korelasi antara variabel X dan variabel Y ialah korelasi
yang tergolong sedang atau cukup. Dengan demikian secara sederhana dapat
penulis berikan interpretasi terhadap rxy tersebut, yaitu bahwa terdapat korelasi
positif yang signifikan antara variabel X dan variabel Y.
2. Interpretasi dengan menggunakan Tabel Nilai “r” Product Moment.
Langkah pertama yang ditempuh adalah terlebih dahulu mencari df
(degree of freedom atau derajat kebebasan) dengan rumus df = N – nr. Responden
yang diteliti yakni sebanyak 25 orang, dengan demikian N = 25. variabel yang
penulis cari korelasinya adalah variabel X dan variabel Y. jadi nr = 2. Dengan
mudah dapat diperoleh df-nya yaitu df = 25 – 2 = 23.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa dan interpretasi yang telah dilakukan, maka penulis dapat
mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Prestasi belajar siswa
Prestasi belajar siswa yang diambil dari nilai rata-rata raport
semester I menunjukkan sembilan orang siswa mempunyai nilai baik
dengan nilai rata-rata masing-masing adalah 70, 71, 74, 75. Enam belas
orang siswa mempunyai nilai cukup dengan nilai rata-rata masing-masing
adalah 60, 61, 62, 64, 65, 66, 67, 68, 69. jumlah nilai rata-rata keseluruhan
adalah 67,88. ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa rata-rata
berada pada taraf cukup.
2. Pola asuh yang diterapkan oleh masing-masing orang tua siswa
Pola asuh yang diterapkan oleh masing-masing orang tua siswa
secara umum dapat dikatakan cukup demokratis, namun tak satupun dari
orang tua siswa yang menerapkan pola asuh demokratis yang murni.
Dalam kondisi tertentu orang tua bersikap demokratis atau cukup
demokratis, tapi pada kondisi yang lain bersikap tidak demokratis.
3. Hubungan pola asuh orang tua dengan prestasi belajar siswa
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh angka indeks korelasi sebesar
0,605, kemudian angka ini di interpretasikan pada interpretasi secara
sederhana angka indeks korelasi yang diperoleh ternyata terletak antara

64
65

0,40 – 0,70 dengan ini berarti terdapat korelasi yang positif yang
signifikan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar siswa.
Sedangkan dalam interpretasi dengan menggunakan Table Nilai “r”
Product Moment, ternyata “r” hitung lebih besar dari pada “r” table, baik
pada taraf signifikansi 5 % maupun 1 %. Dengan demikian Hipotesa
Alternatif (Ha) diterima atau disetujui, sedangkan Hipotesa Nol (Ho)
ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar
siswa sangat bergantung pada pola asuh yang diterapkan oleh orang tua di
rumah. Semakin demokratis pola asuh yang diterapkan oleh orang tua,
maka akan semakin tinggi prestasi belajar siswa.

B. Saran
1. Untuk para orang tua hendaklah menyadari bahwa keluarga merupakan
lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar dan menyatakan
diri sebagai makhluk sosial. Keluarga memberikan dasar pembentukan
tungkah laku, watak, moral dan pendidikan pada anak. Pengalaman
interaksi di dalam keluarga akan menentukan pula pola tingkah laku anak
terhadap orang lain dalam masyarakat. Walaupun anak telah di masukkan
ke sekolah, namun bukan berarti peran orang tua dalam mendidik anak
hilang. Bahkan cara orang tua dalam mendidik anak-anaknya itu sangat
berhubungan dengan prestasi belajar yang akan dicapai siswa. Oleh karena
itu hendaklah orang tua menerapkan pola asuh demokratis dalam mendidik
anak, karena semakin demokratis pola asuh yang diterapkan, maka akan
semakin tinggi prestasi belajar yang dapat dicapai.
2. Untuk para guru, karena sekolah merupakan lembaga pendidikan setelah
keluarga hendaklah memperhatikan perkembangan siswa terutama yang
mempunyai pestasi rendah atau mempunyai kesulitan dalam belajar.
3. Untuk para siswa janganlah merasa takut untuk berkomunikasi, baik
dengan orang tua maupun guru, ungkapknlah masalah dan perasaan anda.
Karena para pendidiklah yang akan membimbing anak didik mereka
menuju kedewasaan. Yang lebih terpenting berusahalah terus untuk dapat
berprestasi.
DAFTAR PUSTAKA

