Você está na página 1de 22

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT ADHI KARYA

Disusun Oleh:
Muhammad Farhan Riansyah Putra (1506723654)
Aghna Mahardhika (1506726422)
Gerdyan Hidayat S (1506727210)
Mochammad Raka Abrar (1506749943)
MAKALAH PENGANTAR AKUNTANSI 2

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS INDONESIA
TAHUN 2015/2016

Statement of Authorship
Kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir
adalah murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami gunakan
tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas
pada mata ajaran lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menyatakan
bahwa saya/kami menggunakannya.
Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

Judul Makalah/Tugas : Analisis Laporan Keuangan PT Adhi Karya


Tanggal : 9 Juni 2016
Dosen : Widhi Astono
Mata Ajaran : Pengantar Akuntansi 2

Nama : Muhammad Farhan Riansyah Putra

Nama : Gerdyan Hidayat S

NPM : 1506723654

NPM : 1506727210

Tandatangan :

Tandatangan :

Nama : Aghna Mahardhika

Nama : Mochammad Raka Abrar

NPM : 1506726422

NPM : 1506749943

Tandatangan :

Tandatangan :

Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Analisis Laporan Keuangan PT Adhi
Karya dengan baik. Makalah ini kami buat dengan tujuan pemenuhan Tugas Kelompok yang
dikumpulkan saat UAS.
Kami berterima kasih kepada Bapak Widhi Astono S.E., MM. yang telah membimbing
kami dalam proses pembuatan makalah ini. Kami juga berterima kasih kepada seluruh pihak
yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat memperluas wawasan pembaca mengenai
Analisis Laporan Keuangan suatu perusahaan.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah yang kami buat.
Untuk itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai bagian dari
pembelajaran kami.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Profil Perusahaan
PT Adhi Karya merupakan perusahaan yang sangat bersejarah di Indonesia. Perusahaan
yang pada mulanya bernama Architecten-Ingenicure-en Annemersbedrijf Associatie Selle en
de Bruyn, Reyerse en de Vries N.V. (Assosiate N.V.) ini dinasionalisasi pada 11 Maret 1960
menjadi PN Adhi Karya. Kemudian, berdasarkan pengesahan Menteri Kehakiman Republik
Indonesia, pada tanggal 1 Juni 1974, ADHI berubah status menjadi Perseroan Terbatas. Hingga
pada tahun 2004 ADHI telah menjadi perusahaan konstruksi pertama yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.1

1.2 Latar Belakang Pemilihan Perusahaan


Sejak awal mula nasionalisasi hingga saat ini, PT Adhi Karya telah menjadi pemacu
pembangunan infrastruktur di Indonesia. Berbagai proyek di Indonesia sudah diselesaikan atau
masih dalam proses pembangunan, hingga yang terbaru, pembangunan proyek LRT di DKI
Jakarta yang ternyata memberi dampak yang cukup signifikan terhadap kondisi keuangan PT.
Adhi Karya. Kami ingin menganalisis kondisi keuangan yang nampaknya berubah cukup
signifikan dalam 2 tahun terakhir (2014-2015). Dengan menggunakan berbagai instrumen
analisis rasio, kami berharap makalah ini bisa menguraikan analisis sederhana terhadap kondisi
keuangan perusahaan ini dan mudah-mudahan juga bisa menjadi sumber informasi dan
pembelajaran bagi kami untuk mata kuliah Pengantar Akuntansi 2.

