Você está na página 1de 9

A.

TEORI-TEORI PERILAKU DALAM KESEHATAN


Teori Lawrence Green PRECED PROCEED (1991)
Menurut Lawrence Green (1980) kesehatan seseorang dipengaruhi oleh
faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior
causes). Perilaku ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu :
1. Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud oleh pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, status sosial dan nilai-nilai.
2. Faktor pendukung (enabling factor), tersedia atau tidaknya fasilitas
kesehatan atau sarana-sarana kesehatan misalnya Puskesmas, obatobatan dan jamban.
3. Faktor pendorong (reinforcing factor), yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku masyarakat.

Rumusan teori digambarkan sebagai berikut :


B = f (PF, EF, RF)
Keterangan :
B = behavior
PF = predisposing factor
EF = enabling factor
RF = reinforcing factor
f = fungsi
Perilaku adalah sesuatu yang kompleks yang merupakan resultan dari
berbagai macam aspek internal maupun eksternal, psikologis maupun fisik.
Perilaku tidak berdiri sendiri dan selalu berkaitan dengan faktor-faktor lain.
Pengaruhnya terhadap status kesehatan dapat langsung maupun tidak
langsung.
Contoh :

Seorang bapak mau membangun WC yang sebelumnya masih BAB di


sungai karena :
a. Ia tahu BAB di jamban lebih sehat ( Pf)
b. Ia punya bahan bangunan untuk memebangun WC ( Ef )
c. Ada surat edaran dari Pak Lurah agar setiap kelurga mempunyai WC
(Rf)
Model konsep dan teori keperawatan sister calista roy.
Merupakan model dalam keperawatan yang menguraikan bagaimana
individu mampu meningkatkan kesehatannya dengan cara mempertahankan
perilaku secara adaptif serta mampu merubah perilaku yang mal adaptif.

Calista roy mengemukakan konsep keperawatan dengan model adaptasi


yang memiliki beberapa pandangan atau keyakinan serta nilai yang
dimilikinya antara lain:
1. Manusia sebagai makhluk biologi,psikologi,dan sosial yang selalu
berinteraksi dengan lingkungannya.
2. Untuk mencapai suatu homeostatis atau terintegrasi, seseorang harus
beradaptasi sesuai dengan perubahan yang terjadi.
3. Terdapat tiga tingkatan adaptasi pada manusia.
4. Sistem adaptasi memiliki empat mode adaptasi yaitu, fungsi fisiologis,
konsep diri,fungsi peran, dan interdependent.
5. Proses penyesuaian diri individu harus meningkatkan energi untuk
kelangsungan kehidupan, perkembangan, reproduksi dan ke unggulan
sehingga akan meningkatkan respon adaptif
Teori ABC (Sulzer, Azaroff, Mayer : 1977 )
Menurut teori ini perilau manusia merupakan sutu proses sekaligus hasil
interaksi antara : Antecedent Behavior Consequences

a. Antecedent : trigger, bisa alamiah ataupun man made


b. Behavior : reaksi terhadap antecedent
c. Consequences : bisa positif ( menerima), atau negatif ( menolak )
Contoh : Penyuluhan di Posyandu tentang bagaimana agar anak mau
makan banyak, salah satunya dengan membuat tampilan makanan
menarik (A), Ibu membuat tampilan makanan semenarik mungkin (B),
Anak mau makan banyak (C )
Teori REATION ACTION (FESBEIN & AJZEN :1980 )
Teori ini menekankan pentingnya intention/niat sebagai faktor penentu
perilaku.
Niat itu sendiri ditentukan oleh :
a. Sikap
b. Norma subjektif
c. Pengendalian perilaku

