Você está na página 1de 9

SINDROM HEMOPOETIK

Radiasi berada diantara agen-agen etiologis yang diselidiki secara seksama


sehubungan dengan penyakit. Radiasi adalah gelombang atau partikel berenergi
tinggi yang berasal dari sumber alami atau sumber yang sengaja dibuat oleh
manusia. Walaupun masih banyak yang perlu dipelajari tentang interaksi antara
radiasi penyebab ionisasi dan zat hidup, namun sehubungan dengan mekanisme
kerusakan radiasi terhadap tingkat-tingkat sistem organ,sel, serta molekul telah
banyak yang diketahui jika dibandingkan dengan sebagian besar agen-agen lain
yang memberikan tekanan pada lingkungan. Sekumpulan data dosis respon
kuantitatif inilah yang memungkinkan para ahli fisika kesehatan untuk
menetapkan tingkat radiasi lingkungan, sehingga bisa mengurangi bahaya radiasi.
Dalam bidang fisika kesehatan, seperti halnya dalam bidang pengendalian
lingkungan terhadap agen membahayakan lainnya, kita menitikberatkan pada dua
tipe penyinaran:
1. Suatu penyinaran tunggal secara kebetulan dengan dosis radiasi yang tinggi
dalam periode waktu yang pendek, ini disebut peninaran akut, yang bisa
mengakibatkan efek-efek biologis dalam waktu pendek setelah penyinaran.
2. Tingkat penyinaran rendah dalam jangka panjang, dimana akibat-akibatnya
akan nampak setelah beberapa tahun, mungkin disebakan oleh langkahlangkah perlindungan yang kurang memadai atau kurang sesuai. Penyinaran
ini disebut penyinaran kronis/ kontinu.
Penyinaran radiasi berlebihan yang bersifat akut terhadap seluruh tubuh
akan mempengaruhi semua organ dan sistem-sistem yang terdapat dalam tubuh.
Namun demikian, karena tidak semua organ atau sistem memiliki kepekaan yang
sama terhadap radiasi, maka pola-pola respon atau sindrom penyakit pada
seseorang yang mengalami penyinaran berlebih tergantung pada banyaknya dosis
yang diberikan. Untuk menyederhanakan klasifikasi, maka sindrom radiasi akut
dibagi menjadi tiga kelompok, bersama naiknya tingkat keparan,yaitu:
1. Sindrom Hemopoietik
2. Sindrom gastrointestinal (yang berhubungan dengan lambung dan usus)
3. Sindrom sistem syaraf pusat.
Terdapat efek-efek tertentu yang lazim bagi ketiga kategori tersebut, meliputi:
a. mual dan ingin muntah
b. tidak enak badan dan lesu

c. naiknya suhu badan


d. perubahan-perubahan jumlah susunan darah.
Efek-efek akut di atas adalah sebagian dari efek somatik. Efek somatik ini
timbul dalam waktu beberapa menit, jam, atau minggu sejak penyinaran radiasi.
Efek dari dosis yang tinggi terlihat dengan gejala: mual, lemas, eritema
(kemerahan abnormal di kulit), epilasi (rontoknya rambut), gangguan darah,
gangguan entistimal, demam dan terkelupasnya lapisan luar kulit, berkurangnya
jumlah sperma pada pria, kemandulan tetap atau sementara dari wanita dan pria,
serta kerusakan sistem syaraf pusat (pada dosis radiasi yang sangat tinggi).
Beberapa efek somatik jangka pendek:
1. Sindrom radiasi akut
Sindrom radiasi akut terjadi setelah seluruh tubuh manusia menerima dosis
radiasi ionisasi yang besar dalam waktu singkat. Sindrom radiasi akut ini
termanifestasi dalam 4 tahap:
a. Tahap prodromal: terjadi beberapa jam setelah penyinaran, dengan ciri-ciri
mual, muntah, diare, dan lemas.
b. Tahap laten: gejala seperti tahap prodromal, sudah tidak terlihat dalam satu