Abror, Rachman, Abdur, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta : Tiara Wacana, 1993

Ahmadi, Abu Sosiologi Pendidikan, Jakarta : PT Rieneka Cipta, 1991

Akbar, Setiady, Purnomo dan Usman, Husaini Metodologi Penelitian Sosial,


Jakarta : Bumi Aksara, 1998.

Arifin, M. Hubungan Timbal Balik Pendidsikan Agama di Lingkungan Sekolah


dan Masyarakat, Jakarta : Bulan Bintang, Cet. IV, 1978.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta :


Rieneka Cipta, 1996, Cet III.

Beck, Joan, Asih, Asah, Asuh, Mengasuh dan Mendidik Anak agar Cerdas,
Semarang : Dahara Prize, Cet. IV, 1992.

Dalyono, M. Psikologi Pendidikan, Jakarta : Rieneka Cipta, 1997.

Danim, Sudarwan, Metode Penelitian Untuk Ilmu-ilmu Prilaku, Jakarta : Bumi


Aksara, 2000

Daradjat, Zakiyah, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta :


Bumi aksara, Cet. I, 1995a.

_______________, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Bulan Bintang, 1996b.

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1988.

Donelson, Elaine, Asih, Asah, Asuh Keutamaan Wanita, Yogyakarta : Kanisius,


Cet. I,1990.

Gafur, Abdul, Desain Instruksional, Jakarta : BPT. IKIP, 1983.

Gordon, Thomas, Menjadi Orang Tua efektif, Jakarta : Gramedia, 1994.

Gunarsa, D. Singgih. Y. Ny, Gunarsa, D. Singgih, Psikologi Perkembangan Anak


dan Remaja, Jakarta : PT. BPK. Gunung Mulia, Cet. VII,1995.

Halim,Abdul, Nipan, M. Anak soleh Dambaan Keluarga, Yogyakarta : Mira


Pustaka, 2000.

Hadi, Sutrisno, Metode Reseach, Yogyakarta : Andi Offset, 1992.

66
67

Hauck, Paul, Psikologi Populer (Mendidik Anak dengan Berhasil), Jakarta :


Arcan, Cet.V, 1993.

Heyes, Steve dan hardy, malcom, Terj. Soenardji, Pengantar Psikologi, Jakarta :
Erlangga, 1996.

Hurlock, B. Elizabeth, Perkembangan Anak/Child Development, Terj. Meitasari


Tjandrasa, Jakarta : Erlangga, 1990, Cet, II.

Hasyim, Umar, Anak Soleh ( cara mendidik anak dalam Islam), Surabaya : PT
Bina Ilmu, 1993.

Jamal, Lisma, Idris, zahara, Pengantar Pendidikan Jakarta : Gramedia


Widiasarana, Cet. II, 1992.

Kartono, Kartini, Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, Jakarta : CV


Rajawali, 1985a.

_____________, Peran Keluarga Memandu Anak, Jakarta : Rajawali Press,


Cet. II, 1992b.

Margono, S, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2005.

Munandar, Utami, Hubungan Isteri, Suami dan Anak dalam Keluarga, Jakarta :
Pustaka Antara, 1992a.

______________, Pemanduan Anak Berbakat, Jakarta : CV. Rajawali, 1982b.

Mulyana, Wiana, dan Mariadinata, S, Juhana, Dokumentasi dan Perpustakaan,


Bandung : CV, Armico, 1991, Cet II.