Contoh : Seorang ibu yang mau mengimunisasikan anaknya didasari niat,


dimana niat itu ditentukan oleh sikap ibu yang setuju dengan imunisasi,

keyakinan ibu akan perilaku yang diambil dan sudah siap bila anaknya
panas setelah diimunisasi.
Teori BEHAVIOR INTENTION ( Snehendu Kar : 1980 )
Menurut teori ini, perilaku kesehatan merupakan fungsi dari :
a. Behavior intention
b. Social support
c. Accessibility to information
d. Personal autonomy
e. Action situation
Contoh :
Seorang ibu melahirkan di dukun yang belum mengikuti pelatihan asuhan
persalinan normal, bukan di tenaga medis terlatih, mungkin dikarenakan :
a. Tidak ada niat melahirkan di bidan (BI)
b. Tidak ada tetangganya yang melahirkan di bidan (SC)
c. Tidak mendapat informasi persalinan yang sehat(AI)
d. Tidak bebas menentukan, takut mertua (PA)
e. Kondisi jauh dari puskemas(AS)
Teori THOUGHT AND FEELING ( WHO:1984)
Menurut teori ini perilaku kesehatan seseorang ditentukan oleh :
a. Thoughts and feeling
b. Personal reference
c. Resources
d. Culture
Contoh :
Seorang ibu habis melahirkan tidak mau menyusui anaknya, karena dia
punya keyakinan kalau payudaranya akan hilang keindahannya bila
menyusui (TF), atau karena artis yang diidolakannya tidak menyusui
sehingga dia mengikuti (PR), atau karena harus bekerja, tidak ada waktu
untuk menyusui (R), atau karena kebudayaan di daerah ibu tersebut lebih
keren kalau memberi susu formula daripada ASI, makin mahal harga susu
maka status sosial makin naik (C).

Judge dan Bono ( 2001), teori self efficacy


Perubahan perilaku yang menekankan adanya contoh dalam diri seseorang
sehingga perilaku seseorang dicontoh oleh masyarakat sekitar hingga
menjadikan sebuah budaya masyarakat. Teori perubahan perilaku ini biasa
digunakan dalam perubahan perilaku masyarakat khususnya kesehatan
dengan memanfaatkan tokoh masyarakat sekitar yang dianggap mempunyai
peran penting dan mempunyai suritauladan khususnya dibidang kesehatan.
Pendekatan perubahan perilaku masyarakat didasarkan pada tokoh

masyarakat sekitar yang mempunyai pengaruh lebih atau suritauladan


dalam perilaku hidup sehat.

Lohrmann et al (2008), teori perubahan perilaku The Ecology Model


of Health Behavior
Menekankan pada perubahan perilaku yang dipengaruhi oleh situasi
lingkungan sekitar. Pendekatan perubahan perilaku digunakan pada
pendekatan perubahan perilaku yang pesan perubahan perilaku di bawa oleh
anak didik untuk merubah perilaku orang tua maupun masyarakat. Informasi/
pesan yang diterima di dalam meja studi diharapkan dapat diterima oleh
orang tua maupun masyarakat. Informasi/ pesan menjadi keyakinan dan
persepsi sebuah kebenaran sehingga terjadi perubahan perilaku pada orang
tua atau masyarakat.

B. TEORI-TEORI PERILAKU DALAM PSIKOLOGI

1.

2.
3.
4.

Teori Stimulus-Organisme-Respons (SOR) Hosland, et al (1953)


Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan
perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi
dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources)
misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan
keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.
Teori ini mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya
sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut
menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :
Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima
atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti
stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti
disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari
individu dan stimulus tersebut efektif.
Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima)
maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi
kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan
maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut
(perubahan perilaku).
Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya
apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari
stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti
stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam
meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang peranan
penting.

Teori Fungsi Katz (1960)


Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu itu
tergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat
mengakibatkan perubahan perilaku seseorang apabila stimulus tersebut
dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut teori ini
perilaku dilator belakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Katz
berasumsi bahwa :

1.

