Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Bila orang yang berkedudukan sebagai subjek hukum maka harta kekayaan merupakan
objek hukum, harta kekayaan itu secara garis besarnya meliputi :
1. Harta kekayaan materil ( harta / benda2 tetap & benda2 bergerak )
2. Harta kekayaan immaterial ( hak )
3. Perikatan ( perjanjian, perbuatan melanggar hukum )
Hukum Benda
1. Pengertian
Yang dimaksud dengan Benda dalam konteks hukum perdata adalah segala sesuatu yang
dapat diberikan/diletakkan suatu Hak diatasnya, utamanya yang berupa hak milik.
Dengan demikian, yang dapat memiliki sesuatu hak tersebut adalah Subyek Hukum,
sedangkan sesuatu yang dibebani hak itu adalah Obyek Hukum.
Benda yang dalam hukum perdata diatur dalam Buku II BWI, tidak sama dengan bidang
disiplin ilmu fisika, di mana dikatakan bahwa bulan itu adalah benda (angkasa),
sedangkan dalam pengertian hukum perdata bulan itu bukan (belum) dapat dikatakan
sebagai benda, karena tidak / belum ada yang (dapat) memilikinya.
Pengaturan tentang hukum benda dalam Buku II BWI ini mempergunakan system
tertutup, artinya orang tidak diperbolehkan mengadakan hak hak kebendaan selain
dariyang telah diatur dalam undang undang ini.Selain itu, hukum benda bersifat
memaksa(dwingend recht), artinya harus dipatuhi,tidak boleh disimpangi, termasuk
membuat peraturan baru yang menyimpang dari yang telah ditetapkan .
Lebih lanjut dalam hukum perdata, yang namanya benda itu bukanlah segala sesuatu
yang berwujud atau dapat diraba oleh pancaindera saja, melainkan termasuk juga
pengertian benda yang tidak berwujud, seperti misalnya kekayaan seseorang. Istilah
benda yang dipakai untuk pengertian kekayaan, termasuk didalamnya tagihan /piutang,
atau hak hak lainnya, misalnya bunga atas deposito .
Meskipun pengertian zaak dalam BWI tidak hanya meliputi benda berwujud saja,namun
sebagian besar dari materi Buku II tentang Benda mengatur tentang benda yangberwujud.
Pengertian benda sebagai yang tak berwujud itu tidak dikenal dalam Hukum Adat kita,
karena cara berfikir orang Indonesia cenderung pada kenyataan belaka,berbeda dengan
cara berfikir orang Barat yang cenderung mengkedepankan apa yangada di alam
pikirannya.Selain itu, istilah zaak didalam BWI tidak selalu berarti benda, tetapi bisa
berarti yang lain, seperti : perbuatan hukum (Ps.1792 BW), atau kepentingan
(Ps.1354 BW),dan juga berarti kenyataan hukum (Ps.1263 BW).
2.Dasar Hukum
Pada masa kini, selain diatur di Buku II BWI, hukum benda juga diatur dalam:
a. Undang Undang Pokok Agraria No.5 Tahun 1960, dimana diatur hak hak kebendaan
yang berkaitan dengan bumi, air dan kekayaan yang terkandung didalamnya.
b. Undang Undang Merek No.21 Tahun 1961, yang mengatur tentang hak atas
penggunaan merek perusahaan dan merek perniagaan .
c. Undang Undang Hak Cipta No.6 Tahun 1982, yang mengatur tentang hak cipta sebagai
benda tak berwujud, yang dapat dijadikan obyek hak milik .
d. Undang Undang tentang Hak Tanggungan tahun 1996, yang mengatur tentang hak atas
tanah dan bangunan diatasnya sebagai pengganti hipotik dan crediet verband .
3. Macam macam Benda
Doktrin membedakan berbagai macam benda menjadi :
a.Benda berwujud dan benda tidak berwujud
arti penting pembedaan ini adalah pada saat pemindah tanganan benda dimaksud, yaitu :
a). Kalau benda berwujud itu benda bergerak, pemindah tanganannya harus secara nyata
dari tangan ke tangan.
b). Kalau benda berwujud itu benda tidak bergerak, pemindah tanganannya harus
dilakukan dengan balik nama. Contohnya, jual beli rokok dan jual beli rumah .
Penyerahan benda tidak berwujud dalam bentuk berbagai piutang dilakukan
dengan :
Piutang atas nama (op naam) dengan cara Cessie
Piutang atas tunjuk (an toonder) dengan cara penyerahan surat dokumen yang
bersangkutan dari tangan ke tangan
Piutang atas pengganti (aan order) dengan cara endosemen serta penyerahan
dokumen yang bersangkutan dari tangan ke tangan ( Ps. 163 BWI).
b.Benda Bergerak dan Benda Tidak Bergerak
Benda bergerak adalah benda yang menurut sifatnya dapat dipindahkan (Ps.509 BWI).