http://www.adhi.co.id/about-adhi/company-profile

BAB II
ISI
2.1 Analisis Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas berfungsi unutk menunjukkan atau mengukur kemampuan peruahaan
dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar
perusahaan maupun dalam perusahaan (Kasmir, 2015: 110).
2.1.1 Accounts Receivable Turnover
Perputaran piutang (Account Receivable Turnover) merupakan rasio yang mengukur
berapa kali dana yang ditanam dalam piutang berputar dalam satu periode. Semakin besar
nilainya maka semakin rendah jumlah modal kerja yang ditanamkan dalam piutang. Perputaran
Piutang = Pendapatan/Rata-rata Piutang (Kasmir, 2015: 176).
Perputaran piutang 2014 = 8,653,578,309,020/((1,953,900,412,991+ 1,503,438,150,041)/2) =
5.00 kali
Perputaran piutang 2015 = 9,389,570,098,578/((2,231,747,915,506 +1,953,900,412,991)/2) =
4.48 kali
Terjadi penurunan sebesar 0.52 kali pada tahun 2015.
Penurunan perputaran piutang sebesar diakibatkan kenaikan piutang yang mengiringi
kenaikan pendapatan. Sebagian kenaikan piutang pada 2015 sebagian disumbang oleh
Kementrian Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat dalam perbaikan jalan tol Kanci-Pejagan.
2.1.2 Number of Days Sales in Receivables
Rata-rata Jangka Waktu Penagihan Piutang (Number of Days Sales in Receivables)
adalah rasio yang digunakan untuk mengukur jangka waktu yang dibutuhkan untuk menagih
piutang. Rata-rata Jangka Waktu Penagihan Piutang = Rata-rata Piutang/Rata-rata Penjualan
per Hari (Warren dkk., 2014: 789).
Rata-rata

Jangka

Waktu

Penagihan

Piutang

((1,953,900,412,991+1,503,438,150,041)/2)/(8,653,578,309,020/365) = 73 hari

2014

Rata-rata

Jangka

Waktu

Penagihan

Piutang

2015

((2,231,747,915,506+1,953,900,412,991)/2)/(9,389,570,098,578/365) = 81 hari
Terjadi penurunan kemampuan menagih piutang selama 8 hari.
Hal ini menunjukkan penurunan kemampuan penagihan piutang oleh PT Adhi Karya.
Salah satu yang menjadi sebabnya adalah tersendatnya pembayaran piutang oleh Pemerintah
Provinsi Riau untuk proyek Pembangunan Infrastruktur Stadion Utama senilai Rp141 milliar
yang kemudian dijanjikan akan dibayarkan dengan APBD 2016.
2.1.3 Inventory Turnover
Perputaran persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali
dana yang ditanam dalam persediaan (inventory) ini berputar dalam satu periode. Rasio ini
menunjukkan berapa kali barang persediaan diganti. Semakin besar, semakin bagus, artinya
semakin sering barang persediaan diganti. Perputaran Persediaan = Harga Pokok
Penjualan/Rata-rata Persediaan (Kasmir, 2015: 180).
Perputaran Persediaan 2014 = 7,655,376,741,694/((132,013,517,468+161,559,750,775)/2) =
52, 1 kali
Perputaran Persediaan 2015 = 8,414,925,778,081/((162,650,778,629+132,013,517,468)/2) =
57, 1 kali
Terjadi kenaikan Perputaran Persediaan sebesar 5 kali pada tahun 2015.
Kenaikan perputaran persediaan ini diperkirakan terjadi karena PT Adhi Karya
menjalankan proyek-proyek besar pada 2015 seperti pembangunan trasnportasi massal light
rail transit (LRT). Nilai rasio yang sangat besar ini juga mungkin terjadi karena PT Adhi Karya
merupakan perusahaan jasa yang bergerak di bidang konstruksi, bukan perusahaan dagang.

2.2 Analisis Rasio Solvabilitas


Syafri (2008:303) menyatakan bahwa Rasio solvabilitas adalah rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewjiban jangka panjangnya/
kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi.