Nana Sujana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru


Algensindo, Cet. I, 1995a.

____________, Penelitian dan Penelitian Pendidikan, Bandung : Sinar Baru


Algesindo, 1998b.

Nuruhbiyati, Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan, Jakarta : PT Rineka Cipta, 1991.

Parsono, Materi Pokok Landasan Kependidikan, Jakarta : Universitas Terbuka,


1999.

Poebakawatja, Soegarda, Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta : Gunung Agung,


1976.
68

Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung : PT Remaja


Rosdakarya, Cet. VIII, 1995a.

_______________, Psikologi Pendidikan, Bandung : Remaja Rosda Karya,


1990b.

Rusyan, Tabrani, A. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung :


Rosda Karya, 1994.

Sabri, Alisuf, M. Psikologi Pendidikan, Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, Cet. II,
1996.

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya Jakarta : Bina


Aksara, Cet. I, 1988.

Sobur, Alex, Pembinaan Anak Dalam Keluarga, Jakarta : BPK Gunung Mulia,
1988.

Soenardji, Terj. Hayes, Steve, Hardy, Malcom, Pengantar Psikologi, Jakarta :


Elangga, Cet. II, 1986.

Shochib, Mohammad, Pola Asuh Orang Tua dalam membantu Disiplin diri,
Jakarta : PT Rieneka Cipta, Cet. I,1998.

Sunartana, PPN, dan Nurkancana, Wayan, Evaluasi Pendidikan, Surabaya : Usaha


Nasional, 1993.

Sudjono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo


Persada, 1999.

Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, Cet. I, 1999

Theodorus Immanuel, Yufiarti, Ed, Semiawan, R. Conny, Setiawan, Pendidikan


Keluarga dalam Era Global, Jakarta : Prenhallindo, 2002.

TIM Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus


Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, Cet. I, 1988.

Widodo Supriyono, Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, Jakarta : PT Rieneka Cipta,


1991.

Yatim-Irwanto, Danny, I. Kepribadian Keluarga Narkotika, Jakarta : Arcan,


1991.
69

Yusuf, Syamsu, Terj. Sumarji, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,


Jakarta : Erlangga, 1986.
Lampiran 2
PEDOMAN WAWANCARA

A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Tempat Tanggal Lahir :
3. Jenis Kelamin :
4. Jabatan :

B. Materi Wawancara
1. Bagaimana sejarah berdirinya MTs Al-Falah Jakarta timur ?
2. Apakah faktor yang mendukung didirikannya MTs Al-Falah Jakarta Timur ?
3. Bagaimana Hubungan sekolah dengan orang tua siswa ?
Lampiran 3
ANGKET TENTANG HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN
PRESTASI BELAJAR SISWA

A. Petunjuk Pengisian Angket


1. Mulailah kerja dengan membaca basmallah dan akhiri dengan hamdallah.
2. Isilah jawaban sesuai dengan pendapat dan keadaan yang sebenarnya,
jawaban anda dijamin kerahasiannya dan tidak akan mempengaruhi nilai
anda.
3. Tanyakan jika ada hal yang kurang jelas.
4. Beri tanda silang ( X ) pada pilihan yang anda anggap sesuai.
5. Teliti terlebih dahulu sebelum diserahkan kembali.