Benda bergerak karena ketentuan undang undang adalah hak hak yang melekat pada
benda bergerak (Ps.511 BWI), misalnya hak memungut hasil atas benda bergerak, hak
memakai atas benda bergerak, saham saham perusahaan.
Benda tidak bergerak adalah benda yang menurut sifatnya tidak dapat
dipindahpindahkan, seperti tanah dan segala bangunan yang berdiri melekat diatasnya.
Benda tidak bergerak karena tujuannya adalah benda yang dilekatkan pada benda tidak
bergerak sebagai benda pokoknya, untuk tujuan tertentu, seperti mesin mesin yang
dipasang pada pabrik.Tujuannya adalah untuk dipakai secara tetap dan tidak untuk
dipindah-pindah (Ps.507 BWI). Benda tidak bergerak karena undang undang adalah hak
hak yang melekat pada benda tidak bergerak tersebut, seperti hipotik, crediet verband,
hak pakai atas benda tidak bergaerak,hak memungut hasil atas benda tidak bergerak
(Ps.508 BWI).
Arti penting pembedaan benda sebagai bergerak dan tidak bergerak terletak pada :
penguasaannya (bezit), dimana terhadap benda bergerak maka orang yang menguasai
benda tersebut dianggap sebagai pemiliknya (Ps.1977 BWI); azas ini tidak berlaku bagi
benda tidak bergerak.
penyerahannya (levering), yaitu terhadap benda bergerak harus dilakukan secara
nyata, sedangkan pada benda tidak bergerak dilakukan dengan balik nama ;
kadaluwarsa (verjaaring), yaitu pada benda bergerak tidak dikenal daluwarsa,
sedangkan pada benda tidak bergerak terdapat kadaluwarsa :
1. dalam hal ada alas hak, daluwarsanya 20 tahun;
2. dalam hal tidak ada alas hak, daluwarsanya 30 tahun
pembebanannya (bezwaring), dimana untuk benda bergerak dengan gadai, sedangkan
untuk benda tidak bergerak dengan hipotik.
dalam hal pensitaan (beslag), dimana revindicatoir beslah (penyitaan untuk menuntut
kembali barangnya),hanya dapat dilakukan terhadap barang barang bergerak.
Penyitaan untuk melaksanakan putusan pengadilan (executoir beslah) harus dilakukan
terlebih dahulu terhadap barang barang bergerak, dan apabila masih belum mencukupi
untuk pelunasan hutang tergugat, baru dilakukan executoir terhadap barang tidak
bergerak.
bahkan bisa berlanjut setelah diwariskan kepada ahli warisnya, sedangkan hokum
perorangan berlangsung relatif lebih singkat, yakni sebatas pelaksanaan perjanjian telah
selesai dilakukan.
c. Hak kebendaan terbatas pada apa yang telah ditetapkan dalam peraturan perundangan
yang berlaku, tidak boleh mengarang / menciptakan sendiri hak yangl lainnya, sedangkan
dalam hak perorangan, lingkungannya amat luas, apa saja dapat dijadikan obyek
perjanjian, sepanjang tidakbertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan
ketertiban umum. Oleh karena itu sering dikatakan hokum kebendaan itu bersifat tertutup,
sedangkan hukum perorangan bersifat terbuka.
Ciri ciri Hak Kebendaan adalah :
mutlak / absolut
mengikuti benda dimana hak itu melekat, misalnya hak sewa tetap mengikuti benda
itu berada, siapapun yang memiliki hak diatasnya
hak yang ada terlebih dahulu (yang lebih tua), kedudukannya lebih tinggi; misalnya
sebuah rumah dibebani hipotik 1 dan hipotik 2, maka penyelesaian hutang atas hipotik 1
harus didahulukan dari hutang atas hipotik 2.
memiliki sifat diutamakan, misalnya suatu rumah harus dijual untuk melunasi hutang,
maka hasil penjualannya lebih diutamakan untuk melunasi hipotik atas rumah itu.
dapat dilakukan gugatan terhadap siapapun yang mengganggu hak yang bersangkutan.
pemindahan hak kebendaan dapat dilakukan kepada siapapun .
4.2. Penggolongan Hak Kebendaan
Hak atas Kebendaan dibagi dalam 2 (dua) macam, yaitu :
a. Hak Kebendaaan yang memberi kenikmatan .