2.2.1 Working capital


Modal Kerja atau Working Capital digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan
untuk membayar utang jangka pendeknya. Working capital = Current Assets Current
Liabilitiies (Warren dkk., 2014: 786).
Working Capital 2014 = 9,484,298,907,925-7,069,703,612,022 = 2,414,595,295,903
Working Capital 2015 = 14,691,152,497,441-9,414,462,014,334 = 5,276,690,483,107
Terjadi kenaikan working capital sebesar Rp2,862,095,187,204 pada tahun 2015.
Hal ini menunjukkan peningkatan kemampuan membayar utang jangka pendek dari PT
Adhi Karya. Kenaikan ini terjadi seiring dengan kenaikan pendapatan usaha pada tahun 2015.
Kenaikan pendapatan pada tahun 2015 sebagian besar dikontribusikan oleh masuknya dana
hasil Rights Issue senilai Rp2.7 trilliun dan pembangunan trasnportasi massal light rail transit
(LRT).
2.2.2 Current ratio
Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih
secara keseluruhan. Rasio Lancar = Aset Lancar/Liabilitas Jangka Pendek (Kasmir, 2015: 134).
Rasio lancar 2014 = 9,484,298,907,925/7,069,703,612,022 = 1.34 kali
Rasio lancar 2015 = 14,691,152,497,441/ 9,414,462,014,334 = 1.56 kali
Terjadi kenaikan rasio lancar sebesar 0.22 kali pada tahun 2015.
Hal ini menunjukkan peningkatan kemampuan membayar utang jangka pendek.
Kenaikan ini disebabkan peningkatan jumlah aset lancar pada tahun 2015 yang cukup besar,
yaitu kurang lebih sebesar Rp5 trilliun. Aset lancar meningkat cukup signifikan disebabkan
oleh peningkatan pendapatan pada tahun 2015. Kenaikan pendapatan pada tahun 2015 sebagian
besar dikontribusikan oleh masuknya dana hasil Rights Issue senilai Rp2.7 trilliun dan
pembangunan trasnportasi massal light rail transit (LRT).

2.2.3 Quick ratio


Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih
secara keseluruhan. Rasio Lancar = Aset Lancar/Liabilitas Jangka Pendek (Kasmir, 2015: 134).

Rasio lancar 2014 = 9,484,298,907,925/7,069,703,612,022 = 1.34 kali


Rasio lancar 2015 = 14,691,152,497,441/ 9,414,462,014,334 = 1.56 kali
Terjadi kenaikan rasio lancar sebesar 0.22 kali pada tahun 2015.
Hal ini menunjukkan peningkatan kemampuan membayar utang jangka pendek.
Kenaikan ini disebabkan peningkatan jumlah aset lancar pada tahun 2015 yang cukup besar,
yaitu kurang lebih sebesar Rp5 trilliun. Aset lancar meningkat cukup signifikan disebabkan
oleh peningkatan pendapatan pada tahun 2015. Kenaikan pendapatan pada tahun 2015 sebagian
besar dikontribusikan oleh masuknya dana hasil Rights Issue senilai Rp2.7 trilliun dan
pembangunan trasnportasi massal light rail transit (LRT).

2.3 Analisis Profitabilitas


Rasio profitablitas adalah rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu (Kasmir, 2015: 114).
2.3.1 Ratio of Net Sales to Assets

=
Ratio of Net Sales to Assets tahun 2015 :
9.389.570.098.578

= ((16.761.063.514.879970.484.287.119)+(10.458.881.684.274796.891.462.832))/2 = ,
Ratio of Net Sales to Assets tahun 2014 :
8.653.578.309.020

= ((10.458.881.684.274796.891.462.832)+(9.720.961.764.422771.952.630.703))/2 = ,
Rasio ini berfungsi untuk menghitung keefektifan penggunaan aset, Dari perbandingan
tahun 2014 dan 2015, terjadi penurunan Ratio of Net Sales to Assets yang cukup signifikan
yang menunjukkan bahwa keefektifan penggunaan aset telah menurun dengan pesat. Penyebab
pendapatan usaha naik adalah karena meningkatnya pendapatan dari keempat sektor
perusahaan ini yaitu :

Jasa Konstruksi sebesar Rp7,9 triliun atau setara 85,1%;

EPC senilai Rp635,5 miliar atau setara 6,8%;

Properti sebesar Rp610,6 miliar atau 6,5%;

Manufaktur Precast memberikan kontribusi sebesar Rp149 miliar atau 1,6%

Sedangkan aset tetap dan aset tidak lancar, dan membuat aset secara umum meningkat
secara drastis menurut analisa dan pembahasan manajemen adalah karena perusahaan telah
melakukan investasi aset tetap (CAPEX). Namun, jika dilihat dari catatan keuangan, pada
bagian aset tetap, kenaikan aset tetap disebabkan terutama oleh revaluasi aset tanah sebesar
lebih dari 427 miliar rupiah. Kenaikan aset karena revaluasi ini membuat keefektifan
penggunaan aset terkesan menurun padahal aset riil sendiri tidak bertambah secara signifikan.