minggu.
c. Tahap manifes: gejala ini terlihat pada akhir minggu pertama atau setelah
tahap laten. Beberapa gejalanya antara lain bingung, epilasi, haus, diare
yang parah, demam, infeksi, perdarahan, dan gangguan kardiovaskular.
d. Tahap kesembuhan atau kematian: setelah mengalami ketiga tahap
tersebut, kemungkinan yang akan terjadi adalah kesembuhan atau
kematian. Kematian terjadi apabila seluruh tubuh menerima penyinaran
dosis subtotal sebesar 2-3 Gray (200-300 rad), sedang kesembuahan terjadi
dalam waktu 3 bulan.
2. Sindrom hematopoetik (sindrom tulang)
Terjadi setelah tubuh manusia menerima dosis radiasi sebesar 1-10 Gray (1001000 rad). Penyinaran ini menyebabkan jumlah sel darah putih, sel darah
merah, dan platelet dalam aliran darah akan berkurang. Juga dapat
menimbulkan kerusakan sel-sel lain dalam organ sehingga sistem organ gagal
berfungsi atau tubuh kehilangan kemampuan melawan infeksi. Dengan
demikian, tubuh akan makin mudah terserang infeksi yang akhirnya
mengalami perdarahan.
3. Sindrom gastrointestinal

Pada manusia, sindrom gastrointestinal timbul pada dosis 1 Gray (100 rad),
dengan gejala-gejala mual yang parah, muntah, diare, hilangnya nafsu makan,
perdarahan

pada

saluran

GI,

infeksi,

lemas,

demam,

anemia,

ketidakseimbangan elektrolit, dan hilangnya cairan tubuh yang kemudian


berakibat fatal, yaitu meninggal. Kejadian tersebut terjadi dalam waktu 35
hari setelah penyinaran.
4. Sindrom sistem saraf pusat
Sindrom sistem saraf pusat merupakan radiasi akut karena dosis yang diterima
sekitar 50 Gray(5000 rad). Orang yang terkena radiasi ini akan menunjukkan
gejala dis-orientasi serta syok, diiringi mual yang parah, muntah, diare cair,
terkaget-kaget disertai bingung dan kurang terkoordinasi, serta rasa terbakar
pada kulit. Juga edema, hilangnya keseimbangan, lemas, kejang-kejang,
ketidakseimbangan elektrolit, frustrasi, koma, dan kematian karena gangguan
kardiovaskular. Hasil akhir dari kerusakan ini adalah kegagalan sistem saraf
pusat yang menimbulkan kematian segera.
Disini kita akan fokus membahas masalah sindrom hemopotik (sindrom
tulang). Di atas sedikit dijelaskan tenteng sindrom tersebut. Sindrom ini tampak
setalah adanya penyinaran gamma dengan dosis 200 rad. Radiasi gamma yang
memiliki daya tembus sangat besar. Sinar gamma digambarkan sebagai cahaya
dengan frekuensi dan energi tertinggi dalam spektrum elektromagnetik. Sinar
gamma memiliki radiasi pengion berenergi tinggi sehingga menyebabkan kulit
terbakar, melukai organ dalam dan menyebabkan efek jangka panjang. Penyakit
ini ditandai dengan depresi atau terbakarnya sumsum tulang, dan akibat fisiologis
dari kerusakan ini. Pertama ditandai dengan agak mendadak dan dimulai dengan
rasa mual dan muntah-muntah dalam beberapa jam setelah penyinaran yang
berlebihan terjadi. Rasa tidak enak badan dan lesu dirasakan oleh korban, tetapi
tingkat tidak enak badannya tidak tampak berkorelasi dengan ukuran dosisnya.
Epilepsi yang hampir selalu tampak, muncul antara minggu kedua dan ketiga
sesudah penyinaran. Kematian bisa terjadi dalam satu hingga dua bulan setelah
penyinaran. Efek-efek utama tentunya dicatat, terdapat pada sumsum tulang dan
di dalam darah. Depresi sumsum terlihat pada dosis 200 rad, pada dosis sekitar
400-600 rad kebakaran sumsum sepenuhnya terjadi. Kendatipun demikian, dalam
hal ini pertumbuhan kembali sumsum tadi mungkin terjadi jika korban

