Você está na página 1de 4

Definisi

Abses hati adalah berbentuk infeksi pada hati yang disebabkan oleh karena infeksi
bakteri,parasit,jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari sistem gastrointestinal yang
ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan pus yang terdiri dari jaringan hati
nekrotik,sel-sel inflamasi atau sel darah didalam parenkim hati.
Klasifikasi
Abses hati terbagi 2 secara umum, yaitu :
1. Abses hati amebik ( AHA ) merupakan salah satu komplikasi amebiasis ekstraintestinal
yang paling sering dijumpai didaerah tropik/subtropik
2. Abses hati piogenik ( AHP ) dikenal juga sebagai hepatic abcess,bacterial liver abcess,
bacterial abcess of the liver,bacterial hepatic abcess.
Patogenesis
Hati adalah organ yang paling sering untuk terjadinya abses. Dari suatu studi di amerika,
di dapatkan 13% abses hati dari 48% abses visceral. Abses hati dapat berbentuk soliter ataupun
multiple. Hal ini dapat terjadi dari penyebaran hematogen maupun secara langsung dari tempat
terjadinya infeksi didalam rongga peritoneum. Hati menerima darah secara sistemik maupun
melalui sirkulasi vena portal, hal ini memungkinkan terinfeksinya hati oleh Karena paparan
bakteri yang berulang, tetapi dengan adanya sel kuppfer yang membatasi sinusoid hati akan
menghindari terinfeksinya hati oleh bakteri tersebut. Adanya penyakit sistem biliaris sehingga
terjadi obstruksi aliran empedu akan menyebabkan terjadinya proliferasi bakteri. Adanya tekanan
dan distensi kanalikuli akan melibatkan cabang-cabang dari vena portal dan limfatik sehingga
akan terbentuk formasi abses fileflebitis. Mikroabses yang terbentuk akan menyebar secara
hematogen ssehingga terjadi bakterimia sistemik. Penetrasi akibat trauma tusuk akan
menyebabkan inokulasi bakteri pada parenkim hati sehingga terjadi AHP. Penetrasi akibat trauma
tumpul menyebabkan nekrosis hati, perdarahan intrahepatik dan terjadi kebocoran saluran
empedu sehingga terjadi kerusakan dari kanalikuli. Kerusakan kanalikuli menyebabkan
masuknya bakteri ke hati dan terjadi pertumbuhan bakteri denga proses supurasi dan
pembentukan pus. Lobus kanan hati yang lebih sering terjadi AHP dibandingkan lobus kiri, hal
ini berdasarka anatomi hati, yaitu lobus kanan menerima darah dari arteri mesenterika superior
dan vena portal sedagkan lobus kiri menerima darah dari arteri mesenterika inferior dan aliran
limfatik.
Manifestasi klinik
Manifestasi sistemik AHP biasanya lebih berat daripada abses hati amebic. Dicurigai
adanya AHP apabila ditemukan sindroma klinik klasik berupa nyeri spontan perut kanan atas,
yang ditandai dengan jalan membungkuk kedepan dengan kedua tangan diletakkan diatasnya.
Demam/panas tinggi merupakan keluhan paling utama, keluhan lain yaitu nyeri pada kuadran

kanan atas abdomen dan disertai dengan keadaan syok. Setelah era pemakaian antibiotic yang
adekuat, gejala dan manifestasi klinis AHP adalah malaise, demam yang tidak terlalu tinggi dan
nyeri tumpul pada abdomen yang menghebat dengan adanya pergerakan. Apabila abses hati
piogenik letaknya dekat dengan diafragma, maka akan terjadi iritasi diafragma sehingga terjadi
nyeri pada bahu sebelah kanan, batuk ataupun terjadi atelektasis. Gejala lainnya adalah rasa
mualdan muntah, berkurangnya nafsu makan, terjadi penurunan berat badan yang
unintentional,kelemahan badan,ikterus,buang air besar berwarna seperti kapur dan buang air
kecil berwarna gelap.
Pemeriksaan fisis yang didapatkan febris yang summer-summer hingga demam/panas
tinggi, pada palpasi terdapat hepatomegali serta perkusi terdapat nyeri tekan hepar yang
diperberat dengab adanya pergerakan abdomen,splenomegali didapatkan apabila AHP telah
menjadi kronik, selain itu, bias didapatkan asites,ikterus serta tanda-tanda hipertensi portal.
Diagnosis
Menegakkan diagnosis AHP berdasarkan anamnesis,pemeriksaan fisis dan laboratories
serta pemeriksaan penunjang. Diagnosis AHP kadang-kadang sulit ditegakkan sebab gejala dan
tanda klinis sering tidak spesifik. Sedangkan diagnosis dini memberikan arti penting dalam
pengelolaan AHP Karena penyakit ini dapat disembuhkan. Sebaliknya, diagnosis dan pengobatan
yang terlambat akan meningkatkan angka kejadian morbiditas dan mortalitas. Diagnosis dapat
ditegakkan buka hanya dengan CT-Scan saja. Meskipun pada akhirnya dengan CT-Scan
mempunyai nilai prediksi yang tinggi untuk diagnosis AHP, demikian juga dengan tes serologi
yang dilakukan. Tes serologi yang negatif menyingkirkan diagnosis AHA, meskipun terdapat
pada sedikit kasus, tes ini menjadi posistif setelah beberapa hari kemudian. Diagnosis
berdasarkan penyebab adalah dengan menemukan bakteri penyebab pada pemeriksaan kultur
hasil aspirasi, ini merupakan standar emas untuk diagnosis.
Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis yang tinggi dengan pergeseran
kekiri, anemia, peningkatan laju endap darah, peningkatan alkalin fosfatase, peningkatan enzim
transaminase dan serum bilirubin, berkurangnya konsentrasi albumin serum dan waktu
protombin yang memanjang menunjukkan bahwa terdapat kegagalan fungsi hati yang
disebabkan AHP. Tes serologi digunakan untuk menyingkirkan diagnosis banding. Kultur darah
yang memperlihatkan bakterial penyebab menjadi standar emas untuk menegakkan diagnosis
secara mikrobiologik.
Pada pemeriksaan penunjang yang lain, seperti pada pemeriksaan foto toraks dan foto
polos abdomen ditemukan diafragma kanan meninggi, efusi pleural, atelektasis basiler, empiema
atau abses paru. Pada foto toraks PA, sudut kardiofrenikus tertutup, pada posisi lateral sudut
kostofrenikus anterior tertutup. Di bawah diafragma, terlihat bayangan udara atau air fluid level.
Abses lobus kiri akan mendesak kurvatura minor. Secara angiografik abses merupakan daerah