2.3.2 Rate Earned on Total Assets


=

Rate Earned on Total Assets Tahun 2015 :


463.685.278.990+136.718.019.874

= 16.761.063.514.879+10.458.881.684.274)/2 = ,
Rate Earned on Total Assets Tahun 2014 :
329.075.308.116+136.530.244.593

= (10.458.881.684.274+9.720.961.764.422)/2 = ,
Dalam analisis rasio ini, terlihat bahwa tidak ada penurunan signifikan pada rasio ini
yang berarti profitabilitas aset hanya sedikit menurun. Hal ini disebabkan meskipun laba bersih
ditambah biaya keuangan naik sekitar 28%, namun terdapat selisih kenaikan aset total lebih
dari 6 miliar sehingga average total asset pun naik dengan persentase lebih dari kenaikan laba
bersih ditambah biaya keuangan.
Kenaikan laba bersih yang cukup drastis sebagian besar dikontribusikan oleh masuknya
dana hasil Rights Issue senilai Rp2,7 triliun serta pembangunan transportasi massal berbasis
rel (light rail transit/LRT). Kenaikan tersebut juga didukung oleh pertumbuhan Pendapatan
Usaha Perseroan sebesar 48,51% menjadi Rp9,4 triliun dari Rp8,7 triliun di tahun 2014 karena
adanya peningkatan perolehan kontrak baru. Kedua hal tersebut berefek positif kepada laba
bersih.
Total Aset sendiri meningkat karena adanya peningkatan yang cukup signifikan pada
Kas dan Setara Kas, Aset Tetap, Biaya Dibayar Dimuka, Tagihan Bruto Aset Real Estat
masing-masing sebesar 432,1%; 121,6%; 9,4%; 6,6% dan 18,2%. Sedangkan secara
keseluruhan, Total Aset mengalami kenaikan seiring dengan meningkatnya kenaikan
pendapatan usaha perseroan.

2.3.3 Rate Earned on Stockholders Equity


=
Rate Earned on Stockholders Equity Tahun 2015 :
463,685,278,990

= (5.153.827.238.126+1.633.821.522.158)/2 = ,
Rate Earned on Stockholders Equity Tahun 2014 :
329,075,308,116

= (1.633.821.522.158+1.450.771.201.073)/2 = , 4
Dalam rasio ini terjadi penurunan yang cukup signifikan (56,22%) yang menandakan
profitabilitas dari investasi para stockholders menurun. Hal ini terjadi karena meskipun laba
bersih mengalami kenaikan yang cukup drastis, namun ekuitas mengalami peningkatan yang
luar biasa (hingga 214,6%) dari 1,63 miliar pada 2014 ke 5,15 miliar pada 2015. Kenaikan
ekuitas tersebut diakibatkan terutama oleh peningkatan Tambahan Modal Disetor secara
signifikan sebesar Rp2,5 triliun, Saldo Laba yang Ditentukan Penggunaannya sebesar Rp264,3
miliar, serta peningkatan di Saldo Laba belum Ditentukan Penggunaannya sebesar Rp126,8
miliar.
2.3.4 Rate Earned on Common Stockholders Equity
Dikarenakan perusahaan ini tidak memiliki saham preferen, maka rasio ini sama dengan
Rate Earned on Stockholders Equity.
2.3.5 Earnings per Share on Common Stock
=