mempertahankan efek-efek biologis dari penggundulan sumsumnya. Sindroma


hematopioetik, yang menyerang sumsum tulang, limpa dan kelenjar getah bening.
Semuanya merupakan tempat pembentukan sel-sel darah yang utama. Sindroma
ini terjadi jika dosis total mencapai 2-10 gray dan diawali dengan berkurangnya
nafsu makan, apati, mual dan muntah. Gejala yang paling berat terjadi dalam
waktu 6-12 jam setelah pemaparan dan akan menghilang dalam waktu 24-36
setelah pemaparan. Selama periode bebas gejala, sel penghasil darah di dalam
limpa, kelenjar getah bening dan sumsum tulang, mulai berkurang sehingga selsel darah merah dan putihpun sangat berkurang. Kekurangan sel darah putih
seringkali menyebabkan terjadinya infeksi yang berat. Jika dosis total lebih dari 6
gray, maka biasanya kelainan fungsi hematopoietik dan saluran pencernaan akan
berakibat fatal.
Pengobatan pada sindroma hematopoietik, untuk menggantikan sel darah yang
hilang dilakukan transfusi. Untuk mencegah infeksi diberikan antibiotik dan
penderita dijauhkan dari orang-orang yang sedang menderita suatu infeksi.
Kadang dilakukan pencangkokkan sumsum tulang, tetapi angka keberhasilannya
rendah. Apabila pasien tidak diterapi dapat terjadi kematian selama 1530 hari.
Kegagalan fungsi sumsum tulang dapat menyebabkan infeksi, defisiensi imun dan
diathesis hemoragika. Fungsi sel pada saluran gastrointestinal juga mengalami
kerusakan. Muntah, diare, hilangnya cairan dan gangguan barier mukosa sampai
terjadinya infeksi merupakan kontribut kematian.
Prognosis secara umum tergantung kepada dosis, kecepatan dosis dan
penyebaran bahan radiasi di seluruh tubuh. Pemeriksaan darah dan sumsum tulang
berulang bisa memberikan informasi tambahan tentang beratnya cedera yang
terjadi. Prognosis pada sindroma hematopoietik seringkali menyebabkan kematian
dalam waktu 8-50 hari; kematian akibat infeksi yang berat terjadi dalam waktu 24 minggu setelah pemaparan, kematian akibat perdarahan hebat terjadi dalam
waktu3-6 minggu setelah pemaparan.

Gambar 1.
Pada dosis serap tubuh sekitar 2 7 Gy, akan terjadi sindrom
hematopoitik. Setelah periode prodromal, terjadi periode laten sekitar 1 2
minggu. Tanda dan simptom yang ada sebagai konsekuensi dari adanya kerusakan
pada sumsum tulang, organ2 limfatik dan respon imun. Pada sindrom ini, terjadi
reduksi cepat sel limfosit dan reduksi yang agak tertunda pada sel granulosit,
platelet,

dan

eritrosit.

Granulositopenia

mengarah

pada

infeksi

dan

trombositopenia mengarah pada hemorrhage. Pajanan radiasi di atas dosis 5 Gy


masih memungkinkan sebagian kecil sel stem yang masih hidup untuk aktif
melakukan proliferasi sehingga memberi peluang besar terhadap ketahanan hidup
korban. Pada pria, adanya 10 % sumsum yang aktif masih mampu untuk
mempertahankan hidup hampir semua korban setelah menerima dosis radiasi
mendekati LD 50/60. Sumsum aktif pada orang dewasa dijumpai pada berbagai
tempat : skull 7%, limbs atas 4%, rusuk 19%, sternum 3%, vertebra cervik 4 %,
thorak 10%, lumbar 11%, pelvis 30% dan limb bawah 11%. Ini mungkin