avaskular. Pemeriksaan penunjang yang lain yaitu abdominal CT-Scan atau MRI, ultrasonografi
abdominal dan biopsi hati, kesemuanya saling menunjang sehingga memiliki nilai diagnostic
semakin tinggi. Abdominal CT-Scan memiliki sensitifitas 95-100% dan dapat mendeteksi
luasnya lesi hingga kurang dari 1 cm. ultrasound abdomen memiliki sensitifitas 80-90%,
Ultrasound-Guided Aspirate for Culture and Special Stains, dengan kultur hasil aspirasi
terpimpin dengan ultrasound didapatkan positif 90% kasus, sedangkan gallium dan technectium
radionuclide scanning memiliki sensitivitas 50-90%.
Komplikasi
Saat diagnosis ditegakkan, menggambarkan keadaan penyakit yang berat, seperti
septicemia/bakterimia dengan mortalitas 85%, ruptur abses hati disertai peritonitis generalisata
dengan mortalitas 6-7%, kelainan pleuropulmonal, gagal hati, perdarahan ke dalam rongga abses,
hemobilia, empiema, fistula hepatobronkial, ruptur kedalam perikard atau retroperitoneum.
Sesudah mendapat terapi, sering terjadi diathesis hemoragik, infeksi luka, abses rekuren,
perdarahn sekunder dan terjadi rekurensi atau reaktifasi abses.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan AHP secara konvensional adalah dengan drainase terbuka secara operasi
dan antibiotic spectrum luas oleh karena bakteri penyebab abses terdapat di dalam cairan abses
yang sulit dijangkau dengan antibiotika tunggal tanpa aspirasi cairan abses. Penatalaksanaan saat
ini adalah dengan menggunakan drainase perkutaneus abses intraabdominal dengan tuntunan
abdomen ultrasound atau tomografi computer, komplikasi yang bisa terjadi adalah perdarahan,
perforasi organ intraabdominal, infeksi ataupun terjadi kesalahan dalam penempatan kateter
untuk drainase kadang-kadang pada AHP multiple diperlukan reseksi hati.
Penatalaksanaan dengan menggunakan antibiotika pada terapi awal digunakan penisilin.
Selanjutnya, dikombinasikan antara ampisilin,aminoglikosida atau sefalosporin generasi III dan
klindamisin atau metronidazol. Jika dalam waktu 48-72 jam, belum ada perbaikan klinis dan
laboratoris maka antibiotika yang digunakan diganti dengan antibiotika yang sesuai dengan hasil
kultur sensitifitas aspirat abses hati. Pengobatan secar parenteral selama 10-14 hari dan
kemudian dilanjutkan kembali hingga 6 minggu kemudian.
Pengelolaan dengan dekompresi saluran biliaris yaitu dengan rute transhepatik atau dengan
melakukan endoskopi.
Prognosis
Mortalitas AHP yang diobati dengan antibiotika yang sesuai bakterial penyebab dan
dilakukan drainase adalah 10-16%. Prognosis yang buruk apabila terjadi keterlambatan diagnosis
dan pengobatan, jika hasil kultur darah yang memperlihatkan bakterial penyebab multiple, tidak

dilakukan drainase terhadap abses, adanya ikterus, hipoalbuminemia, efusi pleural atau adanya
penyakit lain.

Você também pode gostar

  • Anastesi
    Anastesi
    Documento15 páginas
    Anastesi
    Yelli Syafriani
    Ainda não há avaliações
  • NEUROLOGIS
    NEUROLOGIS
    Documento16 páginas
    NEUROLOGIS
    Ferry Juniansyah
    Ainda não há avaliações
  • Tugas Terakhir Anastesi
    Tugas Terakhir Anastesi
    Documento8 páginas
    Tugas Terakhir Anastesi
    Yelli Syafriani
    Ainda não há avaliações
  • Pneumonia
    Pneumonia
    Documento45 páginas
    Pneumonia
    Yelli Syafriani
    Ainda não há avaliações
  • Mekong Sehat Tarigan
    Mekong Sehat Tarigan
    Documento13 páginas
    Mekong Sehat Tarigan
    Yelli Syafriani
    Ainda não há avaliações
  • Terapi Cairan
    Terapi Cairan
    Documento13 páginas
    Terapi Cairan
    Yelli Syafriani
    Ainda não há avaliações
  • Emboli Paru
    Emboli Paru
    Documento18 páginas
    Emboli Paru
    Irfan Hidayat
    Ainda não há avaliações