Earning Per Share on Common Stock

2015
Net Income

2014

465,025,548,006 331,660,506,417

Less Preferred dividens

Total

465,025,548,006 331,660,506,417

Shares of common stock


outstanding

3,560,849,376

1,801,320,000

130.5939

184.12081

Earning Per Share on


Common Stock

Angka ini menilai keuntungan yang didapatkan dari setiap lembar saham biasa.
Menurut perhitungan dari tahun 2014 ke 2015 terlihat terjadi penurunan yang cukup signifikan.
Hal ini terjadi akibat dari PT Adhi Karya turut andil dalam pembangunan transportasi massal
berbasis Light Rail Transit (LRT). Untuk mendukung hal ini PT Adhi Karya membutuhkan
dorongan modal dengan Penawaran Umum Terbatas (PUT) Adhi melalui Hak Memesan Efek
Terlebih Dahulu (HMETD). Dengan masuknya dana segar melalui HMETD atau Right Issue
menyebabkan terjadinya peningkatan dalam Shares of Common Stock Outstanding. Hal ini
membuat pembagi dari Net Income semakin besar yang berakibat pada turunnya Earning Per
Share on Common Stock pada tahun 2015
2.3.6 Price-earnings Ratio

3,101

2014 = 184.12081
= 16.8422

2015

3,092

= 130.5939
= 23.6765

Price Earnings ratio naik dari 16.8422 menjadi 23.6765 selama tahun 2015. Dalam
kata lain, share of common stock PT Adhi Karya terjual 16.8422 kali earnings per share pada
akhir tahun 2014. Sedangkan pada akhir tahun 2015 common stock terjual 23.6765 kali
earnings per share. Hal ini menunjukkan pasar mengharapkan kenaikan pendapatan dari PT
Adhi Karya pada masa yang akan datang.

2.3.7 Dividends per Share




2014 =

121,791,956,889

2015

1,801,320,000

= 67.6126

64,814,107,598
3,560,849,376

= 18.2019

Dividends per share turun dari angka 67.6126 menjadi 18.2019 selama tahun 2014
hingga 2015. Awalnya para pemegang saham mendapat 67.6126 rupiah dividen dari tiap
lembar saham yang dimiliki sedangkan pada tahun 2015 pemegang saham hanya mendapat
18.2019 rupiah dividen tiap lembar saham. Hal ini disebabkan oleh tambahan saham sebanyak
1.7 milliar lembar pada tahun 2015.

2.3.8 Dividend Yield




2014 =

67.6126
3,101

= 2.1%

2015

18.2019
3,092

= 0.59%

Dividend yield merupakan ukuran untuk mengukur tingkat kembalinya common stock
melalui cash dividend. Pada tahun 2014 hingga 2015 terjadi penuruan dividend yield dari 2.1%
ke 0,59%. Penurunan yang cukup signifikan ini disebabkan oleh tambahan saham beredar
sebanya 1.7 milliar lembar saham pada tahun 2015.

2.4 Horizontal Analysis


Horizontal Analysis adalah salah satu analisis laporan keuangan yang menunjukkan
kenaikan dan penurunan pada laporan keuangan dalam persentase dari tahun sebelumnya.

PT Adhi Karya
Comparative Balance Sheet (Horizontal)
31 Desember 2015 and 2014 (dalam jutaan Rupiah)
Kenaikan (Penurunan)
Des. 31 2015
Des. 31 2014
Jumlah
Persen
ASET
Aset Lancar:
Cash
Piutang Usaha
Piutang Retensi
Tagihan Bruto Pemberi Kerja
Persediaan
Uang Muka
Biaya Dibayar di Muka
Pajak Dibayar di Muka
Aset Real Estat
Jumlah Aset Lancar
Aset Tidak Lancar:
Aset Pajak Tangguhan
Piutang Lain-lain Jangka
Panjang
Aset Real Estat
Investasi pada Ventura
Bersama
Properti Investasi
Aset Tetap
Investasi Jangka Panjang
Lainnya
Aset Lain-lain
Jumlah Aset Tidak Lancar
JUMLAH ASET
LIABILITAS DAN EKUITAS
Liabilitas Jangka Pendek:
Utang Usaha
Utang Bank
Utang Pajak
Uang Muka Pemberi Kerja
Pendapatan Diterima di
Muka
Beban Akrual
Utang Retensi
Liabilitas Jangka Pendek
Lainnya
Jumlah Liabilitas Jangka
Pendek