B. Identitas Diri
Jenis kelamin :
Kelas :
Anak ke :
Pendidikan orang tua; Ayah :
Ibu :
Pekerjaan orang tua; Ayah :
Ibu :

C. Pertanyan-pertanyaan
1. Apakah anda diikutsertakan dalam membuat peraturan keluarga :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah
2. Ketika anda akan melanjutkan sekolah, apakah diputuskan melalui
musyawarah :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah
3. Apakah orang tua anda membantu memecahkan masalah anda ketika anda
mengungkapkannya :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah
4. Ketika anda menyatakan pendapat atau keinginan anda, apakah orang tua
andamendengarkan dan mempertimbangkannya :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah
5. Ketika anda berbuat salah, apakah orang tua anda memperhatikan penjelasan
dari anda :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah
6. Apakah anda harus meminta izin, jika hendak keluar rumah :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah
7. Bagaimana sikap orang tua anda. Jika anda akan bergaul dengan teman-teman
anda :
a. memberi izin dengan syarat
b. memberi izin
c. tidak pernah memberi izin
8. Apakah orang tua anda bertanya kepada anda, tentang kegiatan anda sehari-
hari :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah
9. Apakah orang tua anda memberikan penjelasan tentang perbuatan yang baik
kepada anda dan mendukungnya :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah
10. Apakah orang tua anda memberikan penjelasan tentang perbuatan yang tidak
baik kepada anda dan menganjurkan untuk ditinggalkan :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah
11. Ketika anda mendapat prestasi yang baik, apakah orang tua anda memberikan
pujian kepada anda :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah
12. Ketika anda mendapat prestasi buruk, apakah orang tua anda menegur anda :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah
13. Apakah orang tua anda memenuhi kebutuhan sekolah anda sesuai dengan
kemampuan mereka :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah
14. Apakah orang tua anda mengurus keperluan atau kebutuhan anda sehari-hari :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah
15. Apakah orang tua anda mengingatkan anda untuk belajar :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah
16. Apakah di dalam keluarga anda terdapat tutur kata yang baik antara anggota
keluarga :
a. sangat akrab b. sedang-sedang c. masa bodoh
17. Apakah dalam keluarga anda saling tolong menolong dalam bekerja :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah
18. Apakah dalam keluarga anda saling menghargai antara yang satu dengan
lainnya :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah
19. Bagaimana sikap orang tua anda terhadap pembagian tugas anda dengan
kakak atau adik anda :
a. sangat adil b. cukup adil c. tidak adil
20. Apakah orang tua anda memberikan kesempatan kepada anda untuk bertanya
atau berpendapat tentang suatu hal :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah
21. Apakah orang tua anda menjelaskan alasan ditetapkannya suatu keputusan
atau peraturan :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah
22. Apakah orang tua anada membicarakan segala persoalan yang timbul dalam
keluarga :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah

TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA


Lampiran 4

Df Banyak variabel yang dikorelasikan


(degrees of freedom)
2
atau
Harga “ r “ pada taraf signifikansi
Db
(derajat bebas) 5% 1%
1 0,997 1,000
2 0,950 0,990
3 0,878 0,959
4 0,811 0,917
5 0,754 0,874
6 0,707 0,834
7 0,666 0,798
8 0,632 0,765
9 0,602 0,735
10 0,576 0,708
11 0,553 0,684
12 0,532 0,661
13 0,514 0,641
14 0,497 0,623
15 0,482 0,606
16 0,468 0,590
17 0,456 0,575
18 0,444 0,561
19 0,433 0,549
20 0,423 0,537
21 0,413 0,526
22 0,404 0,515
23 0,396 0,505
24 0,388 0,496
Df Banyak variabel yang dikorelasikan
(degrees of freedom)
2
atau
Harga “ r “ pada taraf signifikansi
Db
(derajat bebas) 5% 1%
25 0,381 0,487
26 0,374 0,478
27 0,367 0,470
28 0,361 0,463
29 0,355 0,456
30 0,349 0,449
35 0,325 0,418
40 0,304 0,392
45 0,288 0,372
50 0,273 0,354
60 0,250 0,325
70 0,232 0,302
80 0,217 0,283
90 0,205 0,267
100 0,195 0,254
125 0,174 0,228
150 0,159 0,208
200 0,138 0,181
300 0,113 0,148
400 0,098 0,128
500 0,088 0,115
1000 0,062 0,081
PEDOMAN WAWANCARA

A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Tempat Tanggal Lahir :
3. Jenis Kelamin :
4. Jabatan :

