Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
NIM
: 14120706037
1. Filosofi adanya rumah sakit dan penggeseran yang terjadi dalam menejemen
rumah sakit.
Menurut UU No 44 tahun 2009 pasal 1 ayat 1 tentang rumah sakit,
dimana
rumah
sakit
sebagai
institusi
pelayanan
kesehatan
yang
( pasien ) tidak akan memilih rumah sakit tersebut. Serta semakin banyaknya
berkembang dan bermunculannya rumah sakit swasta, mereka saling bersaing
dalam pemberian mutu kepada konsumen ( pasien ). tanpa menggunakan
strategi menejemen yang tepat salah satunya meningkatkan mutu dan menjaga
mutu pelayanan rumah sakit maka rumah sakit tersebut tidak akan laku sebagai
produk jasa.
3. Pengelolaan pelayanan rumah sakit dalam konteks JKN sesuai UU No 24 tahun
2011 tentang BPJS yaitu :
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui BPJS Kesehatan dengan pola
pembayaran INA-CBG dan Akreditasi Rumah Sakit versi 2012, secara tidak
langsung menuntut para pengelola rumah sakit mampu mengelola proses
pelayanan dan penggunaan sumber daya secara efektif, efisien dan produktif
dengan tetap berorientasi pada penanganan pasien, keselamatan pasien,
peningkatan kualitas pelayanan dan konsisten. Perkembangan teknologi dan
ilmu kesehatan mempengaruhi proses pelayanan di rumah sakit menuju kepada
peningkatan efektivitas, produktivitas dan mutu pelayanan.
INA-CBG menganut paradigma pembayaran prospektif atas layanan
kesehatan di fasilitas kesehatan rujukan atau tingkat lanjut. Hitungan akhir
untung atau rugi harus dilihat keseluruhan, bukan lagi per tindakan atau
layanan seperti paradigma tagihan per layanan (fee for service).
Dengan bergabung menjadi keanggotaan BPJS ini memiliki keuntungan
yaitu pasien tidak ditarif biaya apabila menggunakan layanan sesuai dengan
kelas yang terdaftar. Bagi peserta Askes, Jamkesmas, dan Jamsostek yang ingin
mendapatkan pelayanan di RSUA cukup membawa kartu kepesertaan BPJS
asli, menunjukkan KTP asli dan melampirkan fotokopiannya, dan membawa
surat tujukan dari PPK1 (Pusat Pelayanan Kesehatan tingkat 1). Bagi TNI/Polri
diharapkan membawa fotokopi kartu anggota.Jenis Pelayanan terbagi menjadi
da 2 (dua) jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh Peserta JKN, yaitu berupa
pelayanan kesehatan (manfaat medis) serta akomodasi dan ambulans (manfaat
non medis). Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas
Kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.
Prosedur pelayanan dimana peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan
pertama-tama harus memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan
tingkat pertama. Bila Peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat
lanjutan, maka hal itu harus dilakukan melalui rujukan oleh Fasilitas Kesehatan
tingkat pertama, kecuali dalam keadaan kegawat daruratan medis.
4. Upaya yang harus dilakukan rumah sakit untuk mewujudkan patient safety
yaitu :
Tujuan dilakukannya kegiatan Patient Safety di rumah sakit adalah untuk
menciptakan budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan
akuntabilitas rumah sakit, menurunkan KTD di rumah sakit, terlaksananya
program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian
tidak diharapkan. Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah
yang penting dalam sebuah rumah sakit, maka diperlukan standar keselamatan
pasien rumah sakit yang dapat digunakan sebagai acuan bagi rumah sakit di
Indonesia. Standar keselamatan pasien rumah sakit yang saat ini digunakan
mengacu pada Hospital Patient Safety Standards yang dikeluarkan oleh Join
Commision on Accreditation of Health Organization di Illinois pada tahun
2002 yang kemudian disesuaikan dengan situasi dan kondisi di Indonesia.
Penilaian keselamatan yang dipakai Indonesia saat ini dilakukan dengan
menggunakan instrumen Akreditasi Rumah Sakit yang dikeluarkan oleh
KARS. Departemen Kesehatan RI telah menerbitkan Panduan Nasional
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety) edisi kedua pada tahun 2008
yang terdiri dari dari 7 standar, yakni:
1. Hak pasien
2. Mendididik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien
1014/MENKES/SK/XI/2008
Tentang
Standar
Pelayanan
Scan secara bergantian. Dan yang terakhir untuk shift malam dijaga
oleh 1 radiogarafer saja.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang Standar Pelayanan
Radiologi Diagnostik Di Sarana Pelayanan Kesehatan, jumlah
radiografer sebaiknya dua orang masing-masing alat. Bila di hitung
kesediaan alat diagnostik di Instalasi Radiologi Kabupaten Badung
yang berjumlah 8 alat yang terdiri dari pesawat konvensional, CTScan, Panoramic dan pesawat flouroscopy, C-Arm, Mobile X-ray,
mammography dan USG. Sehingga dari jumlah tenaga radiografer
yang ada di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Badung belum
memenuhi kriteria sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1014/MENKES/SK/XI/2008 dengan kategori
Rumah Sakit Kelas B atau setara