Liabilitas Jangka Panjang


Liabilitas Pajak Tangguhan
Uang Muka Pemberi Kerja
Utang Bank dan Surat Utang
Jangka Menengah
Utang Obligasi
Utang Lain-lain
Liabilitas Imbalan Kerja
Utang Sukuk
Jumlah Liabilitas Jangka
Panjang
JUMLAH LIABILITAS
EKUITAS
Modal Saham - Nilai Nominal
0,0001 per Saham
Tambahan Modal Disetor
Selisih Transaksi dengan
Pihak Non Pengendali
Saldo Laba
Penghasilan Komprehensif
Lain
Jumlah Ekuitas yang Dapat
Diatribusikan kepada Pemilik
Entitas Induk
Kepentingan Non Pengendali
JUMLAH EKUITAS
JUMLAH LABA DAN EKUITAS

4.317.347
2.231.746
1.079.643
3.093.132
162.650
175.336
1.216.509
857.435
1.557.347
14.691.152

811.411
1.953.899
941.745
2.617.233
132.013
183.607
814.053
622.516
1.089.412
9.165.894

3.505.936
277.847
137.898
475.899
30.637
(8.271)
402.456
234.919
467.935
5.525.258

432,08%
14,22%
14,64%
18,18%
23,21%
-4,50%
49,44%
37,74%
42,95%
60,28%

-100,00%

14

(14)

6.396

36.374

(29.978)

-82,42%

47.757

5.132

42.625

830,57%

368.089

363.654

4.435

1,22%

329.881
1.099.426

356.221
496.095

(26.340)
603.331

-7,39%
121,62%

31.550

7.600

23.950

315,13%

186.808
2.069.911
16.761.063

27.893
1.292.987
10.458.881

158.915
776.924
6.302.182

569,73%
60,09%
60,26%

6.489.309
1.115.499
435.488
692.207

4.923.211
658.000
279.847
494.513

1.566.098
457.499
155.641
197.694

31,81%
69,53%
55,62%
39,98%

11.043

77.196

(66.153)

-85,69%

326.019
214.287

353.848
220.811

(27.829)
(6.524)

-7,86%
-2,95%

27.606

33.187

(5.581)

-16,82%

9.414.462

7.040.618

2.373.844

33,72%

2.111
11.413
84.453

0
7.034
48.155

2.111
4.379
36.298

62,25%
75,38%

504.736

113.500

391.236

344,70%

1.248.298
285
83.169
250.000

1.247.628
400
110.762
250.000

670
(115)
(27.593)
0

0,05%
-28,75%
-24,91%
0,00%

2.184.469

1.777.482

406.987

22,90%

11.598.931

8.818.101

2.780.830

31,54%

356.084

180.132

175.952

97,68%

2.587.944

50.004

2.537.940

5075,47%

3.117

3.117

0,00%

1.789.884

1.398.815

391.069

27,96%

416.794

1.751

415.043

23703,20%

5.153.827

1.633.821

3.520.006

215,45%

8.304
5.162.131

6.959.023
1.640.780

(6.950.719)
3.521.351

-99,88%
214,61%

16.761.063

10.458.881

6.302.182

60,26%

Dari tabel di atas, terlihat bahwa secara umum jumlah aset bertambah pada tahun 2015.
Kemudian, kenaikan kas pada tahun 2015 terlihat sangat mencolok. Salah satu penyebab utama
kenaikan ini adalah bertambahnya saham yang di-issue sebanyak kurang lebih 1.7 milliar
lembar menghasilkan dana segar sebanyak kurang lebih Rp2.7 trilliun.
Pada bagian liabilitas, utang usaha mengalami kenaikan yang cukup besar, yaitu mencapai
Rp1.5 trilliun. Utang usaha mengalami kenaikan yang cukup besar diperkirakan karena
meningkatnya aktivitas perusahaan pada tahun 2015 yang disebabkan keikutsertaan dalam
penanganan proyek besar, seperti LRT.