Selain yang mengenai tanah, karena sudah diatur dalam UUPA, maka hak kebendaan
yang termasuk dalam kategori ini adalah ;
- Bezit ; Hak Milik (eigendom) ; Hak Memungut Hasil ; Hak Pakai ;
- Hak Mendiami
Hak atas tanah yang dengan berlakunya UUPA dinyatakan tidak berlaku lagi :
- Hak bezit atas tanah ; Hak eigendom atas tanah
- Hak servitut ; Hak opstal ; Hak erfpacht ; Hak bunga atas tanah
- Hak pakai atas tanah
Dengan berlakunya UUPA, pengganti dari hak atas tanah yang dihapus adalah :
- Hak Milik ; Hak Guna Usaha ; Hak Guna Bangunan ; Hak Pakai
- Hak Sewa untuk bangunan ; Hak membuka tanah dan memungut hasil hutan
- Hak guna air, pemeliharaan dan penangkapan ikan
- Hak guna ruang angkasa
- Hak hak tanah untuk kepentingan keagamaan dan social
b. Hak Kebendaan Yang bersifat Memberi Jaminan
d.Dengan Daluwarsa
Barang siapa menguasai benda bergerak yang dia tidak ketahui pemilik benda itu
sebelumnya (misalnya karena menemukannya), hak milik atas benda itu diperoleh setelah
lewat waktu 3 tahun sejak orang tersebut menguasai benda yang bersangkutan.
Untuk benda tidak bergerak, daluwarsanya adalah :
jika ada alas hak, 20 tahun
jika tidak ada alas hak, 30 tahun
e Melalui Pewarisan
Hak kebendaan bisa diperoleh melalui warisan berdasarkan hukum waris yang berlaku,
bisa hukum adat, hukum Islam atau hukum barat.
f. Dengan Penciptaan
Seseorang yang menciptakan benda baru, baik dari benda yang sudah ada maupun
samasekali baru, dapat memperoleh hak milik atas benda ciptaannya itu.Contohnya orang
yang menciptakan patung dari sebatang kayu, menjadi pemilik patung itu, demikian pula
hak kebendaan tidak berwujud seperti hak paten, hak cipta dan lain sabagainya.
g.Dengan cara ikutan / turunan
Seseorang yang membeli seekor sapi yang sedang bunting maka anak sapi yang
dilahirkan dari induknya itu menjadi miliknya juga. Demikian pula orang yang membeli
sebidang tanah, ternyata diatas tanah itu kemudian tumbuh pohon durian, maka pohon
durian itu termasuk milik orang yang membeli tanah tersebut.
Hukum Perikatan
Hukum perikatan adalah suatu hubungan hukum dalam lapangan harta kekayaanantara
dua orang atau lebih di mana pihak yang satu berhak atas sesuatu dan pihak lain
berkewajiban atas sesuatu. Hubungan hukum dalam harta kekayaan ini merupakan suatu
akibathukum, akibat hukum dari suatu perjanjian atau peristiwa hukum lain yang
menimbulkan perikatan.
Di dalam hukum perikatan setiap orang dapat mengadakan perikatan yang bersumber
pada perjanjian, perjanjian apapun dan bagaimanapun, baik itu yang diatur dengan
undang-undang atau tidak,inilah yang disebut dengan kebebasan berkontrak, dengan
syarat kebebasan berkontrak harushalal, dan tidak melanggar hukum, sebagaimana yang
telah diatur dalam Undang-undang.
Di dalam perikatan ada perikatan untuk berbuat sesuatu dan untuk tidak berbuat sesuatu.
Yang dimaksud dengan perikatan untuk berbuat sesuatu adalah melakukan perbuatan
yangsifatnya positif, halal, tidak melanggar undang-undang dan sesuai dengan perjanjian.
Sedangkan perikatan untuk tidak berbuat sesuatu yaitu untuk tidak melakukan perbuatan
tertentu yang telahdisepakati dalam perjanjian.
Dasar Hukum Perikatan
Sumber-sumber hukum perikatan yang ada di Indonesia adalah perjanjian dan undangundang, dan sumber dari undang-undang dapat dibagi lagi menjadi undang-undang
melulu dan undang-undang dan perbuatan manusia. Sumber undang-undang dan
perbuatan manusia dibagi lagi menjadi perbuatan yang menurut hukum dan perbuatan
yang melawan hukum.
Dasar hukum perikatan berdasarkan KUH Perdata terdapat tiga sumber adalah sebagai
berikut :
Perikatan ( Pasal 1233 KUH Perdata ) : Perikatan, lahir karena suatu persetujuan
atau karena undang-undang. Perikatan ditujukan untuk memberikan sesuatu, untuk
berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu.
