Você está na página 1de 6

KISTA BRANKIAL

Definisi
Branchial Cleft Cyst atau Kista celah brankial merupakan sisa aparatus brankial janin
yang tertinggal dimana struktur leher berasal. Kista celah brankial dilapisi oleh campuran epitel
skuamosa dan epitel respiratorius serta dikelilingi oleh dinding jaringan limfoid, sehingga
mungkin terjadi kekacauan histologi. 1,3,9,10
Sebagian besar kista celah brankial (berkembang dari arkus kedua, ketiga dan keempat)
biasanya terdapat sebagai tonjolan atau muara saluran sinus sepanjang batas anterior otot
sternokleidomastoideus. Saluran interna atau muara kista terletak pada derivatif embriologik
sulkus faringeal yang sama, misalnya tonsil (arkus kedua), atau sinus piriformis (arkus ketiga
dan keempat). Letak saluran kista juga ditentukan oleh hubungan embriologik arkusnya dengan
derivat

arkus

yang

terletak

proksimal

dan

kaudal

terhadap

arkus. 12,13

Klasifikasi
Kista brankial diklasifikasikan ke dalam empat tipe:
1) Kista celah brankial pertama (First Branchial Cleft Cyst)
Kista celah brankial pertama dibagi menjadi tipe I dan tipe II. Kista tipe I berlokasi dekat
kanalis auditorius eksterna. Umumnya, kista ini berada di inferior dan posterior dari tragus,
tetapi bisa saja berada di glandula parotis atau angulus mandibula. Kista ini sangat sulit
dibedakan dengan massa padat parotis dalam pemeriksaan klinis. Kista tipe II berhubungan
dengan glandula submandibula atau ditemukan di anterior trigonum cervikalis.12,13,14
2) Kista celah brankial kedua (Second Branchial Cleft Cyst)
Kista celah brankial kedua dilaporkan sebanyak 90% dari kelainan brankialis. Kebanyakan,
kista ini di temukan sepanjang pinggir anterior sepertiga atas otot sternokleidomastoideus.
Bagaimanapun, kista ini bisa terlihat dimanapun sepanjang saluran fistula brankialis kedua,
yang berjalan dari kulit lateral leher, di antara arteri karotis eksterna dan interna, dan sampai
tonsil palatine. Oleh karena itu, kista celah brankial sebagai diagnosa pembanding dari massa
parafaringeal.12,15
3) Kista celah brankial ketiga (Third Branchial Cleft Cyst)

Kista celah brankial ketiga dan keempat jarang terjadi. Kista celah brankial ketiga terlihat di
anterior otot sternokleidomastoideus dan di leher lebih rendah dibandingkan kista celah
brankial pertama dan kedua. Kista ini berada lebih dalam ke lengkunagan derivatif ketiga
(misalnya nervus glosofaringeal dan arteri carotis interna) dan superficial ke lengkungan
derivatif keempat (misalnya nervus vagus). Kelainan ini berakhir di faring pada membran
tirohioid atau sinus piriformis.13,16,17
4) Kista celah brankial keempat (Fourth Branchial Cleft Cyst)
Kista celah brankial keempat memiliki manifestasi klinis yang sama dengan kista celah
brankial ketiga. Biasanya didapatkan pada anak-anak dan dewasa muda yang sering
ditemukan sebagai abses leher lateral yang telah resisten terhadap pengobatan antibiotik.
Seperti yang dilaporkan oleh Godin dkk, 93 % kista celah brankial berlokasi di cervikalis
lateral sinistra di trigonum cervikalis.17
Anamnesa dan pemeriksaan fisik
Untuk mendiagnosa berbagai massa pada leher dimulai dengan anamnesa yang teliti.
Serangkaian pertanyaan-pertanyaan logik dapat mempersempit kemungkinan diagnostik secara
cepat dan pemeriksaan dan penatalaksanaan selanjutnya. Pertanyaan-pertanyaan dan artinya
terdapat dibawah ini.1
1) Berapa umur penderita? Lesi kongenital jauh lebih sering terjadi pada inividu yang lebih
muda, sedangkan lesi keganasan lebih sering pada yang lebih tua. Kista celah brankial
biasanya terdapat di antara 20 sampai 30 tahun. Pada anamnesa dapat diketahui kista
merupakan bawaan sejak lahir.1,12
2) Apakah massa tumbuh dengan cepat? Tidak adanya tanda-tanda infeksi, lesi kegansan
(limfoma, kanker metastase) jauh lebih mungkin mengalami pertumbuhan yang lebih cepat
dibandingkan massa yang jinak. Kista celah brankial membesarnya lambat yang terletak pada
leher lateral.1,13,
3) Apakah terdapat tanda-tanda infeksi atau peradangan? Sementara massa di leher dapat
menjadi infeksi, massa-massa tersebut yang tampak meradang atau terinfeksi jauh lebih
mungkin menunjukkan massa yang jinak. Kista celah brankial merupakan massa jinak
kongenital. Seperti kista duktus tiroglossus, ia sering membesar dan menjadi sangat nyeri
tekan pada infeksi saluran pernapasan atas. Kista celah brankial sering ditemukan sebagai
abses leher lateral.1,4,9