2.5 Vertical Analysis


Vertical analysis adalah salah satu cara analisis laporan keuangan yang menunjukkan
hubungan antara setiap komponen dalam laporan keuangan yang ditunjukkan dalam
persentase.
PT Adhi Karya
Comparative Balance Sheet (Vertical)
31 Desember 2015 and 2014 (dalam jutaan Rupiah)
Des. 31 2014
Des. 31 2015
Jumlah
Persen
Jumlah
Persen
ASET
Aset Lancar:
Cash
Piutang Usaha
Piutang Retensi
Tagihan Bruto Pemberi Kerja
Persediaan
Uang Muka
Biaya Dibayar di Muka
Pajak Dibayar di Muka
Aset Real Estat
Jumlah Aset Lancar
Aset Tidak Lancar:
Aset Pajak Tangguhan
Piutang Lain-lain Jangka
Panjang
Aset Real Estat
Investasi pada Ventura
Bersama
Properti Investasi
Aset Tetap
Investasi Jangka Panjang
Lainnya
Aset Lain-lain
Jumlah Aset Tidak Lancar
JUMLAH ASET
LIABILITAS DAN EKUITAS
Liabilitas Jangka Pendek:
Utang Usaha
Utang Bank
Utang Pajak
Uang Muka Pemberi Kerja
Pendapatan Diterima di
Muka
Beban Akrual
Utang Retensi
Liabilitas Jangka Pendek
Lainnya
Jumlah Liabilitas Jangka
Pendek

4.317.347
2.231.746
1.079.643
3.093.132
162.650
175.336
1.216.509
857.435
1.557.347
14.691.152

25,76%
13,32%
6,44%
18,45%
0,97%
1,05%
7,26%
5,12%
9,29%
87,65%

811.411
1.953.899
941.745
2.617.233
132.013
183.607
814.053
622.516
1.089.412
9.165.894

7,76%
18,68%
9,00%
25,02%
1,26%
1,76%
7,78%
5,95%
10,42%
87,64%

0,0001%

0,00%

14

6.396

0,04%

36.374

0,35%

47.757

0,28%

5.132

0,05%

368.089

2,20%

363.654

3,48%

329.881
1.099.426

1,97%
6,56%

356.221
496.095

3,41%
4,74%

31.550

0,19%

7.600

0,07%

186.808
2.069.911
16.761.063

1,11%
27.893
12,35% 1.292.987
100,00% 10.458.881

0,27%
12,36%
100,00%

6.489.309
1.115.499
435.488
692.207

38,72% 4.923.211
6,66% 658.000
2,60% 279.847
4,13% 494.513

47,07%
6,29%
2,68%
4,73%

11.043

0,07%

77.196

0,74%

326.019
214.287

1,95%
1,28%

353.848
220.811

3,38%
2,11%

27.606

0,16%

33.187

0,32%

9.414.462

56,17% 7.040.618

67,32%

Liabilitas Jangka Panjang


Liabilitas Pajak Tangguhan
Uang Muka Pemberi Kerja
Utang Bank dan Surat Utang
Jangka Menengah
Utang Obligasi
Utang Lain-lain
Liabilitas Imbalan Kerja
Utang Sukuk
Jumlah Liabilitas Jangka
Panjang
JUMLAH LIABILITAS
EKUITAS
Modal Saham - Nilai
Nominal 0,0001 per Saham
Tambahan Modal Disetor
Selisih Transaksi dengan
Pihak Non Pengendali
Saldo Laba
Penghasilan Komprehensif
Lain
Jumlah Ekuitas yang Dapat
Diatribusikan kepada
Pemilik Entitas Induk
Kepentingan Non Pengendali
JUMLAH EKUITAS
JUMLAH LABA DAN EKUITAS