B. Materi Wawancara
1. Bagaimana sejarah berdirinya MTs Al-Falah Jakarta timur ?
2. Apakah faktor yang mendukung didirikannya MTs Al-Falah Jakarta
Timur ?
3. Bagaimana Hubungan sekolah dengan orang tua siswa ?
ANGKET TENTANG HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA
DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

A. Petunjuk Pengisian Angket


1. Mulailah kerja dengan membaca basmallah dan akhiri dengan hamdallah.
2. Isilah jawaban sesuai dengan pendapat dan keadaan yang sebenarnya,
jawaban anda dijamin kerahasiannya dan tidak akan mempengaruhi nilai
anda.
3. Tanyakan jika ada hal yang kurang jelas.
4. Beri tanda silang ( X ) pada pilihan yang anda anggap sesuai.
5. Teliti terlebih dahulu sebelum diserahkan kembali.

B. Identitas Diri
Jenis kelamin :
Kelas :
Anak ke :
Pendidikan orang tua ;
Ayah :
Ibu :
Pekerjaan orang tua ;
Ayah :
Ibu :

C. Pertanyan-pertanyaan
1. Apakah anda diikutsertakan dalam membuat peraturan keluarga :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah
2. Ketika anda akan melanjutkan sekolah, apakah diputuskan melalui
musyawarah :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah
3. Apakah orang tua anda membantu memecahkan masalah anda ketika anda
mengungkapkannya :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah
4. Ketika anda menyatakan pendapat atau keinginan anda, apakah orang tua
andamendengarkan dan mempertimbangkannya :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah
5. Ketika anda berbuat salah, apakah orang tua anda memperhatikan penjelasan
dari anda :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah
6. Apakah anda harus meminta izin, jika hendak keluar rumah :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah
7. Bagaimana sikap orang tua anda. Jika anda akan bergaul dengan teman-teman
anda :
a. memberi izin dengan syarat
b. memberi izin
c. tidak pernah memberi izin
8. Apakah orang tua anda bertanya kepada anda, tentang kegiatan anda sehari-
hari :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah
9. Apakah orang tua anda memberikan penjelasan tentang perbuatan yang baik
kepada anda dan mendukungnya :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah
10. Apakah orang tua anda memberikan penjelasan tentang perbuatan yang tidak
baik kepada anda dan menganjurkan untuk ditinggalkan :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah
11. Ketika anda mendapat prestasi yang baik, apakah orang tua anda memberikan
pujian kepada anda :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah
12. Ketika anda mendapat prestasi buruk, apakah orang tua anda menegur anda :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah
13. Apakah orang tua anda memenuhi kebutuhan sekolah anda sesuai dengan
kemampuan mereka :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah
14. Apakah orang tua anda mengurus keperluan atau kebutuhan anda sehari-hari :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah
15. Apakah orang tua anda mengingatkan anda untuk belajar :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah
16. Apakah di dalam keluarga anda terdapat tutur kata yang baik antara anggota
keluarga :
a. sangat akrab b. sedang-sedang c. masa bodoh
17. Apakah dalam keluarga anda saling tolong menolong dalam bekerja :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah
18. Apakah dalam keluarga anda saling menghargai antara yang satu dengan
lainnya :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah
19. Bagaimana sikap orang tua anda terhadap pembagian tugas anda dengan
kakak atau adik anda :
a. sangat adil b. cukup adil c. tidak adil
20. Apakah orang tua anda memberikan kesempatan kepada anda untuk bertanya
atau berpendapat tentang suatu hal :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah
21. Apakah orang tua anda menjelaskan alasan ditetapkannya suatu keputusan
atau peraturan :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah
22. Apakah orang tua anada membicarakan segala persoalan yang timbul dalam
keluarga :
a. selalu b. kadang-kadang c. tidak pernah

TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA


LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya sendiri yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 05 Juni 08

Yusniyah

Você também pode gostar