4) Dimanakah letak massa pada leher? Letak massa sebaiknya digambarkan secara teliti dengan
istilah-istilah berikut: Apakah massa tersebut terletak pada garis tengah atau lateral? 1
5) Apakah massa kistik atau padat? Massa kistik seringkali merupakan lesi kongenital seperti
kista celah brankial dan kista duktus tiroglosus.1,5,12
6) Apakah terdapat tanda-tanda sumber infeksi atau keganasan di tempat lain pada kepala dan
leher?1
Pemeriksaan fisik dapat dimulai dengan inspeksi leher untuk melihat adanya benjolan yang
nyata. Benjolan ini kadang-kadang lebih baik dilihat daripada diraba. Suruh pasien menelan dan
perhatikan gerakan kartilago tiroidea dan ada atau tidaknya geraknan mass yang dapat
ditemukan. Benjolan lateral bukan kelenjar limfe mencakup aneurisma arteri karotis, higroma
kistik dan kista celah brankial. Aneurisma akan berdenyut. Higroma kistik terutama ditemukan
pada anak-anak dan tampak terang pada transluminasi. Kista celah brankial biasanya timbul pada
orang dewasa sebagai pembengkakan kistik yang keras di bawah otot sternokleidomastoideus,
dekat angulus mandibula.9,10,18
Palpasi suatu massa dilakukan untuk menentukan letak, konsistensi, ukuran dan
mobilitasnya. Kelenjar limfe dapat terpisah-pisah atau menyatu, seperti karet atau keras seperti
batu, bebas atau melekat, tidak nyeri atau nyeri tekan. Sedikit banyaknya fluktuansi massa kistik
pada leher, tergantung pada tebal dinding kista, viskositas di dalamnya, dan tekanan dalam kista.
Demikian pula pada transluminasi memberikan hasil yang berbeda-beda pula.18
Auskultasi hanya dilakukan jika diperlukan saja. Bila pasien berusia lebih dari 50 tahun,
dengarlah di ats tiap sinus karotikus kemungkinan adanya aliran turbulensi pada pembuluh darah
atau bising karotis.18
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan dianostik untuk massa leher dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok:
1) Pemeriksaan yang memberikan keterangan tentang sifat-sifat fisik yang khasatau letak
massa (pemeriksaan tidak langsung). Ultrasonografi, CT scan, MRI scan, dan angiografi
merupakan contoh pemeriksaan tidak langsung.1

Ultrasonografi membedakan lesi padat dari lesi kistik dan sebaiknya digunakan pada
keadaan yang jarang di mana hanya ada keterangan yang dibutuhkan.1

Angiografi berguna untuk menilai pembuluh darah, aliran darah spesifik dari massa, atau
keadaan arteri karotis tetapi memberikan sedikit keterangan tentang sifat-sifat fisik yang
khas dari masa tersebut.1

CT scan dan/atau MRI scan berguna dalam memberikan keterangan mengenai sifat-sifat
yang khas maupun pembuluh darah massa dan di samping itu juga menjelaskan
hubungannya dengan struktur-struktur yang berdekatan. Karena itu, pemeriksaan tersebut
merupakan pemeriksaan tidak langsung yang sangat berguna dan paling sering diminta.1

X-ray dengan menggunakan kontras untuk mengidentifikasi fistula.15

2) Pemeriksaan yang mencari diagnosis histologik (pemeriksaan langsung). Pemeriksaan


langsung melibatkan pemriksaan histologik jaringan dari massa. Jaringan ini dapat diperoleh
pada satu dari tiga jalan yang berbeda: (1) Aspirasi jarum halus (Fine needle
aspiration/FNA), (2) biopsi jarum, atau (3) biopsi terbuka.1
Penatalaksaan
Pengobatan terdiri dari pengangkatan pembedahan yang sempurna dari kista dan salurannya
(pembedahan eksisi). Jika terdapat infeksi atau peradangan, sebaikya diobati dan dibiarkan
sampai tenang sebelum dilakukan pengangkatan. Insisi dan drainase sebaiknya dihindari. Insisi
dan drainase karena salah didiagnosis sebagai abses adenitis servikalis mengakibatkan drainase
persisten dan menyulitkan usaha pengangkatan menyeluruh nantinya. Terapi elektif kista celah
brankial dengan eksisi teliti, dan mempertahankan struktur di sekitarnya. Nervus hipoglosus dan
asesorius terletak sangat dekat dengan dinding kista.1,8,9,12