Perilaku itu memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan


memberikan pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak
(berperilaku) positif terhadap objek demi pemenuhan kebutuhannya.
Sebaliknya bila objek tidak dapat memenuhi memenuhi kebutuhannya maka
ia akan berperilaku negatif. Misalnya orang mau membuat jamban apabila
jamban tersebut benar-benar menjadi kebutuhannya.
2.
Perilaku dapat berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai
pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya. Artinya dengan
perilakunya, dengan tindakan-tindakannya, manusia dapat melindungi
ancaman-ancaman yang datang dari luar. Misalnya orang dapat menghindari
penyakit demam berdarah karena penyakit tersebut merupakan ancaman
bagi dirinya.
3.
Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti.
Dalam peranannya dengan tindakannya itu, seseorang senantiasa
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan tindakan sehari-hari
tersebut seseorang telah melakukan keputusan-keputusan sehubungan
dengan objek atau stimulus yang dihadapi.
Pengambilan keputusan yang mengakibatkan tindakan-tindakan
tersebut dilakukan secara spontan dan dalam waktu yang singkat. Misalnya
bila seseorang merasa sakit kepala maka secara cepat tanpa berpikir lama ia
akan bertindak untuk mengatasi rasa sakit tersebut dengan membeli obat di
warung dan meminumnya, atau tindakan-tindakan lain.
Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam
menjawab suatu situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri seseorang
dan merupakan pencerminan dari hati sanubari. Oleh sebab itu perilaku itu
dapat merupakan layar dimana segala ungkapan diri orang dapat dilihat.
Misalnya orang yang sedang marah, senang, gusar, dan sebagainya dapat
dilihat dari perilaku atau tindakannya.
Teori ini berkeyakinan bahwa perilaku itu mempunyai fungsi untuk
menghadapi dunia luar individu dan senantiasa menyesuaikan diri dengan
lingkungannya menurut kebutuhannya. Oleh sebab itu didalam kehidupan
manusia, perilaku itu tampak terus-menerus dan berubah secara relatif.

Cyberbullying
PENGERTIAN
Menurut Kowalski cyberbullying mengacu pada bullying yang terjadi melalui
instant messaging, email, chat room, website, video game, atau
melalui gambaran atau pesan yang dikirim melalui telefon selular
(Marcum, Higgins, Freiburger, & Ricketts, 2012).
Smith (2008) mendefinisikan cyberbullying sebagai perilaku agresif dan
disengaja yang dilakukan sekelompok orang atau perorangan, yang
menggunakan media elektronik sebagai penghubungnya, yang
dilakukan secara berulang-ulang dan tanpa batas waktu terhadap seorang
korban yang tidak bisa membela dirinya sendiri.
Cyberbullying adalah tindakan mengirim atau mengunggah teks atau
gambar berbahaya atau kejam menggunakan internet atau perangkat
komunikasi digital lainnya. Cyberbullying dapat diposting di situs web
pribadi, blog, dan situs web. Pesan teks cyberbullying dapat disebarkan
melalui e-mail, online group, chatting, instant messagingdan pesan teks atau
pesan gambar digital melalui perangkat telefon (Willard, 2005).
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
cyberbullying merupakan tindakan bullying yang dilakukan oleh seseorang
melalui sosial media seperti web, sms, jejaring sosial, chat room, dan lainlain. Elemen cyberbullying terdiri dari 3 elemen, baik dalam setiap
praktek bullying dan cyberbullying, yaitu: pelaku (bullies), korban
(victims) dan saksi peristiwa (bystander) (Disa, 2011).
BENTUK AKTIVITAS CYBERBULLYING
Willard (2005) menyebutkan macam-macam jenis cyberbullying sebagai
berikut: (1) Flaming (terbakar) : yaitu mengirimkan pesan teks yang
isinya merupakan kata-kata yang penuh amarah dan frontal. Istilah
flame ini pun merujuk pada kata-kata di pesan yang berapi-api, (2)
Harassment (gangguan): pesan-pesan yang berisi gangguan pada
email, sms, maupun pesan teks di jejaring sosial dilakukan secara
terus menerus, (3) Cyberstalking: mengganggu dan mencemarkan
nama baik seseorang secara intens sehingga membuat ketakutan
besar pada orang tersebut, (4) Denigration (pencemaran nama baik):
yaitu proses mengumbar keburukan seseorang di internet dengan
maksud merusak reputasi dan nama baik orang tersebut, (5)
Impersonation (peniruan): berpura-pura menjadi orang lain dan
mengirimkan pesan-pesan atau status yang tidak baik, (6) Outing &

Trickery yaitu Outing: menyebarkan rahasia orang lain, atau foto-foto


pribadi orang lain, sedangkan Trickery (tipu daya): membujuk seseorang
dengan tipu daya agar mendapatkan rahasia atau foto pribadi orang
tersebut, (7) Exclusion (pengeluaran) yaitu secara sengaja dan kejam
mengeluarkan seseorang dari grup online.

Você também pode gostar