Persetujuan ( Pasal 1313 KUH Perdata ) : Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan
dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih.
Undang-undang ( Pasal 1352 KUH Perdata ) : Perikatan yang lahir karena undangundang timbul dari undang-undang atau dari undang-undang sebagai akibat perbuatan
orang.
bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh
para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Mereka tidak boleh
melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak.
Asas pacta sunt servanda dapat disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPdt. Asas ini
pada mulanya dikenal dalam hukum gereja. Dalam hukum gereja itu disebutkan bahwa
terjadinya suatu perjanjian bila ada kesepakatan antar pihak yang melakukannya dan
dikuatkan dengan sumpah. Hal ini mengandung makna bahwa setiap perjanjian yang
diadakan oleh kedua pihak merupakan perbuatan yang sakral dan dikaitkan dengan unsur
keagamaan. Namun, dalam perkembangan selanjutnya asas pacta sunt servanda diberi arti
sebagai pactum, yang berarti sepakat yang tidak perlu dikuatkan dengan sumpah dan
tindakan formalitas lainnya. Sedangkan istilah nudus pactum sudah cukup dengan kata
sepakat saja.
4.
Asas Itikad Baik (Good Faith)
Asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPdt yang berbunyi:
Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Asas ini merupakan asas bahwa para
pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan
kepercayaan atau keyakinan yang teguh maupun kemauan baik dari para pihak. Asas
itikad baik terbagi menjadi dua macam, yakni itikad baik nisbi (relative) dan itikad baik
mutlak.
Pada itikad yang pertama, seseorang memperhatikan sikap dan tingkah laku yang nyata
dari subjek. Pada itikad yang kedua, penilaian terletak pada akal sehat dan keadilan serta
dibuat ukuran yang obyektif untuk menilai keadaan (penilaian tidak memihak) menurut
norma-norma yang objektif.
5.
Asas Kepribadian (Personality)
Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan
melakukan dan/atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Hal
ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUHPdt.
Pasal 1315 KUHPdt menegaskan: Pada umumnya seseorang tidak dapat mengadakan
perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri. Inti ketentuan ini sudah jelas
bahwa untuk mengadakan suatu perjanjian, orang tersebut harus untuk kepentingan
dirinya sendiri.
Wanprestasi dan Akibatnya
Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana
yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur dengan debitur.
Ada empat kategori dari wanprestasi, yaitu :
yang oleh siberpiutang dibebaskan dari perikatannya (ini dinamakan novasi subjektif
pasif).
3.
Apabila sebagai akibat suatu perjanjian baru, seorang kreditur baru ditunjuk untuk
menggantikan kreditur lama, terhadap siapa si berutang dibebaskan dari perikatannya
(novasi subjektif aktif).
Kompensasi
Yang dimaksud dengan kompensasi adalah penghapusan masing-masing utang dengan
jalan saling memperhitungkan utang yang sudah dapat ditagih antara kreditur dan debitur.
Konfusio
Konfusio adalah percampuran kedudukan sebagai orang yang berutang dengan
kedudukan sebagai kreditur menjadi satu. Misalnya si debitur dalam suatu testamen
ditunjuk sebagai waris tunggal oleh krediturnya, atau sidebitur kawin dengan krediturnya
dalam suatu persatuan harta kawin.
Hukum Waris adalah suatu hukum yang mengatur peninggalan harta seseorang yang telah
meninggal dunia diberikan kepada yang berhak, seperti keluarga dan masyarakat yang
lebih berhak.
Istilah waris belum ada kesatuan arti, baik yang ditemui dalam kamus hukum maupun
sumber lainnya. Istilah waris ada yang mengartikan dengan harta peninggalan, pusaka
atau hutang piutang yang ditinggalkan oleh seorang yang meninggal dunia seluruh atau
sebagian menjadi hak para ahli waris atau orang yang ditetapkan dalam surat wasiat.
Selain itu ada yang mengartikan waris yang berhak menerima harta pusaka dari orang
yang telah meninggal.
Nampak ada perbedaan, disatu pihak mengartikan istilah waris dengan harta peninggalan
dan dipihak lain mengartikan dengan orang yang berhak menerima harta peninggalan
tersebut. Adanya perbedaan pendapat ini menunjukkan belum adanya keseragaman dalam
bahasa hukum kita. Untuk mendapatkan suatu pengertian yang jelas perlu adanya
kesatuan pendapat tentang suatu istilah tersebut. Untuk mencapai itu, usaha yang
dilakukan adalah menelusuri secara etimologi.