Pembedahan eksisi dengan melakukan cervikotomi transversal dengan anastesi umum


adalah pilihan pengobatan dengan prognosa yang baik. Untuk membantu pembedahan dapat
disuntikkan larutanmethylene blue ke dalam saluran sebelum operasi sehingga jaringan yang
berwarna ba digunakan sebagai petunjuk panjang dan luasnya kista/fistula. Zat warna itu
mungkin tidak memasuki seluruh cabang-cabang yang lebih kecil sehingga diperlukan ketelitian
selama diseksi untuk saluran-saluran kecil yang tidak berwarna. Beberapa ahli bedah yang
berpengalaman dalam menangani penyakit ini merasa bahwa penyuntikan zat warna harus
ditinggalkan karena penyebaran zat warna ke sekitarnya akan mengorbankan jaringan sehat
dengan sia-sia.8,9,12
Cara lain ialah dengan fistulografi, yaitu dengan cara memasukkan zat kontras ke dalam
muara fistel, lalu dilakukan pemeriksaan radiologi. Pada pemeriksaan fistulografi tidak
menggambarkan jalur traktus yang sebenarnya karena infeksi yang berulang menimbulkan
tersumbatnya traktus oleh jaringan fibrosis. Identifikasi, selama operasi, arteri karotis eksterna
dan interna, nervus vagus, hipoglosus, glosofaringeal, laringeal superior harus dihindari sehingga
tidak mencederai struktur tersebut. Komplikasi yang ditimbulkan dapat berupa perdarahan,
kekambuhan, pembentukan jaringan fibrotic atau keloid, dan paralisis nervus kranial.9,12

DAFTAR PUSTAKA

1.

Adams GL, Boies LR, Higler PA. BOIES Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1997
2.
Roezin A. Penatalaksanaan penyakit dan kelainan Telinga Hidung Tenggorok Edisi
ketiga.Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; Hal: 208-209. 2003.
3.
Pearson BW. Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorokan. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC; Hal: 374-377. 1986
4.
Anjaneyulu C, Sharan CJ. Complete Branchial Fistula. Bahrain Medical Bulletin; 25(4);
December 2003
5.
Gore D, Masson A. Anomaly of First Branchial Cleft. Annals of Surgery. August 1959
6.
Mitroi M, Dumitrescu D, Simionescu C, et al. Management of Second Branchial Cleft
Anomalies. Romanian Journal of Morphology and Embryology; 49(1): p69-74. 2008
7.
Park. Second
Branchial
Cleft
Cyst. Visitorsare.
Available
at http://pediatricimaging.wikispace.com. Accessed on November 2010.
8.
Sadler TW. The Ninth Edition of Langmans Medical Embryology. Lange. Available
athttp://www.lww.com. Accessed on November 2010.
9.
Lalwani AK. Current Diagnosis & Treatment Otolaryngology Head and Neck
Surgery.McGraw-Hill Lange. 2007
10.
Healy GB. Otolaryngology Basic Science and Clinical Review. Thieme; p207-211. 2005
11.
Snell RS. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Bagian 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; Hal: 220-223. 2003
12.
Thomaidis V, Seretis K, Tamiolakis, et al. Branchial Cyst A Report of 4 Cases. Acta
Dermatoven APA; 15(2): p85-89. 2006
13.
Anniko M, Sprekelson MB, Bonkowsky V, et al. Otorhinolaryngology Head and Neck
Surgery.European Manual of Medicine. p613-615. 2006
14.
Ada M, Korkut N, Giivenc MG, et al. Unusual Extension of the First Branchial Cleft
Anomaly.Eur Arch Otorhinolaryngol; 263: p263-266. 2006
15.
Gold BM. Second Branchial Cleft Cyst and Fistula. AJR 134: p1067-1069. 1980
16.
Aneeza WH, Mazita A, Marina MB, et al. Complete Congenital Third Branchial
Fistula:does the Theorical Course Apply?. Singapore Medical Journal; 51(7): p122-125.
2010
17.
Hamoir M, Rombaux P, Cornu AS, et al. Congenital Fistula of the Fourth Branchial
Pouch. Eur Arch Otorhinolaryngol; 255: p322-324. 2008
18.
Burnside JW, McGlynn TJ. Diagnosis Fisik Edisi 7. Jakarta. Penerbit Kedokteran
EGC.1995

Você também pode gostar