Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
a. Terapi Konservatif
b. Terapi Operatif
II.1 Definisi
Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi mungkin
tak lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau perimpilan korteks; biasanya
patahan itu lengkap dan fragmen tulang bergeser. Bilamana tidak ada luka yang
menghubungkan fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit atau kulit diatasnya
masih utuh ini disebut fraktur tertutup (atau sederhana), sedangkan bila terdapat luka
yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit
yang cenderung untuk mengalami kontaminasi dan infeksi ini disebut fraktur terbuka.
II.2 Epidemiologi
1. Humerus
2. Radius/Ulna
3. Femur
4. Tibia/Fibula
1. Proksimal
2. Diafiseal
3. Distal
4. Maleolar
Untuk fraktur femur yang terbagi dalam beberapa klasifikasi misalnya saja pada
fraktur collum, fraktur subtrochanter femur ini banyak terjadi pada wanita tua dengan
usia lebih dari 60 tahun dimana tulang sudah mengalami osteoporotik, trauma yang
dialami oleh wanita tua ini biasanya ringan (jatuh terpeleset di kamar mandi)
sedangkan pada penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan.
Sedangkan fraktur batang femur, fraktur supracondyler, fraktur intercondyler, fraktur
condyler femur banyak terjadi pada penderita laki – laki dewasa karena kecelakaan
ataupun jatuh dari ketinggian. Sedangkan fraktur batang femur pada anak terjadi
karena jatuh waktu bermain dirumah atau disekolah.
II.3 Etiologi
Pada dasarnya tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan
daya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat :
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba – tiba dan berlebihan, yang
dapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran, penekukan atau terjatuh dengan
posisi miring, pemuntiran, atau penarikan.
Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena; jaringan
lunak juga pasti rusak. Pemukulan (pukulan sementara) biasanya menyebabkan
fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya; penghancuran kemungkinan
akan menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.
Bila terkena kekuatan tak langsung tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang
jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu; kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur
mungkin tidak ada.
5. Penatikan dimana tendon atau ligamen benar – benar menarik tulang sampai
terpisah
Retak dapat terjadi pada tulang, seperti halnya pada logam dan benda lain, akibat
tekanan berulang – ulang.
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah (misalnya oleh
tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada penyakit paget )
II.4 Klasifikasi
Fraktur collum femur dapat disebabkan oleh trauma langsung yaitu misalnya
penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung
terbentur dengan benda keras (jalanan) ataupun disebabkan oleh trauma tidak
langsung yaitu karena gerakan exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah, dibagi
dalam :
tipe 2 : garis patah berada 1 -2 inch di bawah dari batas atas trochanter minor
tipe 3 : garis patah berada 2 -3 inch di distal dari batas atas trochanterminor
Fraktur batang femur biasanya terjadi karena trauma langsung akibat kecelakaan lalu
lintas dikota kota besar atau jatuh dari ketinggian, patah pada daerah ini dapat
menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam
shock, salah satu klasifikasi fraktur batang femur dibagi berdasarkan adanya luka
yang berhubungan dengan daerah yang patah. Dibagi menjadi :
- tertutup
- terbuka, ketentuan fraktur femur terbuka bila terdapat hubungan antara tulang patah
dengan dunia luar dibagi dalam tiga derajat, yaitu ;
· Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar timbul luka kecil, biasanya
diakibatkan tusukan fragmen tulang dari dalam menembus keluar.
· Derajat II : Lukanya lebih besar (>1cm) luka ini disebabkan karena benturan dari
luar.
· Derajat III : Lukanya lebih luas dari derajat II, lebih kotor, jaringan lunak banyak
yang ikut rusak (otot, saraf, pembuluh darah)
Fraktur supracondyler fragment bagian distal selalu terjadi dislokasi ke posterior, hal
ini biasanya disebabkan karena adanya tarikan dari otot – otot gastrocnemius,
biasanya fraktur supracondyler ini disebabkan oleh trauma langsung karena kecepatan
tinggi sehingga terjadi gaya axial dan stress valgus atau varus dan disertai gaya rotasi.
f. FRAKTUR INTERCONDYLAIR
Mekanisme traumanya biasa kombinasi dari gaya hiperabduksi dan adduksi disertai
dengan tekanan pada sumbu femur keatas.
II.5 Gambaran Klinik
· Riwayat
Tulang yang patah merupakan bagian dari pasien penting untuk mencari bukti ada
tidaknya
b. Feel : Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian distal dari
fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi. Cedera pembuluh darah
adalah keadaan darurat yang memerlukan pembedahan
c. Movement :Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih penting
untuk menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi – sendi dibagian distal
cedera.
II.6 Diagnosis
· Pemeriksaan fisik :
- Movement :Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih penting
untuk menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi – sendi dibagian distal
cedera.
Pemeriksaan penunjang :
II.7 Komplikasi
a. Early :
· Lokal :
Trauma vaskuler
- Crush syndrome
b. Late :
- Delayed union : Fraktur sembuh dalam jangka waktu yang lebih dari normal
- Kekakuan sendi/kontraktur
II.8 Penatalaksanaan
1. Terapi konservatif :
- Proteksi
- Immobilisasi saja tanpa reposisi
- Traksi
1. Terapi operatif
- ORIF
Indikasi ORIF :
- Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avasculair necrosis tinggi
- Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan operasi
- Excisional Arthroplasty
1. Fase Peradangan :
Pada saat fraktur ada fase penjendalan dan nekrotik di ujung atau sekitar fragmen
fraktur, proses peradangan akut faktor eksudasi dan cairan yang kaya protein ini
merangsang lekosit PMN dan Makrofag yang fungsinya fagositosis jendalan darah
dan jaringan nekrotik
1. Fase Proliferasi :
Akibat jendalan darah 1 – 2 hari terbentuk fibrin yang menempel pada ujung – ujung
fragmen fraktur, dimana fibrin ini berfungsi sebagai anyaman untuk perlekatan sel –
sel yang baru tumbuh sehingga terjadi neovaskularisasi dan terbentuk jaringan
granulasi atau procallus yang semakin lama semakin memadat sehingga terjadi
fibrocartilago callus yabg bertambah banyak dan terbentuklah permanen callus yang
tergantung banyak atau sedikitnya celah pada fraktur.
1. Fase Remodelling
Permanen callus diserap dan diganti dengan jaringan tulang sedangkan sisanya
direabsorbsi sesuai dengan bentuk dan anatomis semula.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat, R. dan de Jong, Wim (Editor). 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.
2. Djoko Simbardjo. Fraktur Batang Femur. Dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bagian Bedah FKUI.
3. Dandy DJ. Essential Orthopaedics and Trauma. Edinburg, London, Melborue, New York: Churchill
Livingstone, 1989.
4. Salter/ Textbook of Disorders and injuries of the Musculoskeletal System. 2nd ed. Baltimore/London:
Willians & Wilkins, 1983.
5. Rosenthal RE. Fracture and Dislocation of the Lower Extremity. In: Early Care of the Injured Patient, ed
IV. Toronto, Philadelphia: B.C. Decker, 1990.