Istilah waris berasal dari bahasa Arab yang diambil alih menjadi bahasa Indonesia, yaitu
berasal dari kata warisa artinya mempusakai harta, waris artinya ahli waris, waris.
Waris menunjukkan orang yang menerima atau mempusakai harta dari orang yang telah
meninggal dunia. Hal ini juga dapat dilihat dari Sabda Nabi Muhammad SAW. : Ana
warisu manla warisalahu artinya saya menjadi waris orang yang tidak mempunyai ahli
waris (H.R Ahmad dan Abu Daud).
Di Indonesia ada tiga sistim hukum yang mengatur masalah pewarisan, yaitu hukum
islam, hukum adat dan hukum perdata. Masing-masing sistim hukum tersebut
mempunyai corak dan sifat-sifat tersendiri sesuai dengan sistem kekerababatan yang
mereka anut.
Hukum Waris Islam
Hukum Waris Islam adalah suatu hukum yang mengatur pembagian harta peninggalan
seseorang yang berdasarkan Al-Quran dan Hadis. Sumber utama dalam Hukum Waris
Islam adalah Al Quran surat An-Nisa ayat 11-12,
Menurut hukum faraidh, pengertian hukum waris menurut istilah bahasa ialah takdir
( qadar / ketentuan, dan pada syara adalah bagian-bagian yang diqadarkan / ditentukan
bagi waris.
Dengan demikian faraidh adalah khusus mengenai bagian ahli waris yang telah
ditentukan besar kecilnya oleh syara .
Hukum Waris Adat
Dalam hukum adat istilah waris lebih luas artinya dari arti asalnya, sebab terjadinya waris
tidak saja setelah adanya yang meninggal dunia tetapi selagi masih hidupnya orang yang
akan meninggalkan hartanya dapat mewariskan kepada warisnya.
Hukum waris adat atau ada yang menyebutnya dengan hukum adat waris adalah hukum
adat yang pada pokoknya mengatur tentang orang yang meninggalkan harta atau
memberikan hartanya (Pewaris), harta waris (Warisan), waris (Ahli waris dan bukan ahli
waris) serta pengoperan dan penerusan harta waris dari pewaris kepada warisnya.
Untuk mengetahui secara mendalam, berikut ini kemukakan pendapat dari para ahli
hukum adat :
Pengertian hukum waris ditinjau dari Hukum Adat adalah : aturan-aturan yang mengenai
cara bagaimana dari abad ke abad penerusan & peralihan dari harta kekayaan yang
berwujud & tidak berwujud dari generasi pada generasi. ( H. Abdullah Syah, 1994 : 4 )
Hukum waris adat adalah hukum adat yang memuat garis-garis ketentuan tentang sistim
dan azas-azas hukum waris tentang warisan, pewaris dan waris serta cara bagaimana
harta warisan itu dialihkan penguasaan dan pemilikannya dari pewaris kepada waris.
Hukum waris adat itu mempunyai corak dan sifat-sifat yang khas Indonesia, yang
berbeda dari hukum islam maupun hukum barat. Sebab perbedaannya terletak dari latar
belakang alam pikiran bangsa Indonesia yang berfalsafah Pancasila dengan masyarakat
yang bhineka tunggal ika. Latar belakang itu pada dasarnya adalah kehidupan bersama
yang bersifat tolong-menolong guna mewujudkan dan kedamaian di dalam hidup.
(Hilman Hadikusuma, 1983 : hlm.19)
Hukum adat waris memuat peraturan-peraturan yang mengatur proses meneruskan serta
mengoperkan barang-barang harta benda dan barang-barang yang tidak terwujud benda
(immateriele goederen) dari suatu angkatan manusia (generatie) kepada turunannya.
Jadi warisan dalam sistem hukum perdata barat yang bersumber pada BW itu meliputi
seluruh harta benda beserta hak-hak dan kewajiban-kewajiban pewaris dalam lapangan
hukum harta kekayaan yang dapat dinilai dengan uang. Akan tetapi terhadap ketentuan
tersebut ada beberapa pengecualian, dimana hak-hak dan kewajibankewajiban dalam
lapangan hukum harta kekayaan ada juga yang tidak dapat beralih kepada ahli waris,
antara lain:
1
maupun firma menurut WvK, sebab perkongsian ini berakhir dengan meninggalnya
salah seorang anggota/persero.
Pengecualian lain terdapat pula, yaitu ada beberapa hak yang walaupun hak itu terletak
dalam lapangan hukum keluarga, akan tetapi dapat diwariskan kepada ahli waris pemilik
hak tersebut, yaitu:
4
Hak seorang anak untuk menuntut supaya ia dinyatakan sebagai anak yang sah