menyebabkan kenapa sumsum sebagian pasien mampu pulih kembali setelah


terpajan dosis rerata seluruh tubuh dalam kisaran 8 Gy. Transfusi platelet
dilakukan ketika jumlah platelet kurang dari 20 x 109 sel/L dan hemoglobin
kurang dari 80 100 g/L. Jumlah platelet sekitar 10 x 109 sel/L adalah cukup bila
tidak ada pendarahan, tetapi jika operasi harus dilakukan, jumlah platelet paling
tidak harus mencapai 75 x109 sel/L. Transfusi darah harus dihindari jika sel stem
atau transplant lain contemplated. Transfusi granulosit perlu dipertimbangkan
untuk mengatasi netropenia.
Transplantasi sumsum tulang ini merupakan tindakan yang diperlukan
terhadap korban kecelakaan radiasi seluruh tubuh ketika dosis yang diterima
relative tinggi sehingga tidak memungkinkan sel stem sumsum tulang untuk dapat
melakukan proses pemulihan atau regenerasi dan repopulasi. Transplantasi
sumsum tulang mempunyai keterbatasan seperti donor sel sumsum yang harus
cocok, kendala usia, HLA typing pada pasien lymphogenik, kebutuhan
imunosupresi tambahan dan juga risiko penyakit graft vs host.

Você também pode gostar

  • Full-Movie HTML
    Full-Movie HTML
    Documento2 páginas
    Full-Movie HTML
    Risa Dwi Utami
    Ainda não há avaliações
  • Full-Movie HTML
    Full-Movie HTML
    Documento2 páginas
    Full-Movie HTML
    Risa Dwi Utami
    Ainda não há avaliações
  • Surat Izin Praktik
    Surat Izin Praktik
    Documento1 página
    Surat Izin Praktik
    Risa Dwi Utami
    Ainda não há avaliações
  • Persyaratan Tkhi
    Persyaratan Tkhi
    Documento1 página
    Persyaratan Tkhi
    Risa Dwi Utami
    Ainda não há avaliações
  • Surat Izin Ganguan
    Surat Izin Ganguan
    Documento2 páginas
    Surat Izin Ganguan
    Julian FsyGa
    Ainda não há avaliações
  • Full-Movie HTML
    Full-Movie HTML
    Documento1 página
    Full-Movie HTML
    Risa Dwi Utami
    Ainda não há avaliações
  • Pemberian Pelayanan Yang Seragam
    Pemberian Pelayanan Yang Seragam
    Documento18 páginas
    Pemberian Pelayanan Yang Seragam
    Risa Dwi Utami
    Ainda não há avaliações
  • Surat Perjanjian Sampah Medis
    Surat Perjanjian Sampah Medis
    Documento1 página
    Surat Perjanjian Sampah Medis
    Risa Dwi Utami
    Ainda não há avaliações
  • Full-Movie HTML
    Full-Movie HTML
    Documento1 página
    Full-Movie HTML
    Risa Dwi Utami
    Ainda não há avaliações
  • Full-Movie HTML
    Full-Movie HTML
    Documento2 páginas
    Full-Movie HTML
    Risa Dwi Utami
    Ainda não há avaliações
  • Sniko 2015 A41
    Sniko 2015 A41
    Documento1 página
    Sniko 2015 A41
    Risa Dwi Utami
    Ainda não há avaliações
  • Surat X Ray
    Surat X Ray
    Documento1 página
    Surat X Ray
    Risa Dwi Utami
    Ainda não há avaliações
  • Alexion Spec
    Alexion Spec
    Documento1 página
    Alexion Spec
    Risa Dwi Utami
    Ainda não há avaliações
  • Full-Movie HTML
    Full-Movie HTML
    Documento1 página
    Full-Movie HTML
    Risa Dwi Utami
    Ainda não há avaliações
  • Permendagri 61 Tahun 2007
    Permendagri 61 Tahun 2007
    Documento37 páginas
    Permendagri 61 Tahun 2007
    rocky
    Ainda não há avaliações
  • S Ket Pol
    S Ket Pol
    Documento1 página
    S Ket Pol
    Risa Dwi Utami
    Ainda não há avaliações
  • Surat Kuasa
    Surat Kuasa
    Documento2 páginas
    Surat Kuasa
    Dolichoderus Thoracicus
    Ainda não há avaliações
  • Pedoman ICU
    Pedoman ICU
    Documento53 páginas
    Pedoman ICU
    Margaretha Indah Wijilestari
    Ainda não há avaliações