2.111
11.413
84.453

0,01%
0,07%
0,50%

0
7.034
48.155

504.736

3,01%

113.500

0,00%
0,07%
0,46%
1,09%

1.248.298
285
83.169
250.000

7,45% 1.247.628
0,002%
400
0,50% 110.762
1,49% 250.000

11,93%
0,004%
1,06%
2,39%

2.184.469

13,03% 1.777.482

16,99%

11.598.931

69,20% 8.818.101

84,31%

356.084

2,12%

180.132

1,72%

2.587.944

15,44%

50.004

0,48%

3.117

0,02%

3.117

1.789.884

10,68% 1.398.815

0,03%
13,37%

416.794

2,49%

5.153.827

30,75%

8.304
5.162.131

0,05% 6.959.023
30,80% 1.640.780

66,54%
15,69%

16.761.063

100,00% 10.458.881

100,00%

1.751
1.633.821

0,02%
15,62%

PT Adhi Karya memiliki aset lancar dengan proporsi hampir 90% dari jumlah asetnya.
Hal ini menunjukkan bahwa PT Adhi Karya memiliki likuiditas yang sangat baik. Kemudia,
proporsi kas pada tahun 2015 meningkat 18% menjadi 25%, penyumbang terbesar pada aset
2015. Hal ini terjadi karena, pada tahun tersebut, PT Adhi Karya baru saja menerbitkan saham
sebanyak 1.7 milliar lembar yang menyumbang dana segar sebesar Rp2.7 trilliun. Selain itu,
sebagian besar akun-akun pada bagian aset mengalami penuruan jumlah proporsi diakibatkan
kenaikan jumlah kas yang sangat besar.
Pada bagian liabilitas dan ekuitas, utang usaha masih memiliki proporsi paling besar
walaupun mengalami penurunan proporsi sebesar 9%. Kemudian, kenaikan yang cukup
signifikan terjadi pada tambahan modal disetor (share premium) sebesar 15% yang merupakan
hasil dari penerbitan saham pada tahun 2015.

Kesimpulan
Dari analisis yang kami lakukan, terlihat bahwa perubahan yang cukup signifikan
terdapat pada aset lancar dan ekuitas. Perubahan pada keduanya sangat mempengaruhi hasil
Analisis Rasio maupun Analisis Vertikal dan Analisis Horizontal.
Pada bagian aset lancar, terdapat tambahan kas sebesar Rp3.5 trilliun (430%) yang
mayoritas berasal dari hasil penerbitan saham. Hal ini berakibat pada meningkatnya
kemampuan perusahaan untuk membayar utang secara umum.
Kemudian, bagian ekuitas sagat terpengaruh oleh tambahan modal dari penerbitan
saham yang menghasilkan Rp2.7 trilliun (1500%). Hal ini berakibat pada menurunnya rasio
hasil/pendapatan yang dibandingkan dengan aset atau pun modal secara umum.
Analisis Likuiditas

Analisis Solvabilitas

Analisis Profitabilitas

Accounts Receivable Turnover

Turun 0.52 kali

Number of Days Sales in


Receivables
Inventory Turnover

Turun 8 hari

Working capital

Naik Rp2.8 trilliun

Current ratio
Quick Ratio
Ratio of Net Sales to Assets
Rate Earned on Total Assets
Rate Earned on Stockholders
Equity
Earnings per Share on Common
Stock

Naik 0.22 kali

Price-earnings Ratio

Naik 7 kali

Dividends per Share

Turun Rp49

Dividend Yield

Turun 1.5%

Naik 8 kali

Naik 0.22 kali


Turun 0.16 kali
Turun 0.002 kali
Turun 0.0768 kali
Turun Rp50

Daftar Pustaka
Warren, Carl S., and Reeve, James M., and Duchac, Jonathan E. (2014). Accounting. (25th ed).
Mason: South-Western Cengage Learning.
Kasmir, 2015. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Syafri Harahap, Sofyan, 2008. Analisa Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.

Lampiran

Você também pode gostar